Brand New It’s Magic
Chapter 10 Part 5
May menoleh cemas pada Youngsaeng yang terbaring di ranjang. Wajahnya
merah, nafasnya sesak.
May bertanya, “kita tak bisa minta Julie
sembuhkan oppa yah?”
“Bukannya Yesung hyung bilang penyakit manusia tidak bisa disembuhkan dengan Heal?”
Youngsaeng balik bertanya.
“Tapi demam oppa tinggi sekali. Kita ke dokter
yuk.”
“Bu
yao. May kan tau oppa tak
suka ke dokter?”
“Iya tapi gimana kalau oppa sakit begini...”
“Oppa akan sembuh kalau May nemenin oppa disini.”
“Pagi ini sih bisa, oppa, tapi nanti malam aku patroli.”
“Lumayan kan? Belakangan karena oppa terlalu
sibuk, kita Cuma bisa ketemu waktu latihan. Oppa malah bersyukur bisa sakit
hari ini.”
“Oppa sih... terlalu memaksakan diri.”
“Tak koq. Mungkin Cuma belum terbiasa.”
May mengganti kompres Youngsaeng dan sibuk
seperti seorang ibu mengurusi
anaknya yang sakit. Youngsaeng tertawa melihatnya. Tapi ada sesuatu yang
mengganjal di hatinya. Dia tak
mau May tau tentang ini.
“May ya~”
“Ya, oppa?”
“Kesini.”
Youngsaeng
menepuk tepi ranjangnya. May meninggalkan baskom untuk kompres di
meja belajar Youngsaeng dan duduk di tepi ranjang Youngsaeng.
“Apa oppa?”
Youngsaeng langsung menarik May berbaring
di lengan kanannya yang terbentang. May kaget, dan sekarang lengan itu membelit
lehernya dan membuatnya menghadap si pemilik lengan. Youngsaeng juga menghadap
May yang wajahnya sudah merah
seperti orang demam juga.
Tangan kiri Youngsaeng membelai rambut May yang panjang. Youngsaeng tersenyum
pada May.
“Oppa... jangan begini...”
Youngsaeng bertanya, “kan tak ada orang di rumah
oppa?”
“Iya, tapi...”
“Oppa lagi sakit loh...”
Youngsaeng
memasang jurus ampuhnya: puppy eyes.
Akhirnya May pasrah dan tak banyak protes lagi.
Youngsaeng berucap, “jangan khawatir, ntar malam Chun bisa jaga oppa. Lagian, kalau ada apa-apa, Chun akan menghubungi May, oke?”
“Oke...”
Lalu mereka terdiam. Youngsaeng sedang
mempertimbangkan apakah dia harus menanyakan hal ini atau tidak.
“May... tentang gosip Yunhwa masih hidup...
gimana menurutmu?”
May antusias dan berujar, “well, oppa... menurut May itu mungkin sekali!! Soalnya Yesung oppa pernah bilang tidak menemukan abu Yunhwa oppa! Dan mereka
merasa gaya memanah orang yang menolong mereka itu mirip sama Yunhwa oppa!”
“Kalau itu memang Yunhwa...”
“Dia harus bergabung dengan kita lagi!”
Youngsaeng menahan gejolak yang ada dalam
hatinya.
“May, apa May mencintai oppa?”
“Dang ran!!”
“Selama ini kan oppa terus yang nyanyiin May
lagu. Sekarang gantian dong.”
“Aigo.. oppa kan tau suaraku jelek?”
“Suara May uniq koq. Ayolah... nyanyi untuk
pasien.”
“Hao ba...”
May memilah-milah lagu apa yang akan
dinyanyikannya. Dia ingat pada satu lagu yang diusulkan Ryeowook pada D’Sky, judulnya One Fine Spring
Day. Lagu itu sangat cocok untuk tipikal suara Ryeowook, dan di D’Sky, Kyujong
yang didapuk untuk menyanyikannya dengan porsi lebih banyak. Mungkin cocok,
pikir May. May mulai menyanyikan lagu itu. Hangul-nya meningkat pesat semenjak
berteman dan punya cowok orang Korea.
“Siapa yang May rindukan? Apakah oppa?”
“Hmm... ngapain aku rindu sama oppa? Kan oppa
ada disini!”
Youngsaeng terdiam dan manyun. May tertawa
dan mencubit pipi pacarnya itu.
“Kalau suatu hari oppa pergi, akankah May merindukan oppa?”
“Jangan ngomong yang aneh-aneh oppa! Tapi tentu May akan merindukan
oppa...”
Youngsaeng membalas senyum May.
“Tapi oppa jangan pergi yah... aku tak bisa tanpa oppa.”
“Tak akan, May. May nyanyinya bagus tuh.
Siapa yang ngajarin lagu itu?”
“Ryeowook! Kalau oppa dengar dia nyanyi, oppa pasti suka! Aku juga
suka.”
“Guru yang baik.”
May tertawa nyaring. Youngsaeng mendekap
May dan menciumnya. May senang sekali. May membalas ciuman itu dengan lembut...
May kaget. Dia terbangun dan ternyata
tertidur di lengan Youngsaeng... tepatnya... entah dari jam berapa. May
berusaha mengingat-ingat. Mungkin setelah mereka berciuman. Kini langit telah
berubah gelap. Waktunya patroli. Merasakan gerakan May, Youngsaeng membuka
matanya. May langsung memeriksa suhu tubuh Youngsaeng dengan menempelkan
dahinya ke dahi Youngsaeng.
“Syukurlah... sudah lebih baikan.”
“Sembuh karena dinyanyiin lagu dan dicium
May.”
“Bah... oppa jadi aneh deh. Biasanya tak gombal begini. Koq jadi mirip Yesung oppa?”
“Mungkin karena kenal orang seperti itu deh.”
“Huahaha... nah oppa, kupikir Chun sudah pulang. Aku akan pergi patroli yah
oppa.”
“Oke. Hati-hati yah May.”
“Makan bubur dan obatnya yah oppa.”
“Arraso.”
May tersenyum sekali lagi sebelum keluar
dari kamar Youngsaeng di lantai dua rumah keluarga Heo. Dia mendengar suara di
meja makan lalu melihat Chun makan dengan lahap.
Chun menyapa, “May noona...”
“Hai Chun... aku patroli dulu yah,”
pamit May, “jaga hyungmu.”
“Siiip noona.”
May keluar rumah seolah-olah rumah
keluarga Heo itu rumahnya sendiri. May berjalan beberapa rumah dan tiba di
depan rumah warna kuning, itu batas proteksi Yesung.
“Dragon Bow!” jerit May.
Setelah senjata siap, May terbang. Dia
mencapai ketinggian yang biasa dan merasakan angin dingin nan menyenangkan
berhembus di sekitarnya. Meski rumah teman-temannya berjarak jauh, dengan terbang dia mampu
mencapainya dengan cepat. Apalagi terbangnya juga cepat. D’Sky dan Hyunjoong telah sampai dengan selamat ke Seoul
jam 4 sore tadi, menurut SMS yang diterima May. Mereka akan balik seminggu
lagi. May melewati rumah Stella, Aaron dan rumahnya sendiri, juga ngobrol cukup
lama dengan Junki saat melewati rumahnya. Jam 9 malam, latihan telah dimulai.
Rumah Clara sudah diperiksa
May, rumah Calvin-Kyujong
sepupunya yang paling jauh terlihat sepi tanpa mereka dan dari rumah Thia
terdengar lagu-lagu D’Sky
diputar. May mengecek arlojinya, sekarang sudah jam 10, dia Cuma perlu patroli dua jam lagi.
Tiba-tiba hujan turun
perlahan, saat May mau ke rumah Fennie. May memutuskan berteduh di dahan pohon
cemara.
May mengeluh, “baah, deras. Kali ini aku berharap bisa Teleport.”
Hujan turun dengan derasnya, rumah Fennie
belum kelihatan dari sini.
“Padahal bakal lebih asyik berteduh sambil ngobrol sama Fennie. Aku mau
klarifikasi gosip dia dan Calvin... apa benar mereka pacaaaaaaaaran! Junsu! Aku kaget, tau!”
May merasa jantungnya nyaris copot. Junsu yang tampan baru saja muncul duduk di dahan yang sama dengannya. May
waspada.
May berkata, “password!”
“Element Warriors generasi keempat,” ucap Junsu.
“Fuh... kau ngapain muncul tiba-tiba?”
“Kukira kau yang butuh bantuanku.”
“Apa?”
“Yesung hyung merasa kau butuh bantuanku,
lagian latihan juga cepat selesai. Amelz hari ini hebat. Dan Alend sudah memilih senjata.”
“Oh ya? Apa?”
“Rainbow Magic Stick. Dia tampak seperti
bayangan Yesung hyung loh,
lumayan cepat juga gerakannya.”
May mengeluh, “pengennya lihat
latihan...”
“Kau tak membutuhkan bantuan, May?”
“Tidak deh. Tadi sih sempat kepikiran pengen bisa Teleport biar bisa berteduh.
Cuma itu koq. Aku baru mau ngecek rumah Fennie.”
“Aaah, kita dikerjain Yesung hyung.”
Mereka duduk tenang sambil melihat hujan
yang turun. Tetes-tetesnya
juga mengenai mereka, walau tak banyak. May memandangi Junsu. Sudah lama rasanya May
tak ngobrol berdua dengan JunSu, belakangan ini dia hanya sering
dikunjungi Yesung. Tapi May teringat kata-kata Youngsaeng kalau Junsu juga menyukainya. May berusaha menepis pikiran itu, berusaha bersikap
normal.
May meminta, “Su... nyanyikan lagu pengusir hujan.”
“Memangnya aku dewa hujan?” protes Junsu.
“Lagu apa saja deh.”
“Baiklah, coba yang ini deh. Beautiful
Thing.”
Junsu mulai bernyanyi dengan suaranya yang indah. Vampire-vampire cowok yang dia kenal, mulai
dari Hyunjoong, Junsu, Ryeowook dan Yunhwa, semua memiliki
suara indah. Youngsaeng dan Yesung juga. May selalu mendapat godaan untuk
memeluk semua yang bernyanyi dengan suara indah ini. Sampai sekarang May
kesulitan menentukan siapa yang punya suara paling indah, tapi dia pikir Yesung
di tempat pertama, Ryeowook di tempat kedua, Junsu di tempat ketiga, Youngsaeng
keempat, Yunhwa kelima dan Hyunjoong keenam. Tapi menurutnya semuanya bagus dan
tergoda membentuk grup bersuara keren ini.
May bertanya, “apa semua orang Korea bersuara bagus?”
“Hah?” Junsu balik bertanya.
“Kau, Wook, Yunhwa oppa, Hyunjoong oppa,
Saengie oppa, Sung oppa, semua keturunan Korea kan? Dan suara kalian semua
indah.”
“Wah kalau itu... entah yah. Yang pasti ini bakat alamku
doang.”
“Hahaha...”
May berhenti tertawa saat merasakan ada
sesuatu menempel di lehernya. Sesuatu itu bergerak cepat. Berkaki. Kecil.
Jelek. Bau. Hitam.
May berseru, “kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”
“Justice Sword!” teriak Junsu, “ada apa, May?”
May menunjuk lehernya dengan ngeri. Junsu menangkap “kau-tau-itu-apa” di leher May, melakukan Teleport, dan kurang
dari dua menit kemudian dia sudah balik. May pucat, belum kembali dari shock-nya. Hujan mulai mereda.
“Sudah kubunuh loh kecoanya.”
May masih diam.
“May... May?? Halo??”
May tiba-tiba langsung memeluk Junsu. Junsu kaget, seharusnya tak boleh merasa senang, tapi tanpa bisa
dikendalikannya, hatinya melonjak bahagia. Wajahnya tampak merah.
May mengeluh, “ke... ke... kecoa...”
“Sudah tidak ada, May. Jangan
takut. Eh... ternyata... Leader yang kuat takut kecoa yah??”
“Junsu...”
“Sudah... tenang, May. Ada aku disini. Kalau kecoa datang lagi, akan kusate dengan Justice
Sword di depanmu, oke?”
May tak hentinya mengucapkan terima kasih di hatinya
dan membuat Junsu tersenyum.
Junsu berujar, “aku senang bisa membantu loh.”
May melepas pelukannya dan warna-warna wajar kembali menghiasi wajah dan pipi
chubbynya.
“Hujannya berhenti,” kata May, “ayo, kita harus ke rumah Fennie sebelum ke rumah Kimbum.”
“Teleport?”
“Aku lebih suka Fly sih.”
“Kau bawa aku terbang.”
May tersenyum dan meraih tangan Junsu.
Tapi baru terbang beberapa langkah, May merasa tubuhnya lemas.
“Waaaaaaaaaa!!” jerit Junsu dan May.
May siap-siap merasa tubuhnya terhantam tanah sebelum merasakan
sensasi masuk dalam ruang sempit yang membuatnya sesak, dan kakinya menjejak di
lantai aspal. May kaget menyadari dia berpindah tempat, dan sekarang tengah
memeluk Junsu.
May menyesal, “aaaah mianhae, Junsu...”
“Tidak
apa-apa. Untung aku cepat melakukan
Teleport,” kata Junsu, “kalau tidak kita terpaksa ke
Julie.”
“Apa aku tak bisa fly lagi?”
“Itu pengaruh shock, May. Ayo, kita pakai Teleport saja kemana-mana sampai kau sembuh dari shock.
Bentar lagi kita sampai rumah
Fennie koq.”
“Gomawo Junsu...”
Junsu tak mau lagi memandang wajah May. Dia takut imannya
tergoyahkan.
***
No comments:
Post a Comment