I’M YOUNG, BUT I KNOW WHAT TRUE LOVE IS
Chapter 1
Disclaimer: I don’t own Leeteuk and Jiro Wang, they’re belong to their company and parents; I don’t own Julie, she’s my friend; but I do own Lee Rina, she’s my imaginary character. I don’t earn money from this story, so enjoy and read it! Don’t forget, comment it…
Cast: Lee Ri Na (tokoh utama wanita), Lee Teuk (tokoh utama pria, the one who appear in my dream), Julie (tokoh utama wanita kedua), Jiro (tokoh utama pria kedua)
Location: Seoul
Present:
Keluarga Lee:
Lee Teuk (34 tahun): seorang kepala keluarga yang masih muda, berprofesi sebagai manajer artis yang super sibuk, single parent
Lee Ri Na (13 tahun): SMP tingkat pertama kelas D, anak tunggal Teukie
Jiro (17 tahun): High School tingkat kedua kelas H, artis yang dimanajeri Teukie
Julie (13 tahun): SMP tingkat pertama kelas D, teman sekelas Ri Na
PROLOG
”Teukie ah~~ mianhae...”
”Hye Sun...”
”Mianhae... aku gak bisa menemanimu untuk selamanya. Aku berharap Ri Na bisa membawa kebahagiaan untukmu...”
”Hye Sun... kau jangan bicara lagi...”
”Gak... aku tau aku gak akan sempat lagi... Teukie... tolong... carilah pengganti aku... Ri Na gak boleh tumbuh sendirian... dia butuh kasih sayang seorang omma... dia haruslah orang yang bisa menemanimu lebih lama... dia harus sayang Ri Na... dan harus juga kau cintai...”
”Hye Sun, aku gak mungkin menggantimu dengan yang lain! Di hatiku Cuma ada kau seorang...”
”Tolong... Teukie... berjanjilah... aku gak bisa pergi dengan tenang... aku...”
”Arasso... Hye Sun... aku akan menuruti apapun keinginanmu...”
Dan itulah senyum terakhir Hye Sun yang kulihat. Senyum yang akan selalu membuatku rindu. Senyum yang kupikir gak akan pernah tergantikan... tentunya sebelum aku mulai jatuh cinta lagi pada gadis belia itu...
***
Apartemen nomor 112, lantai 12 adalah tempat tinggal keluarga keluarga Lee. Pagi2 sekali. Lee Ri Na baru bangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia merentangkan tangannya dan menguap lebar2. Hari ketiganya masuk SMP, sekaligus hari pertama appa-nya mendapat profesi baru: bekerja sebagai manajer artis. Ri Na turun dari ranjangnya, berjalan terseok sambil membuka pintu kamarnya yang bernuansa serba merah. Masih sambil menguap, dia menggaruk kepalanya, rambutnya berantakan, dan dia duduk di meja makan, nyaris masih memejamkan matanya. Dari dapur terdengar suara kelontangan dan mengoar bau harum yang menggugah selera. Naga di perut Ri Na yang kurus langsung bangun.
Ri Na: ”Appa ya~~ masak apa sampai sesibuk itu? Mau Ri Na bantu?”
Lee Teuk muncul dari dapur. Bapak2 muda ini baru berumur 34 tahun, rambut pendek berponinya dicat pirang gelap. Wajahnya selalu tampak ceria. Sekarang dia mengenakan kaos putih dilapisi celemek hijau. Istri Teukie, Moon Hye Sun, meninggal di usianya yang ke-20 tahun tepat setelah melahirkan Ri Na. Teukie dan Hye Sun menikah muda karena tuntutan appa dan omma Hye Sun yang kepingin sekali punya cucu. Alhasil Hye Sun yang tadinya belum siap, langsung dijodohkan pada Teukie. Mereka jatuh cinta dalam waktu yang singkat dan langsung dinikahkan. Dan gak bisa dihindari, Hye Sun hamil. Namun karena pendarahan saat melahirkan Hye Sun meninggal. Semenjak itu Teukie bersikeras membesarkan sendiri Ri Na, padahal waktu itu dia masih berkuliah semester 5. Dia bekerja serampangan, menitipkan Ri Na pada appa dan omma nya selama dia bekerja, hingga Ri Na berusia 7 tahun, dan menjadi cukup mandiri. Semenjak itu Ri Na udah bisa ditinggal sendiri di rumah, belajar dan pulang tepat waktu dari sekolah tanpa disuruh, dan tumbuh menjadi anak yang penurut. Sayangnya, Teukie gak pernah lama bekerja di satu tempat. Paling lama hanya selama 8 bulan, karena entah mengapa ada2 ajah kesulitan Teukie bekerja sehingga dia di PHK dari tempat2 kerja sebelumnya. Teukie tersenyum manis dan meletakkan dua piring paella (nasi goreng seafood ala Spanyol) ke meja makan mereka yang mungil. Asap masih mengepul dari dua piring makanan itu.
Teukie: ”Gak, kau gak perlu bantu appa, Ri Na. Appa udah selesai.”
Ri Na: ”Yei~~ ini pasti enak.”
Teukie jago memasak, satu2nya hal yang gak bisa dilakukan Ri Na. Jadi tiap pagi Teukie akan berusaha keras bangun pagi untuk masak sarapan dan membereskan rumah, juga menyimpan makan siang dan malam di lemari es untuk dipanaskan Ri Na tiap kali dia lapar. Satu hal yang Teukie gak mau adalah melihat Ri Na mati kelaparan. Apalagi anak gadisnya ini cukup kurus, seperti kurang makan. Teukie menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ri Na: (mendongak) ”Appa ya~~ bukan salah Ri Na ataupun appa kalo Ri Na kurus. Ri Na selalu kelaparan, makan banyak, tapi ujung2nya juga gak gemuk.” XDD
Teukie: ”Kau mau nambah?” (menyodorkan piringnya)
Ri Na: ”Appa... itu kan jatahnya appa. Lagian hari ini appa akan bekerja di tempat baru lagi. Appa harus punya energi ekstra untuk bekerja kan? Kalo jatah appa Ri Na makan, ntar appa kelaparan.”
Teukie: ”Ahh, benar juga. Ri Na tumbuh jadi gadis kesayangan appa.” (mengacak-acak rambut Ri Na yang udah berantakan)
Ri Na: ”Appa... yang pekerjaan jadi manajer artis itu... appa harus ke kantor agensinya jam berapa?”
Teukie: (mengunyah nasi) ”Jam delapan. Emang kenapa, Ri Na?”
Ri Na: ”Sekarang udah jam setengah delapan. Appa harus naik kereta bawah tanah kan?”
Teukie melihat jam dinding dan kaget. Dia akan terlambat di hari pertamanya bekerja.
Teukie: ”Aaaah! Kau benar, Ri Na!”
Ri Na: ”Mulai lagi deh...” =.=”
Begitulah Teukie, sering terlambat ato nyaris terlambat tiap pagi bekerja. Mungkin itu salah satu sebabnya Teukie dipecat dari pekerjaan2nya sebelumnya. Teukie melesat ke kamarnya, dan dalam lima menit langsung keluar lagi dengan memakai kemeja putih dan celana panjang hitam. Jas hitamnya disampirkan di lengannya, sementara dia mencari sepatunya.
Teukie: ”Tolong bereskan piringnya Ri Na.”
Ri Na: ”Ye, appa.”
Teukie: ”Makanan bisa kau panaskan. Jangan jajan.”
Ri Na: ”Ye, appa.”
Teukie: ”Jangan pecahkan piring waktu kau cuci.”
Ri Na: ”Appa ya~~ pergilah! Ntar appa telat!”
Teukie: (mengecup dahi Ri Na) ”Appa pergi, chagya.”
Ri Na melambai pada Teukie yang melesat keluar rumah tanpa menutup pintu. Kelupaan. Ri Na mendesahkan nafasnya dan menutup pintu. Itulah yang Teukie ucapkan pada Ri Na tiap pagi sebelum berangkat bekerja. Ri Na udah hafal isinya. Tapi gak salah Teukie memperingatkan Ri Na, karena Ri Na si ceroboh gak jarang memecahkan piring dan gelas. Dengan ati2 Ri Na mengangkat piring dari meja dan membawanya ke dapur, ke tempat cuci piring. Ri Na cukup santai karena sekolah barunya masuk pada jam setengah sembilan. Lagian Ri Na hanya cukup jalan kaki selama 15 menit maka akan sampai di sekolahnya. Tangannya licin saat mencuci piring dan... PRYANG!
Ri Na: ”Aaah... mianhae appa... piringnya pecah lagi...” =.=”
***
Nafas Teukie tersengal-sengal waktu sampai di stasiun kereta bawah tanah terdekat dari rumahnya. Normalnya tempat itu baru bisa dicapai setelah berjalan kaki 20 menit, tapi karena Teukie berlari, dalam 10 menit dia udah sampai. Dia mengatur nafasnya, keringat mengalir dari wajahnya yang super duper tampan. Dia mengecek arlojinya. Tepat jam 07.45. Keretanya akan segera tiba setelah mendengar pengumuman dari mikrofon. Dan benar ajah, kereta yang dinantikannya tiba. Para penumpang turun sambil agak berdesakan. Sebagian besar adalah para karyawan dan anak2 sekolah. Setelah penumpang turun, Teukie bersama penumpang lainnya naik ke dalam kereta. Gak jarang, bisik2 mengiringi setiap langkah Teukie. Maklum, wajah dan penampilannya sering membuatnya dianggap cwo 27 tahun yang dikira anak direktur yang naik kereta karena low profile. Cwe2 mengedip genit padanya, berharap dipacari. Tapi Teukie udah terbiasa dan gak peduli pada semua itu. Dia duduk di kursi yang agak sepi, mengecek arlojinya lagi. Jam 07.50. Kereta akan berjalan selama 5 menit menuju tempat kerjanya, dan dia masih harus berjalan 10 menit lagi kesana.
Teukie: ”Ditambah lima menit berarti 07.55. Kalo harus berjalan kaki berarti aku akan sampai jam 08 lewat 5 menit. Kalo berlari... bisa hemat setengahnya? Ya. Aku harus sampai tepat waktu.”
Kereta yang dinaiki Teukie sangat rame pada saat itu. Beberapa penumpang terpaksa berdiri. Di hadapan Teukie-pun banyak penumpang yang berdiri. Ada juga cwe2 SMP. Sambil melihat cwe2 itu, pikiran Teukie melayang ke Ri Na. Teukie berharap Ri Na gak terlambat ke sekolah.
Cwe: ”Aaaah... copet! Ada copet!”
Teukie menoleh kaget. Seorang cwe yang berdiri di depannya menunjuk panik pada sesosok cwo bertopi yang lari ke arah belakang kereta. Suasana jadi heboh dan ramai. Si pencopet menghindar gesit dari para penangkapnya.
Teukie: ”Heh... mau kabur kemana kau?”
Teukie langsung berdiri, menyodorkan tas dan jasnya pada cwe yang kecopetan, menyingsingkan lengan kemejanya dan berlari mengejar si pencopet. Badan Teukie yang proporsional membuatnya mampu menyelip di antara orang2 dengan tepat. Akhirnya Teukie melihat sosok si pencopet, dia mendahului para satpam dan menarik kerah kaos hitam si pencopet.
Teukie: ”Hei kau sampah masyarakat! Kau lebih baik bekerja, bukan mencuri!”
Si pencopet menoleh dan berusaha menyerang Teukie, tapi Teukie lebih lincah dan memelintir kedua tangan si pencopet ke belakang dan memitingnya ke lantai, dengan satu tangan. Tangan kiri Teukie mengambil dompet yang dicopetnya.
Teukie: ”Mencopet bisa membuatmu dipenjara, tau?”
Lalu terdengar suara tepuk tangan dan sorakan. Banyak yang memuji ketampanan dan keberanian Teukie. Akhirnya si pencopet ditangkap satpam yang bertugas.
Cwe: ”Oppa... kamsahamnida.”
Teukie: ”Ahh chonmayo. Ini dompetmu.”
Teukie menyerahkan dompetnya, dan cwe itu memberikan tas dan jas titipan Teukie. Cwe itu memperhatikan wajah Teukie dengan seksama. Begitu tampannya.... pikir cwe itu. Cwe itu mengambil inisiatif untuk berkenalan, tepat pada saat Teukie mengecek arlojinya.
Cwe: ”Oppa, choui irumun...”
Teukie: ”Ahhh, aku berhenti di stasiun yang salah! Mianmida... tto poepkessumnida.”
Tangan si cwe membeku di udara, tanpa sempat Teukie menyambutnya. Ternyata udah jam delapan tepat dan Teukie berhenti di stasiun yang salah. Alhasil perlu waktu 25 menit bagi Teukie untuk sampai di kantor agensinya. Dia berlari kencang dan akhirnya tiba di MOST Entertainment, tempat bekerjanya yang baru. Gedung MOST terdiri dari 20 lantai, dan Teukie perlu ke lantai 5 dengan naik lift. Masih ngos2an, Teukie memasukkan kartu IDnya ke mesin pengenal, sekaligus mesin absen bagi para karyawan, yang terletak di pintu depan. Gak sembarang orang boleh masuk ke gedung MOST, karena disini tempat berkumpulnya para artis yang selalu jadi incaran ganas para fans. Mesin pengenal berbunyi BIP, lampunya berwarna hijau dan tertulis di layar kecilnya:
IDENTIFYING
LEE TEUK
IN PROGRESS...
ACCEPTED!
LEE TEUK MAY COME IN
Dan setelah itu keluar kertas dari dalam celah mesin kecil itu. Teukie menangkapnya dengan gesit.
YOU’RE LATE FOR 15 MINUTES
BE SURE NOT TO COME LATE TOMORROW
Hati Teukie mencelos. Dia gak menyangka mesin kecil ini begitu pintar. Teukie menyelipkan kembali kertas peringatan dan kartu IDnya ke balik jasnya yang udah dipakainya dengan rapi. Dengan agak kikuk namun berusaha pede, Teukie berjalan mantap bersama sesama karyawan di agensi ini dan naik lift. Lift penuh sesak, dan begitu sampai lantai lima, Teukie bersama tiga karyawan lain sama2 keluar. Teukie perlu ke ruangan nomor 59, karena disitu katanya Teukie akan mendapatkan deskripsi pekerjaannya dan mengatur kontraknya dengan artis yang udah disiapkan untuknya. Sambil berdoa dalam hati supaya artis yang dimaksud belum datang, Teukie membuka pintu ruangan.
Mr. Park: ”Terlambat, Lee Teuk.” (melotot)
Teukie: ”Yongsohae chushipshio, Park sonsaengnim. Di hari depan saya akan berusaha untuk tidak terlambat lagi.” (membungkuk 90 derajat)
Mr. Park: ”Ya. Apalagi artis kita tidak suka pada sesuatu yang namanya terlambat atau kecerobohan, karena dia begitu sempurna. Ayo, kuperkenalkan pada artismu.”
Teukie menoleh ke meja panjang. Disana duduk seorang cwo remaja yang tampan. Rambut jabrixnya hitam dan agak panjang, mencuat kemana-mana, membuat kepalanya jadi keliatan besar. Badannya lumayan tegap dan berotot, hasil latihan fitness. Teukie berdiri di hadapannya, dan diapun berdiri. Tingginya hanya kurang 1-2 cm dari tinggi Teukie. Matanya sipit dan bibir tipisnya membentuk senyum yang menawan.
Mr. Park: ”Jiro, this is Mr. Lee. He’ll be your manager. Lee Teuk, ini artismu, Jiro.”
Teukie punya perasaan gak enak mendengar Mr. Park ngomong bahasa Inggris dengan Jiro.
Teukie: ”Ha... hai... I’m Lee Teuk.” (membungkuk)
Jiro: ”Anyonghaseyo... choui irumun Jiro Wang imnida. Nice to meet you.” (ikut membungkuk)
Mr. Park: “Teuk, dia ini artis yang kita rekrut dari Taipei, jadi tidak bisa berbahasa Korea. Dia hanya berbahasa Korea untuk menyanyi, dan baru tiga bulan hidup di Seoul. Aku lihat CVmu, kau bilang lancar berbahasa Inggris kan?”
Hati Teukie mencelos. Sebenarnya dia berbohong. Dia menulis pintar berbahasa Inggris hanya supaya bisa diterima bekerja disini. Tapi kali ini dia kena batunya. Bahasa Inggrisnya... selalu mendapat nilai C saat kuliah.
Mr. Park: ”Kini dia sepenuhnya ada di tanganmu, ajari dia bahasa Korea, jadi manajer pribadinya dan carikan tempat tinggal di apartemen tempatmu, supaya kalian bekerja lebih efektif. Oh ya, bila perlu dia tinggal di tempatmu untuk sementara, menghemat biaya perusahaan. Untuk pengeluarannya, kau catat saja, perusahaan akan menggantinya.”
Teukie memandang Jiro sekali lagi. Tampaknya cwo ini gak merepotkan... pikirnya.
Mr. Park: ”Jiro sekarang 17 tahun dan tengah sekolah di Seoul International High School. Kau tidak usah khawatir, untuk minta izin dari sana selama kegiatan keartisannya cukup gampang. Lagipula Jiro ini pintar. Oh ya, dia juga sangat perfeksionis. Jadi kuharap kau bisa bekerja professional untuk membuatnya puas.”
Kali ini Teukie menelan ludah dengan susah payah.
***
Ri Na sampai di sekolah 15 menit sebelum bel berbunyi. SMP-nya adalah salah satu sekolah elit di Seoul, karena hanya yang pintar dan kayalah yang belajar disini. Kebetulan Ri Na pernah mengikuti olimpiade Biologi waktu kelas 6 SD dan mendapat beasiswa bersekolah disini. Ri Na cuek ajah meskipun dia datang ke sekolah dengan berjalan kaki dan penampilannya terkesan cuek, meskipun sebenarnya dia lumayan cantik. Rambut hitamnya yang panjang sepinggang sering diikat kuncir dua dan disampirkan indah di kedua bahunya. Matanya yang bulat dan besar, lengkap dengan kelopak mata indah dan bulu mata panjang, sering membuat gadis2 Seoul iri. Kulitnya juga putih, dengan tinggi badan yang cukup imut, 151 cm. Tasnya yang berwarna merah disampirkan di bahu kirinya. Dia mengenakan seragam SMP musim seminya, kemeja lengan pendek putih dan rok selutut warna biru.
Cwe: ”Lee Ri Na ya~~ tunggu aku!”
Ri Na menoleh dan mendapati Julie berlari ke arahnya. Julie adalah seorang Chinese, dia asli kelahiran Beijing. Namun mama-nya yang merupakan orang Seoul membuat Julie punya ciri khas Korea di penampilan Chinese-nya. Dia sedikit lebih gemuk dari Ri Na, dengan tinggi badan 158 cm, sangat bersahaja karena suka tersenyum. Rambut hitamnya panjang sebahu dan sering dibiarkan terurai. Julie adalah teman pertama Ri Na di SMP ini. Sama sepertinya, Julie masuk sekolah ini karena dia pintar, terutama dalam bidang MIPA.
Ri Na: ”Kenapa kau keringatan gitu?”
Julie: ”Kena kejadian menarik waktu di kereta tadi.”
Ri Na: ”Kena? Maksudmu?”
Julie: ”Tadi aku kecopetan.”
Ri Na: ”Hah? Apa? Jadi apa yang terjadi?” 0.0
Ri Na dan Julie masuk ke kelas 1-D. Kelas itu udah ramai diisi anak2 yang siap belajar. Ri Na dan Julie duduk di bangku belakang.
Julie: ”Ada cwo cakep dan keren banget nolongin aku. Dia kejar pencopetnya dan berhasil balikin dompetnya.” (berbinar-binar)
Ri Na: ”Sekeren itukah?” (mengangkat sebelah alisnya)
Julie: ”Banget. Rambutnya pirang dan pakaiannya rapi. Kayaknya orang dewasa yang udah jadi karyawan ato manager gitu.”
Ri Na: ”Berarti bapak2 dong. Kau suka yang begitu?”
Julie: ”Well... bagiku bapak2 baru keren.”
Ri Na: (menggelengkan kepalanya) =.=”
Julie: ”Kau sendiri? Seperti apa seleramu?”
Ri Na: ”Gak kepikiran.”
Julie: ”Huu... dasar cuek.”
***
Jam dua sekolah bubar.
Julie: ”Ri Na, mau kemana? Pergi karaoke yuk. Aku traktir.”
Ri Na: ”Mian Julie, aku belum minta izin sama appa. Gimana kalo besok siang ajah? Jadi aku akan minta izin hari ini.”
Julie: ”Oh... okey lah. Sampai ketemu besok yah.”
Ri Na: ”C ya Julie.”
Ri Na berjalan santai pulang ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, Ri Na makan siang, browsing di internet, tidur sebentar, mengerjakan tugas2 sekolah dan nonton TV begitu selesai makan malam. Semuanya itu nyaris menjadi rutinitasnya. Ri Na melirik jam dinding. Jam tujuh malam.
Ri Na: ”Appa lemburkah? Di hari pertama kerja?”
Ri Na mengambil remote dan mengganti saluran TV dengan asal. Dia berhenti pada acara infotaintment.
Presenter Cwe: ”Kembali lagi dengan topik dari blantika musik K-Pop. MOST Entertainment akan mengorbitkan satu lagi artis yang disebut-sebut memiliki bakat yang beragam. Dia adalah seorang Chinese yang lahir di Taipei, Jiro Wang. Selain ketampanannya...”
Ri Na memicingkan matanya menatap layar datar TV-nya.
Ri Na: ”Lumayan tuh cwo. Mana sekolahnya di Seoul International High School lagi. TOEFL-nya pasti di atas 600 tuh...”
Ri Na mendengar suara gaduh di depan pintu apartemennya dan ada yang membuka pintu.
Teukie: ”Appa pulang.”
Ri Na menoleh dan melihat penampilan Teukie berantakan.
Ri Na: ”Loh? Appa kenapa?”
Teukie: ”Bisa panaskan makan malam?”
Ri Na: ”Ah ya, baiklah appa...”
Masih sambil keheranan, Ri Na memanaskan makan malam untuk appa-nya yang sekarang duduk kelelahan sambil menonton TV. Gak lama kemudian Ri Na memberikan sepiring nasi plus lauk2 pada Teukie.
Ri Na: ”Kena musibah yah?”
Teukie: ”Ri Na, untuk sementara kita akan punya tamu yang menginap di tempat kita.”
Ri Na: ”Hah? Apa? Siapa?”
Teukie: ”Hanya untuk sementara, mungkin satu minggu sampai nomor 125 kosong. Dia akan tidur di kamar appa, dan appa akan tidur di sofa, jadi gak akan mengganggumu.”
Ri Na: ”Ya, tapi siapa yang mau menginap, appa?”
Teukie: ”Artis appa. Agensi ingin dia satu apartemen dengan kita, tapi sayangnya gak ada yang kosong waktu appa menghubungi pemilik apartemen tadi. Nomor 125 bakal kosong seminggu lagi.”
Ri Na: ”Hah? Bakal serumah sama artis? Gak bahaya tuh appa?”
Teukie: ”Karena dia artis baru, gak banyak yang tau urusan pribadinya, Ri Na.”
Ri Na: (mengangkat bahu) ”Okey. Ri Na menurut ajah sama appa.”
Teukie makan dengan lahap.
Ri Na: ”Oh ya appa... besok Ri Na mau pergi karaoke dengan Julie sepulang sekolah. Boleh?”
Teukie: ”Julie? Temanmu yang mana?”
Ri Na: ”Teman sekelas yang baru. Dia kelahiran Beijing. Tentu appa belum pernah melihatnya.”
Teukie: ”Baiklah, appa percaya padamu. Tapi kapan2 kenalkan Julie pada appa yah.”
Ri Na: ”Ye. Gomawo appa.”
***
ceroboh se x t Ri Na tiap cuci piring bs pecahkan piring...
ReplyDeletehmm...beruntung sekali ri na bs tinggal brg artis setampan jiro wang..klo saya jd dy pst sangat beruntung sekali ap gy bs jd pacarnya dy ..ahahahaha..>>mimpi.com>>
wah saya mw dpt kan suami spri Teukie...sdh tampan bertanggung jawab trhdp klurga..
saya mw kok Teukie oppa menjadi ibu bagi ri na hahahaha... :p
haha, maklum, Rina masih kecil (13 tahun)
ReplyDeletehahaha~~ ngarep ye~
tunggu kelanjutannya ^^