Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Saturday, 27 October 2012

No Other The Story chapter 42



No Other The Story
Chapter 42

RYEOWOOK’S DIARY
CHAPTER 42
SO I
SUB-DIARY: HANGENG’S

“TIDAK MUNGKIN!” teriakku, Zhoumi hyung, dan Yifang kompak.

Kami sekarang ada di apartemen kami, tepatnya di ruang tamu. Kami semua duduk di sofa, dengan aku bersebelahan dengan Yifang, menghadap Leeteuk hyung. Leeteuk hyung kesusahan dengan setumpuk kertas dan amplop di tangannya. Tampaknya dia sendiri sudah membuat laporan itu berantakan. Laporan yang menyatakan bahwa ada hubungan antara DNA Yifang dan Heechul hyung, juga golongan darah yang sama. Heechul hyung langsung menyeberang untuk duduk di sebelah Leeteuk hyung.

“Itu benar. Heechul, kau dan Yifang punya hubungan DNA yang sangat mirip,” ucap Leeteuk hyung, tapi terdengar bingung.
“Yifang, tanggal berapa kau berulangtahun dan apa shio-mu?” Tanya Heechul hyung.
“Err… 28 Mei, aku shio kelinci,” jawab Yifang.

Dan terjadi keheningan yang cukup lama setelah Yifang menjawab. Tunggu… bagaimana mungkin Yifang dan Heechul hyung bersaudara? Yang satu dilahirkan di China, yang satu di Korea? Dan tiba-tiba Heechul hyung memeluk Yifang.

“Dongsaengku!!! Mugung!!!”
“Mworago?” tanyaku heran.
“Dia dongsaeng-ku yang hilang. Sudah pasti. Yifang adalah Mugung-ku.”

Kami semua bertukar pandang bingung dan Yifang mengeluh dia sesak dipeluk Heechul hyung. Dongsaeng yang hilang? Apa sih maksudnya? Kenapa aku merasa otakku macet?

“Kalian baru mengenalku paling lama selama Sembilan tahun, kan? Kalian tidak tau bahwa dulu aku punya seorang adik perempuan… dan dia menghilang tiba-tiba tidak lama setelah dia berumur satu tahun. Kami semua sudah berusaha mencarinya, tapi kami tidak berhasil menemukannya. Yifang… kau pastilah waktu itu diculik dari sisiku… dan sekarang kau kembali…”

Yifang terlihat bingung sekali.

“Oppa… oppa benarkah… benarkah kita bersaudara?” tanyanya gagap.
“Kalau memang itu kenyataan yang diungkapkan Heechul, berarti kalian memang bersaudara, Yifang. Hasil tes ini bisa jadi bukti yang jelas,” ucap Leeteuk hyung.
“Aku melihat tanda lahirmu, makanya aku curiga pada identitasmu, Mugung,” jelas Heechul hyung.
“Tapi aku… tak menyangka. Oppa begitu cantik, sekaligus tampan… sedangkan aku… tidak bisa sebanding dengan oppa sama sekali,” keluh Yifang.
“Siapa bilang? Kau cantik koq,” ucap Zhoumi hyung, “dan sekarang aku tau sebabnya kenapa kau cepat sekali belajar Hangul. Itu karena kau punya lidah orang Korea.”
“Berarti orangtuaku yang sekarang… mereka bukan orangtua kandungku?”
“Orangtuaku-lah orangtuamu, Mugung. Ayo kita temui mereka. Mereka pasti akan sangat senang bertemu denganmu,” jawab Heechul hyung.
“Tapi kenapa… kenapa mereka tak bilang padaku kalau aku ini anak angkat?”
“Hmm… bisa jadi banyak alasan di balik itu, Mugung. Tapi kau bisa tanyakan pada mereka, darimana mereka mendapatkanmu dulu.”

Aku mendengar nada sakit hati di suara Yifang, sementara aku perlahan-lahan pulih dari rasa kagetku. Yifang adalah dongsaeng Heechul hyung. Itu berarti Yifang adalah saudara sepupu dari pihak ibu dengan Yesungie hyung dan Kibummie. Kenapa semuanya begitu kebetulan? Yifang sendiri masih terlihat linglung ketika kami tinggal berdua, duduk di ranjangku. Mungkin Yesungie hyung akan shock sekaligus senang kalau tau Yifang adalah dongsaengnya juga. Aku duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya.

“Yifang… jangan berpikiran yang buruk dulu tentang mama dan baba. Yifang bisa tanyakan baik-baik pada mereka, kenapa mereka tidak mau berkata yang jujur tentang identitas Yifang. Lagipula kalau Yifang tau, Yifang pasti akan bersikeras mencari orangtua Yifang yang asli,” jelasku, “itu akan membuat focus hidup Yifang jadi berantakan.”
“Ne, Wookie, aku tau. Meski aku sedikit sakit hati… tapi aku menghargai mereka yang begitu menyayangiku, dan aku juga menyayangi mereka sampai detik ini. Aku hanya merasa bahagia, shock dan marah pada saat yang bersamaan,” keluh Yifang, “aku jadi tidak tau harus bersikap bagaimana.”
“Biarkan perasaan anehmu itu pulih, Yifang. Kalau dipikir-pikir, kita semua memang berjodoh. Lihatlah bagaimana kita bertemu, dan akhirnya Yifang juga bertemu dengan keluarga kandungmu. Hal inilah yang harus kita syukuri. Setuju?”
“Ne, Wookie. Selama ada Wookie di sampingku, aku akan mensyukuri segalanya.”

Yifang meletakkan kepalanya di dadaku, seperti biasa manja sekali denganku. Tapi aku menyukainya. Siapapun identitas Yifang, aku tetap akan mencintainya.

AUTHOR’S SPECIAL POV
“Mworago?” Tanya Sungmin dan Leeteuk kompak.

Yifang garuk-garuk kepala. Dia sendiri kebingungan kenapa dia harus menceritakan hal ini, apalagi kenapa orang yang dia pilih adalah Sungmin dan Leeteuk. Okelah mungkin karena dia sudah menganggap Leeteuk sebagai oppanya sendiri, juga Sungmin yang begitu baik padanya, dia sayang padanya. Tapi kan hal ini begitu memalukan…

“Jadi… jadi katamu Wookie tak pernah menyentuhmu… okelah, yang parahnya tak pernah menciummu selama kalian pacaran, meskipun ketika kalian sedang berdua?” Tanya Leeteuk heran.
“Itu kan yang tadi kucurhatkan. Oppadeul… aku tak cantik ya? Aku tak menarik ya? Jadi Wookie tidak menyukaiku?”
“Itu omong kosong, Yifang. Kau imut, kau menarik. Wookie kalau tak menyukaimu, dia tak akan mati-matian merebutmu dari Yesung.”
“Tapi… tapi kenapa…?”
“Aku mengerti kau resah, Yifang,” kata Sungmin, menepuk bahu Yifang, “begini saja. Kau perlu tau kalau Wookie itu orangnya sangat pemalu.”
“Apa kau tidak tau kalau kau adalah pacar pertamanya?” Tanya Leeteuk.
“Mworago? Geuraeyo???” Tanya Yifang kaget.
“Makanya. Mungkin dia tidak tau sebaiknya harus melakukan apa. Lagipula, kau beruntung sekali untuk menjadi yang pertama, dan aku harap, sekaligus yang terakhir untuknya,” ucap Sungmin, “dia pemalu dan tidak tau apa yang sebaiknya dia lakukan.”
“Bagaimana kalau begini saja… kau pancing saja dia duluan. Kau ajak dia lakukan sekali, dan kita lihat apakah dia bisa bergerak sendiri di kesempatan berikutnya,” usul Leeteuk, “kalau menurut perkiraanku sih, dia seharusnya bisa lebih berani lagi lain kali.”
“Lakukan?” Tanya Yifang, merasa kata yang dipilih Leeteuk mulai menyimpang.
“Maksudku bukan yang ekstrim itu. Kalian berdua masih kecil.”
“Jiah… Suxuan sendiri masih lebih muda dariku tapi sudah dipacari oppa.”
Sungmin tertawa keras, “hahaha… berhenti bertengkar kalian. Tapi kupikir usul Leeteuk hyung ada benarnya. Lagipula Yifang, aku tau kau sudah berpengalaman. Yah… melihat sejarah hubunganmu dengan Yesung hyung…”
“Tapi kami tidak melakukan…”
“Ne… kami percaya. Jadi bagaimana, Yifang? Kau mau mencoba usul kami?” tawar Leeteuk menggoda.
“Ng… ng… apa tak terasa aneh kalau aku yang maju duluan?”
“Lho, memangnya kenapa? Kalian kan saling mencintai. Untuk apa malu,” jawab Sungmin.
“Iya juga sih.”
“Atau kau perlu latihan? Sungminnie, sana, praktek dengan Yifang,” tunjuk Leeteuk.
“MWORAGO?” teriak Sungmin dan Yifang, wajah keduanya merah.
“Aku Cuma bercanda…”
“Oppa belum tau mati itu rasanya seperti apa sepertinya…” cela Yifang.

RYEOWOOK’S POV
Yifang baru saja pulang syuting jam Sembilan pagi ini. Dia pasti kelelahan, karena dia sudah bekerja non-stop dan tidak pulang ke apartemen dari jam satu siang kemarinnya. Sampai sekarangpun dia belum sempat menemui orangtua Heechul hyung. Baiklah, ini saatnya aku merawatnya. Aku menekan bel pintu 402.

“Ah, Wookie… selamat datang. Masuklah,” kata Yifang mempersilakan, wajahnya terlihat pucat.
“Yifang, tidak sakit kan? Yifang kelihatan lelah sekali. Mau Leeteuk hyung periksa? Dia ada di apartemen sih,” ucapku tanpa jeda.
“Gwaenchana, Wookie. Mungkin aku Cuma perlu istirahat.”

Yifang masuk ke kamarnya, dan aku mengikutinya. Suasana apartemen terlihat sepi.

“Kemana yang lain?”
“Semuanya sibuk. Wookie taulah pekerjaan Manshi sekarang seperti apa, juga Xili yang masuk shift pagi. Sekarang tinggal aku sendirian.”
“Belum makan? Aku masak, bagaimana?”
“Boleh. Aku akan membantumu.”
“Tidak perlu. Yifang berbaring saja istirahat. Nanti aku bawakan makanannya ke kamar.”
“Ng… Wookie, kau benar-benar baik. Gomawo…”

Aku tersenyum dan membantunya berbaring.

Aku menarik selimut menutupi tubuhnya hingga ke leher, “oh ya ngomong-ngomong, Siwon hyung sudah kembali, dia baru naik pesawat dua jam yang lalu. Jadi tidak lama lagi Meifen akan membuat apartemen ramai lagi.”
“Hah? Bagaimana bisa? Apa Choi ahjussi sudah memaafkan mereka?”
“Setidaknya sikapnya sudah melembut, kupikir. Beberapa hari yang lalu Leeteuk hyung, Heechul hyung dan Yesungie hyung meluangkan waktu untuk menemui Choi ahjussi. Leeteuk hyung minta maaf soal kekacauan yang mereka lakukan saat Siwon hyung kabur.”
“Apa? Mengerikan sekali. Dia pasti marah besar.”
“Yifang benar. Dia marah, tapi Yifang taulah sendiri, kombinasi Leeteuk hyung-Heechul hyung dan Yesungie hyung bisa memberikan efek diplomasi yang luar biasa.”
“Aku tau. Yang satu pintar ngomong, yang satu bisa membuat orang mengkerut kalau dia marah dan melotot, dan yang satu lagi… err… berwibawa sekaligus mengeluarkan aura aneh yang bisa membuat Choi ahjussi merinding.”
“Pintar sekali Yifang,” pujiku, “dan dia bilang dia bersedia melihat perkembangan hubungan Siwon hyung dan Meifen. Selama Meifen tidak merugikan Siwon hyung dan sikap hyung tetap baik-baik saja, ada kemungkinan dia bisa merestui hubungan mereka.”
“Dasar orangtua keras kepala. Dia sama sekali tidak mirip dengan omma.”
“Hahaha… memang. Tapi yang penting kita lega dulu kan, tidak ada yang perlu melakukan adegan action sampai membuat orang ketakutan lagi?”
“Wookie menyindirku ya?”
“Hahaha… ani. Ya sudah, istirahat dulu ya, tunggu aku sebentar.”

Aku mengelus rambut Yifang sejenak sebelum beranjak ke dapur. Baiklah, kalau begini hampir semua kisah berakhir happy ending, meski terkadang aku masih memikirkan nasib Xili, Donghae hyung dan Yesungie hyung. Aku hanya berharap, pada saat yang tepat, mereka bisa menemukan jodoh mereka. Jodoh bisa datang di saat yang kita tidak sangka-sangka. Lihatlah bagaimana Yifang muncul di kehidupanku. Yifang perlu makan daging. Aku akan masakkan sop daging ayam saja untuknya, biar dia lebih berenergi. Hmm… syukurlah bahan-bahannya cukup lengkap. Ketika aku sedang asyik memasak, tiba-tiba aku merasa ada yang memelukku dari belakang. Aku menoleh dan tidak kaget lagi, aku sudah tau itu pasti Yifang. Siapa yang berani memelukku, coba?

“Hmm… Wookie, wangi sekali. Aku jadi tidak bisa menunggu sendirian,” ucapnya, mulai manja lagi.
“Tunggu sebentar ya. Ini cepat koq masaknya.”

Yifang masih memelukku, tidak melepasku sama sekali. Sebenarnya apa yang terjadi ini? Dia membuat jantungku berdebar-debar. Karena aku baru pertama kali berpacaran, aku jadi tidak tau apa yang sebaiknya kulakukan. Dan bel pintu berbunyi. Aku tak tau harusnya aku senang atau sedih karena diinterupsi seperti itu. Yifang beranjak untuk membuka pintu.

“Ma… mama? Baba?”

Apa? Mama dan baba? Aku mematikan komporku dan bergegas menyusulnya, dan aku melihat Yifang menghadapi dua orang yang terlihat lumayan tua, kira-kira usia mereka 50-60an tahun. Dan keduanya, aku tau, tidak memiliki kemiripan apapun dengan Yifang.

“Yifang, kenapa kau mengecewakan kami? Kenapa kau pulang lagi ke Seoul?” Tanya mamanya, ada sinar sedih di mata mamanya.

Yifang tampak ketakutan dan mundur, menggandeng tanganku, seolah meminta perlindunganku.

“Kenapa… kenapa mama dan baba tidak mengizinkan aku hidup di Seoul? Aku bahagia disini.”
“Pulang sekarang.”
“Tidak!”

Dan mata mereka berdua terpancang padaku. Aku membungkukkan badanku dalam-dalam.

“Mai shu shu, Mai a yi, wo shi Lixu,” aku memperkenalkan diri, “Yifang de nan pengyou.”

Pegangan Yifang di lenganku mengencang, tapi terasa hangat. Kini mereka makin memperhatikanku.

“Kau… Lixu, personel boyband itukah?” Tanya baba Yifang, untuk pertama kalinya.
“Shi de,” jawabku, “aku mohon pada kalian, jangan bawa Yifang kembali ke China. Aku tidak bisa berpisah dengannya.”
“Tapi dia juga tidak bisa disini,” tegas mamanya.
“Kenapa? Ucapkan yang jujur, kenapa!” teriak Yifang, membuat kami semua kaget.

Aku mengelus bahu Yifang, menyuruhnya tenang.

“Tidak ada alasan kenapa. Ternyata mama dan baba tidak bisa mempercayaimu untuk kerja di Guangzhou. Lihatlah, baru setengah tahun kau di Guangzhou, kau sudah berubah berani membohongi mama dan baba, bahkan berani pergi ke Seoul sendirian! Sejak kapan kau jadi anak yang tidak berbakti begitu!”
“Sejak mama dan baba membohongiku! SEJAK KALIAN TIDAK BILANG BAHWA AKU ADALAH ANAK ANGKAT!”

Dan saat itu suasana tiba-tiba hening. Yifang terengah-engah dan badannya gemetar hebat. Aku makin mengencangkan peganganku di bahunya.

“Yifang… Yifang, siapa yang bilang kau anak angkat? Kenapa kau bisa berpikiran begitu?” Tanya babanya, shock.
“JANGAN BOHONGI AKU LAGI, AKU SUDAH TAU SEMUANYA! AKU SUDAH BERTEMU DENGAN GEGE KANDUNGKU!”

Yifang menangis, dan mamanya-pun menangis. Aku beranjak mendekati kedua orangtua itu, lalu membantu mereka duduk di sofa. Mereka tidak menolakku, malahan mengikuti arahanku.

“Yifang, tidak boleh marah,” bujukku, “duduk sana. Tunggu sebentar, aku ambilkan minuman.”

Aku membimbing Yifang duduk di sofa di seberang kedua orangtuanya, dan Yifang masih juga menangis. Aku bergegas ke dapur untuk menyiapkan empat gelas minuman dan secepatnya kembali ke ruang tamu.

“Dui bu qi, Yifang… kami… kami tidak bilang kenyataannya karena kami takut kehilanganmu. Lihatlah, sekarang… setelah kau bertemu dengan keluarga kandungmu, kau sudah tidak menginginkan kami lagi kan?” Tanya babanya.

Yifang terisak sekali-dua kali, tapi tidak menjawab pertanyaan babanya.

“Dan kami tidak ingin kau ke Seoul karena kami takut kau berhubungan dengan gege kandungmu sendiri dan menikah dengannya. Kau bisa tau sendiri apa akibatnya kalau menikah dengan saudara kandung,” jelas mamanya.
“Darimana… darimana kalian mendapatkan aku? Kenapa kalian mengambilku?” Tanya Yifang tajam.
“Kami sudah menikah tiga tahun lamanya tapi belum memiliki anak, dan akhirnya terungkap bahwa mama tidak bisa melahirkan, dan… kami memutuskan mengadopsi anak. Saat itu susah sekali untuk mendapatkan bayi yang sehat, kami mencari kemana-mana. Akhirnya ada yang menjualmu ke kami… dan kami mengadopsimu, karena kau cantik dan sehat. Mereka bilang bahwa kau adalah seorang Korea.”

Aku mendengarkan pembicaraan ini dengan seksama, aku takut kemampuan berbahasa Mandarin-ku masih belum cukup untuk mengikuti topic ini, tapi syukurlah sepertinya aku cukup mengerti.

“Kami merasa aman karena kemungkinan kau untuk bertemu atau menikah dengan keluarga kandungmu sendiri akan kecil, karena mereka di Korea. Kami… bukan keinginan kami untuk memisahkan kau dengan keluargamu,” ucap baba, matanya berkaca-kaca.
“Berapa… berapa harga yang kalian berikan… untuk membeliku?” Tanya Yifang.
“14000 RMB untuk saat itu.”

Yifang melemas dan bibirnya bergetar.

“Aku… aku hanya dihargai 14000 RMB? Aku yang dipisahkan dari keluargaku nun jauh di Korea, dihargai 14000 RMB? Dasar penculik brengsek! Menghancurkan keluargaku!”
“Yifang… Yifang maafkan kami… maafkan kami yang tidak pernah jujur padamu, kami benar-benar takut kehilanganmu.”
“Kami mencintaimu, Yifang… menyayangimu seperti anak kandung kami sendiri. Tapi… tapi mungkin sekarang kau tidak menginginkan kami lagi?” Tanya mamanya, mulai menangis lagi.
“Ma… waktunya sudah tiba ketika Yifang harus memilih di antara kita atau keluarga kandungnya. Kita hanya bisa menerima keputusannya,” ucap baba, menenangkan mamanya.
“Aku paling takut waktu ini tiba… aku tidak bisa kehilangan Yifang, baba! Yifang, tolonglah… jangan buang kami. Maafkan kami. Kami tak punya siapa-siapa lagi selain kau.”

Aku mengamati semuanya dengan cemas. Yifang masih mengendalikan dirinya, entah menangis, entah marah, aku tidak bisa membedakannya sekarang. Tapi aku kembali meremas bahunya, memberinya dukungan tanpa kata-kata. Dia memandangku, matanya merah. Aku mengangguk. Aku percaya, pilihan apapun yang ada di tangannya, itu pasti yang terbaik untuk semuanya.

“Ma… ba… aku memaafkan kalian. Aku juga menganggap kalian orangtua kandungku sendiri. Aku malah merasa asing dengan keluarga baruku, meski aku juga akan menyesuaikan diri, mencintai mereka seperti aku mencintai kalian,” kata Yifang.
“Kau… kau masih menginginkan kami, Yifang?”
“Ya, tentu saja, ma. Apa itu maksudnya aku harus memilih? Memangnya aku tidak bisa memiliki dua keluarga sekaligus? Harusnya aku bahagia menjadi orang minoritas yang bisa punya dua keluarga, itu artinya aku beruntung. Aku tidak akan membuang kalian, aku tidak akan durhaka! Kalau kalian tidak membeliku waktu itu, aku bisa jadi apa sekarang?”

Hatiku bergetar karena terharu. Yifang… dia punya jalan pikiran yang begini terbuka…

“Kalau tidak ada kalian, aku bisa ada dimana? Bisakah sekarang aku begini bahagia, bisa bertemu dengan keluarga kandungku, dengan sahabat-sahabat dan orang yang paling kucintai sekarang? Aku seharusnya berterimakasih pada kalian, untuk pilihan kalian terhadapku, untuk cinta kalian, untuk segala yang kalian korbankan, sehingga aku jadi seperti sekarang. Baba… mama… boleh kan aku memiliki dua keluarga sekaligus?”

Yifang maju dan berlutut di depan kedua orangtuanya, sekaligus mengambil masing-masing satu tangan mereka untuk digenggamnya.

“Ma… ba… dui bu qi… aku sudah membuat kalian sedih. Aku janji, setelah ini aku tidak akan membuat kalian sedih lagi,” kata Yifang, “tapi jangan pisahkan aku dari kehidupanku yang sekarang, kumohon…”

Baba Yifang menyentuh kepalanya dan membelainya lembut.

“Yifang… tentu saja boleh… kau boleh memiliki dua keluarga sekaligus. Dan seharusnya kamilah yang minta maaf padamu… tapi kau malah berterimakasih… kau… kau membuat kami bangga dengan jadi seperti dirimu yang sekarang,” ujar baba, “kami tidak akan membawamu pulang lagi. Kau sudah dewasa, nak.”
“Baba… mama… xiexie… wo ai nimen…”

Dan ketika Yifang berpelukan dengan keduanya sekaligus, air mata haru menetes dari mataku, dan aku tersenyum. Ternyata Yifang punya jalan hidup yang rumit. Aku merasa beruntung bisa memilikinya, gadis yang tidak biasa ini. Aku mencintainya, bukan hanya dari apa yang bisa kulihat, tapi dari apapun juga yang ada di dalam dirinya.

“Shushu, ayi… tinggallah disini juga. Kurasa Yifang dan Manshi tidak akan keberatan kalau tidur sekamar. Kalian bisa punya kamar,” usulku setelah keadaan lebih tenang.
Yifang kini duduk di antara mereka berdua dan ikut membujuk mereka, “usul Lixu benar. Yuk, ma… ba… tinggal disini.”
“Hanya untuk sementara. Kami tidak mau mengganggu kehidupan anak muda seperti kalian. Kami lebih memilih kota yang tenang seperti Foshan,” ucap baba, “Yifang, pulanglah kalau kau punya waktu luang.”
“Dan ajaklah Lixu,” tambah mama.
“Hmm… baiklah, aku mengerti baba dan mama lebih suka kehidupan yang tenang. Seoul terlalu… ahh… aku akan mengajak mama dan baba mengenal Seoul dan lingkunganku selama beberapa hari ini.”
“Lixu… bisakah kau menjaga Yifang untuk kami?”

Aku kaget, jantungku berdebar hebat. Ini… bukannya sejenis… mereka menyerahkan Yifang untukku?

“Ayi… shushu… aku akan menjaga Yifang. Aku mencintainya, aku tidak akan membiarkan dia disakiti. Aku akan berusaha sekuat tenagaku untuk membahagiakan dia, walau aku tidak sempurna,” ucapku.
“Xiexie, Lixu… kami percaya padamu,” kata baba sambil tersenyum.
“Ba, ma… Lixu-ku tampan, kan? Aku boleh kan menikah dengan Lixu suatu hari nanti?” Tanya Yifang manja.
“Asal kau memang berbahagia bersamanya, asal dia adalah pilihanmu, tentu baba dan mama akan setuju.”
“Yeeeeeiiiiy… asyik…”

Dan Yifang malam itu bercerita tentang kehidupannya, tentang Heechul hyung dan keluarga barunya. Aku ikut berbahagia, karena aku tau beban di hati Yifang sudah lepas sepenuhnya. Senyumnya yang seperti sekaranglah yang akan kujaga, sampai akhir hidupku. Yifang, na saranghae…

Pada suatu pagi, aku sedang sibuk di dapur. Ada Kibummie, Sungmin hyung, Kyu dan Leeteuk hyung, keempatnya belum pergi beraktivitas, aku akan menyiapkan sarapan yang sehat untuk mereka. Setelah itu aku akan punya waktu luang, mungkin aku bisa membereskan apartemen? Bel berbunyi, aku beranjak ke pintu.

“Tolong buka pintu dong. Ini Yifang.”

Tanpa menjawab lagi, aku langsung membukakan pintu. Tentu saja aku tau itu suara Yifang, tapi kedengarannya dia lesu sekali. Dan ternyata benar, wajahnya terlihat agak pucat meski dia tersenyum padaku.

“Wookie… Iteuk oppa ada?” tanyanya.
“Yifang, kenapa? Kenapa bisa pucat begini? Yifang sakit?” tanyaku khawatir, membimbingnya masuk.
“Ng… aku agak pusing, Wookie.”
“Hyung ada. Ayo, ke kamarnya.”

Aku menggandeng Yifang menuju kamar Leeteuk hyung. Sepertinya Yifang tidak bertenaga, dia perlu menyeret badannya untuk berjalan. Aku mengetuk pintu kamar, yang langsung saja dibuka.

“Wookie, Yifang? Yifang kau kenapa? Cepat masuk!” seru Leeteuk hyung.

Hyung memang seorang dokter yang luar biasa. Dari melihat keadaan Yifang yang lesu saja dia pasti tau ada yang tidak beres pada Yifang. Aku membawa Yifang berbaring di ranjang Leeteuk hyung, dan hyung yang professional langsung mengambil alat-alatnya untuk memeriksa si pasien.

“Apa yang kau rasakan, Yifang?”
“Ng… kepalaku pusing sejak aku bangun, oppa,” jawab Yifang.

Hyung mengecek pernafasan, detak jantung, suhu badan dan tekanan darah Yifang.

“Ah, kau menderita tekanan darah rendah. Kau perlu istirahat beberapa hari, lalu makan makanan yang bisa menambah tenaga dan menambah tekanan darah.”
“Ne, oppa, aku akan istirahat beberapa hari.”
“Nanti pulang dari rumah sakit aku akan bawakan obat untukmu. Wookie, kau rawat saja Yifang hari ini. Kurasa kau tau makanan yang bisa menunjang tekanan darahnya?”
“Ah, aku tau, hyung,” jawabku sigap, “Yifang, istirahat di kamarku yuk.”
“Gomawo, Iteuk oppa…” gumam Yifang, lesu.
“Ne… sana pergilah. Jangan sampai sakitmu parah, calon artis terkenal,” canda Leeteuk hyung, menepuk bahu Yifang.

Aku membawa Yifang menyeberang ke kamarku. Kamar itu kosong, Yesungie hyung sudah pergi entah kemana dari pagi. Yifang berbaring di ranjangku, dan aku menyelimutinya.

“Yifang, istirahatlah dulu. Aku tinggal sebentar,” pintaku.

Yifang mengangguk dan tersenyum, sepertinya memang tidak bertenaga. Aku beranjak ke dapur, menyelesaikan masakanku sekaligus memasak makanan yang bisa memulihkan tekanan darah Yifang. Inilah pekerjaan yang paling kusuka selain berhubungan dengan dunia music: memasak untuk orang-orang yang kucintai. Aku ingin mereka yang memakan masakanku bisa merasakan rasa sayangku terhadap mereka, terutama Yifang. Aku ingin melihat senyumnya setiap kali dia memakan masakanku.

AUTHOR’S SPECIAL POV
Leeteuk keluar dari kamarnya dengan buru-buru. Dia melihat Ryeowook sibuk di dapur, masakannya wangi luar biasa. Dia mengetuk pintu kamar KyuMin couple yang berada paling belakang di apartemen. Kyuhyun yang membuka pintu.

“Hyung,” sapanya, membiarkan Leeteuk masuk.
“Kalian berdua sudah mau pergi belum? Ayo kita pergi sekarang,” ajak Leeteuk.

Sungmin yang sedang sibuk di depan laptopnya mengerutkan dahinya.

“Memangnya kenapa, hyung? Aku sih mau menunggu sebentar lagi,” kata Sungmin.
“Karena Yifang sakit, dia datang untuk dirawat Wookie, dia istirahat di kamarnya. Bisa jadi kita melihat adegan seru hari ini.”

Mulut Sungmin membentuk huruf O bulat, sedangkan Kyuhyun kebingungan.

“Adegan seru apa?” Tanya Kyuhyun linglung.
“Nanti kau juga akan tau, Kyu. Ayo, kita berpura-pura pergi saja,” ajak Sungmin.
“Kalian ajak Kibummie pergi juga. Aku akan memancing Yifang,” perintah Leeteuk.

Sungmin menarik Kyuhyun pergi, mereka menuju kamar Kibum. Leeteuk melirik Ryeowook sejenak sebelum mengetuk pintu kamar YeWook couple.

“Yifang, ini Iteuk. Aku bisa masuk? Atau kau sedang tidur?”
“Ani, oppa. Masuklah,” jawab Yifang.

Leeteuk langsung masuk, menutup pintu dan duduk di tepian ranjang Ryeowook. Yifang tersenyum lembut pada salah satu oppa favoritnya ini.

“Yifang, kau tidak boleh melewatkan kesempatan ini, oke?”
“Mworago?”
“Aigo… masih ingat pembicaraan kita, yang juga melibatkan Sungminnie? Tentang Wookie?”

Yifang perlu mengingat-ingat agak lama sebelum sinar cerah muncul di wajahnya. Sepertinya selama ini yang ada di otaknya hanyalah berbagai dialog dan scenario. Namun sedetik kemudian, wajahnya memerah.

“Tapi, oppa… aku malu. Lagipula ada oppa dan entah siapa lagi di apartemen sekarang…”
“Tidak ada. Aku, Sungminnie, Kyu dan Kibummie mau pergi sekarang, kami sibuk, kau tau? Kau tidak perlu malu. Kalau tidak darimana kau tau sedalam apa Wookie mencintaimu? Ini kesempatanmu!”
“Tapi…” keluh Yifang.
“Jangan ada tapi-tapian lagi. Biar kau sendiri tidak penasaran, oke? Nah… itu saja. Aku benar-benar harus pergi, nanti aku kena skors rumah sakit. Nanti aku pulang, kita ngobrol lagi, ya?”
“Eh, oppa…”

Tapi Leeteuk sudah menghilang dengan sangat cepat, meninggalkan Yifang yang cemas.

RYEOWOOK’S POV
                Sekarang aku melihat Leeteuk hyung, memakai jas dokternya yang putih dengan terburu-buru, muncul di dapur.

“Wookie, aku akan makan ini di jalan saja. Aku sudah tidak sempat lagi,” keluhnya sambil menjejalkan roti-roti ke dalam kotak makanan.
“Ehh??? Aneh sekali. Kenapa hyung, Sungmin hyung, Kyu dan Kibummie semuanya buru-buru begitu?” keluhku.
“Mian, Wookie, aku ada panggilan darurat. Ah, ingat ya pesanku, rawat Yifang.”
“Ne, hyung. Hati-hati di jalan.”

Dan Leeteuk hyung juga menghilang. Yah… satu-satu sudah pergi. Tidak apalah, toh aku juga bisa mengerjakan banyak hal. Nah, tim hati ayam sudah jadi, aku hanya perlu memastikan sari pati hati ayamnya sudah keluar semua. Yifang akan suka ini, aku sudah memasukkan banyak bawang putih. Ingat dia yang suka bawang putih, dia pasti bisa mengusir vampire dengan hawa mulutnya kalau dia sudah makan semua ini. Aku mendengus. Aku membersihkan dapur sebelum kembali ke kamarku, membawa secangkir teh manis.

“Yifang, belum tidur?”
Yifang duduk di ranjangku, tersenyum, “tidak kepingin tidur sekarang, Wookie. Itu teh manis-kah?”
“Ne, untukmu.”

Aku menyerahkan cangkir itu padanya. Dia tersenyum lagi.

“Whoa… asyik, aku paling suka ini. Gomawo, Wookie ah~”

Yifang minum dengan senang.

“Hmm… kalau Yifang tidak mau istirahat, Yifang mau ngapain?”
“Wookie hibur aku…”

Aku sibuk memikirkan… cara apa yang tepat untuk menghibur Yifang? Ah… aku tau. Aku menggandeng tangannya.

“Ayo, aku akan menghibur Yifang. Ikut yuk.”

Yifang menurut saja ketika aku bawa menuju grand piano di depan, menyuruhnya duduk di sampingku.

“Mau dengar aku bernyanyi?” aku bertanya.
“Whoa~~ Wookie memang tau cara menghiburku yang paling efektif! Aku akan sembuh dengan cepat kalau begini.”
“Mau lagu apa?”
“So I?”
“Ne. dengarkan aku yang baik ya.”

Yifang bersandar di bahuku, dan jari jemariku mulai menekan tuts piano, memainkan nada-nada yang kuhafal. Aku juga mulai bernyanyi. Aku tau suaraku indah, aku mensyukuri anugerah ini, aku akan bernyanyi dengan sepenuh perasaan dan hatiku, untuk orang yang paling kucintai di hidupku.

“Yifang suka?”

Yifang masih bergelanyut manja di lenganku, tersenyum.

“Wookie, aku suka sekali suaramu. Meski suara Yesungie oppa memang yang terbaik, tapi aku merasa suaramulah yang bisa mengendalikan perasaanku,” jawabnya, “mendengarmu bernyanyi begitu dekat, aku benar-benar merasa bahagia.”
“Syukurlah Yifang suka. Aku akan bernyanyi untuk Yifang, kapanpun Yifang mau, asal bisa melihat Yifang tersenyum.”
“Aku akan selalu tersenyum kalau Wookie bersedia berada di sampingku selamanya.”

Dan matanya memandang lurus ke mataku. Aku merasa terpaku pada binar indah di matanya, yang kusadari, matanya sangat mirip dengan mata Heechul hyung. Alisnya yang tebal, wajahnya yang agak bulat, pipinya yang chubby, hidungnya yang kecil, bibir merahnya melengkung membentuk senyum, perlahan menunjukkan kedua lesung pipinya, yang sama persis dengan lesung Leeteuk hyung, dan kulit wajahnya yang mulus. Dia Yifang-ku, yang benar-benar membuatku merasakan indahnya dunia ini. Dan wajah itu semakin mendekatiku… aku tidak berani bergerak, tidak berani berpikir, tidak tau harus bagaimana… tangan kirinya masih mencengkeram lengan kananku, dan tangan kanannya kini menekan dadaku, ketika bibirnya menempel di bibirku. Jantungku berdebar semakin keras, terasa agak menyakitkan, suaranya memenuhi rongga dadaku. Aku memejamkan mataku. Gelenyar kebahagiaan yang aneh menjalari tubuhku, seperti aliran listrik yang baru saja dinyalakan dari sakelar entah dimana. Mungkin sakelarnya adalah bibirku. Bibirnya sangat lembut, ada bau dan rasa teh yang baru diminumnya. Ini… ciuman pertamaku. Apa yang harus kulakukan? Aku khawatir sekali, tapi aku tidak ingin membuatnya kecewa. Harusnya aku Tanya Yesungie hyung bagaimana caranya membuat gadis bahagia, atau langsung saja Tanya padanya bagaimana caranya mencium seorang gadis, dia pasti lebih paham dariku. Tapi… bibirnya itu bergerak pelan… membimbingku… dan aku bisa melakukannya. Aku juga bisa menciumnya. Aku tidak ingin semua ini berakhir… aku terlalu bahagia… Yifang, apakah kau juga bahagia?

AUTHOR’S SPECIAL POV
“Whoa~ semuanya, kesini,” pinta Kibum, agak jelas.

Leeteuk, Kibum, Sungmin dan Kyuhyun, keempatnya tidak pergi sebenarnya, mereka hanya keluar dari apartemen untuk bersembunyi sementara waktu. Kibum mengecek dari waktu ke waktu, keluar masuk apartemen tanpa suara, menunggu saat ini. Dan ketika Ryeowook sudah membawa Yifang ke depan grand piano, dia berbisik tidak sabar. Berturut-turut Sungmin, Kyuhyun dan Leeteuk berjingkat masuk ke apartemen, menumpuk badan di atas Kibum. Leeteuk bahkan sudah menjulurkan ponselnya, siap merekam.

“Aigo, hyung, hati-hati, nanti ponsel yang terjulur itu kelihatan,” protes Sungmin.
Leeteuk berbisik, “tenang saja, mereka tidak akan melihat. Aigo~ suara Wookie kita memang sempurna.”
“Yifang suka?” Tanya Ryeowook, menghadap Yifang sekarang.
“Agak tidak jelas dari sini. Apa kita perlu mengambil resiko bersembunyi di balik sofa untuk melihat dengan lebih jelas?” Tanya Kibum resah.
“Aigo~ lihat itu betapa manjanya si Yifang noona. Kurasa resiko itu perlu kita ambil,” putus Kyuhyun, tidak sabar.
“Wookie, aku suka sekali suaramu. Meski suara Yesungie oppa memang yang terbaik, tapi aku merasa suaramulah yang bisa mengendalikan perasaanku,” jawab Yifang, “mendengarmu bernyanyi begitu dekat, aku benar-benar merasa bahagia.”
“Begini saja. Leeteuk hyung, karena hyung yang merekam, hyung ke samping sofa untuk bertiga itu. Aku dan Kibummie akan ke balik sofa untuk berdua,” tunjuk Sungmin, mengatur rencana.
“Syukurlah Yifang suka. Aku akan bernyanyi untuk Yifang, kapanpun Yifang mau, asal bisa melihat Yifang tersenyum,” ucap Ryeowook manis.
“Nah, Kyu, kau bisa ke sofa yang single itu, tubuhmu akan pas tertutup disana. Ayo sekarang kita berjalan. Pelan-pelan, jangan sampai dilihat Yifang, soalnya dialah yang menghadap arah sofa-sofa,” perintah Kibum.
Yifang tersenyum dan berujar lembut, “aku akan selalu tersenyum kalau Wookie bersedia berada di sampingku selamanya.”

Dan pasukan mulai berjalan. Leeteuk duluan, tempatnya paling jauh. Dia berjongkok menuju sofa yang paling jauh, disusul Kyuhyun, Sungmin dan Kibum. Kyuhyun resah memastikan tubuhnya tertutup sofa yang paling kecil, sedangkan Sungmin dan Kibum cukup aman di balik sofa untuk berdua. Mereka melihat Leeteuk menjulurkan kepalanya perlahan-lahan, ponselnya membidik sasaran: punggung Ryeowook.

“Tidak jelas. Hanya kelihatan punggungnya Wookie. Tunggu sebentar, aku pindah,” putus Leeteuk.

Ketiganya terkesiap melihat hyung tertua mereka mengendap ke sofa untuk berdua di seberang sofa yang ditempati Sungmin-Kibum. Tapi Leeteuk melakukannya dengan cekatan, jadi kedua sasaran mereka tidak menangkap keberadaannya. Leeteuk tersenyum puas. Setidaknya dari sini, dia bisa melihat sedikit wajah Ryeowook yang memerah. Mereka menahan nafas… dan melihat Yifang maju untuk mencium Ryeowook. Sungmin yang nyaris tertawa, membungkam mulutnya dengan kepalan tangannya. Sahabat-sahabatnya juga tersenyum, melihat Ryeowook merasakan ciuman pertamanya. Dan akhirnya Leeteuk mendapatkan rekaman 5 menit penuh, mereka berhasil keluar apartemen lagi, lalu berlarian ke luar gedung, baru tertawa terbahak-bahak.

“Mana rekamannya, hyung? Lihat!” pinta Sungmin.

Dan keempatnya jadi asyik bergosip. Alhasil mereka semua akhirnya terlambat untuk aktivitas mereka. Leeteuk telat dua puluh menit ke rumah sakit, Sungmin dan Kyuhyun telat menemui Zhoumi hampir satu jam (tanduk dan ekor setan Zhoumi sudah tumbuh ketika keduanya masuk ke kantor Zhoumi), dan Kibum-pun telat dua jam untuk datang ke lokasi syuting. Ng =.=”

So I pray for you (oh) so I
So I promise you (oh) so I
약속해요 모든것이
I promise you everything
그대라고 믿을께요 (그대라고 믿을께요)
I am going to believe that it's you (I'm going to believe that it's you)
Will you come to me
조그만 그대 품에
I want to be just a little closer to your embrace
사랑해요 그대 my love
Oh I love you my love
언제까지나 이렇게
I'm always going to be this way

Dear Diary,

Aku merasakan hal yang aneh ketika sekali lagi Xili masuk dalam kehidupanku. Aku tidak menolaknya ketika dia bilang ingin menggantikan Meifen bekerja di resto untuk sementara waktu. Jujur saja, aku tidak bisa melupakan rasa cinta yang pernah tumbuh untuknya, tapi aku tidak berani berharap banyak. Aku tau dia sudah putus dengan Donghae, tapi itu bukan berarti dia melupakan Donghae sepenuhnya.

Aku masih mengharapkan dia yang akan mengisi kekosongan hatiku, tapi akupun takut aku sekali lagi jatuh dalam rasa sakit hati yang begitu mendalam, yang waktu itu membuatku terpuruk sangat lama. Aku hanya berharap… aku ditunjukkan jalan yang tepat, untuk meraih kebahagiaanku.

Hangeng (May)

No comments:

Post a Comment