No Other The Story
Chapter 40
SIWON’S DIARY
CHAPTER 40
LOVE YOU MORE
SUB-DIARY: SHINDONG
“Aku
melakukan semua itu karena aku berusaha untuk mencintai oppa, tapi ternyata
hasilnya berbeda. Oppa tidak berhasil, aku juga tidak berhasil. Aku… masih
memikirkan Hangeng oppa. Mungkin saja. Semua itu sudah terjadi, oppa. Aku tidak
mencintaimu, Choi Siwon. Tidak perlu, oppa. Oppa hanya perlu menjadi diri oppa
sendiri, tapi aku tidak mencintai oppa. Tidak ada yang perlu oppa lakukan.”
Bagaimana mungkin aku bisa berkonsentrasi dengan semua
pekerjaanku? Aku kehilangan Meifen sekarang. Dia tidak mencintaiku. Padahal
sudah kuberikan segalanya untuknya, tapi dia tidak mencintaiku. Apa memang
pesonaku tidak cukup untuk menandingi Hangeng hyung? Lalu kenapa… kenapa Meifen
begitu ingin putus denganku? Aku menenggak lagi whisky yang ada di gelasku
untuk kesekian kalinya. Aku berharap dengan mabuk aku bisa melupakan Meifen,
melupakan bayangannya yang selalu berkelebat di benakku…
“Siwon hyung.”
Aku pikir aku mabuk ketika melihat Kyu muncul, di bar?
Setauku Kyu tidak akan pernah mau main ke bar sebelum ini? Tapi sepertinya aku
tidak mabuk. Dia duduk di hadapanku sekarang, di sebuah meja kecil. Dia
geleng-geleng kepala.
“Apa yang hyung lakukan disini? Aku melihat mobil hyung di
depan. Biasanya hyung tidak akan minum-minum seperti ini,” ucap Kyu, menggeser
botol whisky menjauh dariku.
“Kau tak tau apa-apa,” kataku singkat, mengarahkan tanganku
ke whisky itu lagi.
Tapi Kyu lebih lincah, sekarang dia memindahkan whisky itu ke
meja di belakangnya. Aku menghela nafas panjang.
“Karena aku tidak tau apa-apa makanya aku disini, makanya aku
bertanya pada hyung. Kenapa semalam tidak ikut berkumpul di apartemen Yifang?
Semuanya habis-habisan disana, terlalu senang Yifang sudah kembali. Hanya dua
orang yang tidak ada, dan salah satunya hyung.”
“Aku… sibuk.”
“Pembohong! Aku semalam juga kebetulan lewat sini dan melihat
mobil hyung disini. Hari inipun begitu. Ini jam kerja, hyung!”
Aku tersenyum tipis. Kyu, meski salah satu anak termuda di
rombongan kami, punya kecerdasan yang luar biasa. Terkadang aku jadi berpikir…
bagaimana mungkin kami punya dia, Wookie dan Kibummie, yang notabene semuanya
muda-muda, tapi pandai membaca situasi.
“Aku putus dengan Meifen,” kataku singkat, “jadi berikan
whisky itu lagi untukku.”
Ekspresi Kyu langsung berubah menjadi terkejut.
“Putus? Bagaimana mungkin…”
“Pokoknya putus. Berikan whisky itu.”
“Tak akan pernah. Apa hubungan putus dari seorang cewek lalu
mabuk-mabukan? Mabuk tidak akan menyelesaikan masalah, malahan akan menambah
masalah.”
“Kau tak tau apa-apa…”
“Aku tau. Karena aku dulu juga jatuh cinta pada Xili, dan aku
sakit hati ketika dia jadian dengan Donghae hyung.”
Aku yang kaget sekarang. Kyu… juga patah hati?
“Tapi sekarang Xili bisa kau ambil. Dia sudah putus dengan
Hae.”
“Tidak bisa. Dia tidak menganggapku lebih dari sekadar
oppanya. Mungkin dia masih memikirkan… sudahlah. Sekarang hyung. Apa yang
terjadi?” Tanya Kyu dengan tajam.
“Ara. Dia bilang dia tidak mencintaiku. Saat aku jadian
dengannya, kalau kau ingat itu hari Valentine, sebenarnya adalah ketika dia
sakit hati oleh Hangeng hyung. Dia berencana menyatakan perasaannya pada
Hangeng hyung, tapi melihat Hangeng hyung malah menyiapkan kado untuk Xili, dia
tidak jadi menyatakannya. Dan aku sudah tau itu akan terjadi. Aku tau Hangeng
hyung tidak bisa mencintainya. Aku menunggunya di depan resto dan aku bilang
aku ingin jadi pacarnya. Dia memberiku kesempatan, dengan syarat kalau aku
menyakitinya atau tidak berhasil membuatnya mencintaiku, aku akan pergi dengan
rela.”
Kyu terdiam mendengar penjelasanku. Nah, sekarang kau
mengerti kan? Bagaimana aku tidak sakit hati ketika aku sudah berusaha… tapi
aku tidak mendapatkan apapun?
“Meifen bilang apa, hyung? Dia tidak mencintai hyung,
begitu?”
“Ne. dia bilang aku gagal.”
“Aneh sekali. Jelas-jelas orang butapun bisa melihat Meifen
terlihat bahagia dengan hyung. Mengorbankan nyawa… itu tanda awalnya. Lalu…
lalu… hmm…”
“Tidak ada yang aneh, Kyu, semua itu sudah final. Dia sudah
tidak mencintaiku. Aku patah hati. Jadi tolong berikan whisky itu untukku…”
pintaku.
“Ani. Hyung harus kembali bekerja sekarang. Kalau aku lain
kali melihat hyung berkeliaran lagi di bar, aku akan menyeret hyung pulang. Oh
ani, aku akan melapor pada Leeteuk hyung, biar hyung kena marah.”
Dan sebelum aku protes, Kyu sudah menarikku pergi. Tubuhku
terlalu lemas untuk melawan, jadi aku mengikutinya saja, kepalaku pusing.
AUTHOR’S SPECIAL POV
“Apa katamu?” Tanya Yifang dengan mata melotot.
Kyuhyun dan Yifang sekarang sedang berada di kamar Yifang.
Sudah cukup larut malam itu, Kyuhyun sudah menunggui Yifang selama dua jam,
baru akhirnya yang ditunggu itu pulang dari siaran. Kyuhyun sudah menceritakan
secara detail tentang apa-apa saja yang diungkapkan Siwon tentang hubungannya
dan Meifen.
“Noona… apa noona tidak merasa ada yang aneh?” Kyuhyun balik
bertanya.
“Aneh sekali! Untung kau mendiskusikannya denganku, Kyu.
Tapi… apa Aqian bakal punya alasan putus yang lain kalau bukan memang dia tidak
mencintai Siwonnie oppa?”
Kyuhyun merebahkan dirinya di ranjang Yifang. Alasan yang
lain? Orang yang bisa membuat Meifen tidak mencintai Siwon lagi? Meifen
mencintai Hangeng? Tapi Hangeng yang sekarang, yang tidak ada gairah hidup,
tidak menunjukkan tanda-tanda dia memperhatikan Meifen…
“Meifen… diancam untuk tidak mencintai Siwon hyung? Ng…
Meifen terpaksa bilang putus… demi kebaikan hyung?”
“Aigo, itu alasan yang klise sekali, Kyu. Memangnya menurutmu
siapa yang berani mengancam Aqian? Aqian bukan tipe orang yang gampang diancam.
Demi kebaikan Siwon oppa? Memangnya kalau mereka pacaran merugikan ya?”
Kyuhyun memutar otaknya lagi. Yang berani mengancam Meifen?
Orang yang punya kekuasaan…
“Andwae, noona! Kali ini kita habis! Mungkin saja… Choi
ahjussi ikut campur! Noona dulu… dulu sekali waktu zaman Siwon hyung high
school, dia pernah pacaran dengan seorang gadis biasa, dia terkenal di sekolah
karena pintar menari balet,” kata Kyuhyun, “dan… Siwon hyung bilang dia
terpaksa putus dari si gadis… karena Choi ahjussi mengetahui hubungan mereka,
dan tidak mau hyung berhubungan lagi dengannya. Alasannya simple: si gadis
hanya wanita biasa.”
“Andwae!!! Bagaimana kalau iya? Melihat si Choi ahjussi
sepertinya memang agak… err… seram. Tapi masuk akal, Kyu! Soalnya Aqian Cuma
gadis biasa, kan?”
“Mana Meifen? Kita Tanyai dia!”
“Aqian kerja, dia baru pulang nanti malam. Bagaimana kalau
kita kasih tau Siwonnie oppa saja dulu, dengar pendapatnya.”
“Ah! Ada Leeteuk hyung di apartemen! Ayo kita kasih tau dia
sekalian, jadi suruh Siwon hyung ke apartemen kami.”
“Tepat!!! Ayo, cepat!”
Kyuhyun dan Yifang berlarian dari dalam kamar, membuat Xili
yang sedang menonton tivi jadi kebingungan.
“Oi, kalian kena… pa…” Tanya Xili.
Tapi yang ditanyai sudah kabur, meninggalkan Xili yang
kebingungan. Mereka bahkan berlarian naik lift menuju apartemen 707. Kyuhyun
dengan tidak sabar membuka pintu.
“Leeteuk hyung!!!” teriak Kyuhyun.
Leeteuk muncul dari kamarnya, meluruskan kacamatanya.
“Kenapa Kyu?” Leeteuk balik bertanya, “aah… ada Yifang.
Wookie… Yifang datang nih.”
Dan sejurus kemudian Ryeowook-pun ke ruang tamu. Yifang
tersenyum melihat kekasih barunya dan langsung beringsut ke sisinya.
“Meifen dan Siwon hyung putus.”
“MWORAGO?” Tanya Leeteuk dan Ryeowook kompak.
“Tapi kami punya beberapa opini,” sela Yifang.
Akhirnya keempatnya sibuk mendiskusikan segala sesuatunya.
Kyuhyun menelepon Siwon, menyuruhnya datang secepatnya.
“Siwon sudah dewasa. Dia harusnya bisa memilih yang terbaik
untuknya. Kita bisa menyampaikan pendapat kita, tapi keputusan tetap di
tangannya,” ucap Leeteuk.
Kyuhyun mengangguk, “tapi aku berharap mereka bersama. Well…
mereka kelihatan cocok koq.”
Dan keempatnya terdiam, tapi bertekad akan mendukung apapun
keputusan Siwon.
SIWON’S POV
Kyu kedengaran panic tadi di telepon, tapi dia tidak mau
bilang ada masalah apa. Aku jadi heran. Kenapa aku tiba-tiba disuruh ke
apartemen mereka? Ya sudahlah, aku juga cukup santai, aku bisa kesana… Dan aku
tergoda untuk mampir ke apartemen 402, menemui Yifang. Aku kangen juga padanya
yang ceria, tapi… nantilah. Sepertinya kerjaan Kyu mendesak. Aku menekan bel
apartemen 707.
“Siwon hyung!” sapa Wookie, tersenyum lebar.
“Ada Kyu? Dia memanggilku…” tanyaku, tapi terdiam begitu
melihat di sofa ruang tamu, duduklah beberapa orang, “lho? Leeteuk hyung, Kyu
dan Yifang? Kalian semua disini?”
“Cepat duduk, oppa. Ada hal penting yang mau kami
diskusikan,” pinta Yifang.
Aku duduk bersama Leeteuk hyung dan Kyu, sedangkan Wookie dan
Yifang di sofa yang lainnya.
“Kau putus dengan Meifen, mungkin kami tau sebabnya.
Siwonnie, apa kau tidak merasa aneh dia meminta putus begitu saja? Padahal
selama ini kalian akur-akur saja, kan?” Tanya Leeteuk hyung.
“Ng… aku juga merasa aneh sih. Tapi mungkin saja kan, kalau
sebenarnya dia tidak mencintaiku? Dia masih mencintai Hangeng hyung
sepertinya,” jawabku.
“Tapi hyung, bagaimana kalau dia terpaksa melakukan itu?
Hyung masih ingat dulu pernah disuruh putus dengan pacar hyung waktu high
school oleh Choi ahjussi, karena pacar hyung itu gadis biasa?” Tanya Kyu
gencar.
Mana mungkin aku melupakan hal itu. Gina, dia salah satu
gadis yang membuatku benar-benar terpukau padanya. Tapi ya… appa tidak ingin
aku berpacaran dengannya, dia menyuruhku menemuinya pada suatu siang dan
memaksaku untuk putus dengannya. Dia bilang kalau aku tidak mau, dia akan
memindahkan sekolahku…
“Andwae. Tidak mungkin appa ikut campur lagi kali ini. Aku
sudah dewasa. Lagipula darimana appa tau soal Meifen?”
“Oppa boleh saja berpikir positif seperti itu, tapi bagaimana
kalau pikiran Choi ahjussi belum juga terbuka? Dan mana mungkin Choi ahjussi
tidak tau tentang Aqian? Kekacauan minum racun? Dan bawahannya?” tawar Yifang.
“Kalau… kalau begitu… kalau memang Meifen diancam… kenapa dia
tidak memberitauku? Kenapa dia malahan menurut begitu saja?”
“Kalau soal itu, hyung perlu Tanya langsung pada Meifen,”
jawab Wookie.
Appa… dia memang bisa melakukan apapun, agar tujuannya bisa
tercapai. Sejak dulu dia ingin aku menikah dengan gadis dari kalangan berada.
Orangtuaku percaya, gadis dari kalangan terpercaya bisa membantuku mengurus
perusahaan, memberikan keturunan yang juga baik, memberikan pengajaran yang
baik untuk anak-anak… tunggu!
“Apa Meifen menerima suap? Appa akan melakukan apapun untuk
mencapai tujuannya!”
Dan aku tau pikiranku salah sepenuhnya, karena Yifang melotot
marah padaku. Wajahnya sangat menyeramkan saat itu. Wookie menggenggam tangan
Yifang.
“Hyung, itu tak mungkin. Kami percaya pada Meifen, dan
seharusnya hyung juga?”
Aku merasa malu sendiri. Benar, Meifen bukan orang yang
seperti itu. Tapi apa yang membuat Meifen rela mundur begitu saja? Kata-kata
seperti apa? Kebohongan seperti apa?
“Yifang, kalau hubunganmu dan Yesung hyung ditolak…”
“Ralat. Yifang dan Wookie,” kata Leeteuk hyung dengan sabar,
sambil tersenyum.
“Ya kalau hubungan… mwo? KOQ BISA YIFANG DAN WOOKIE?”
“Bisakah itu dibicarakan nanti? Apa yang mau hyung tanyakan
tadi?” Kyu balik bertanya.
Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan,
kaget. Koq sekarang Yifang berhubungan dengan Wookie? Apa yang terjadi
sebenarnya? Dunia ini memang membingungkan. Aku perlu menanyakan ini sampai
jelas nanti.
“Baiklah, Yifang, kalau hubunganmu dengan Wookie ditolak, dan
seandainya Kim ahjussi mengancammu untuk putus dari Wookie, kata-kata semacam
apa yang bisa membuatmu rela melepas Wookie?”
Wajah Yifang tiba-tiba memucat dan dia bertukar pandang
ketakutan dengan Wookie. Wookie menepuk bahunya.
“Itu hanya pengandaian, Yifang. Orangtuaku akan menyukaimu,
itu sudah pasti, oke?” kata Wookie, menenangkan.
Yifang mendesahkan nafas lega.
“Baiklah, kalau aku ya, naluri seorang wanita… err… harusnya
sih… kalau bukan hubungan kami bisa merugikan pihak Wookie misalnya, atau
Wookie sebenarnya… err… sudah punya pacar yang disetujui orangtuanya? Atau
kemungkinan yang lain… aku merasa tidak pantas untuk Wookie… err istilah
lainnya sih rendah diri,” ucap Yifang.
“Itu dia!” teriak Kyu, “rendah diri!”
“Tapi aku lebih percaya teori Choi ahjussi mengarang-ngarang
kalau hyung sudah punya pacar… err… atau lebih parah dari itu? Jodoh? Calon
istri?” usul Wookie.
Tiba-tiba sinar cerah muncul di otakku. Betapa bodohnya aku,
kenapa aku tidak kepikiran semua itu? Aku anaknya! Dan kejadian itu bukan hanya
sekali terjadi! Appa… mungkin saja melakukannya! Omona… apa yang kulakukan?
Kenapa aku melepas Meifen begitu saja? Tidak… pemisahan itu tidak boleh terjadi
lagi.
“Yifang, suruh Meifen kesini begitu pulang kerja,” pintaku
dengan suara yang tenang.
“Siap, Siwonnie oppa!” seru Yifang, langsung mengambil
ponselnya.
“Siwon hyung, kami mendukungmu,” kata Wookie, meletakkan
tangannya di lenganku.
Ya… aku harus… berhasil, kali ini. Aku mencintai Meifen, aku
tidak akan melepasnya walau nyawa taruhanku. Appa… kenapa kau lakukan ini lagi?
Dan proses menunggu Meifen rasanya seperti berhari-hari lamanya, padahal waktu
aku datang sudah jam satu, dan Meifen pulang kerja jam tiga. Sekitar jam setengah
empat, bel apartemen berbunyi lagi. Leeteuk hyung keluar dari kamar dan
membukakan pintu.
“Meifen! Kami sudah menunggumu!” serunya senang.
“Ada apa ini?” Tanya Meifen.
Aku melihatnya lagi, setelah waktu yang sepertinya lama
sekali… terakhir kali aku bertemu dengannya adalah saat dia mengatakan ingin
putus dariku. Aku merindukannya… dan dia sama cantiknya seperti yang kuingat
dulu, meski agak terlihat lelah. Matanya membulat ketika melihatku, dan dia
berbalik keluar.
“Tunggu! Meifen, masuk,” ucap Kyu, berlari untuk menarik
Meifen, “dengarkan kami, ini masalah penting.”
“Kalau yang kau maksud itu masalah yang ada hubungannya
dengan Siwon, aku tidak mau membicarakannya, Kyuhyun. Bagiku tidak ada lagi
yang perlu dibicarakan.”
Tapi Kyu tidak melepas Meifen, menggiringnya duduk. Sekarang
aku duduk berhadapan dengan Meifen.
“Meifen, sekarang aku tau kenapa kau ingin minta putus
dariku. Appa-ku sudah bertemu denganmu, kan?” tanyaku, sangat yakin.
“Tuan Choi? Kenapa dia dibawa-bawa dalam masalah ini? Tentu
saja kami…”
“Meifen jangan bohong, kumohon. Kau jangan termakan omongan
appa.”
“Tapi aku memang tidak bertemu dengannya! Bukannya sudah
jelas kukatakan aku ingin putus darimu karena aku tidak mencintaimu? Apa itu
tidak cukup…”
Yifang berteriak tiba-tiba, “Aqian! Jangan bohong! Aku tau
kau tidak akan begitu. Sudah berapa lama kita berteman, hah? Aku bisa melihat
kau dan Siwonnie oppa itu saling mencintai, jadi bagaimana mungkin kau minta
putus tiba-tiba begitu?”
“Yifang, kau tidak mengerti apa-apa! Aku kan sudah bilang,
aku tidak mencintai Siwon! Sebenarnya apa sih mau kalian?”
“Maunya kami? Mudah saja, Meifen. Kami hanya ingin kau
jujur,” kata Wookie, nada bicaranya sangat lembut, “karena dulu Siwon hyung
pernah mengalami hal yang sama. Bisa dibilang, kalau perkiraan kami tidak
salah, kau orang kedua yang diancam Choi ahjussi untuk mengakhiri hubungan
dengan Siwon hyung.”
Seketika Meifen terlihat terkesiap. Aku mengulurkan tanganku
untuk menggenggam tangannya.
“Meifen, tolong… katakanlah yang jujur,” pintaku, berusaha
melembutkan nada bicaraku juga.
Tapi dia menepis tanganku, lalu memandangku dengan pandangan
marah, “kau pikir kenapa aku ingin putus darimu? Itu karena kau sudah
dijodohkan, tapi kau tak jujur denganku! Kenapa kau membohongiku? Membohongi
perasaanku?”
Aku kaget bukan kepalang.
“Apa? Dijodohkan? Siapa yang bilang itu?”
“Sekarang kau tak perlu tau siapa yang bilang tentang itu,
tapi katakan kalau kau sudah membohongiku!”
“Siwon tidak pernah terlibat dengan perjodohan manapun, kami
tau jelas tentang itu, Meifen,” kata Leeteuk hyung, “kami sudah bersahabat
paling sedikit Sembilan tahun lamanya. Orangtua Siwon boleh saja mengenalkannya
pada banyak wanita, tapi mereka tidak pernah dijodohkan. Siwon selalu menolak
kencan kedua dengan mereka.”
“Itu pasti taktik Choi ahjussi untuk membuatmu mundur. Kau
jangan percaya begitu saja padanya,” ucap Kyu.
Meifen terlihat kebingungan sesaat, tapi kemudian wajahnya
sedih.
“Tapi aku… apa yang aku miliki sehingga aku pantas untuk
bersama Siwon? Aku hanya gadis miskin, gadis biasa yang berprofesi sebagai
pelayan, tidak bisa membantu Siwon mengurus perusahaan, tidak bisa menghasilkan
keturunan yang mungkin sempurna,” keluh Meifen, “aku… intinya tidak pantas
bersama Siwon.”
Mendengar penjelasannya, hatiku bergetar hebat. Meifen… dia
meninggalkanku… karena dia rendah diri? Aku langsung mengitari meja dan duduk
di sampingnya.
“Meifen, kau tidak boleh rendah diri begitu! Aku mencintaimu
apa adanya, hanya kau yang pantas untukku. Syarat untuk menjadi gadis yang
pantas untukku bukan kalau kau memiliki kekayaan yang sama dengan keluargaku
atau kau bermarga bangsawan,” ujarku tidak sabar, “tapi syaratnya hanya satu:
aku dan kau saling mencintai. Itulah yang kubutuhkan. Hanya sesimpel itu.”
Meifen memandangku, “kau tidak bohong padaku? Kau tidak
dijodohkan?”
“Omong kosong macam apa itu! Tentu saja tidak! Aku tidak
membohongimu!”
“Jadi benar ya kalau Choi ahjussi mengancammu? Kapan dia
melakukan itu?” Tanya Yifang tajam.
“Ng… malam itu waktu pulang dari resto, tiba-tiba aku
terlibat adegan seperti penculikan, aku kira aku benar-benar akan diculik… tapi
ternyata aku dibawa ke Hotel Beyond untuk menemui Tuan Choi. Dia… dia…
menawariku apartemen, uang,” jawab Meifen, “dan mobil… dia ingin aku pergi dari
hidup Siwon. Dia pikir… aku ingin mengikat Siwon, menginginkan hartanya,
menginginkan balas budinya.”
“Lalu Choi ahjussi yang mengatakan Siwon hyung sudah
dijodohkan? Juga mencecokimu sampai kau rendah diri begitu?” Tanya Wookie.
“Ng… yah… sebelumnya memang aku sudah sering kepikiran sih…
gadis seperti aku… apa pantas bersama Siwon…”
Aku tak tahan lagi. Aku memeluknya erat.
“Meifen, jangan katakan itu lagi, kumohon. Maafkan aku yang
tak bisa melindungimu jadi kau disakiti seperti itu oleh appa. Aku tak
menyangka appa begitu keterlaluan. Apa dia pikir kau adalah pengemis,
menawarimu harta? Itu benar-benar merendahkan martabatmu,” ucapku resah, “aku
benar-benar minta maaf. Meifen, aku tidak akan membiarkanmu disakiti lagi.
Tolonglah… terimalah aku kembali.”
“Tapi… tapi orangtuamu…”
Aku memandangi wajahnya sekarang.
“Ayo, kita temui mereka sekarang.”
“Mwo? Mereka tidak akan setuju…”
“Mereka harus setuju! Kalau tidak…”
“Kalau tidak apa?”
“Aku punya rencana lain.”
Rencana demi rencana berkelebat dalam benakku seperti film
yang berputar… satu rencana gagal, masih ada rencana yang lainnya. Aku tidak
perlu khawatir. Aku menghadap sahabat-sahabatku: Leeteuk hyung, Wookie, Kyu dan
Yifang. Mereka bisa diandalkan.
“Hyung, aku ingin minta tolong.”
“Apa saja, Siwonnie,” ucap Leeteuk hyung sambil tersenyum.
“Aku ingin membawa Meifen menemui kedua orangtuaku di
rumahku. Bisakah hyung menemaniku, mengekor di belakang kami? Dan aku butuh
Kangin hyung, kalau-kalau…”
“Aku mengerti. Kalau itu yang hyung mau, kurasa Kangin hyung
tidak cukup. Sungminnie hyung, Kibummie hyung, mereka bisa membantu juga,” ujar
Kyu, cepat tanggap.
“Baiklah, aku butuh mereka semua.”
Yifang menoleh kesana kemari dengan tampang bingung, tapi
sejurus kemudian dia berseru, “oh, aku tau! Aku juga mau!!! Ikut sertakan aku
dan Manshi! Bagaimana dengan Geng oppa? Kalau dia tidak sibuk? Kurasa Manshi
bisa meluangkan waktu sebentar?”
“Ani, Yifang… aku tak ingin Yifang dalam bahaya,” tolak
Wookie.
“Kami akan melindungi Yifang, Wookie, tenanglah. Biarkan dia
ikut membantu,” bujuk Leeteuk hyung.
“Baiklah. Aku percaya pada hyung.”
“Aku akan kembali dengan selamat, Wookie,” bujuk Yifang
manja.
“Apa-apaan ini? Aku tak mengerti,” keluh Meifen.
Aku mengelus rambut panjangnya. Kyu sudah mengambil
ponselnya, menghubungi Kangin hyung duluan. Ini sudah ciri khas Meifen, sering
telat dalam berpikir.
“Tidak ada apa-apa, Meifen. Aku hanya meminta mereka
menemaniku untuk keadaan darurat. Percayalah padaku,” pintaku, “yang penting…
kau masih mencintaiku, kan?”
“Ne…”
“Jangan pernah lagi menghindariku, karena kau membuat seluruh
duniaku hancur. Aku hanya ingin hidup bersamamu sampai akhirnya nanti. Arasso?”
“Ne… oppa…”
Aku ikut tersenyum melihat senyum merekah di bibirnya. Aku
memeluknya erat. Yifang nyengir puas di seberang sana. Tidak lama kemudian,
rasanya apartemen sudah penuh sesak. Kangin hyung, Hangeng hyung dan Manshi
sudah datang, Sungminnie dan Kibummie juga sudah kembali. Yifang dengan
bersemangat meninju tangan Kangin hyung.
“Kalian berdua tunggu kami di bawah saja. Aku ingin
memberikan mereka briefing dulu,” pinta Leeteuk hyung.
Aku mengangguk dan menarik tangan Meifen, “yuk Meifen.”
Meifen masih menoleh dengan penasaran, tapi Leeteuk hyung
tidak berucap apapun, tampaknya sampai kami benar-benar sudah turun. Aku
membawa Meifen masuk ke mobilku. Jantungku berdebar keras, tau bahwa misi kami
tidak akan mudah, tapi aku tidak akan menyerah. Dan aku juga gugup karena aku
sudah lama tidak bersama Meifen, aku merindukannya.
“Meifen… apa kau tidak merindukanku?”
Meifen mengangguk malu-malu. Aku memeluknya, lalu kembali mengelus
rambut panjangnya. Halus, wangi… merasakan dia yang ada dipelukanku membuatku
merasa nyaman, merasa bahagia, merasa tenang. Inilah yang seharusnya terjadi.
Aku menyentuh wajahnya, lalu memandangi wajahnya yang cantik. Matanya yang
sipit, pipinya yang halus, wajahnya yang tirus, bibirnya yang tipis itu
melengkung membentuk senyuman… aku menciumnya. Aku merindukannya, sudah terlalu
lama, dan melepaskan perasaanku pada ciuman itu. Meifen membalas ciumanku, tak
berbeda dengan ciuman-ciuman kami sebelumnya, menunjukkan betapa dia sebenarnya
mencintaiku. Ciuman inilah yang selalu kuinginkan. Lalu perlahan kuhentikan
ciuman itu, lalu kembali memandangi wajahnya.
“Meifen, gomawo…” kataku lembut.
“Ani… untuk apa berterimakasih, oppa?” ucapnya, tersenyum
manis.
Dan perhatianku teralih karena ada yang mengetuk kaca jendela
mobilku. Hangeng hyung. Aku lega juga dia mau ikut berpartisipasi di tengah
kesibukannya. Itu menunjukkan betapa eratnya persahabatan kami. Aku membuka
kaca jendela itu.
“Siwonnie, kami sudah siap. Kami akan naik mobil Leeteuk
hyung dan Kibummie. Kami akan mengekor di belakangmu. Kalau kau butuh kami
bergerak, miscalled saja ke salah satu dari kami, maka kami akan langsung
bergerak,” lapor Hangeng hyung, menyusun rencana.
Aku tersenyum dan mengangguk, “arasso, hyung.”
Selama perjalanan, Meifen masih bertanya sebenarnya apa yang
kami rencanakan, tapi aku sungguh tidak ingin memaparkannya pada Meifen. Aku
sendiri berharap kami tidak perlu menjalankan rencana itu, ingin semuanya
berjalan lancar. Tapi kalau terpaksa… rencana B sudah siap tentu saja. Kami
sampai di rumahku, dan ini untuk pertama kalinya Meifen ke rumahku.
“Oppa… rumahmu luas sekali,” ucap Meifen kagum.
Memang benar, rumahku tidak hanya luas di dalam gedungnya,
tapi juga di halamannya. Dia bahkan belum lihat kalau di belakang rumah kami
punya kolam renang dan gazebo, tempat aku dan sahabat-sahabatku berkumpul kalau
mereka mampir ke rumah. Tapi siapa yang menginginkan semua ini, kalau aku tidak
memiliki Meifen di sisiku? Aku memarkir mobilku di samping dua mobil lainnya,
lalu mengajak Meifen turun.
“Annyonghashimnikka, Tuan Muda Choi,” sapa seorang pelayan
rumah yang berpakaian rapi.
Aku hanya berdeham seperlunya saja. Aku langsung menarik
Meifen masuk ke dalam rumah, melewati banyak pelayan yang menyapaku. Aku ingin
semua ini cepat selesai.
“Mana appa?” tanyaku pada salah satu pelayan.
“Tuan Choi ada di ruang kerja.”
Kami langsung naik ke lantai dua menuju ruang kerja appa.
Meifen masih menoleh kesana-kemari dengan bingung, mungkin tak menyangka rumah
kami benar-benar luas. Luas dan sering membuatku merasa kesepian sebenarnya.
Hanya bertiga… yang kami pikirkan tidak lebih dari bisnis… harta… aku mengetuk
pintu ruang kerja.
“Appa, ini Siwon.”
“Masuklah, nak,” kata appa.
Aku membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Appa terlihat sedang
berkonsentrasi membaca sebuah buku, lalu mendongakkan kepalanya. Dan aku
melihat sinar ketakutan, kemarahan sekaligus keangkuhan ketika dia memandang ke
arah Meifen. Meifen langsung beringsut mendekatiku. Aku mengeratkan genggaman
tanganku di tangannya.
“Untuk apa kau bawa dia kesini? Kenapa kau datang?”
“Appa, aku ingin mengenalkan pada appa, dia adalah pacarku,
Qian Meifen. Dan dia datang kesini tentu karena dia adalah tamu spesialku.”
“Kau berani datang kesini? Kau masih berani mendekati
anakku?”
“Appa!!! Meifen sudah menceritakan semuanya… menceritakan
appa yang mengancamnya. Kenapa appa melakukan itu? Apa appa tidak tau aku dan
Meifen benar-benar saling mencintai? Kenapa appa membuat segala macam
kebohongan itu?”
Appa berdiri dari kursinya, “Siwon, apa yang ada di otakmu?
Kau pikir gadis macam apa dia? Hanya gadis biasa! Dia tidak pantas untuk
melanjutkan garis keturunan keluarga Choi yang bermartabat! Dan apa kau pikir
dia memang mencintaimu? Dia ingin memikatmu, dia ingin memiliki hartamu,
menikmati popularitasmu!”
“Appa tidak mengerti, Meifen tidak begitu. Kami sudah bertemu
lama sekali, dan asal appa tau, Meifen membenciku bahkan ketika dia tau aku
adalah seorang Choi Siwon.”
“Tapi jangan harap aku akan merestui hubungan kalian. Aku
tidak ingin punya menantu memalukan seperti dia, yang bekerja sebagai pelayan!
Apalagi melihat penampilannya yang sama sekali tidak cerdas!”
“Appa… aku mohon, restuilah hubungan kami. Kami saling
mencintai. Aku tidak bisa lagi menemukan yang lebih baik dari Meifen.”
Appa memukul meja, “omong kosong! Kau masih begitu muda,
Siwon, bagaimana mungkin kau semudah ini membiarkan dirimu terikat? Masih
banyak gadis di luar sana yang pantas untukmu, mungkin hanya karena kau belum
bertemu dengan mereka!”
“Tapi aku tidak menginginkan yang lain selain Meifen, appa.”
“Anak bodoh! Kenapa sih kau begitu ingin bersama-sama
dengannya? Apa sih keistimewaan dia? Jangan katakan kau sudah menghamilinya…”
Dan aku merasakan genggaman tangan Meifen mengeras.
“Choesonghamnida, Tuan Choi, tapi saya masih perawan. Saya
tak akan menjual diri saya semudah itu. Saya tidak serendah itu,” ucap Meifen
dengan suara yang berbahaya.
“Appa, apa appa lupa dialah yang menyelamatkan nyawaku? Kalau
tak ada dia, mungkin saja aku sudah mati, appa!” seruku.
“Tentu saja appa ingat! Tapi tetap saja itu bukan alasan
untuk membiarkanmu hidup bersamanya, Siwon! Cukup beri dia uang untuk balas
budi, kan itu yang benar-benar dia inginkan? Menjual nyawanya untuk harta?”
Tanya appa.
“Saya tidak menjual nyawa saya!” seru Meifen, sudah marah.
“Appa! Aku mohon sekali lagi… biarkan aku bersama Meifen…”
ucapku, membungkukkan badanku.
“Kalau aku tidak mengizinkan?” Tanya appa.
“Appa… kalau appa tidak mengizinkan… aku… aku akan
meninggalkan segalanya. Aku akan meninggalkan marga Choi-ku. Aku bukan lagi
Choi Siwon.”
“APA KATAMU? KAU BERANI MENGANCAMKU?”
“Mianhamnida, appa. Selama ini aku selalu menuruti appa,
selalu tidak pernah mengecewakan appa. Tapi aku kali ini kecewa, kenapa
permintaanku yang begini sederhana tidak bisa appa penuhi? Padahal permintaanku
ini untuk kebahagiaanku di kemudian hari.”
“Kalau kau berani-beraninya… melakukan itu… kau… kau…”
“Jadi, maukah appa merestui kami?”
Meifen mengeraskan genggaman tangannya. Aku memandangi wajahnya.
Dia menggelengkan kepalanya.
“TIDAK!”
“Selamat tinggal, appa,” pamitku.
Aku langsung menarik tangan Meifen.
“Kau pikir kau bisa lolos semudah itu? SEMUANYA, KEJAR DAN
DAPATKAN MEREKA KEMBALI!”
Kami berlarian, aku sudah tau ini akan terjadi. Aku mengambil
ponsel dengan tanganku yang bebas, menekan speed dial 5, itu langsung menuju
Hangeng hyung. Aku melihat orang-orang bawahan appa mulai mengejar kami,
menghalangi langkah kami.
“Oppa!!!” teriak Meifen ketakutan.
Aku mengeluarkan beberapa jurus taekwondo dasar yang
diajarkan Kangin hyung, lalu secepatnya berlari keluar rumah. Sial, rumah yang
luas sangat tidak menguntungkan dalam keadaan begini! Dan kami akhirnya
berhasil keluar, dan ternyata di halaman sudah banyak juga bawahan appa. Aku
berusaha mencari celah di tengah kepungan yang makin merapat itu…
“Siwon oppa, kami datang!” teriak Manshi.
Aku bisa melihat celah-celah yang terbuka ketika Kangin
hyung, Hangeng hyung, Kibummie, Sungminnie, Yifang dan Manshi semuanya menyerbu
masuk. Mereka terlibat adu jotos yang seru. Tentu saja, sahabat-sahabatku ini
luar biasa. Kangin hyung, guru taekwondo yang sangat kuat, tidak perlu
diragukan lagi; Sungminnie, pencinta kungfu dan alat bela diri, sekarang sudah
menyerang dengan toya-nya (tidak kusangka dia membawa itu) dan badannya yang
lentur memberinya reflex yang luar biasa; Hangeng hyung, tentu saja seorang
jagoan kungfu; Yifang, aku baru pertama kali melihatnya mempraktekkan banyak
ilmu taekwondo, tapi banyak juga yang roboh karena triknya; Kibummie, sering
latihan boxing, jadi dia juga cukup lincah untuk urusan seperti ini; dan yang
terakhir Manshi, yang kekuatan tubuhnya mungkin bisa dua kali lipat kekuatan
Yifang, membanting orang-orang yang berusaha menghalangi kami. Tuhan, aku
bahagia punya sahabat seperti mereka.
“Siwonnie, lewat sini!” seru Sungminnie, membuka jalan.
Kami berlari dengan dikawal Sungminnie. Ada yang berani
menyentuh Meifen, dan Sungminnie dengan lincah menyingkirkan orang-orang itu
(mereka ketakutan dengan toya Sungminnie) dan akhirnya kami masuk ke mobil
Leeteuk hyung yang pintunya dibiarkan terbuka.
“Apa rencanamu selanjutnya, Siwonnie?” Tanya Leeteuk hyung
mendesak, menjalankan mobil bahkan sebelum kami menutup pintu mobil mahalnya.
“Airport, hyung. Kami akan melarikan diri,” jawabku, “err… Macao?”
“Macao! Tempat yang bagus!”
“Tapi sekarang masalahnya… ada kemungkinan appa sudah menutup
semua sumber keuanganku, kecuali uang tunai yang aku pegang…”
Dan Leeteuk hyung menyodorkan kartu kreditnya ke belakang, ke
kami. Meifen mengambilnya dengan tampang kebingungan.
“Pakailah dulu. Hubungi kami kalau ada apa-apa.”
Aku dan Meifen saling bertukar pandang.
“Hyung, gomawo…”
Leeteuk hyung tersenyum dan membawa mobil dengan
kebut-kebutan.
“Oppa, kita akan ke Macao?” Tanya Meifen.
“Ne, sampai waktu yang masih belum kita ketahui. Kau tidak
keberatan, kan, Meifen?”
Meifen menggelengkan kepalanya. Ya, aku harus berani kali
ini, demi cintaku, demi masa depanku.
Love
U More
내 맘 속에 있는 널
Love U More, you’re in my heart
Love
U More
네 숨결이 내
맘속에 있는
걸
You’re
breathing in my heart
Dear Diary,
Banyak
kejadian mengejutkan yang terjadi belakangan ini! Coba pikirkan… Yesung hyung
putus dari Yifang, dan Yifang malahan pacaran dengan Wookie! Hae juga putus
dari Xili. Di sisi lain, Siwonnie dan Meifen sudah kabur ke Macao, menghindari
kejaran bawahan Choi ahjussi. Ya ampun, ternyata kisah-kisah cinta tidak
berjalan semulus yang kita harapkan. Tasanya seperti berakting di drama atau
membaca suatu novel saja.
Bisa dibilang
yang paling aman adalah hubunganku dengan Manshi. Tapi tidak juga. Jujur saja,
Diary, belakangan aku melihat pelanggan Manshi makin banyak pria. Bagaimana
kalau mereka jatuh cinta pada Manshi, atau Manshi jatuh cinta pada mereka?
Okelah mungkin aku hanya berpikiran yang bukan-bukan, tapi si Lee Junki bukan
Cuma sekali dua kali kesana. Kenapa dia tidak bisa meminta stylish dia sendiri
untuk mengatur penampilannya sih? Aku jadi curiga sekaligus takut… tapi apa ini
karena aku terlalu pencemburu? Aku harus memastikan Manshi hanya melihatku,
tidak memikirkan yang lain. Hmm… atau kuberikan dia hadiah? Tapi hadiah semacam
apa ya? Aku tidak punya ide, huhu… Mudah-mudahan Manshi tidak jatuh cinta pada
si Junki itu deh.
Shindong (April)