The X Life Story
Chapter 10 – Ending Chapter
AUTHOR’S POV
May meraba-raba mejanya, tapi tidak menemukan benda yang dicarinya. Dibukanya laci mejanya, hasilnya juga nihil. May mengerutkan dahinya, berusaha mengingat-ingat.
“Ah! Ya! Julie!” ucap May seketika.
Tau bahwa Julie sekarang masih di kantor, May mengambil ponsel dan menghubungi sahabatnya itu.
“Yoboseyo, Jul… flash disk 16 GB-ku sepertinya masih di kamu kan? Aku memerlukannya… oh, ada di kamar? Di laci mejamu? Baiklah, aku akan ambil. Oke… selamat bekerja.”
May keluar dari kamarnya dan menuju kamar Julie. May langsung berjalan mantap menuju meja dimana Julie meletakkan laptopnya, lalu membuka laci meja itu. mata May langsung terpancang pada flash disk-nya yang berwarna hijau di dalam sana, tapi perhatian May terusik juga. Ada satu amplop besar yang menarik perhatiannya. May ingin mengambil amplop cokelat itu.
“Aish… tidak boleh membuka barang milik orang lain!”
May menutup laci meja, tapi kemudian membukanya lagi. Menyerah pada rasa ingin tahunya, May meraih amplop itu dan langsung membuka isinya. Surat-surat yang kelihatan resmi. Nama Julie tercantum di surat-surat itu. dan mata May membelalak seketika waktu dia membaca apa isi surat itu sebenarnya… ah, itu bukan surat, tapi laporan.
***
Yesung membuka pintu apartemennya dengan was-was. Hatinya masih tidak tenang ketika menemukan May menunggu di dalam apartemen Suju, duduk di sofa dengan tampang tidak senang.
“May, mianhae menunggu lama. Tapi apa yang membuatmu buru-buru kesini?” Tanya Yesung.
“Mana Lee Donghae?”
“Hah? Hae? Dia akan pulang sebentar lagi, tadi dia naik mobil yang satunya. Kenapa, chagya? Kau kelihatan marah. Marah padaku?”
“Bukan. Aku ada perlu dengan Donghae. Suruh dia pulang, cepat, oppa!”
“May… tenanglah. Ada apa sebenarnya?”
***
Donghae turun dari mobil terakhir yang mengantarnya pulang ke dorm Suju. Bisa jadi dia adalah member terakhir yang pulang ke dorm setelah pertemuan di agensi tadi. Mulai lusa dia akan kembali ke aktivitasnya bersama Suju. Dia sudah tidak sabar dengan comeback-nya ini. Ketika dia melangkahkan kaki masuk ke apartemen, ponselnya bordering menandakan sebuah SMS masuk. Sambil terus berjalan, Donghae meraih ponselnya untuk membacanya. Sebuah SMS dari Eunhyuk. Dia baru ingat tadi Eunhyuk sudah pulang meninggalkannya duluan.
Hae, aku sudah tau siapa yeoja yg menolongmu di motel. Aku menggoda resepsionisnya untuk menanyakan identitas yeoja itu, hahaha. Dia…
Masih membaca SMS, Donghae meletakkan jarinya untuk mencetak finger print dan membuka pintu apartemennya.
“YA! LEE DONGHAE!”
Donghae belum selesai membaca SMS tapi mendongakkan kepalanya dengan kaget mendengar ada suara yang memanggilnya marah. Dia melihat May dan Yesung berdiri menunggunya di daerah sofa. Donghae heran melihat tampang marah May.
“Eh, May? Kenapa?” Tanya Donghae bingung.
May langsung merangsek maju dan mendorong dada Donghae, membuatnya kaget dan nyaris jatuh. May kelihatan marah sekali.
“May, sebenarnya ada apa…?”
“KATAKAN PADAKU, APA YANG KAU LAKUKAN PADA JULIE?” jerit May.
“Ap… apa? Aku tidak mengerti, May…”
“Chagya, tenanglah. Aku kan sudah bilang belum tentu Hae yang…” ucap Yesung, berusaha menarik tangan May.
“Oppa! aku sudah mengenal Julie begitu lama! Julie hanya akan tutup mulut soal ini kalau menurutnya ini memang layak disembunyikannya! Hanya satu orang yang ada di hati dan pikirannya selama aku mengenalnya! Dan mengenai ini, dia pasti rela untuk menutupinya dari kami! Hanya ada satu orang yang bisa membuatnya bertindak ceroboh seperti ini!”
“Tapi, May…”
“LEE DONGHAE! KAU MENGHAMILI JULIE! JANGAN BILANG KAU TIDAK TAU SOAL INI!”
Donghae membelalakkan matanya, pikirannya macet seketika. Dia menggelengkan kepalanya… tidak mungkin, pikirnya. Dia melirik ponselnya lagi dan melihat lanjutan SMS yang belum sempat dibacanya hingga selesai tadi, SMS dari Eunhyuk. SMS yang akan menjawab segala kebingungannya selama ini.
Hae, aku sudah tau siapa yeoja yg menolongmu di motel. Aku menggoda resepsionisnya untuk menanyakan identitas yeoja itu, hahaha. Dia… Julie. Ini serius, Hae, dia Julie, Julie kita. Sekarang semuanya masuk akal, kan? Dia tidak akan menyebar hal-hal buruk denganmu, dan karena mengenal kita, dia pasti akan tutup mulut soal semuanya. Tapi… apa yang akan kau lakukan berikutnya, Hae? Namun apapun itu, aku akan tetap di belakangmu, mendukungmu, sobat.
Donghae langsung berlari keluar, di belakangnya Yesung dan May meneriaki namanya. Tapi dia tidak peduli. Dia ingin menemui Julie sekarang. Dia melesat menuju taxi yang dipanggilnya, mendesak supirnya untuk sesegera mungkin sampai di alamat apartemen May dan Julie. Donghae gelisah, senang, tidak mengerti perasaan mana yang menguasai pikiran dan hatinya sekarang, tapi dia hanya ingin melihat Julie. Donghae berlarian menuju lift dan mencapai pintu apartemen May. Dia menekan bel pintu dengan tidak sabaran.
“Ne… nuguseyo?”
Suara di dalam membuat jantung Donghae berhenti berdetak untuk sementara. Pintu dibuka oleh Julie, yeoja yang memang ingin ditemuinya. Julie terlihat kaget dan pucat saat bertemu pandang dengan Donghae.
“Donghae-sshi, May tidak ada. Kurasa kau bisa menemuinya di restoran Yesung oppa,” kata Julie.
Julie akan menutup pintu dan Donghae menahan pintu itu dengan tangannya. Julie makin kaget.
“Tunggu, Julie, aku ingin bertemu denganmu,” pinta Donghae.
Donghae mendorong pintu dan Julie mundur beberapa langkah. Donghae memperhatikan Julie dengan seksama. Wajah cantiknya, rambut panjangnya, tubuhnya yang tinggi dan pandangan Donghae terhenti di perut Julie. Gejolak bahagia muncul di dalam hati Donghae… di dalam sana… ada keturunannya, ada Donghae kecil. Tapi melihat ekspresi Julie yang ketakutan, dia jadi khawatir apakah dia akan benar-benar menjadi seorang appa.
“Julie…”
Melihat Donghae yang mengulurkan tangannya, Julie mundur lagi, semakin ketakutan.
“Julie… mianhae…”
“Untuk… apa?”
“Untuk segalanya, Julie. Maukah kau memaafkanku? Bolehkah aku… menyapa… anakku?”
Julie tampak lebih pucat lagi, tapi dia menggelengkan kepalanya.
“Aniyo, dia anakku, bukan anakmu,” tukas Julie.
“Tapi, Julie…”
“Kau melakukannya tanpa rasa cinta denganku, tidak… ini anakku, bukan anakmu.”
“Tapi kenapa kau rela melakukannya denganku?”
“Karena aku mencintaimu. Sudah sejak lama… tapi aku tidak pernah bisa memilikimu… jadi biarlah aku memiliki anakmu… kau tenang saja, aku akan merahasiakan semuanya… tidak akan ada yang tau soal ini…”
“Aku tidak akan membiarkanmu berjuang sendirian, Julie.”
“Tapi aku tidak bisa melibatkanmu! Tidak ada ikatan perasaan di antara kita, yang ada di pikiranmu hanya Yoona!”
Ucapan Julie menghantam otak Donghae. Perlahan, kesadarannya kembali kepada malam itu… malam ketika dia merasakan kebahagiaan dan kenikmatan berkali-kali… malam itu… dia ingat nama yang dia ucapkan hanya Yoona… wajah yang diciumnya, tubuh yang dijamahnya… dia kira itu Yoona… dan ucapan terakhir Julie barusan, jelas tersirat rasa pahit yang luar biasa di dalamnya. Donghae merasa tenggorokannya tercekat dan maju mendekap Julie. Julie berontak dan berusaha melepaskan pelukan Donghae.
“Julie… mianhae, Julie… tapi satu hal yang kau perlu tau, aku tidak lagi mencintai Yoona,” tegas Donghae.
“Tapi kau terus menyebut namanya!”
“Sudahkah kau mendengar lagu itu? Y… lagu itu kutuliskan memang untuk melupakannya… hanya saja aku tidak jujur pada diriku sendiri, aku memang belum sepenuhnya melupakannya… hingga hari itu… hari aku tau dia sudah menjadi milik orang lain… aku… aku tau aku harus melupakannya…”
“Dan sudahkah, Donghae? Sudahkah kau melupakannya? Jujurlah… jujurlah pada hatimu sendiri…”
Suara lirih Julie membuat Donghae melepaskan Julie dari pelukannya. Donghae merasa hatinya hancur melihat air mata di pelupuk mata Julie, air mata yang siap jatuh… dan Donghae terdiam, meneliti hatinya. Julie benar… dia perlu jujur pada hatinya sendiri… dan perlahan, senyum terukir di wajah Donghae… sebentuk senyum pahit… dan matanya memancarkan sinar kesedihan.
“Aku sudah melupakannya, Julie.”
“Tapi kau terlihat tidak bahagia karena itu.”
“Untuk itulah aku minta tolong padamu, Julie… maafkanlah aku, terimalah aku di sisimu… dan aku tau aku akan bisa bahagia,” pinta Donghae.
“Dari mana kau tau, Donghae?”
“Karena ada dia, kan?”
Donghae meletakkan tangannya di perut Julie. Julie menghela nafas panjang.
“Tapi tidak ada perasaan cinta di hatimu untukku. Taukah kau, Donghae, itu tidak adil untukku?”
“Berikan aku kesempatan untuk belajar mencintaimu juga, Julie. Jebal…”
Julie memalingkan wajahnya dari wajah Donghae. Dia tidak tahan melihat wajah memohon Donghae.
“Bukankah kau mencintaiku? Bagiku, itu syarat yang cukup bagiku untuk juga mencintaimu. Julie, aku yakin aku bisa mencintaimu. Kebaikan dan ketulusan hatimu menolongku… bahkan kau memberikan segalanya tanpa meminta balasan dariku… Julie, kau menyentuh hatiku. Jika kau menerimaku di sisimu, itu akan jadi awal kebahagiaanku… dan ketika aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan anak kita lahir… aku yakin saat itulah kebahagiaanku yang sepenuhnya datang,” yakin Donghae.
Julie memandangi wajah Donghae, kali ini, dia melihat secercah sinar kebahagiaan yang tidak pernah dilihatnya di mata sendu Donghae. Terpana dengan apa yang dilihatnya, wajah Julie hanya bisa memerah. Dia tidak sadar dia baru saja diminta oleh seorang Lee Donghae untuk mendampinginya. Melihat Julie tidak lagi menolaknya, Donghae merasa lega. Dia menundukkan kepalanya dan mengelus perut Julie.
“Anakku, mianhae yah selama ini appa tidak tau tentangmu. Sekarang appa datang untuk menemanimu dan eomma… sehatlah di dalam sana ya? Mau appa nyanyikan lagu?”
Julie merasa wajahnya panas menerima perlakuan manis dari Donghae.
“Donghae, dia masih terlalu kecil. Dia tidak akan bisa mendengarmu.”
“Gwaenchana. Aku yakin dia bisa mendengarku dan akan segera mengenalku.”
“Ngomong-ngomong… darimana kau tau tentang keadaanku?”
“Dua orang. Yang pertama sih May. Dia ada di dorm-ku dan langsung menjerit marah-marah dan menerjangku. Dia tau kau hamil,” jawab Donghae.
“Hah? Dia tau dari mana ya? Hmm… aku perlu Tanya padanya.”
“Dan yang kedua Hyukie. Dia menggoda resepsionis motel itu sampai resepsionis itu menyebutkan namamu.”
“Eunhyuk oppa hebat dong.”
“Kau memanggil Hyukie dengan sebutan oppa… kau tidak memanggilku dengan sebutan oppa juga?”
Wajah Julie memerah lagi, tampak semakin cantik.
“Ng… yah… eh… Donghae oppa…”
Donghae tersenyum dan memeluk Julie. Mereka akan memulai segalanya dari awal… Donghae yakin, dia bisa membentuk sendiri masa depan yang cerah untuknya…
***
MAY’S POV
Aku membuka mataku setelah mendengarkan gedoran super berisik di pintu kamarku. Aku melirik ponselku, baru jam enam lewat enam menit sekarang, dan ini di hari Minggu. Siapa sih yang begitu berniat mengganggu tidurku yang baru lima jam berjalan?
“Ya… siapa sih? Tunggu…”
“May, buka pintu cepat!” jerit Amelz.
Aku membuka pintu dan bahkan belum begitu sadar ketika Amelz menyeretku ke kamarnya. Samar-samar, kulihat Ivana juga bangun dengan tampang kusut, duduk di depan laptop Amelz yang menyala. Ivana berdiri dari kursi dan Amelz menghempaskanku ke depan laptopnya.
“Buka matamu dan lihat baik-baik.”
Aku berusaha mengumpulkan rohku yang terbang kemana-mana di dalam tubuhku ini, lalu memperhatikan video yang di play oleh Amelz. Video itu sepertinya di-upload via TwitVid kalau aku tidak salah melihat tampilan webnya. Lalu… mataku terbelalak. Itu… aku bisa melihat punggung Alex… kuingat suasana malam itu… dan kulihat wajahku yang pucat ketika disergap Alex… lalu suara kami yang beradu pendapat… dan aku lemas… Alex melucuti pakaianku… aku terkesiap, menutup mulutku sendiri… sudut pandang video ini… harusnya dari lorong yang cukup tersembunyi… dan jeritan Wookie mengagetkanku… kulihat Alex merapikan celananya dan mengambil ponselku sebelum pergi… dan rekaman masih berlanjut… kulihat bagaimana Wookie dan Rini menolongku… dan rekaman itu berakhir setelah menyorot punggung kedua penolongku itu.
“Amelz… apa ini?” tanyaku tergagap.
“Itu, May, adalah seorang ELF yang berhasil merekam kejadian di malam naas itu. dia baru meng-upload video ini sejam yang lalu, dan kau bisa baca penjelasannya di bawah video ini. Dia membenci namja yang mencelakaimu itu dan dia bersimpati pada apa yang kau alami. Sekarang bukan rahasia lagi di antara para ELF bahwa Alex-lah yang menyebarkan gossip mengenai kau dan Yesung oppa, lalu mengecam kalian. Dan kau tau apa yang terjadi sekarang, setelah video ini diupload?”
“Mereka mengecam Alex, May! Aku bisa membaca mention yang memborbardir account Alex, begitu juga account Facebook-nya, dan semuanya! May, ELF membelamu! Mereka tau Alex begitu brengsek sekarang… Mereka kini di pihakmu, menerima kebersamaanmu dengan Yesung oppa!” seru Ivana terlihat bahagia.
“Be… benarkah itu?” tanyaku bodoh.
“Tentu saja! Kau bisa baca semua ini!”
Perasaan hangat merayap di seluruh tubuhku. Kukira aku tidak akan pernah punya bukti mengenai kejahatan Alex di malam itu… tapi… tiba-tiba aku tertolong dengan video seorang ELF ini… dan semua dukungan ini… aku merasa beruntung… aku sudah direstui… Yesung oppa… akhirnya… aku menerima pengakuan itu juga. Oppa, sudahkah kau lihat semua ini?
***
AUTHOR’S POV
Setengah tahun telah berlalu semenjak kejadian itu. kini dunia selebritis Korea, terutama untuk mereka yang mengikuti perkembangan berita tentang Super Junior, punya banyak berita baru. Misalnya saja, Kim Kibum yang baru saja mengumumkan Amelz sebagai pacar resminya; Kim Ryeowook yang ketika menghadiri suatu acara festival militer, mengiyakan bahwa seorang ELF yang bernama Rini, seperti yang pernah digosipkan, memang adalah tunangannya; Lee Donghae memposting sebuah foto di Twitter-nya yang membuat ELF heboh, di foto itu terlihat Donghae merangkul seorang yeoja cantik bernama Julie yang perutnya membuncit, dan di tengah-tengah mereka duduk boneka beruang yang sangat besar yang dipeluk Julie, mereka terlihat bahagia; dan yang terakhir adalah Kim Jongwoon atau Yesung yang mengumumkan tanggal pernikahannya dengan May, diposting lengkap dengan selca mereka berdua. Kebahagiaan diperoleh mereka dengan jalan yang tidak sama dan tidak semudah yang mereka kira, tapi ketika mereka sudah mengalahkan halangan itu, mereka berhak bahagia selamanya.
THE END