MayStory
No Other The Story
Preview: It’s a story about three girls who make their adventure to Seoul from Guangzhou: Mai Yifang, Huang Xili and Qian Meifen, to meet their idol KRYSD (Kyuhyun, Ryeowook, Yesung, Sungmin and Donghae). With lack preparation, they hope to live in the same dorm with KRYSD while hoping will have a beautiful love stories with those idols-of course by pretend that they aren’t know about who KRYSD really are (a famous boyband). But the problems are coming non-stop to crush them, when Xili’s parents want Xili to have a good life in Seoul (of course, live with KRYSD isn’t allowed); Yifang begin confuse to choose who she really love: Ryeowook or Yesung; a girl named Cai Manshi be friend with them and provide them new help and also some new problems; and Meifen fall in love with the one who Xili’s also fall in love with. How do these young girls solve the problems? Could they live with KRYSD forever in their dorm? What love stories will they have? Find out here~
Disclaimer: I don’t own Super Junior members, Kim Hyunjoong, Lee Junki, Jung Yonghwa, they’re belong to their company and their parents; I also don’t own the other characters, they’re my friends; but I do own Mai Yifang, she’s my imaginary character. I don’t earn money from this story, so just enjoy it, read it, comment it… you’ll not regret!!
YIFANG’S DIARY
CHAPTER 1
LOVE SONG
Aku, Mai Yifang. Tidak banyak yang special pada diriku sebenarnya. Aku hanya gadis dengan tinggi badan 156 cm, terlalu gemuk dengan berat badan 52 kg, dan umurku 20 tahun. Aku tinggal di Guangzhou, China. Namun tidak seperti gadis seumuranku yang berkuliah, aku disini untuk bekerja. Dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore aku menjaga toko music di salah satu distrik ramai di Guangzhou.
“Terima kasih, lain kali datang lagi,” ucapku sopan sambil menundukkan kepala pada empat gadis muda yang baru membeli lumayan banyak CD dari toko kami.
Tanpa aku sadari, atasanku yang berumur 30-an tahun tersenyum padaku.
“Yifang, sudah waktunya toko tutup. Kamu sudah bisa berbenah,” katanya masih sambil tersenyum.
Aku membalas senyumnya dan menundukkan kepala, “ah, baik. Terima kasih.”
Ketika aku berbenah, atasanku sekaligus pemilik toko music itu mendekatiku.
“Yifang, aku sangat suka dengan dedikasimu bekerja di toko ini. Kinerjamu sangat memuaskan,” pujinya, “padahal kau masih begitu muda. Kenapa tidak berkuliah?”
“Ah, laoban (atasan atau bos), Anda tau aku masih mengirimkan uang untuk kedua orangtuaku yang sudah sangat tua, mereka sekarang tinggal di Foshan,” jawabku, “aku lebih ingin semua uangku diberikan untuk mereka. Aku berkuliah atau tidak, bagiku bukan masalah besar.”
Tapi raut wajah atasanku berubah menjadi prihatin, “aku minta maaf karena tidak bisa selalu menaikkan gajimu. Kalau ada pekerjaan yang lebih baik, kurasa kau boleh saja pindah.”
“Ah, tidak, laoban. Laoban sudah memperlakukanku dengan sangat baik, dan gajiku naik setiap setengah tahun sekali,” ujarku sambil menggelengkan kepala, “aku sudah sangat bahagia disini. Dan lagipula… dengan umurku dan minimnya pendidikanku, aku tidak akan dapat pekerjaan yang sesuai di Guangzhou.”
“Kau benar juga,” atasanku mendesah, tapi kemudian tersenyum, “nah, hari ini aku punya hadiah untukmu, karena kau sudah bekerja dengan sangat baik.”
Dahiku berkerut ketika dia menyebut “hadiah.” Tidak jarang dia memberiku makan malam atau makan siang gratis, aku sampai tidak enak hati menerima kebaikannya lagi. Hadiah macam apa yang mau diberikannya kali ini? Dan seketika pertanyaanku terjawab. Aku membelalakkan mataku, tidak percaya pada apa yang kulihat.
Aku melihat CD itu di tangannya, CD yang kudambakan, “CD album terbaru KRYSD!!!”
Kurasa teriakanku bisa membuatnya kaget, tapi dia hanya menyodorkan CD itu padaku sambil tersenyum.
“CD-nya baru akan kita jual besok, tapi aku berikan copy pertama toko kita untukmu. Kurasa kau sangat suka dengan boyband Korea ini?” tanyanya.
Dia benar. Aku terlalu suka KRYSD. Bahkan boleh dibilang, aku terlalu cinta pada mereka. Satu hal yang membuatku terlihat normal dengan gadis seumuranku adalah aku juga seorang fans K-Pop, penyanyi Korea. Aku sering ber-surfing-ria via internet untuk memuaskan keingintahuanku pada grup boyband KRYSD ini. Mereka adalah lima pria Korea yang, bila aku boleh katakan, pria paling tampan yang pernah aku lihat. Cho Kyuhyun, Kim Ryeowook, Yesung, Lee Sungmin dan Lee Donghae. Kelimanya punya suara yang indah, selain tampang yang menggoda, dan sejauh yang aku tau, juga punya kepribadian yang menarik. Aku punya impian untuk bertemu dengan mereka, terutama bertemu dengan Yewook-Yesung dan Ryeowook. Tapi mungkin hanyalah impian belaka aku bisa bertemu mereka.
“Ini benar-benar untukku, laoban?” tanyaku tak percaya.
Atasanku kembali tersenyum ramah, “tentu saja.”
Aku mengucapkan beberapa kali terima kasih lagi padanya sampai membuatnya tak enak hati, dan akhirnya, sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang sambil memandangi cover CD itu. Ini album kedua mereka, akhirnya, album yang kutungg-tunggu. Setelah kucek playlist-nya, rupanya Yesung sudah dapat jatah nyanyi lagu solo. Aku tidak sabar mendengar suara seraknya sepanjang 4 menit. Tiba-tiba aku membelokkan langkah kakiku dari berjalan lurus menuju jembatan penyeberangan. Di benakku terbayang wajah seseorang yang pasti akan berseri-seri seperti wajahku ketika melihat album ini. Perjalanan menuju rumahnya yang biasanya memakan waktu 15 menit dari tempat kerjaku dan juga biasanya terasa bosan jika aku tidak memasang headset sambil kesana, hari ini terasa cepat dan tanpa beban. Aku sudah sampai di salah satu apartemen yang cukup bersih dan langsung saja menekan lift menuju lantai enam. Langkah kakiku begitu mantap melangkah menuju kamar nomor 605 dan menekan belnya.
“Siapa?” Tanya suara yang sudah sangat kukenal di dalam sana.
“Aku,” jawabku sambil tersenyum.
Sedetik kemudian, pintu langsung terbuka dan wajah salah satu orang yang paling kusayangi di dunia ini langsung tampak. Dia tersenyum begitu manis.
Sambil menarik tanganku, dia menyapaku,” jie… ada apa tiba-tiba kesini?”
Huang Xili. Dia adalah gadis cantik bermata bulat besar dan bagiku, cukup tinggi menjulang, meski dia lebih muda dua tahun dariku. Tubuhnya proporsional, dan aku sudah menyayanginya seperti mei-meiku sendiri. Mungkin juga karena aku hanya anak tunggal, aku ingin punya seorang mei-mei. Pertemuan kami sederhana sebenarnya, dia adik kelasku waktu di SMA dulu, dan kami bertemu di rental DVD dekat sekolah, ketika kami pertama kali berbicara dan menemukan kami sama-sama menggemari drama dan film Korea. Sejak saat itu kami nyaris tak terpisahkan, dan kurasa kami sudah mencapai tahap saling sayang yang sama seperti saudara sedarah. Senyumku merekah, dan dia juga tersenyum.
“Pasti ada yang menyenangkan. Dan, yang bisa buat jie-jieku begitu senang, kemungkinannya… berhubungan dengan KRYSD,” tebaknya cerdas.
“Benar. Lihat, laoban memberiku CD album terbaru KRYSD!” teriakku nyaris tak terkendali dan menyodorkan CD itu ke depan wajahnya.
Dia sempat membelalak sebelum mengambil CD itu dan mengamatinya dengan cermat, seperti aku yang tadinya tak percaya.
Tak lama, diapun berteriak kencang,” jie!!! Si laoban baik sekali! Wuaaaa!!! Donghae!!”
Dengan langkah super cepat dia masuk ke kamarnya, dan aku mengikutinya dengan susah payah. Dia langsung memasukkan CD itu ke PC-nya, dan aku lega dia cukup cekatan. Beberapa menit setelahnya, kami hanya memandangi cover CD itu sambil mendengar alunan lembut lagu-lagu ballad khas KRYSD. Tidak sepenuhnya ballad sih, mereka memasukkan tiga lagu dance juga di album ini. Dan lagu solo Yesung benar-benar membuatku puas.
“Mei, jie benar-benar kepingin ketemu mereka,” desahku penuh hasrat.
“Sama jie, aku juga kepingin ketemu Donghae,” ucap Xili dengan mata menerawang.
Suara Donghae masih mengalun tenang ketika tiba-tiba Xili terduduk. Aku ikut kaget dan bangkit duduk dari ranjangnya.
Mengatasi kekagetanku, aku bertanya, “kenapa, mei?”
“Kenapa tidak, jie? Ayo kita temui mereka!” jawab Xili antusias.
“Apa?”
Xili mendesah tak sabar, “kita cari tau letak asrama mereka. Kita temui mereka di Seoul.”
“Biayanya mahal, mei. Belum lagi visa, paspor, tempat tinggal…”
“Aku punya ide! Kita bisa pura-pura kan? Maksudku, kita muncul di depan asrama mereka, pura-pura tersesat dan tidak agresif, terus kita tinggal sama mereka! Kita tinggal di Seoul!”
“Mei, kurasa tidak semudah itu…”
“Aku sudah masuk usia kuliah, aku bisa kuliah disana, jie! Ayolah, aku bisa minta izin untuk benar-benar ke Seoul! Jie bisa bekerja di Seoul dan tetap mengirimkan uang secara regular ke orangtua jie! Kita bisa selalu dekat dengan KRYSD! Bayangkan! Tinggal bersama mereka!”
Aku mengerutkan dahiku. Membayangkan prospek seperti itu cukup menyenangkan, tapi aku tidak yakin semuanya bisa berjalan lancar. Itu artinya aku harus membohongi orangtuaku dengan berangkat tiba-tiba kan? Pekerjaan apa yang bisa kudapat di Seoul? Negara seperti apa itu sebenarnya? Okelah bahasa Hangul-ku sudah cukup lancar dengan belajar otodidak, dan aku sudah mengajarkan XIli untuk berbicara Hangul sebaik yang kuharapkan, tapi…
“Jie, kita bisa ajak Aqian. Siapa tau dia tertarik kuliah di Seoul? Bagaimanapun dia sudah selesai dengan kursus pianonya selama setahun, sudah waktunya juga dia kuliah. Dengan begitu, kita bertiga bisa tinggal bersama!”
“Aqian?” tanyaku.
Xili mengangguk, masih dengan wajah dan mata yang berbinar. Dia baru saja menyebut salah satu adik kelasku juga, Qian Meifen. Tidak jauh berbeda dengan kami, dia juga salah satu penggemar drama Korea. Kurasa dia tidak akan kesulitan jika benar ingin ke Korea, tapi Xili… dia anak tunggal. Apa mama dan babanya akan mengizinkan? Dan aku…
“Jie, kalau lain kali kita mau melakukan ini lagi, kita tidak akan punya kesempatan lagi, apalagi kalau aku sudah kuliah. Ayolah jie… kita raih Yesung, Ryeowook dan Donghae sekaligus!!”
Hatiku tidak bisa menolak ide menggiurkan ini. Aku tidak ingin membuat Xili kecewa sebenarnya. Tapi kata-katanya ada benarnya. Jika tidak sekarang, entah kapan kami bisa menemui KRYSD.
“Baiklah, begini saja. Langkah pertama adalah mei-mei minta izin pada orangtua mei-mei dan ajak Aqian. Jie akan mengecek tabungan jie dan mencari alamat asrama mereka. Apa itu oke?”
“Waaaah!!! Oke sekali, jie! Baik, aku akan melakukannya!”
Begitulah suatu awal yang membuat kepalaku pusing dan aku kurang tidur selama tiga hari setelahnya. Masalahnya, mencari alamat asrama mereka tidak segampang aku mengecek tabunganku. Aku cukup hemat, tempat tinggalku, apartemen yang, yah, lumayan bersih, juga cukup murah, jadi aku punya tabungan yang lebih dari cukup untuk berangkat ke Seoul. Tapi… alamat asrama mereka? Aku sudah masuk ke ratusan situs, bertanya pada ratusan orang, tapi hasilnya tetap nihil. Aku tidak yakin semuanya akan berjalan mulus. Aku menggerakkan dan memijat leherku dengan tangan kiri, sementara tangan kananku masih sibuk menggerakkan mouse-ku. Tidak… kami mungkin tidak bisa berangkat. Tiba-tiba handphoneku bordering. Lagu Love Song dari album pertama KRYSD. Ketika aku melihat layarnya, aku melihat nama dan wajah Huang Xili muncul.
“Wei…”
“Jie, aku punya dua kabar untukmu. Kuharap sekarang jie tidak sedang sibuk?”
“Jie masih mencari alamat KRYSD. Tapi tidak apa-apa, jie lebih ingin dengar kabar darimu. Jie tidak sempat mampir ke rumahmu sih.”
“Jadi alamatnya sudah ketemu, jie?”
“Belum,” aku menggelengkan kepalaku dan mengeluh.
“Ah… aku juga ingin bantu jie begitu masalahku sendiri… selesai.”
“Apa? Kau ada masalah apa, mei?”
“Hmm… sebelumnya, aku mau kasih tau jie kalau Aqian setuju untuk ikut kita ke Seoul, orangtuanya cukup yakin Aqian akan serius kuliah disana. Sedangkan aku…”
Aku mendengar Xili mengeluh di seberang sana, “kenapa?”
“Mama dan baba tidak mengizinkanku pergi. Mereka takut tidak ada yang menjagaku. Yah, jie-jie kan tau sendiri…”
“Aku bisa menjagamu juga, Xili. Aku bisa menjaga dan menyayangimu seperti mereka.”
“Aku tau jie, tapi mama dan baba…” suara Xili terdengar kecewa.
“Aku besok kesana untuk meyakinkan mereka kalau begitu. Aku yakin dengan sedikit bujukanku, mereka akan memberikan izin.”
“Ah jie!!! Aku benar-benar sayang jie!!!”
“Cuma masalahnya, kalau jie benar bisa meyakinkan orangtua mei, berikutnya, kalau kita masih juga tidak dapat alamat mereka, kita tetap tak bisa pergi…”
“Kita harus tetap pergi, jie! Bukannya fans mereka ada dimana-mana, termasuk di Seoul? Kita bisa cari fans mereka dan Tanya pada mereka!”
“Mei… itu bukan ide bagus… kita seolah buta arah…”
“Jie, please… usahakan izinku dulu, jadi kita bisa tenang menyelesaikan urusan passport, visa, dan sebagainya, dan berikutnya kita bisa cari alamat mereka sama-sama. Malam ini juga aku akan suruh Aqian bantu kita untuk urusan alamat itu.”
“Ah ya, baiklah. Besok jie akan kesana sepulang jie kerja. Pastikan kedua orangtua mei ada di rumah, ya.”
“Oke jie! Sekarang, aku akan telepon Aqian! Jie, selamat berjuang! Jiayou!”
Suara ceria Xili menghilang begitu telepon ditutup. Sebenarnya tindakan kami ini sangat ceroboh, tapi… aku juga ingin bertemu KRYSD sih. Baiklah, sebaiknya aku berusaha lebih keras untuk mencari alamat mereka. Kalau memang jodoh, aku yakin bisa bertemu mereka koq. Kalau bukan jodoh, yah… nantilah baru dipikirkan.
爱情的魔力
The power of love
随便你 耍心机 发脾气
It’s up to you to play it your way, or get angry
爱你爱你 对你一心一意
Love You Love You, I’ll love you intently
我会保护你
I will protect you
不管你 在北极 意大利
No matter if you’re at the North Pole or Italy
爱你爱你 只想陪着你
Love You Love You, just wanna be with you
Aku tersenyum. The power of love… no matter if you’re at the North Pole or Italy… baiklah, mereka tidak sejauh itu kan? Mereka hanya di seberang sana, dengan perjalanan pesawat tidak lebih dari tiga jam kurasa, dan kekuatan cinta… tentu saja! Bukannya aku mencintai Yewook? Baiklah! Tunggu aku di Seoul! Aku pasti akan menemui kalian, tak peduli ternyata ini adalah hal paling bodoh yang pernah kulakukan di dunia ini! Dan rupanya… aku benar-benar tidak tau, aku baru saja membuat keputusan yang akan membuatku menyesal di kemudian hari. Keputusan yang akan mengubah diriku sepenuhnya, mengubah masa depanku, dan menguak masa laluku. Kebahagiaan itu, rupanya tidak dalam genggamanku…
Aku mendesahkan nafas panjang. Tentunya tidak mudah bagiku untuk berbicara dengan orangtua Xili. Mereka sudah cukup mengenalku, selama tiga tahun terakhir, setidaknya dua kali seminggu aku akan menengok anak mereka, tapi kali ini aku membawa misi yang sulit. Aku harus yakinkan diriku sendiri bahwa aku benar-benar bisa menjaga Xili dan bisa membawanya pulang setiap saat tanpa ada selembar rambutnyapun yang hilang. Ah, agak berlebih. Maksudku sih, asal Xili tidak menderita tapi harus tetap bahagia. Aku harus yakinkan mereka. Aku menekan bel pintu apartemen mereka dengan jantungku yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Lebih baik aku mati saja sekarang. Aku tidak siap!!! Tapi pintu sudah terbuka. Xili, dengan sorotan matanya yang tegang, menatapku.
“Jie,” sapanya, terdengar seperti bisikan.
Aku tidak boleh membuatnya kecewa. Bagaimanapun, aku harus berusaha. Berhasil atau tidak, itu sepenuhnya di tangan Yesus.
“Mereka ada kan?” tanyaku, dan suaraku bergetar, pertanda buruk.
“Ada, jie. Aku sengaja suruh mereka di rumah karena aku bilang ada yang mau jie bicarakan dengan mereka.”
Mati aku. Tapi kakiku tidak menunjukkan tanda aku mau mati, malahan dia membawaku masuk ke dalam apartemen seolah dengan tenang menantikan ajalku. Huang Baba, aku memanggilnya begitu, sedang duduk tenang menonton TV yang sepertinya menyiarkan acara music. Aku berharap itu bukan acara music Korea yang ada KRYSD-nya. Huang Mama sedang memasak sesuatu yang baunya wangi dan manis. Orang pertama yang menyadari kehadiranku adalah Huang Mama.
“Ah, Yifang. Baru pulang kerja?” Tanya Huang Mama, tangannya sekarang mengangkat seloyang bolu keluar panggangan.
Senyum ramah itu… akankah berubah menjadi kemarahan? Aku ingin keluar dari tempat ini! Yewook, tolong aku!!!
No comments:
Post a Comment