No Other The Story
Chapter 39
YIFANG’S DIARY
CHAPTER 39
ONE FINE SPRING DAY WITH THE ONE I LOVE
Aku duduk di ranjangku, memandang keadaan di sekitarku dengan
resah. Kamarku… sudah lama sekali aku tidak kembali kesini. Aku merindukan
kamar ini (yang dindingnya penuh poster KRYSD), merindukan rumahku, merindukan
kedua orangtuaku. Tapi di balik semua ini, aku tau apa yang benar-benar aku
rindukan. Aku merindukan Seoul, apartemen KRYSD, apartemenku, oppadeul,
dongsaengdeul, sahabat-sahabatku, Xili, dan… orang yang paling kucintai. Aku
beranjak menuju poster KRYSD yang paling besar yang kutempel di samping ranjang
mungilku. Aku menjulurkan tanganku, menyentuh wajahnya, menelusuri tulang
wajahnya yang kurus… Kim Ryeowook, Ryeowookie-ku. Orang yang (mungkin)
mencintaiku, orang yang kucintai, sekaligus orang yang kusakiti, orang yang
paling menderita sedangkan kami berbahagia. Aku melirik sosok Yesungie oppa-ku,
dan aku mulai menangis, lagi. Aku mencintai Yesungie oppa, tapi aku tak bisa
pungkiri bahwa aku juga sangat… sangat… mencintai Wookie. Semenjak aku
berpacaran dengannya, aku tidak pernah berhenti memimpikan Wookie. Seolah-olah…
semua itu pertanda dari Yesus bahwa aku sebenarnya… seharusnya… lebih
menghargai Wookie. Dan aku merindukannya, sekaligus mengkhawatirkannya.
Bagaimana tidak? Aku menonton tivi dan mendengar bahwa KRYSD yang sibuk dengan
promo album baru mereka, tidak semuanya terlihat dalam keadaan baik. Kyu,
sekarang tampak lebih dewasa; Umin oppa, lebih banyak mengambil alih untuk
menjawab pertanyaan saat Reality Show ataupun wawancara, berperan baik sebagai
vice leader di KRYSD; sedangkan Hae, aku melihatnya sering termenung entah
kenapa; Yesungie oppa, dia sering tidak hadir dalam acara-acara… apa dia
mengkhawatirkan aku? Wookie… dia juga terlihat lebih murung, juga lebih kurus.
Wookie, kalau aku bisa kembali ke Seoul, aku akan membayar semua sakit hatimu,
andai kau… memaafkanku. Sekarang masalahnya, aku sama sekali tidak bisa
berhubungan dengan salah satu dari mereka. Tidak ada telepon, tidak ada
jaringan internet. Bisa saja sih aku kabur dari rumah, ke warnet atau mencari
telepon umum atau apalah, tapi itu artinya… aku mengindahkan perintah
orangtuaku untuk tetap di rumah.
Dini hari tanggal 30 Maret itu, ketika aku pulang syuting,
aku kaget setengah mati melihat kedua orangtuaku menungguku. Aku heran tapi
sekaligus melepas kangen dengan mereka, tapi mereka tidak bersikap hangat
padaku. Tiba-tiba saja mereka menarikku pergi, tepatnya ke bandara, lalu
merebut ponselku. Segala pertanyaanku tidak dijawab, bahkan hingga sekarang.
Aku masih sangat bingung, kenapa aku tiba-tiba dikurung begini? Aku tidak
bekerja sebagai bartender lagi, profesiku sebagai artis dan penyiar pastilah
membuat bangga setiap orangtua, tapi kenapa mereka tidak? Apa salahku
sebenarnya? Aku ingin kembali ke Seoul…
“Buka pintu! Yifang noona, buka pintunya!”
Aku terlonjak… suara itu… suara itu… apa aku sedang bermimpi?
“Yifang noona, kubilang buka pintunya, cepat!” teriak Henry,
suara itu terdengar nyata.
Aku berlarian ke pintu depan dan membukakan pintu. Itu
benar-benar Henry, yang sedikit berkeringat tapi tetap tampan mirip mochi,
dengan senyumnya yang menggemaskan.
“Oh, Henry~~” kataku, memeluknya erat.
Aku membenamkan wajahku di dadanya, dan dia mengelus
kepalaku. Tindakan yang tak sopan sebenarnya, aku lebih tua darinya kan? Tapi
sekarang aku tidak peduli. Aku juga merindukan dongsaengku yang berisik ini,
tak percaya dia ada disini sekarang, seolah sedang bermimpi.
“Henry, bagaimana kau bisa kesini?”
“Nanti saja bertanyanya, noona. Sekarang kita pergi saja. Di
jalan aku akan menceritakan semuanya.”
“Maksudnya? Pergi? Pergi kemana?”
“Kemana lagi? Tentu saja kembali ke Seoul! Ayo cepat,
pesawatnya berangkat enam jam lagi, kita pakai sistim kebut nih.”
Aku masih belum connect, tapi Henry sudah mendorongku masuk.
Dan seketika aku sadar: Henry datang kesini untuk menjemputku! Aku akan
terbebas!
“Tunggu, Henry, aku akan mengambil barang-barangku!” pintaku.
Aku melesat masuk kamar dan menyambar barang-barang apa saja
yang perlu dan menjejalkannya ke dalam tasku. Aku kembali ke ruang tamu dan
melihat Henry tengah mengamati rumahku dengan seksama.
“Aku sudah siap.”
“Ne, ayo pergi.”
Aku menoleh ke dalam sekali lagi dan teringat sesuatu.
“Tunggu.”
Aku menarik selembar kertas dari dalam laci di ruang tamu,
menulis pesan dan menempelkannya di lemari es.
Ma, ba, maaf… aku pergi menyongsong kebahagiaanku..
Dan aku-pun pergi bersama Henry.
“Darimana kalian tau aku disini?” tanyaku heran.
“Polisi. Bahkan Siwon hyung membayar inspektur yang
dikenalnya, jadi inspektur itu mengerahkan detektif. Mereka tak kepikiran
mengecek data airport, jadi agak lama kami baru tau noona keluar Seoul.”
“Aih~ keren sekali.”
“Sebenarnya apa yang terjadi?”
“Aku juga tak tau, Henry. Baba dan mamaku muncul tiba-tiba
dan menjemputku. Sampai sekarangpun mereka tidak bilang alasannya kenapa.”
“Aneh sekali.”
“Siapa yang mengutusmu kesini?”
“Kangin hyung, dan yang lainnya setuju sih.”
Kami mengobrol sembari naik bus yang membawa kami ke
Guangzhou. Tak lama lagi… aku akan kembali ke Seoul.
“Semuanya panic bukan kepalang. Apalagi Yesung hyung dan
Ryeowook hyung. Keadaan mereka mengenaskan. Noona, siapa yang ingin noona temui
begitu sampai di Seoul? Yesung hyung atau Ryeowook hyung?” Tanya Henry
tiba-tiba.
“Ng… kenapa kau bertanya begitu?”
“Karena… aku tau noona mencintai mereka berdua sekaligus, itu
bisa terlihat dari mata noona.”
Aku terdiam. Aku tidak ingin mengatakan siapa, karena hatiku
sendiri takut… takut… aku salah langkah lagi. Tapi… kami diam selama
perjalanan, dan akhirnya, aku sampai di Baiyun Airport di Guangzhou. Henry
menuju counter salah satu maskapai penerbangan dan mengambil sesuatu dari
dompetnya. Aku melongokkan kepalaku. Dia menyerahkan kartu kredit… hah?
“Loh, Henry… itu kartu kredit Iteuk oppa!”
“Memang. Aku meminjamnya… eh bukan juga sih. Aku kan tidak
punya uang sebanyak itu untuk pulang-pergi Seoul sekaligus membayar tiket
noona, jadi… er… Donghae hyung membantuku mengambil kartu kredit Leeteuk hyung,
hahaha…”
“Tapi kurasa dia tidak tau? Itu sih namanya mencuri…”
“Yah, tidak apalah noona, kan si Leeteuk hyung juga,” kata
Henry, tersenyum jahil.
Aku geleng-geleng kepala. Dan akhirnya aku sudah di dalam
pesawat… tidak lama lagi aku bisa kembali ke tempat yang kusukai.
“Aku ketinggalan berita apa saja, kau bisa kasih tau aku,
Henry?”
“KRYSD sudah meluncurkan album baru.”
“Aku tau.”
“Donghae hyung dan Xili putus, sudah tau?”
“MWORAGO???”
Aku berpikir keras. Apa Xili tak memaafkan Hae soal
ketinggalan pesawat? Atau Xili tau soal cewek yang dipeluk Hae? Tapi… aku tak
menyangka mereka putus. Hae kan… dia, bagaimanapun, aku merasa dia cowok yang
baik koq…
“Donghae hyung jadi uring-uringan, tapi tampaknya mereka
sudah tak punya harapan, noona. Xili bilang padaku, dia dan Donghae hyung Cuma
cocok jadi teman,” kata Henry.
“Kasihan Hae… aku tadinya berpikir… ng… bagaimanapun Hae
cukup baik, harusnya… aigo… kenapa kerjaan jadi parah begitu?”
“Noona tidak ada, jadi Xili mungkin tidak tau harus minta
nasehat siapa. Nanti noona lihat sendirilah keadaan mereka bagaimana.”
Sebelum itu, aku juga punya kerjaan penting yang harus aku
selesaikan. Mengenai YeWook… aku masih juga takut. Aku menghela nafas panjang.
Henry meraih dan menggenggam tanganku.
“Percaya pada kata hati, noona.”
“Tapi menurutmu sendiri bagaimana, Henry?”
“Noona… mencintai Ryeowook hyung, lebih daripada mencintai
Yesung hyung. Pandangan mata noona… aku bisa membedakannya. Noona bahagia
bersama Yesung hyung, tapi akan lebih bahagia lagi… bersama Ryeowook hyung.”
“Ternyata begitu… ng… lalu menurutmu, mereka… bagaimana?”
tanyaku, bingung sendiri.
“Mereka? Mereka berdua sama-sama mencintai noona tentu saja!
Tapi aku tau Ryeowook hyung berusaha menahan sakit hatinya sendirian selama
ini. Donghae hyung pernah cerita Ryeowook hyung menangis… ng… karena melihat
noona bermesraan dengan Yesung hyung, sebelum kalian jadian.”
“Mwo? Bermesraan? Yang mana?”
Otakku berpikir keras… melihat… banyak kemungkinan. Aku
memang dulu terlalu mesra dengan Yesungie oppa, bahkan sebelum kami jadian.
Wookie melihatnya… lagu Smile Again itu…
“Noona, bukannya aku mau memihak siapa, dalam hal ini aku
netral, meski kalian lihat aku cukup dekat dengan Ryeowook hyung. Noona, Yesung
hyung bisa lebih mengerti kalau noona memilih Ryeowook hyung. Dia menyayangi
Ryeowook hyung, sama seperti menyayangi noona. Tapi kalau Ryeowook hyung terus
merasakan kepedihan seperti ini, aku khawatir…”
“Ara, Henry. Aku tau.”
Dengan tangan yang satunya, aku menggenggam tangan Henry yang
dia letakkan di atas tanganku. Aku membaringkan kepalaku, masih sibuk berpikir…
Yesungie oppa… Wookie… kedua cintaku… dan nyaris tanpa sadar, sekarang aku
sudah di depan apartemen. Aku masih memandangi apartemen yang kurindukan ini,
termenung sendiri.
“Ayo, noona,” ajak Henry, mengulurkan tangannya.
Aku menyambut uluran tangannya, akhirnya malahan aku yang
menariknya menuju lift, lalu menekan angka… 7. Aku harus menemuinya duluan.
Mian, Xili, Aqian, Manshi, aku harus menyelesaikan yang ini dulu… dan aku
melesat menuju pintu nomor 707, menggedor pintunya.
“Buka pintu!!!”
“Noona… sabar… kita pakai bel…”
Rasanya lama sekali pintu itu akhirnya dibuka oleh… Mimi!
“Oh… Yifang!!!” teriaknya, langsung menarikku ke dalam
pelukannya.
“Mimi… Mimi… mana…” kataku, sesak dipeluknya.
“Kibummie!!! Yifang sudah pulang!”
Dan aku melihat Kibummie berjalan tergopoh-gopoh dari dalam,
ikut memelukku dan membuatku sesak sepenuhnya sekarang. Dengan susah payah aku mendorong
mereka berdua, terengah kehabisan nafas.
“Kau membuat kami khawatir, Yifang!” cecar Kibummie.
“Mian… Henry akan menjelaskannya pada kalian,” ujarku.
Mata Mimi berbinar-binar ketika dia bicara lagi, “kau mau
menemui Yesung hyung tidak? Dia sekarang…”
“Wookie. Dia dimana?”
“Mworago?”
“Aku bilang Wookie. Dia dimana?”
Henry, Mimi dan Kibummie bertukar pandang. Memangnya
pertanyaanku salah yah?
“Aku tau dimana Wookie sering bersembunyi. Gereja tempat
Yesung hyung dan kau sering kunjungi. Dia ada disana,” jawab Kibummie.
“Gomawo.”
Aku langsung melesat pergi tanpa bilang apa-apa lagi. Wookie…
Wookie, tunggu aku. Kenapa… kau disana? Jangan-jangan selama ini… dia tau aku
dan Yesungie oppa sering kesana… sering melihat kami bersama… aku membayangkan
bagaimana jika aku berada di posisinya. Aku melihat orang yang kucintai
mencintai orang yang kusayangi, tapi aku tak punya keberanian untuk
mengungkapkan perasaanku… meski aku sangat mencintainya… aku takut menyakiti
orang yang kusayangi… tapi aku sekarang tau, Wookie, aku tau… ternyata yang
selama ini ada di dalam hatiku bukan Yesungie oppa, tapi kau… yang selama ini
kurindukan adalah kau… yang membuatku ingin kembali ke Seoul adalah kau… yang
kulihat di masa depanku adalah kau… Yesungie oppa, mianhae… mianhae… aku akan
menjelaskan segalanya padamu… dan aku melihatnya. Wookie-ku, duduk di salah
satu kursi panjang yang menghadap ke gereja besar dan kuno tak jauh di
hadapannya. Matanya menengadah memandang gereja itu. Wookie… sosoknya yang
makin kurus itu…
“Wookie…” panggilku lembut.
Dia tak akan mendengar suaraku. Suaraku dibawa pergi oleh
angin, tak akan sampai ke telinganya, tak akan masuk ke dunianya. Tapi dia
menoleh, dan memandangku. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dia mendengar
suaraku? Sorot matanya yang lembut… yang kurindukan… aku balas memandangnya…
아주 멀리, 아주 멀리
You are so very far, so very far
그대가 있나요 사실 난 그대가 매일 그리운데
To be honest I miss you every day
아주 작은, 아주 작은 사소한 것들에도
그대가 있나요 사실 난 그대가 매일 그리운데
To be honest I miss you every day
아주 작은, 아주 작은 사소한 것들에도
Even the very small, very small trivial things
매일 그대가 생각이 나
Make me think of you every day
매일 그대가 생각이 나
Make me think of you every day
Air mataku mengalir. Aku berlarian dan memeluknya.
“Yifang?” tanyanya, suaranya begitu lembut.
“Wookie, Wookie mianhae… mianhae… kau boleh membenciku, boleh
melakukan apa saja yang kau mau… aku sudah menyakitimu, aku sudah membuatmu
jadi begini… aku… aku baru tau… aku… aku merindukanmu… na saranghae… saranghae,
Wookie…”
Sekarang dia bisa membalas dendamnya kalau dia membenciku.
Sakitilah aku, Wookie, karena aku bersalah telah membuatmu menangis, baik itu
air mata yang menetes dari kedua mata indahmu, ataupun dari hatimu yang
menjerit ketika melihat senyumku dan Yesungie oppa. Bencilah aku, kumohon…
“Yifang, untuk apa minta maaf? Aku juga merindukanmu… dan kau
tau Yifang… mungkin kau tidak mempercayai ini, tapi kau pernah hadir sekali
dalam mimpiku, sebelum kita bertemu. Di mimpi itu, kau menghiburku… aku sedang
menangisi keadaanku, aku tidak bisa bernyanyi dengan baik… aku bahkan tidak
bisa menari… dan kau menghiburku. Aku tidak akan pernah melupakan sosokmu,
suaramu… aku tidak pernah mengatakan itu, karena… karena kau dan Yesungie
hyung…”
Aku melepas pelukanku.
“Tidak mungkin… kau… memimpikanku… sebelum kita bertemu?”
tanyaku heran.
“Memang itulah kenyataannya. Dan aku… sudah mencintaimu sejak
itu… hanya saja… kau dan Yesungie hyung… kalian saling mencintai…”
“Jangan ucapkan apapun lagi, Wookie. Aku mencintaimu… aku
benar-benar mencintaimu… jangan lepaskan aku, kumohon jangan biarkan aku pergi…
karena aku tau, aku akan lebih bahagia bersamamu…”
“Tapi…”
“Kecuali kau tidak mencintaiku, usirlah aku.”
Jantungku berdebar keras, takut Wookie menolakku. Tapi
bukankah aku pantas menerimanya, karena aku berlaku jahat padanya? Tapi dia
memelukku, memelukku dengan sangat erat.
“Aku tidak akan membiarkan Yifang pergi. Aku mencintai
Yifang. Aku akan membahagiakan Yifang… aku akan berusaha…”
Dan aku tersenyum. Disinilah tempatku yang sebenarnya…
menyandarkan kepalaku ke dadanya, menyerahkan seluruh hidupku padanya. Karena
sejak pertama aku melihat KRYSD, aku sudah jatuh cinta padanya… Kim Ryeowook…
AUTHOR’S SPECIAL POV
Henry, Kibum dan Zhoumi yang duduk di ruang tamu apartemen
KRYSD kaget ketika tiba-tiba pintu depan dibuka, oleh Sungmin dan Yesung.
“Mana Yifang?” adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari
mulut Yesung.
Ketiga pria tampan yang sedang duduk itu bertukar pandang
dengan Sungmin.
“Lho, kenapa?” Tanya Sungmin bingung.
“Kau memberitau Yesung hyung ya, kalau Yifang pulang?” Zhoumi
balik bertanya.
“Memangnya aku tidak boleh tau? Aku ini pacaranya!” teriak
Yesung gusar.
“Ani… bukan itu maksud kami, hyung. Ng… tapi Yifang, dia…”
gagap Kibum.
“Dia dimana? Kalian ini kenapa sih?”
“Gereja… err… dengan Wookie…”
Dan Yesung langsung melesat. Dia tau gereja mana yang
dimaksud. Yifang dan dia hanya pergi ke satu gereja selama di Seoul. Tapi
Ryeowook? Yesung berpikir keras. Kenapa Ryeowook? Tapi otaknya menolak
memberikan macam-macam opini. Dia hanya perlu melihat dengan mata kepalanya
sendiri. Melihat adalah cara yang paling tepat untuk mengetahui kenyataan.
Ketika turun dari taksi, Yesung langsung menuju gereja itu… dan dia melihat,
dengan mata kepalanya sendiri, Yifang baru saja melepas pelukan Ryeowook.
Yesung maju selangkah, dia perlu mendengar…
“Tidak mungkin… kau… memimpikanku… sebelum kita bertemu?”
Yesung mendengar suara Yifang yang lembut, bertanya.
“Memang itulah kenyataannya. Dan aku… sudah mencintaimu sejak
itu… hanya saja… kau dan Yesungie hyung… kalian saling mencintai…”
“Jangan ucapkan apapun lagi, Wookie. Aku mencintaimu… aku
benar-benar mencintaimu… jangan lepaskan aku.”
Yesung melihat Yifang mengguncang-guncang tubuh Ryeowook, dan
pengertian perlahan merasuk ke otaknya. Ryeowook pernah bercerita padanya,
bahwa dia memimpikan seorang wanita yang tidak pernah dia temui sebelumnya.
Bahkan wajah Ryeowook yang penuh senyum saat menceritakan hal itupun, masih
diingat Yesung dengan jelas.
“Hyung, dia gadis yang
imut. Dia punya senyum yang sangat khas, suara yang khas, aku tak akan
melupakannya begitu saja. Kalau aku bisa bertemu dengannya suatu hari nanti,
aku akan memacarinya. Mungkin hyung akan merasa aneh, tapi aku percaya dia
gadis yang nyata. Dia pasti jodohku, yang sekarang ditempatkan Yesus di bagian
lain dunia ini, tapi aku akan bertemu dengannya di dunia nyata, aku sangat
yakin. Dan hyung adalah orang pertama yang akan kuberitau kalau aku sudah
menemukannya.”
Yesung tersenyum miris. Tapi Ryeowook tidak jujur pada
Yesung. Dia sama sekali tidak memberitau Yesung bahwa gadis itu adalah Yifang.
Dia malah sok kuat, atau sebaliknya, sok mengalah, untuk merelakan Yifang
dengannya. Kalau saja… Ryeowook sejak awal sudah mengatakan itu… apa Yesung
punya keberanian untuk meraih Yifang?
“Kumohon jangan biarkan aku pergi… karena aku tau, aku akan
lebih bahagia bersamamu…” kata Yifang, sekarang penuh air mata.
“Tapi…”
“Kecuali kau tidak mencintaiku, usirlah aku.”
Yesung menunggu reaksi selanjutnya, meski sebenarnya dia
tidak perlu menebak apa yang bakal terjadi. Dia sudah tau. Kali ini dia
benar-benar paham. Ryeowook memeluk Yifang, kali ini sangat erat.
“Aku tidak akan membiarkan Yifang bergi. Aku mencintai
Yifang. Aku akan membahagiakan Yifang… aku akan berusaha…” bisik Ryeowook,
cukup untuk didengar Yesung.
Yesung merasakan hatinya sakit, sakit sekali… tapi dia
tersenyum. Tersenyum untuk Ryeowook, berbahagia untuk Yifang.
어쩔 수가 없어요 아무것도 못하고
I can't do
anything while not doing anything
이 더딘 시간을 지켜봤죠
이 더딘 시간을 지켜봤죠
I look at the slow
time
어디에 있는지 무엇을 하는지
어디에 있는지 무엇을 하는지
Where are you?
What are you doing?
오직 한 사람만을 생각하고 있기에
오직 한 사람만을 생각하고 있기에
Because I only
think of one person
“Inilah yang seharusnya terjadi. Aku… berharap kalian
bahagia,” ujar Yesung, “aku akan tetap mencintaimu… perasaan yang akan kusimpan
dalam hatiku… ojik han sarammaneul…”
Dan Yesung pergi… tidak ingin ditemukan oleh siapapun,
setidaknya untuk beberapa waktu lamanya…
Sementara itu…
Leeteuk berencana secepatnya pulang ke apartemen setelah
selesai bekerja. Dia sudah tidak sabar karena mendengar kabar Yifang sudah
pulang. Dia ingin mendengar cerita lengkap dari Henry. Tapi pintu kantornya
diketuk saat itu.
“Masuk,” kata Leeteuk.
Dan seorang pria masuk membawa kotak yang pipih dan cukup
besar. Leeteuk mengerutkan dahinya sejenak.
“Kiriman untuk Tuan Park Jungsu, dari My Clothes Online,”
ucap si pria.
“Ah… iya. Tunggu sebentar.”
Leeteuk mengeluarkan dompetnya, tapi kaget sendiri. Kartu
kreditnya, tidak ada disana. Tapi bagaimana mungkin? Dia tidak pernah
meletakkan kartu kreditnya sembarangan. Tapi malam itu… dia tau dompetnya
berubah posisi… dari dalam laci jadi ada di atas meja… hari itu… Henry?
Donghae? Pengertian merasuk ke otaknya.
“HAE GILA! DIA MENGAMBIL KARTU KREDITKU UNTUK DIPAKAI HENRY
YA? AKAN KUBUNUH MEREKA BERDUA!!!”
Ng… habislah Donghae dan Henry kali ini (?)
Eh, perasaan Yifang jadi ngak jelas gini ==a
ReplyDeleteHenry pake kartu kredit Leeteuk diam2? LOL
eh??? tnyata Yifang malah jadi ma Wookie?? :O
Duh, Yesung kaciannn :'(