Brand New It’s Magic
Chapter 10 part 3
Yesung tengah menunggu Alend pulang dari
kantornya. Rumah yang ditinggali Alend sendirian tampak sepi dan gelap.
“Rumah ini juga harus diproteksi. Kalau tak bisa kacau kalau Alend diincar musuh, mana rumahnya jauh
dari yang laen.”
Alend memasuki pekarangan rumah.
“Loh??
Yesung oppa?” Tanya Alend.
“He-eh. Hai Alend.”
“Ada apa nih?”
“Bicara di dalam yuk.”
Alend membuka pintu. Di pikirannya
berkelebat ucapan-ucapan yang
membuat Yesung tertawa kecil. Mereka duduk di ruang tamu.
“Aku datang untuk membagi tenagaku untukmu.”
“Hah??”
“Kau akan jadi Warrior’s Guardian. Tugas-tugasmu mirip Warrior’s Helper, tapi karena kau
menerima tenaga dariku, berarti aku akan tau kalau kau menggunakan tenagaku.”
“Kenapa aku dipilih? Aku kan tak bisa apa-apa.”
“Karena kau sudah lama terlibat dengan situasi ini. Sudah waktunya ikut turun ke lapangan kan?”
“Tapi... gimana aku mengendalikan
tenagaku? Dan apa saja
ability yang bisa kudapat? Apa aku akan punya senjata?”
Yesung menjawab, “ikutlah latihan tiga hari lagi. Ini jadwalmu.”
Alend menerima kertas jadwal.
“Sama Calvin, Junsu, Julie dan Ryeowook?”
“Iya. Mereka dikenal sebagai kelompok yang
paling serius dan cepat selesai latihannya.”
“Jadi disitu aku akan dapat ability dan
senjataku?”
“Kau bisa coba deh. Kemarikan kedua tanganmu. Aku akan
mentransfernya sekarang.”
Alend bingung tapi meletakkan telapak
tangannya ke telapak tangan Yesung. Yesung memejamkan mata dan Alend
mengikutinya. Tiba-tiba badan
Alend terasa hangat dan ringan. Cahaya berwarna-warni memancar dari tubuh
mereka. Dan Alend merasa bahagia... dan kuat.
***
Hyunjoong, Junsu dan Ryeowook muncul di dunia vampire bersama Vani. Vani tampak senang sekali.
Akhirnya mereka bertemu juga dengan keluarga mereka yang merindukan mereka.
Vani menyapa, “oppa... Junsu, Ryeowook, sekarang ikuti aku. Aku akan
mengantar kalian ke pondok Royale Family.”
“Vani, apa benar... appaku masih hidup?”
Tanya Ryeowook.
“Kau akan lihat sendiri.”
Hyunjoong mengeluh, “tapi aku tak ingat apa-apa. apa appa dan omma tak akan sedih?”
“Jangan khawatir, oppa. Mereka juga pernah
mengalami keadaan itu, ingat?”
Vani tak membiarkan Hyunjoong merepet lagi, maka dia
menarik tangan oppanya lebih cepat masuk ke dalam hutan. Junsu menguntit di belakang mereka dan Ryeowook paling belakang, waspada. Lalu dari
kejauhan mereka melihat gubuk yang lumayan besar (ini sudah diperbagus oleh
mereka selama persembunyian) dan Vani berlari kencang, nyaris menyeret Hyunjoong,
menuju gubuk itu. Junsu
mencium bau yang tidak asing
dari dalam sana. Pintu gubuk terbuka dan Leo Miroslava muncul.
“Leo uncle!!”
“Ah... Vani bawa teman-teman?” Tanya Leo.
“Ini mereka, uncle. Oliver Lavrenty, oppaku,
Ivan Feodosiy, dan Jack Alekseev.”
Vani
menunjuk Hyunjoong, Ryeowook dan Junsu bergantian. Leo memandang mereka semua dan langsung berlutut
di depan Hyunjoong.
Leo bertanya, “Prince Oliver... ini sungguh Anda?”
“Aaah... jangan berlutut di depanku,
uncle...” tolak Hyunjoong.
Vani berujar, “uncle, oppaku ingatannya masih samar-samar.”
“Masuklah, prince... dan Jack, juga Ivan...
kalian sudah dinantikan,” Leo mempersilakan.
Mereka masuk ke gubuk itu yang ternyata
dalamnya tak separah kelihatannya di luar. Dan Junsu melihat ommanya, Grace Yaroslava, yang
hanya menua beberapa tahun dari waktu terakhir Junsu melihatnya.
Grace memanggil, “Jack... Junsu-ku...”
“Omma...” balas Junsu.
Junsu langsung berlari memeluk ommanya.
Grace menangis terharu. Jeffry Feodosiy tengah memandangi Ryeowook. Air mata meleleh dari mata Ryeowook, dia tak percaya appanya masih hidup dan berdiri di
hadapannya sekarang.
Jeffry meminta, “kemarilah, nak... Ryeowook
telah hidup dengan sangat berat kan?”
“Appa... appa...” panggil Ryeowook.
Semuanya ikut terharu mendengar isak
tangis Ryeowook di pelukan
appanya. Ryeowook, meskipun
imut dan manja, sejak hidup terpisah dari orangtuanya menjadi sangat dewasa.
Tapi sekarang beban itu bisa dilepaskannya, karena dia belum jadi penerus klan
Feodosiy satu-satunya. Dan
semuanya cukup mengenal Ryeowook bahwa keluarganya adalah kekuatan terbesar Ryeowook. Hyunjoong, di lain pihak, memandangi sepasang
orang yang duduk di dipan. Yang pria tampak tampan-berwibawa, dan yang wanita
tampak cantik. Garis-garis
wajah Hyunjoong terpampang sangat mirip seperti si pria. Dan senyum Hyunjoong,
juga senyum Vani, sama seperti senyum si wanita. Mereka pasti...
Hyunjoong bertanya, “appa? Omma?”
“Oliver? Hyunjoong?” Tanya King
Lavrenty, “nak? Ingat appa?”
Bayangan-bayangan berkelebat dalam kepala Hyunjoong. Dua sosok
duduk di singgasana. Sosok cantik Vani dalam balutan jubah kerajaan. Dan sosok
ceria Adalia yang dia rindukan...
“Appa! Omma!”
Hyunjoong menghambur dan memeluk kedua
orangtuanya. King tampak bangga pada Hyunjoong yang tampan dan tampak kuat,
sedangkan Queen menitikkan airmata haru.
“Maafkan Hyunjoong tak bisa menemukan appa dan omma. Maafkan Hyunjoong
yang masih melupakan masa lalu kita.”
“Joongie sayang... kau masih sangat muda
waktu itu. Semua bukan salahmu. Juga bukan salahmu kalau sekarang kau hilang ingatan,” kata Queen Lavrenty.
Hyunjoong meminta, “tolong ingatkan Hyunjoong kembali omma... Hyunjoong ingin ingat semuanya dan
memulai lagi.”
“Iya. Dan akan sempurna kalau kita berhasil merebut tahta,” setuju Vani.
Lisette berucap, “kalian... benar-benar
pantas berkumpul lagi.”
Junsu yang pertama tanggap. Dia ingat bau
itu... bau yang mencampuri bau menyenangkan Yunhwa. Lisette Alekseev, bibinya sekaligus omma Yunhwa,
sepupu kesayangannya.
“Bibi...” panggil Junsu.
“Tak
apa-apa, Junsu...”
Junsu mendekati Lisette dan memeluknya.
“Bibi... Yunhwa hyung sangat tampan. Dia yang
paling kuat di antara kami.”
“Apa dia bahagia selama bersama kalian, Junsu?”
“Iya. Dan dia... hyung belum mati.”
Tiba-tiba suasana haru menjadi agak tegang. Lisette
memandang wajah Junsu.
“Apa, Junsu?”
“Yunhwa
hyung belum mati.”
Ryeowook memulai, “sebenarnya kejadiannya
begini...”
Ryeowook menceritakan kejadian malam latihan mereka,
dimana mereka ditolong orang misterius yang kemungkinan Yunhwa. Semuanya mulai
memikirkan kemungkinan itu, dan Lisette menangis lebih kencang.
“Mudah-mudahan itu Yunhwa...” harap Lisette.
Hyunjoong berucap, “tapi kami masih berpikir... kenapa Yunhwa tidak mau menemui kami lagi kalau itu memang dia?”
“Gaya memanah itu... sangat mungkin itu Yunhwa
hyung... hanya saja alasan yang baru disebutkan Hyunjoong hyung membuat kami
kepikiran...” ujar Junsu.
Ryeowook berkata, “kita bisa andalkan
Sungie hyung mencarinya.”
“Sungie?” Tanya Jane.
“Yesung hyung, maksudku, Jane.”
Junsu berujar, “couplenya Ryeowook.”
“Ya~~ tidak segitunya kali, Junsu.”
“Mudah-mudahan kita akan dapat jawabannya,” harap Jane.
Hyunjoong berjanji, “kami akan ajak teman-teman kami lain kali. Oppa dan omma akan senang ketemu Element Warriors lagi.”
“Tentu-tentu,” ujar King Lavrenty.
***
Amelz terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia
mendengar langkah-langkah di
depan pintu kamarnya. Dia melirik jam di samping ranjangnya yang ternyata sudah jam setengah tujuh. Amelz menggeliat,
badannya pegal-pegal karena
kemaren berenang bareng Stella. Dan dia masih ngantuk, kepingin tidur. Dia
memaksa dirinya bangkit dari tidur dan membuka pintu kamarnya.
Youngsaeng menyapa, “Amelz dear, zao an.”
Oppanya si Youngsaeng telah berpakaian
rapi. Amelz baru ingat ini minggu kedua oppanya resmi bekerja sebagai Direktur
muda perusahaan makanan terbesar di Taipei cabang dari Seoul. Jadi appa dan
omma mereka bisa tenang bekerja di Seoul. Menurutnya Youngsaeng sangat pantas
memakai jas dan dasi. May sudah
pernah bilang dia mimisan (sepertinya sih lebay) dan megap-megap melihat penampilan Youngsaeng. Tapi itu
juga disayangkan karena mereka jadi jarang bertemu.
“Amelz masih ngantuk?”
“Lumayan, oppa,” jawab Amelz, “gara-gara si Stella sih.
Dia tak tau kena virus apaan
sampe bertindak aneh-aneh
sekarang.”
“Itu tugasmu untuk menanyakan kenapa dia
menghindari Hyunjoong.”
“Stella pandai menghindar kalau sudah ditanyain ini.”
Mereka berdua turun menuju meja makan
untuk sarapan, disana sudah
ada roti panggang. Bisa dipastikan Youngsaeng sang “bapak rumah tangga” yang
memanggang. Sementara Amelz kaget melihat Chun memakai celemek di dapur. Chun memang sering di dapur, tapi Amelz kaget gara-gara Chun biasanya liburan gini jarang bangun
pagi.
Chun menyapa, “pagi noona...”
“Masak apa? Wangi...”
“Nasi goreng. Untuk bekal hyung, untuk noona
juga kalau lapar lagi, dan
untukku. Aku mau keluar nanti. Makanya bangun pagi.”
“Wuah... aku akan kenyang siang ini,” kata Youngsaeng.
Amelz bertanya, “memang Chun mau kemana?”
“Ada deh...” jawab Chun.
“Chun!!!”
Youngsaeng tertawa dan menghardik, “ya~ kalian berdua... jangan lari-lari disini. Atau akan ada
api-api yang melayang.”
Amelz terlalu ngantuk untuk meladeni Chun.
Chun sudah membungkus nasi
goreng dalam 3 wadah, 1 untuk hyungnya, dan 2 dia bawa. Masih ada sepiring
besar jatah untuk Amelz.
“Kalau-kalau Kimbum hyung datang siang ini,” ucap Chun.
Amelz berujar, “sepertinya dia sibuk deh. Tau’ ah...”
Amelz melahap roti panggangnya. Youngsaeng
sendiri melelehkan banyak coklat di rotinya. Chun memasukkan dua potong roti
sekaligus ke dalam mulutnya.
“Chun mau pergi bareng hyung?” tawar
Youngsaeng.
Chun menjawab, “iya. Chun mau menumpang, hyung.”
“Mau kemana sih?” Tanya Amelz
penasaran.
“Ye~~ noona mau tau saja.”
Amelz manyun. Tak berapa lama kemudian Amelz mengantar oppa dan
dongsaengnya sampai ke depan Ford biru mereka dan mengucapkan “have nice day”
pada mereka. Lalu Amelz menggeliat... balik ke kamarnya lagi. Entah sudah berapa lama dia berbaring, tak yakin sebenernya sudah bobo atau belum, dia
mendengar bel pintu berdering. Amelz duduk dengan kepala pusing.
Amelz bertanya, “apa barang oppa ketinggalan?”
Amelz berjalan terseok menuju lantai satu
dan membuka pintu depan. Dan dia melihat Kimbum-nya yang bertampang segar. Kimbum memakai kaos merah lengan pendek dan
celana jeans panjang warna putih. Sangat fresh dan senyumnya membuat Amelz
terpaku.
“Zao an chagya~” sapa Kimbum.
Kimbum mencium bibir Amelz. Amelz kaget dan mundur selangkah. Tak biasanya Kimbum agresif gini. Kimbum
maju selangkah lagi.
“Mbum! Nanti! Tutup pintunya! Kalau dilihat
tetangga, kita bakal digosipin yang nggak-nggak!”
Amelz segera menutup pintu dan
membelakangi Kimbum.
Jantungnya berdetak kencang. Sekarang mereka Cuma berdua di rumah Amelz. Selama
mereka pacaran setahun
belakangan, ini baru yang ketiga kalinya mereka hanya berduaan dan Amelz sangat
gugup. Setelah menenangkan dirinya, Amelz menghadap kekasihnya lagi. Kimbum masih memasang senyum sempurnanya.
Amelz bertanya, “koq tidak ngabarin aku
sebelum datang? Katanya Mbum hari ini sibuk.”
“Tidak ada kata sibuk untuk chagyaku...
lagian chagya lagi sendirian hari ini kan?” Tanya Kimbum, “makanya aku mau menemani Amelz.”
“Wah... Mbum baek sekali.”
Kimbum duduk santai di sofa. Dia meneliti Amelz.
“Baru bangun?”
“Sudah daritadi sebenernya. Sudah sempat sarapan, tapi lalu bobo lagi.”
“Gara-gara Stella?”
“Iya. Sepertinya hari ini Stella menyeret May atau Annie deh, pokoknya salah satu dari
mereka.”
Kimbum menepuk sofa di sampingnya dan
mengajak Amelz duduk. Amelz duduk dengan kikuk di sampingnya, dan sebelah
tangan Kimbum memeluk punggung Amelz. Jantung Amelz berdebar kencang.
“Memang mereka kemana?”
“Tak tau juga yah, tergantung mood Stella. Memang kita mau gabung sama mereka? Aku sih
kapok liat Stella yang seperti ini.”
“Tak ahh. Enakan kita berduaan...”
Kimbum mendorong Amelz bersandar di sofa,
dan wajahnya hanya beberapa senti dari wajah Amelz. Dia tersenyum dan mencium
Amelz. Hal ini membuat Amelz ketakutan, bahkan lebih ketakutan daripada ketemu
musuh dalam jumlah besar. Lalu saat keduanya mengambil nafas, Amelz mendorong Kimbum
menjauh. Dia tidak siap.
“Aku mau mandi!!”
Kimbum tertawa melihat tingkah Amelz yang
langsung berlari cepat ke kamarnya. Amelz menyambar baju sembarangan dari
lemari dan melesat ke kamar mandi di dalam kamarnya itu. Kimbum, sementara itu,
telah menyusul Amelz, duduk di ranjang Amelz. Setelah sekian lama, Kimbum mulai
setengah berbaring disana, dan Amelz keluar dari kamar mandi dengan rambut
basah dan tampang segar.
“Amelz wangi sekali.”
“Namanya juga baru habis mandi.”
Lalu tiba-tiba Kimbum berdiri dan mendekati Amelz
sekali lagi. Jantung Amelz kembali berdebar kencang. Namun baru saja Kimbum meletakkan kedua tangannya di
bahu Amelz, mereka mendengar suara orang-orang berteriak tidak begitu jauh.
“Apa itu, Mbum?”
“Mungkin musuh. Ayo menyamar dan keluar,
Melz.”
Amelz mengeluarkan dua topeng dari dalam
laci meja belajarnya dan memberikan satu untuk Kimbum. Topeng ini memang barang wajib untuk Element Warriors
dan Warrior’s Helper untuk berjaga-jaga kalau saja mereka harus
berperang di depan orang banyak. Keduanya keluar dengan cara normal, dan
berlari menuju kerumunan. Dan mata mereka terbelalak. Mereka melihat naga
putih.
Amelz berseru, “no way! Yesung oppa bilang
itu juga muncul di rumah Fennie!”
“Serang dia, Amelz, Honor Bow!”
perintah Kimbum.
“Dawn Sword!”
Si naga berkonsentrasi pada mereka berdua
dan menyerang dengan cakarnya. Orang-orang berlarian menghambur ke segala arah, sementara
Amelz dan Kimbum berusaha menyerang dari bawah. Mereka toh tak bisa terbang untuk lebih mendekati si
naga. Tapi meskipun Amelz sudah
berkali-kali menyerang cakar naga yang mendekatinya dengan Dawn Sword, tak ada luka yang nampak.
“Attacking Shield!”
Amelz melindungi Kimbum. Dan mereka kembali
berusaha menyerang naga. Tak
jauh dari tempat mereka berperang, Ryeowook muncul diiringi suara lecutan,
bersama Yesung di sampingnya.
Kedua orang ini belakangan tak
terpisahkan. Mereka muncul di tempat mantra proteksi Yesung berakhir. Mata mereka terbelalak melihat Amelz
dan Kimbum yang terjepit.
Ryeowook menjerit, “Elder Sword!”
“Northern Chain!” seru Yesung.
Mereka berlari menuju tempat peperangan,
Yesung melompat-lompat di
pepohonan dan atap rumah untuk mendekati wajah sang naga.
“Wookie! Beritau aku dimana matanya!”
Tapi Ryeowook tak memperhatikan Yesung yang mengincar moncong naga itu. Tentu Yesung ingin tau arahan dari Ryeowook
mengenai “mata asli” sang naga yang Cuma bisa diliat Ryeowook, karena naga ini
hanya ilusi. Namun, mata Ryeowook terpancang pada sosok Kimbum. Dengan sekali
melompat, Ryeowook menyambar pinggang Amelz, membawanya pergi dari Kimbum.
Amelz menjerit, “hei! Ryeowook! Ap...”
“Ilusi!” seru Ryeowook yang mengacungkan
Elder Sword pada Kimbum.
Yesung bingung dan bertanya, “apa Wookie...?”
“Kimbum, ilusi!”
Tiba-tiba Kimbum tertawa dan melepaskan anak panah ke Amelz dan Ryeowook.
“Attacking Shield!”
Panah Kimbum memantul dari Ryeowook dan
mengenai tangan Kimbum. Tangannya berdarah. Amelz berusaha melepaskan diri dari
Ryeowook.
Amelz memanggil, “Mbum...”
“Aniyo, Amelz!” tolak Ryeowook.
Kimbum mengeluh, “Amelz... teganya kau
melukaiku...”
“Kaupun harusnya tak akan menyerang Amelz kalau kau Kimbum yang asli, kan?” Tanya Yesung
yang terbang dan menyabetkan Northern Chain ke Kimbum.
Kimbum tak sempat menghindari serangan Yesung, dia
terluka, berdarah dan jatuh berlutut. Amelz masih berkutat dari Ryeowook.
Amelz memanggil sekali lagi, “Mbum...”
“Amelz, sadarlah!” teriak Ryeowook, “benar kata Sungie hyung, kalau dia Kimbum, dia tidak
akan melukai kita!”
“....... aku... dibohongi?”
Dengan entakan yang kuat, kali ini Amelz
benar-benar melepaskan diri
dan menusuk Kimbum dengan Dawn Sword. Kimbum berteriak kencang dan berubah menjadi
asap di depan mata mereka.
“Hahahaha... hebat, Fire Warrior. Dan kau
juga, Ivan Feodosiy. Benar-benar luar biasa...” puji si asap.
Asap itu melayang pergi.
Yesung menjerit marah, “hei kau, iblis! Tunggu aku!”
Yesung melompat untuk mengejarnya.
“Aniyo! Sungie hyung!” panggil Ryeowook, “Hypnotize!”
Karena tau sulit mengejar Yesung, Ryeowook
melepaskan Hypnotize pada Yesung. Dan Yesung berhenti di udara. Ryeowook dengan
kendali pikirannya membawa Yesung kembali ke hadapannya. Sesaat mata Yesung
tampak kosong, tapi kini tersadar kembali.
“Ya~ Wookie, kau mau mati yah menghipnotis
aku?”
“Apa hyung tak sadar itulah maksud ilusi itu? Pertama, dia
ingin membunuh Amelz dan Kimbum palsu sekaligus dengan mendatangkan naga. Jadi
kalau kita bertemu dengan Kimbum
yang asli, kita akan membunuhnya karena kita mengira yang asli adalah ilusi.
Tapi itu rencana A. Dia menyiapkan rencana B. Itu adalah kalau aku datang dan melihat bahwa naga itu dan
Kimbum palsu adalah ilusi. Dia sengaja menggoyahkan Amelz, berharap Amelz
berperang dengan kita sendiri, namun gagal. Masih ada rencana C. Dia jadi asap
dan berharap kita mengejarnya, lalu menjebak dan menghabisi kita semua.
Ngertikah, Sungie hyung?”
Yesung terdiam dan mencerna kata-kata Ryeowook.
Yesung berkata, “ah~ kau cerdas sekali hari ini Wookie-ku. Kau benar. Aku nyaris bunuh diri.
Kalau Kimbum itu ilusi,
berarti Amelz juga tak
bisa membedakan ilusi. Amelz...”
Yesung dan Ryeowook terdiam melihat Amelz
bersandar lemas di tembok masih dengan Dawn Sword teracung.
“Aku ditipu!!” teriak Amelz, “aku ditipu!!! Brengsek iblis itu!”
Pohon-pohon di rumah tetangga mulai terbakar dan kedua cowok panik.
“Andwae!! Amelz!!” jerit Yesung dan
Ryeowook.
Yesung berseru, “Hypnotize!”
Pandangan Amelz langsung kosong. Dia
berjalan menuju Ryeowook dan ambruk, tepat pada saat Ryeowook menyambutnya.
“Ini akan meninggalkan shock yang mendalam
padanya. Kita kan tak tau...
eh... aku tau sih. Kimbum yang palsu telah menggodanya habis-habisan pagi ini. Aku akan cari Kimbum yang
asli untuk menemaninya. Wookie, bawa dia istirahat.”
“Ye,” setuju Ryeowook.
***
No comments:
Post a Comment