Brand New It’s Magic
Chapter 10 part 6
Thia tengah
bermalas-malasan di kamarnya. Matahari sudah bersinar terik, tapi Thia enggan bangun. Seperti biasa
semalam Thia keasyikan nonton DVD drama serial. Ortunya berangkat lagi, jadi
Thia bisa tenang-tenangan di rumah. Thia mengaktifkan hape Nokia-nya. Dan
langsung dikagetkan dengan SMS dari voice mail.
Thia
bertanya, “siapa yang telepon aku pagi-pagi?”
Dan rupanya
tertulis “Aaron Yan” dan Thia langsung terduduk dengan shock. Thia mengecek
voice mail-nya. Suara Aaron yang merdu terdengar dari kejauhan, Cuma sepertinya Aaron lagi tak bahagia.
“Telepon aku,” perintah
suara Aaron.
Dengan agak ngeri,
Thia menelepon Aaron. Pada dering ketiga, Aaron mengangkat hapenya.
Thia menyapa, “wei, Aaron ge..”
“Thia. Aku mau
tanya. Jawab dengan jujur.”
“Hah??”
“Masihkah kau... dekat dengan Jiro?”
“Apa? Tidak ge.. aku sudah tidak pernah contact sama Jiro ge lagi
koq.”
“Tapi keluargamu
dekat dengannya.”
“Iya.. itu cerita lama, ge. Dulu kami selalu
membantu keluarga Wang, terutama saat Wang shushu dan Wang ayi baru meninggal..”
“Mamamu suka pada Jiro.”
“Shen me??” Tanya Thia, kaget.
“Dia mengundang Jiro makan malam di rumahmu,
segera setelah kami balik ke Taipei.”
“Tapi ge, bukan aku yang menginginkan itu..
itu pasti ide mama.”
“Kenapa kau tidak cerita tentang aku pada mamamu?”
“Tapi apa yang
bisa kuceritakan? Bagaimana sebenarnya hubungan kita?”
“Apa masih perlu kutegaskan kalau perasaanku terhadap...”
Thia kaget
mendengar suara marah Aaron terputus.
“Wei? Halo? Wei? Aaron ge?”
Dan terdengar nada
telepon putus.
“Huh.. dasar Aaron ge aneh.”
Thia mulai
mengomel sendiri.
“Aku kan tak tau kalau mama menelepon Jiro ge. Mama juga sih, suka ngambil
keputusan sendiri. Salah Aaron ge juga, memang hubungan kami apa, coba? Baru
juga kencan 3 kali, itu juga tak ngomong apa-apa. sekarang malah marah-marah. sial bener aku bangun pagi dimarahin orang.”
Thia masih terus
mengomel. Namun tiba-tiba dia heran sendiri.
“Tunggu. Teleponnya tak harus diputus gitu kan? Aneh... ah!! Jangan-jangan!! Tidak-tidak!! Aaron ge!!”
Thia dengan paniknya
menekan nomor hape Hyunjoong yang seumur-umur belom pernah
dihubungi Thia. Thia dapet nomornya gara-gara Hyunjoong mau berangkat bareng D’Sky saja.
Hyunjoong menyambut, “yoboseyo.”
“Hyunjoong oppa. Ini Thia!”
Latar suara Hyunjoong terdengar ramai.
“Oh Thia.. ada apa?”
“Oppa dimana?”
“Oppa baru saja keluar kantor
agensi yang ngurusin D’Sky di Seoul. Mau tanya tentang Aaron? D’Sky semuanya
masih di hotel tuh. Jiro sekamar sama Kyujong, Calvin dan
Aaron. Mereka tak berani keluar karena banyak fans mengincar.”
Thia
bertanya, “oppa tak bersama
mereka?”
“Jangan teriak
gitu. Sebenarnya ada apa sih?”
***
“Flying Sword!” teriak Calvin.
Calvin melempar
Flying Sword ke zombie yang mencekik Aaron. Zombie itu mengendurkan cekikannya
dan Aaron berlari ke belakang Calvin. Aaron kaget. Teleponnya terputus karena
si zombie menarik hape dari tangan Aaron dan mencekiknya. Dia nyaris mati kalau bukan Calvin menyusulnya ke kolam renang. Aaron
menghitung cepat dan melihat 11 zombie.
“Aaron, lari!
Aaron
memutuskan, “aku akan panggil
Kyujong!”
Aaron memaksakan
dirinya berlari cepat, sementara Calvin berjuang sendirian dikerumuni zombie-zombie itu. Akhirnya Aaron sampai ke kamar 252, kamar Jiro dan
Kyujong yang bersebelahan dengan kamarnya dan Calvin. Dia
membuka pintu dan melihat kedua temannya sedang main game sharing di laptop
masing-masing.
Aaron berseru, “Jiro! Kyujong! Ada zombie! Banyak! Kolam renang indoor!”
“Mwo?? Conqueror
Chain!”
teriak Kyujong.
Kyujong langsung
melesat keluar, Jiro dan Aaron mengejarnya, mereka lewat tangga darurat hotel
biar orang-orang tidak ngeliat Kyujong aneh bawa senjata.
Dan mereka melihat Calvin terpojok. Tangannya dicakar-cakar. Kyujong langsung
maju dan menerjang kerumunan zombie itu.
Jiro menjerit
tak kalah serunya, “Aaron, Hyunjoong! Hubungi dia!”
“Iya!!” seru
Aaron.
Aaron segera
menelepon Hyunjoong, tapi nada sibuk yang terdengar.
“Dingin.”
“Hah? Apa?”
“Dingin... rasanya dingin...”
“Sampai gemetar gitu, Jiro? Aku sih biasa aaaaaaa... Jiro! Itu!”
Jiro menoleh
melihat apa yang ditunjuk Aaron. Rupanya ada tongkat tipis berwarna coklat
terbang beberapa senti di depan dada Jiro. Puncak tongkat itu ada spade
berwarna biru, dan ukiran daun ada di sepanjang batang. Jiro tau.. merasa
dikendalikan sesuatu...
“Crimson Magic Stick...”
“Kau Warriors’ Helper, Jiro! Cepat bantu
mereka!”
Tanpa disuruh dua
kali, Jiro menyambar tongkat itu dan merasakan sensasi dingin menyenangkan
mengalir dari telapak tangan kanannya. Seakan sudah mahir, Jiro menyerang zombie-zombie dengan Crimson Magic Stick. Serangan merah pekat
menyambar kemana-mana. Untung saat itu ruangan kolam renang indoor lagi sepi.
Mereka sudah menghabisi 4 zombie. Dan tiba-tiba terdengar suara letupan di samping Aaron. Hyunjoong muncul.
Hyunjoong berteriak, “Double Sword!”
Hyunjoong langsung turun ke medan perang. Dengan empat orang
bersenjata, zombie-zombie itu segera hancur. Bau mereka menusuk hidung. Untuk
pertama kalinya, Aaron kepingin jadi Warriors’ Helper. Melihat keempat orang di
hadapannya ini berperang dengan keren, dia jadi membayangkan.. gimana
senjatanya seandainya dia Warriors’ Helper?
“Huah... akhirnya...” lega
Calvin.
Mereka semua,
kecuali Hyunjoong, terduduk lemas. Ada mayat-mayat zombie membusuk.
Hyunjoong
mengusulkan, “kupikir kita harus
cepat ke kamar, atau kita akan ditanya-tanyain seputar ini. Aku akan antar kalian
pakai Teleport.”
Hyunjoong mendekat
ke Jiro dan Kyujong dan menarik tangan mereka, menghilang, sementara Aaron
meneliti luka-luka Calvin.
“Jangan sampai berbekas di kulitmu yang berharga ini loh, Cal,” wanti Aaron.
Hyunjoong kembali
lagi. Dan tanpa ngomong, langsung menarik Aaron dan Calvin. Aaron merasakan
sensasi yang menyenangkan saat Teleport. Dan dia kembali ke kamarnya. Jiro dan Kyujong
duduk di ranjangnya.
Jiro berujar, “Calvin, ayo obati lukamu!”
Jiro jadi seperti ibu-ibu yang sibuk dengan tangan Calvin yang
berdarah. Hyunjoong memeriksa luka itu.
“Bukan racun,” kata Hyunjoong, “syukurlah.”
“Ngomong-ngomong
darimana zombie-zombie sialan itu?” Tanya Kyujong.
Aaron
menjawab, “tadi aku lagi ditelepon Thia. Zombie-zombie itu tiba-tiba muncul dan mencekikku. Untung Calvin
datang.”
“Kemungkinannya mereka tau aku tak disana,
jadi mereka manfaatkan momen untuk menghabisi kalian,” tebak Hyunjoong, “tapi
kita harus bersyukur karena satu lagi Warriors’ Helper, akhirnya, yang tersisa
dari keluarga Wang, bergabung dengan kita.”
“Crimson Magic Stick-nya keren,” ucap Jiro, menyodorkan
Crimson Magic Stick pada Hyunjoong.
“Ohh, jangan sodorkan padaku. Senjata tak bisa dipakai orang lain. Itu akan membuatku panas-dingin. Aku bukan
Yunhwa atau Yesung hyung loh.”
“Ooh gitu..”
Calvin
bertanya, “tadi katamu, kau lagi teleponan sama
Thia, Aaron?”
“Iya,” jawab Aaron.
“Kau tak telepon balik? Nanti dia khawatir.”
“Ah iya, benar!”
Aaron keluar ke
balkon dan menekan nomor hape Thia. Untung hapenya tak rusak gara-gara jatuh ditarik zombie. Thia mengangkat
telepon dan terdengar histeris. Aaron tertawa. Dia tau dia keterlaluan marah
sama Thia, dia tau Thia begini khawatir dengannya karena tak ada orang lain yang Thia pikirkan, dan Aaron tau hal
pertama yang harus dia lakukan begitu sampai di Taipei, 6 hari lagi.
***
Seorang cowok berucap, “jadi begitu... hmm... Junsu gagal. Dia tak bisa tergoda lagi oleh May. Jiwa seorang pengawal memang kental di kepribadiannya. Baiklah, aku akan turun
tangan. Tapi bukan sendirian, berdua. Sekalian Wookie yang turun. Yang ini akan
berhasil. Hahahah...”
***
Akhirnya D’Sky
pulang ke Taipei. May tidak sempat menjemput Jiro, kerjaan
rumahnya menumpuk. Lagian dia tau, Hyunjoong akan
mengantar satu-persatu dengan Teleport yang praktis.
“Wo hui lai le~” ujar
Jiro gembira.
May
menjerit, “Rin!! Jiro ge pulang!”
“Jiro ge~!” kata
Rin, ikut senang.
Rin berlari dari
lantai dua mendahului May, dan membuka pintu depan. Jiro memasang tampang
senang dan merentangkan tangannya. Rin langsung memeluk Jiro. Maklum, Rin
sangat lengket dengan Jiro dari kecil. May melihat, Hyunjoong berdiri di belakang Jiro, tampak sedikit lelah.
Hyunjoong berucap, “baik, Jiro ge sudah kuantar dengan selamat ke rumah, May, Rin.”
“Tidak mau masuk dulu, oppa?” tawar May.
“Maunya. Tapi aku belum antar Aaron. Tinggal
dia sendirian. Dan appa lagi sibuk di mini market. Hari ini stock masuk.”
“Gimana kalau aku datang lebih cepat dan membantu?”
“Ah~ aku merasa tertolong. Junsu tak bisa diharapkan. Dia dan Vani main ke dunia vampire.”
“Oke, aku akan
datang dalam dua jam, kalau tak ada halangan.”
“Hao ba. Aku akan
ke Aaron sekarang. Bye, Jiro ge, Rin.”
May, Jiro dan Rin melambai, “zai jian..”
Hyunjoong menghilang, seperti biasa, diiringi suara lecutan.
Sekarang ketiga marga Wang duduk di sofa.
“Kami lihat penampilan gege
selama di Seoul loh!” kata Rin.
Jiro
bertanya, “menurut kalian gimana? Apa akan menambah
penjualan album?”
“May yakin, ge,” jawab
May, “kalian keren.”
“Oh yah, insiden zombie itu...” ucap
Rin.
Jiro berujar, “gege Warriors’ Helper yang baru loh.”
“Wow~ May senang,
ge!!”
sorak May, “akhirnya...”
“Tadinya jantungan waktu Yesung oppa cerita.
Dia beneran ke Seoul, ge?” Tanya Rin.
Jiro
menjawab, “iya dan rada cape setelah itu. Soalnya jarak berpengaruh pada Teleport, sekalipun
untuk Light Teleport-nya Yesung hyung. Dia langsung konfirmasi
cerita dari Thia.”
“Gege harus
istirahat tuh,”
saran May, “gege sepertinya cape.”
“Bu xing. Ada yang
harus ge ge kerjakan malam ini.”
“Apa?”
“Gege diundang makan malam di rumah keluarga
Thia.”
“Loh?? Tapi Aaron ge...” ucap
Rin.
Jiro berujar, “makanya. Gege mau tegaskan sama keluarga
Thia kalau gege tak bisa dengan putri mereka. Gege punya
Julie, dan Thia akan segera jadi milik Aaron. Aaron mau menembak Thia juga.”
“Jadi tak enak sama keluarga Thia,” kata
May.
“Apa boleh buat. Daripada ada kesalahpahaman,
May. Tapi gege akan berusaha ngomong baik-baik.”
Lalu semuanya disibukkan
dengan kegiatan masing-masing lagi. Rin lagi
teleponan dengan Chun dan sepertinya mau janjian
kencan malam ini. Jiro istirahat bentar dan siap-siap ke rumah Thia. May lagi beres-beresin dan menata ulang dapur. Dua jam kemudian dia sampai di
mini market Hyunjoong yang berantakan. Stock baru datang. May membantu
Hyunjoong dan Kim ahjussi. Mini market ditutup untuk
sementara. Tapi mereka mendengar ada yang mengetuk pintu kaca.
“Padahal sudah ketulis tutup. Aku lihat yah oppa.”
May membuka pintu
kaca dan wajah Ryeowook muncul.
“Ryeowook...”
Ryeowook bertanya, “butuh bantuan??”
“Hah?”
“Sungie hyung
bilang kau butuh bantuan.”
“Ah... iya. Kami
lagi menyusun barang-barang sih.”
“Aku bantuin yah.”
Hyunjoong heran melihat Ryeowook datang dan
membantu dengan sigap. Dengan kecepatan vampire, pekerjaan jadi cepat selesai.
Tentunya kecepatan itu dilakukan kalau tak dilihat Kim ahjussi. May sebenarnya juga
heran. Ryeowook lengket dengannya sampai malamnya.
Kim ahjussi berucap
senang, “wah.. tak pernah pekerjaan menyusun
stock selesai dalam setengah hari. Gomapta, Ryeowook.”
“Tak apa-apa
ahjussi..” ujar
Ryeowook sambil tersenyum.
“Astaga, kalian belum makan malam!”
Hyunjoong bertanya, “omma sudah masak kan, appa?
Gimana kalau kita ngajak mereka...”
“Oh, tidak, Joong.
Tunggu bentar.”
Kim ahjussi ke
laci kasir dan mengeluarkan voucher makan.
“Ahjussi dapat dua lembar voucher makan ini.
Kalian berdua pakailah. Ini lebih cocok untuk anak muda sih yah.”
“Wah, ahjussi... kamsahamnida,” ujar May sambil tersenyum.
Ryeowook dan Hyunjoong saling berpandangan. Seharusnya May pergi dengan
Youngsaeng, bukan malahan dengan Ryeowook.
“Kalau gitu kami pamit dulu, ahjussi, oppa.”
“Sampai jumpa besok, May,” kata
Kim ahjussi, “Ryeowook datang berkunjung lagi sekali-sekali yah.”
Hyunjoong tertawa diam-diam. appanya tidak tau Ryeowook sering berkunjung ke
rumah mereka, bahkan langsung Teleport ke kamarnya, sebelum proteksi dipasang. Ryeowook
dan May keluar ke jalanan malam.
“Gimana kita mau kesini? Teleport? Fly?” Tanya
Ryeowook.
May
menjawab, “aku sih lebih prefer fly. Aku akan
membawamu, Ryeowook.”
“Mian yah May, aku
belum bisa beli mobil.. tapi mudah-mudahan dalam waktu dekat aku akan beli deh. Jadi tak bisa melayani cewek dengan baik.”
May
mengulurkan tangan, “jangan sungkan gitu
ahh sama aku, Ryeowook. Ayo!”
Ryeowook tersenyum
dan menyambut uluran tangan May, merasa sangat senang dalam hatinya. Meski
berdosa pada Youngsaeng, dia toh berpikir, Youngsaeng tidak tau kan??
“Kita harus cepat yah Ryeowook, aku latihan
dan kau patroli malam ini.”
Ryeowook
mengangguk dan merasakan angin menerpa tubuhnya saat terbang bersama May.
Perasaan yang menyenangkan yang membuat keduanya tertawa.
***