Love’s Arrived 2
Chapter 2 Part 2
Pesta ulang
tahun Michael yang ke-24 tahun berlangsung meriah. Michael mengundang semua
artis Famous di hotel yang pernah dipakai David untuk pesta ultahnya tahun
lalu. Alex mendesahkan nafasnya dengan kesal. Dia udah melihat Nathan datang
bersama Viona dan mereka bergandengan kemana-mana. Moniq juga terlihat
menggandeng Ivan Yao, artis pendatang baru yang baru saja jadi pacarnya. Quiny
juga hadir dan tidak terpisahkan dengan Daniel Yan. Kok Cuma aku yang sendirian, ya? Keluh Alex dalam hati.
“Hei! Kenapa,
nih?” David menghampiri Alex, mengulurkan segelas wine padanya, “minum.”
“Xie xie,” gumam
Alex, “aku Cuma berpikir… semuanya sama pasangannya malam ini. Kok sepertinya
Cuma aku yang sendirian?”
“Hei! Memangnya
aku bawa pasangan?”
Alex seketika
tersadar saat melihat tidak ada Lydia di samping David.
“Oh, iya…
rupanya kita sama.”
“Nggak Cuma
kita. Wen Chun, Xiao Wei, Gracia, semuanya belum punya pasangan. Jangan gusar,”
nasehat David, “at least, kamu udah tunangan dengan Mei-Mei. Dia juga masih di Taiwan. Gimana
dengan aku? Lydia di Palembang.”
“Oh iya, mungkin
keadaanku lebih mendingan,” ucap Alex sambil merenung, “eh, nggak juga. Aku
nggak bisa menghubungi Mei-Mei. Kamu masih bisa teleponan dengan Lydia kapanpun kamu
mau.”
“Lydia sibuk
dengan skripsinya. Dengar-dengar, skripsi itu jauh lebih susah daripada kita
buat laporan proyek, lho,” ungkap David, “jadi aku harus ekstra hati-hati
menelepon Lydia.
Harus cari waktu dia benar-benar nggak sibuk.”
“Tapi kamu hebat
bisa bertahan dengan hubungan jarak jauh begitu.”
“Mau nggak mau.
Udah jatuh cinta padanya, sih.”
“Benar juga,”
ucap Alex sambil tertawa, dia merasa bebannya sedikit terangkat.
“Hei, liang wei
shuai ge (dua cowok cakep), kalian udah ditunggu Xiao Wei. Pesta mau dimulai,
lho,” Gracia keluar dari kerumunan, tampak cantik sekali meski usianya
menginjak 30 tahun.
“Oh, oke, kami
ke sana,” sahut
Alex, mencolek bahu David.
David mengikuti
Alex dan Gracia menuju panggung utama, di mana Michael tengah menanti mereka.
Sebenarnya Alex prihatin dengan Michael, mengingat dia yang dulu mencintai
Gisela juga (Love’s Arrived 1), hingga sekarang sepertinya belum jatuh cinta
lagi. Tapi dia Cuma tidak ingin menyerahkan Gisela kepada siapapun, kecuali dia
pergi dari dunia ini dan tidak ada lagi yang bisa menjaga tunangannya. Dia
terlalu mencintai Gisela… dan merindukannya.
*******
“Lydia… apa
kabar?”
David senang
sekali akhirnya Lydia menyambut teleponnya. Sekarang dia sedang memandangi
wajah Lydia
yang cantik.
“Bu hao (nggak
baik). Bab tiga skripsiku masih belum sempurna,” keluh Lydia, wajahnya
berkerut.
“Ada yang bisa kubantu?”
“Nggak ada.
Skripsi kami beda dengan laporan proyek kalian. Punya kami jauh lebih
menyusahkan.”
David menghela
nafas panjang. Lydia
menyadarinya.
“Eh, tunggu. Ada kok yang bisa ge ge
bantu.”
“Apa?” tanya
David bersemangat.
“Kalau ge ge
menelepon, aku merasa bebanku agak ringan. Tahu bahwa ge ge baik-baik aja,
pekerjaan ge ge yang lancar… oh ya, penjualan album ge ge di Indo bagus
sekali,” jawab Lydia
panjang, seperti biasa kalau mood-nya mulai membaik.
“Benarkah? Jadi kamu
juga senang?”
“Mana mungkin
aku nggak senang. Setiap hari ada yang bilang padaku, Lydia, kamu
beruntung sekali. Pacarmu itu, David Wang, suaranya bagus, orangnya cakep,
aktingnya bagus,” jelas Lydia,
“pengennya jadi dirimu.”
David tertawa
lepas, Lydia merasa lega.
“Tahu ge ge yang
mencintaiku seperti ini, meskipun kita terpisah jarak yang jauh, aku merasa
kita begitu dekat.”
“Kamu tahu itu, Lydia. Semua
lagu di album itu kupersembahkan untukmu.”
“Aku tahu, ge
ge.”
Suasana hening
sejenak.
“Lydia, aku mau
ngomong sesuatu.”
“Ya?”
“Cuma tanya
pendapatmu, sih… itu… kamu kapan wisuda?”
“Kalau lancar,
bulan Desember nanti udah wisuda.”
“Ehm… mamaku
bilang… dia menyuruhku menikahimu.”
Apa ini kedengaran aku sedang meminang
Lydia, ya? Tanya David dalam hati,
menyesali perkataannya. Raut wajah Lydia berubah.
“Ge ge, aku
nggak…”
“Oh, aku tahu.
Dui bu qi, aku Cuma tanya pendapatmu, kok.”
“Dui bu qi.”
“Oh… aku… mau
pergi syuting sebentar lagi. Kalau ada masalah, kamu telepon aku kapan aja,
ya?”
“Termasuk kalau
aku kangen pada ge ge?”
“Iya. Jia you!”
David memberi semangat, “zai jian!”
“Zai jian!”
David memutuskan
sambungan telepon dengan hati berdebar. Dia tahu Lydia akan menolaknya, kenapa
dia masih mencoba?
No comments:
Post a Comment