Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Sunday, 23 October 2011

The X Life Story chapter 10


The X Life Story
Chapter 10 – Ending Chapter

AUTHOR’S POV
May meraba-raba mejanya, tapi tidak menemukan benda yang dicarinya. Dibukanya laci mejanya, hasilnya juga nihil. May mengerutkan dahinya, berusaha mengingat-ingat.

“Ah! Ya! Julie!” ucap May seketika.

Tau bahwa Julie sekarang masih di kantor, May mengambil ponsel dan menghubungi sahabatnya itu.

“Yoboseyo, Jul… flash disk 16 GB-ku sepertinya masih di kamu kan? Aku memerlukannya… oh, ada di kamar? Di laci mejamu? Baiklah, aku akan ambil. Oke… selamat bekerja.”

May keluar dari kamarnya dan menuju kamar Julie. May langsung berjalan mantap menuju meja dimana Julie meletakkan laptopnya, lalu membuka laci meja itu. mata May langsung terpancang pada flash disk-nya yang berwarna hijau di dalam sana, tapi perhatian May terusik juga. Ada satu amplop besar yang menarik perhatiannya. May ingin mengambil amplop cokelat itu.

“Aish… tidak boleh membuka barang milik orang lain!”

May menutup laci meja, tapi kemudian membukanya lagi. Menyerah pada rasa ingin tahunya, May meraih amplop itu dan langsung membuka isinya. Surat-surat yang kelihatan resmi. Nama Julie tercantum di surat-surat itu. dan mata May membelalak seketika waktu dia membaca apa isi surat itu sebenarnya… ah, itu bukan surat, tapi laporan.

***

Yesung membuka pintu apartemennya dengan was-was. Hatinya masih tidak tenang ketika menemukan May menunggu di dalam apartemen Suju, duduk di sofa dengan tampang tidak senang.

“May, mianhae menunggu lama. Tapi apa yang membuatmu buru-buru kesini?” Tanya Yesung.
“Mana Lee Donghae?”
“Hah? Hae? Dia akan pulang sebentar lagi, tadi dia naik mobil yang satunya. Kenapa, chagya? Kau kelihatan marah. Marah padaku?”
“Bukan. Aku ada perlu dengan Donghae. Suruh dia pulang, cepat, oppa!”
“May… tenanglah. Ada apa sebenarnya?”

***

Donghae turun dari mobil terakhir yang mengantarnya pulang ke dorm Suju. Bisa jadi dia adalah member terakhir yang pulang ke dorm setelah pertemuan di agensi tadi. Mulai lusa dia akan kembali ke aktivitasnya bersama Suju. Dia sudah tidak sabar dengan comeback-nya ini. Ketika dia melangkahkan kaki masuk ke apartemen, ponselnya bordering menandakan sebuah SMS masuk. Sambil terus berjalan, Donghae meraih ponselnya untuk membacanya. Sebuah SMS dari Eunhyuk. Dia baru ingat tadi Eunhyuk sudah pulang meninggalkannya duluan.

Hae, aku sudah tau siapa yeoja yg menolongmu di motel. Aku menggoda resepsionisnya untuk menanyakan identitas yeoja itu, hahaha. Dia…

Masih membaca SMS, Donghae meletakkan jarinya untuk mencetak finger print dan membuka pintu apartemennya.

“YA! LEE DONGHAE!”

Donghae belum selesai membaca SMS tapi mendongakkan kepalanya dengan kaget mendengar ada suara yang memanggilnya marah. Dia melihat May dan Yesung berdiri menunggunya di daerah sofa. Donghae heran melihat tampang marah May.

“Eh, May? Kenapa?” Tanya Donghae bingung.

May langsung merangsek maju dan mendorong dada Donghae, membuatnya kaget dan nyaris jatuh. May kelihatan marah sekali.

“May, sebenarnya ada apa…?”
“KATAKAN PADAKU, APA YANG KAU LAKUKAN PADA JULIE?” jerit May.
“Ap… apa? Aku tidak mengerti, May…”
“Chagya, tenanglah. Aku kan sudah bilang belum tentu Hae yang…” ucap Yesung, berusaha menarik tangan May.
“Oppa! aku sudah mengenal Julie begitu lama! Julie hanya akan tutup mulut soal ini kalau menurutnya ini memang layak disembunyikannya! Hanya satu orang yang ada di hati dan pikirannya selama aku mengenalnya! Dan mengenai ini, dia pasti rela untuk menutupinya dari kami! Hanya ada satu orang yang bisa membuatnya bertindak ceroboh seperti ini!”
“Tapi, May…”
“LEE DONGHAE! KAU MENGHAMILI JULIE! JANGAN BILANG KAU TIDAK TAU SOAL INI!”

Donghae membelalakkan matanya, pikirannya macet seketika. Dia menggelengkan kepalanya… tidak mungkin, pikirnya. Dia melirik ponselnya lagi dan melihat lanjutan SMS yang belum sempat dibacanya hingga selesai tadi, SMS dari Eunhyuk. SMS yang akan menjawab segala kebingungannya selama ini.

Hae, aku sudah tau siapa yeoja yg menolongmu di motel. Aku menggoda resepsionisnya untuk menanyakan identitas yeoja itu, hahaha. Dia… Julie. Ini serius, Hae, dia Julie, Julie kita. Sekarang semuanya masuk akal, kan? Dia tidak akan menyebar hal-hal buruk denganmu, dan karena mengenal kita, dia pasti akan tutup mulut soal semuanya. Tapi… apa yang akan kau lakukan berikutnya, Hae? Namun apapun itu, aku akan tetap di belakangmu, mendukungmu, sobat.

Donghae langsung berlari keluar, di belakangnya Yesung dan May meneriaki namanya. Tapi dia tidak peduli. Dia ingin menemui Julie sekarang. Dia melesat menuju taxi yang dipanggilnya, mendesak supirnya untuk sesegera mungkin sampai di alamat apartemen May dan Julie. Donghae gelisah, senang, tidak mengerti perasaan mana yang menguasai pikiran dan hatinya sekarang, tapi dia hanya ingin melihat Julie. Donghae berlarian menuju lift dan mencapai pintu apartemen May. Dia menekan bel pintu dengan tidak sabaran.

“Ne… nuguseyo?”

Suara di dalam membuat jantung Donghae berhenti berdetak untuk sementara. Pintu dibuka oleh Julie, yeoja yang memang ingin ditemuinya. Julie terlihat kaget dan pucat saat bertemu pandang dengan Donghae.

“Donghae-sshi, May tidak ada. Kurasa kau bisa menemuinya di restoran Yesung oppa,” kata Julie.

Julie akan menutup pintu dan Donghae menahan pintu itu dengan tangannya. Julie makin kaget.

“Tunggu, Julie, aku ingin bertemu denganmu,” pinta Donghae.

Donghae mendorong pintu dan Julie mundur beberapa langkah. Donghae memperhatikan Julie dengan seksama. Wajah cantiknya, rambut panjangnya, tubuhnya yang tinggi dan pandangan Donghae terhenti di perut Julie. Gejolak bahagia muncul di dalam hati Donghae… di dalam sana… ada keturunannya, ada Donghae kecil. Tapi melihat ekspresi Julie yang ketakutan, dia jadi khawatir apakah dia akan benar-benar menjadi seorang appa.

“Julie…”

Melihat Donghae yang mengulurkan tangannya, Julie mundur lagi, semakin ketakutan.

“Julie… mianhae…”
“Untuk… apa?”
“Untuk segalanya, Julie. Maukah kau memaafkanku? Bolehkah aku… menyapa… anakku?”
Julie tampak lebih pucat lagi, tapi dia menggelengkan kepalanya.
“Aniyo, dia anakku, bukan anakmu,” tukas Julie.
“Tapi, Julie…”
“Kau melakukannya tanpa rasa cinta denganku, tidak… ini anakku, bukan anakmu.”
“Tapi kenapa kau rela melakukannya denganku?”
“Karena aku mencintaimu. Sudah sejak lama… tapi aku tidak pernah bisa memilikimu… jadi biarlah aku memiliki anakmu… kau tenang saja, aku akan merahasiakan semuanya… tidak akan ada yang tau soal ini…”
“Aku tidak akan membiarkanmu berjuang sendirian, Julie.”
“Tapi aku tidak bisa melibatkanmu! Tidak ada ikatan perasaan di antara kita, yang ada di pikiranmu hanya Yoona!”

Ucapan Julie menghantam otak Donghae. Perlahan, kesadarannya kembali kepada malam itu… malam ketika dia merasakan kebahagiaan dan kenikmatan berkali-kali… malam itu… dia ingat nama yang dia ucapkan hanya Yoona… wajah yang diciumnya, tubuh yang dijamahnya… dia kira itu Yoona… dan ucapan terakhir Julie barusan, jelas tersirat rasa pahit yang luar biasa di dalamnya. Donghae merasa tenggorokannya tercekat dan maju mendekap Julie. Julie berontak dan berusaha melepaskan pelukan Donghae.

“Julie… mianhae, Julie… tapi satu hal yang kau perlu tau, aku tidak lagi mencintai Yoona,” tegas Donghae.
“Tapi kau terus menyebut namanya!”
“Sudahkah kau mendengar lagu itu? Y… lagu itu kutuliskan memang untuk melupakannya… hanya saja aku tidak jujur pada diriku sendiri, aku memang belum sepenuhnya melupakannya… hingga hari itu… hari aku tau dia sudah menjadi milik orang lain… aku… aku tau aku harus melupakannya…”
“Dan sudahkah, Donghae? Sudahkah kau melupakannya? Jujurlah… jujurlah pada hatimu sendiri…”

Suara lirih Julie membuat Donghae melepaskan Julie dari pelukannya. Donghae merasa hatinya hancur melihat air mata di pelupuk mata Julie, air mata yang siap jatuh… dan Donghae terdiam, meneliti hatinya. Julie benar… dia perlu jujur pada hatinya sendiri… dan perlahan, senyum terukir di wajah Donghae… sebentuk senyum pahit… dan matanya memancarkan sinar kesedihan.

“Aku sudah melupakannya, Julie.”
“Tapi kau terlihat tidak bahagia karena itu.”
“Untuk itulah aku minta tolong padamu, Julie… maafkanlah aku, terimalah aku di sisimu… dan aku tau aku akan bisa bahagia,” pinta Donghae.
“Dari mana kau tau, Donghae?”
“Karena ada dia, kan?”

Donghae meletakkan tangannya di perut Julie. Julie menghela nafas panjang.

“Tapi tidak ada perasaan cinta di hatimu untukku. Taukah kau, Donghae, itu tidak adil untukku?”
“Berikan aku kesempatan untuk belajar mencintaimu juga, Julie. Jebal…”

Julie memalingkan wajahnya dari wajah Donghae. Dia tidak tahan melihat wajah memohon Donghae.

“Bukankah kau mencintaiku? Bagiku, itu syarat yang cukup bagiku untuk juga mencintaimu. Julie, aku yakin aku bisa mencintaimu. Kebaikan dan ketulusan hatimu menolongku… bahkan kau memberikan segalanya tanpa meminta balasan dariku… Julie, kau menyentuh hatiku. Jika kau menerimaku di sisimu, itu akan jadi awal kebahagiaanku… dan ketika aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan anak kita lahir… aku yakin saat itulah kebahagiaanku yang sepenuhnya datang,” yakin Donghae.

Julie memandangi wajah Donghae, kali ini, dia melihat secercah sinar kebahagiaan yang tidak pernah dilihatnya di mata sendu Donghae. Terpana dengan apa yang dilihatnya, wajah Julie hanya bisa memerah. Dia tidak sadar dia baru saja diminta oleh seorang Lee Donghae untuk mendampinginya. Melihat Julie tidak lagi menolaknya, Donghae merasa lega. Dia menundukkan kepalanya dan mengelus perut Julie.

“Anakku, mianhae yah selama ini appa tidak tau tentangmu. Sekarang appa datang untuk menemanimu dan eomma… sehatlah di dalam sana ya? Mau appa nyanyikan lagu?”

Julie merasa wajahnya panas menerima perlakuan manis dari Donghae.

“Donghae, dia masih terlalu kecil. Dia tidak akan bisa mendengarmu.”
“Gwaenchana. Aku yakin dia bisa mendengarku dan akan segera mengenalku.”
“Ngomong-ngomong… darimana kau tau tentang keadaanku?”
“Dua orang. Yang pertama sih May. Dia ada di dorm-ku dan langsung menjerit marah-marah dan menerjangku. Dia tau kau hamil,” jawab Donghae.
“Hah? Dia tau dari mana ya? Hmm… aku perlu Tanya padanya.”
“Dan yang kedua Hyukie. Dia menggoda resepsionis motel itu sampai resepsionis itu menyebutkan namamu.”
“Eunhyuk oppa hebat dong.”
“Kau memanggil Hyukie dengan sebutan oppa… kau tidak memanggilku dengan sebutan oppa juga?”

Wajah Julie memerah lagi, tampak semakin cantik.

“Ng… yah… eh… Donghae oppa…”

Donghae tersenyum dan memeluk Julie. Mereka akan memulai segalanya dari awal… Donghae yakin, dia bisa membentuk sendiri masa depan yang cerah untuknya…

***

MAY’S POV
Aku membuka mataku setelah mendengarkan gedoran super berisik di pintu kamarku. Aku melirik ponselku, baru jam enam lewat enam menit sekarang, dan ini di hari Minggu. Siapa sih yang begitu berniat mengganggu tidurku yang baru lima jam berjalan?

“Ya… siapa sih? Tunggu…”
“May, buka pintu cepat!” jerit Amelz.

Aku membuka pintu dan bahkan belum begitu sadar ketika Amelz menyeretku ke kamarnya. Samar-samar, kulihat Ivana juga bangun dengan tampang kusut, duduk di depan laptop Amelz yang menyala. Ivana berdiri dari kursi dan Amelz menghempaskanku ke depan laptopnya.

“Buka matamu dan lihat baik-baik.”

Aku berusaha mengumpulkan rohku yang terbang kemana-mana di dalam tubuhku ini, lalu memperhatikan video yang di play oleh Amelz. Video itu sepertinya di-upload via TwitVid kalau aku tidak salah melihat tampilan webnya. Lalu… mataku terbelalak. Itu… aku bisa melihat punggung Alex… kuingat suasana malam itu… dan kulihat wajahku yang pucat ketika disergap Alex… lalu suara kami yang beradu pendapat… dan aku lemas… Alex melucuti pakaianku… aku terkesiap, menutup mulutku sendiri… sudut pandang video ini… harusnya dari lorong yang cukup tersembunyi… dan jeritan Wookie mengagetkanku… kulihat Alex merapikan celananya dan mengambil ponselku sebelum pergi… dan rekaman masih berlanjut… kulihat bagaimana Wookie dan Rini menolongku… dan rekaman itu berakhir setelah menyorot punggung kedua penolongku itu.

“Amelz… apa ini?” tanyaku tergagap.
“Itu, May, adalah seorang ELF yang berhasil merekam kejadian di malam naas itu. dia baru meng-upload video ini sejam yang lalu, dan kau bisa baca penjelasannya di bawah video ini. Dia membenci namja yang mencelakaimu itu dan dia bersimpati pada apa yang kau alami. Sekarang bukan rahasia lagi di antara para ELF bahwa Alex-lah yang menyebarkan gossip mengenai kau dan Yesung oppa, lalu mengecam kalian. Dan kau tau apa yang terjadi sekarang, setelah video ini diupload?”
“Mereka mengecam Alex, May! Aku bisa membaca mention yang memborbardir account Alex, begitu juga account Facebook-nya, dan semuanya! May, ELF membelamu! Mereka tau Alex begitu brengsek sekarang… Mereka kini di pihakmu, menerima kebersamaanmu dengan Yesung oppa!” seru Ivana terlihat bahagia.
“Be… benarkah itu?” tanyaku bodoh.
“Tentu saja! Kau bisa baca semua ini!”

Perasaan hangat merayap di seluruh tubuhku. Kukira aku tidak akan pernah punya bukti mengenai kejahatan Alex di malam itu… tapi… tiba-tiba aku tertolong dengan video seorang ELF ini… dan semua dukungan ini… aku merasa beruntung… aku sudah direstui… Yesung oppa… akhirnya… aku menerima pengakuan itu juga. Oppa, sudahkah kau lihat semua ini?

***

AUTHOR’S POV
Setengah tahun telah berlalu semenjak kejadian itu. kini dunia selebritis Korea, terutama untuk mereka yang mengikuti perkembangan berita tentang Super Junior, punya banyak berita baru. Misalnya saja, Kim Kibum yang baru saja mengumumkan Amelz sebagai pacar resminya; Kim Ryeowook yang ketika menghadiri suatu acara festival militer, mengiyakan bahwa seorang ELF yang bernama Rini, seperti yang pernah digosipkan, memang adalah tunangannya; Lee Donghae memposting sebuah foto di Twitter-nya yang membuat ELF heboh, di foto itu terlihat Donghae merangkul seorang yeoja cantik bernama Julie yang perutnya membuncit, dan di tengah-tengah mereka duduk boneka beruang yang sangat besar yang dipeluk Julie, mereka terlihat bahagia; dan yang terakhir adalah Kim Jongwoon atau Yesung yang mengumumkan tanggal pernikahannya dengan May, diposting lengkap dengan selca mereka berdua. Kebahagiaan diperoleh mereka dengan jalan yang tidak sama dan tidak semudah yang mereka kira, tapi ketika mereka sudah mengalahkan halangan itu, mereka berhak bahagia selamanya.

THE END

Love's Arrived chapter 5 part 1


Love’s Arrived
Chapter 5 part 1

Beberapa hari yang lalu ada konferensi pers serial Moonlight at Taipei yang dihadiri sutradara Mr. Dao dan para pemain, seperti Sonya Hua, Michael, Nathan, David dan Gisela. Gisela gugup sekali banyak wartawan yang menyorotnya sebagai ‘artis pendatang baru asal Indonesia yang berbakat’ Meski serial baru setengah jalan syuting, pamor Gisela sudah meningkat. Gisela yakin, orang-orang di Indonesia sekarang sudah mendengar namanya. Sebentar lagi pasti Viona berceloteh. Gisela juga mendapat hadiah mobil Peugeot imut dari Mrs. Yan. Masalahnya, mobil itu Cuma nangkring di garasi rumah HUA XIANG karena Gisela belum belajar bawa mobil. Gisela bangun pagi hari ini, mengingat dia bakal dijemput Michael dan Nathan ke lokasi syuting jam 10 nanti. Quiny nangkring di dapur.

“Zao an (selamat pagi),” sapa Gisela.
“Zao an, Mei-Mei,” Quiny menyapa balik, seperti biasa, tampak manis dengan aksesorisnya yang feminin.

Quiny memakai celemek manis berwarna pink.

“Hah, jangan-jangan sarapanku dua hari belakangan ini… Quiny jie yang siapkan?”
“Iya, selama ini juga jie jie yang masak makan siang dan malam. Tapi sekarang lagi nggak sempat, kita kan banyak syuting MV.”
“Jie jie lagi masak apa? Hao xiang… (Wangi sekali)…”
“Guo lai, kan ba… (Sini, lihat…)”

Gisela beranjak ke dapur. Quiny sedang memasak sarapan yang mewah. Sepiring besar nasi goreng telah siap.

“Jie… wo du zi e… (lapar…)”
“Makan dulu nasi gorengnya. Ingat sisakan yang lain, ya. Oh ya, kasih pendapat ya. Soalnya itu resep baru.”

Gisela segera menyiapkan satu piring untuknya sendiri dan duduk di meja makan. Quiny segera menyusulnya. Gisela makan sesendok yang masih berasap. Panas, tapi…

“Delicious!”
“Wah, jie jie chen gong! (berhasil!)”

Quiny jie pintar masak… oh… ide bagus!

“Jie, mau nggak ajarin aku masak?”
“Hm? Boleh aja sih. Memangnya Mei-Mei mau masak makanan yang gimana?”
“Yang pasti enak… yang gizinya banyak, yang bisa menambah nafsu makan, yang rasanya beragam dan yang pasti nggak banyak lemaknya.”

Quiny tampak berpikir sejenak.

“Ni xiang dao LI LIANG dui bu dui? (Kau memikirkan LI LIANG ya?)”
“Wei shen me Quiny jie hui zhi dao ne? (kok Quiny jie tau?)”
“Ya iya lah, Mei-Mei. Jie jie udah kenal LI LIANG lumayan lama. Apalagi si Ming Jun yang makannya banyak. Kalau Xiang Chen, itu pemakan segala.”
“Wah, benar, jie. Kalau yang gizinya banyak, aku mau masak untuk Xiao Wei, soalnya dia cepat pucat kalau udah kecapean. Aku juga mau buat Wen Chun ge jadi nafsu makan lagi.”
“Wen Chun zen me la? (Emang Wen Chun kenapa?)”
“Dia nggak pernah sarapan apa-apa, Cuma minum susu setiap pagi. Makannya juga dikit sekali. Dengar-dengar, beratnya udah turun 5 kg.”
“Wah, dia jadi lebih kurus dibanding Xiao Wei, dong?”
“Iya, jie. Kasihan sekali liat dia begitu… Makanya, aku mau belajar masak untuk mereka semua.”
“Motivasi yang bagus, Mei-Mei. Kau pasti cepat bisa masak dan masak banyak macam makanan untuk mereka.”
“Tapi aku masih pemula, jie…”
“Nggak apa-apa. Segalanya bisa berhasil, kalau kita mau berusaha. Yuk, kita mulai dari yang paling simpel dulu.”

*******

Gisela, Michael dan Nathan telah sampai di lokasi syuting yang kali ini mengambil setting bukit di luar Taipei.

“Wah… udaranya segar,” komentar Gisela, menarik nafas panjang-panjang.
“Kapan-kapan kita piknik disini yuk,” ajak Michael.
“Boleh…” Nathan setuju.
“Kyaaaa! LI LIANG! Michael!!! Nathan!!!”

Ketiganya menoleh dengan tegang ke belakang mereka. Tiga cewek dan dua cowok mengejar mereka bertiga. Semuanya membawa kado di tangan mereka.

“Fans kalian, tuh. Enakan aku menyingkir dulu, deh,” kata Gisela tahu diri, “bye…”
“Gisela! Tunggu!” teriak salah seorang cowok.

Michael menarik tangan Gisela untuk menahannya tetap disana.

“Yang dua itu fans-mu, Mei-Mei,” tunjuk Nathan.
“Ini… kado untuk Michael,” kata cewek yang paling cantik.
“Xie xie,” kata Michael membuat si cewek menciut dan wajahnya memerah.
“Ini untuk Nathan dan… aku boleh titip untuk Alex?” tanya cewek yang rambutnya paling panjang.
“Anu… aku juga titip untuk Alex!” kata cewek satunya.
“Oh, kalian fans Alex?” tanya Nathan.

Keduanya mengangguk. Ho… fans-fans Xiang Chen ge… enak ya mereka bisa mengekspresikan perasaan mereka sebebas itu. Aku sih… menyedihkan.

“Gisela… boleh minta tanda tangan dan foto bareng?” tanya cowok yang kelihatannya masih anak SMA.
“Oh… bo… boleh…” jawab Gisela yang sempat gugup.

Setelah masing-masing puas berfoto dengan idolanya, si cowok yang memegang kamera tampak celingukan.

“Kita pengen foto bareng semuanya, sama Gisela juga…” jelas si cowok.
“Oh, kita bisa minta bantuan kru. Eh… Edison, bisa tolong ambilkan foto kami?” pinta Nathan pada juru kamera terdekat.
“Sure,” kata Edison sambil mendekat.

Fotopun diambil.

“Gisela, sukses ya, bareng LI LIANG! Kita selalu mendukung, lho!” kata cewek yang cantik.

Setelah itu dengan sopan para fans berpisah dari idolanya. Gisela masih merasa deg-degan.

“Jangan kira kau nggak punya fans,” Michael mengingatkan, “mereka semua baru fans pertamamu, lho.”
“Rasanya… senang,” ungkap Gisela.
“Oh ya, dengar-dengar dari Yan jie, kau dikasih mobil Peugeot imut olehnya, ya?” tanya Nathan, duduk untuk di make-up.
“Iya. Tapi mobilnya Cuma nangkring di garasi. Soalnya aku belum bisa bawa mobil.”

Michael dan Gisela duduk di kursi-kursi sebelah Nathan dan mulai diserbu tim make up.

“Hmm… kalau kau mau belajar mobil, Xiang Chen sepertinya bisa ngajarin kamu, deh. Kan belakangan ini dia agak nyantai.”

Kenapa harus Xiang Chen ge? Ming Jun ge kok belakangan ini ngomong yang mencurigakan terus, sih?

“Kenapa harus Xiang Chen?” ternyata Michael yang bertanya.
“Yah… seperti yang kubilang barusan. Dia kan agak nyantai. Kau kan lebih sibuk.”
“Tapi Xiang Chen kan kebiasaan bawa motor.”
“Tapi bukan berarti dia nggak oke bawa mobil, kan? Dia Cuma malas dan merasa bawa motor lebih simpel aja. Nah, menurutmu, Mei-Mei?”
“Mau…” Gisela terdengar cepat sekali menjawab tawaran yang satu ini.

Nathan langsung tersenyum penuh arti, sedangkan Michael kontan menoleh padanya.

“Ehem… I mean, oke… just… oke…”

Nathan mendengus geli. Setelah ketiganya selesai di make-up, mereka mendekat ke Mr. Dao. Gisela sedang mencoba mengingat-ingat dialognya dalam hati.

“Wah, kita dapat masalah. Setting-nya harusnya suasanya yang panas, jadi setidaknya ada cahaya matahari,” terang Mr. Dao, “tapi cuacanya malah mendung. Jangan-jangan kita bakal batal untuk hari ini.”
“Yah… jangan batal, dong,” protes Nathan.

Gisela melihat matahari yang ditutupi awan-awan. Yah… sayang kalau syutingnya batal, soalnya suasananya enak disini… aku mau lebih lama disini… Gisela berjalan keluar tenda yang menaungi mereka. Seketika matahari muncul dari balik awan dan bersinar terik.

“Wah, cerah!” seru Michael girang.
“Bagaimana bisa? Tadi begitu gelap!” seru Mr. Dao takjub.
“Sepertinya kita punya sunshine girl, deh,” ucap Nathan sambil memandang Gisela.

Akhirnya syuting berjalan lancar dan memang, matahari sepertinya bermain-main dengan Gisela. Setiap kali Gisela istirahat di tenda, dalam beberapa menit saja matahari langsung bersembunyi. Karena syuting membutuhkan cahaya matahari terik dan karena Mr. Dao dan para kru sudah terlanjur percaya Gisela sebagai ‘sunshine girl’, terpaksalah Gisela tidak beristirahat di bawah tenda. Untuk kebaikan semuanya, kata Gisela, menahan panas dan mengusap peluh di dahinya. Jam dua siang, syutingpun selesai.

“Hei, Mei-Mei, mau ikut ke studio? Kami mau rekaman lagu baru,” ajak Nathan.
“Wah, benar nih, aku boleh ikut?” tanya Gisela.
“Dan ran la (tentu saja),” jawab Michael.

Akhirnya aku bisa ketemu Xiang Chen ge lagi… udah kangen, nih…

*******

Albert dan Alex sudah menunggu di studio rekaman di lantai dua di gedung Famous Production.

“Mei-Mei! Ni hao? (apa kabar?)” sapa Alex ramah, namun ekspresinya sulit diprediksi.
“Hao (baik),” balas Gisela.

Alex terlihat segar, Albert ceria, tapi tampak lebih kurus lagi. Gisela sedih melihatnya kehilangan makin banyak daging.

“Xiang Chen, tau kan Mei-Mei baru dapat mobil dari Yan jie? Masalahnya dia nggak bisa bawa mobil,” kata Nathan, “kau mau kan ngajarin dia bawa mobil?”

Gisela terkejut Nathan langsung to the point. Alex tampak terkejut.

“Tapi…” gagap Alex.
“Kau mau, kan?”

Nathan meletakkan jaketnya, menekan setiap suku kata.

“Ma… mau. Jelas mau. Nah, Mei-Mei, kita akan saling contact kalau ada waktu luang, oke?”
“I… iya. Xie xie, Xiang Chen ge.”

Gisela melihat proses rekaman lagu baru LI LIANG. Kali ini tipe lagunya pop mendayu-dayu. Aku pasti suka lagu ini! Gisela juga memegang lirik lagunya. Albert mengambil kesempatan pertama menyanyikan bait pertama. Wah, suaranya keren sekali! Dan pada bridge, bagiannya Nathan. Mr. Kwok, music director album LI LIANG yang ketiga ini, orangnya ramah meski berewok yang menutupi wajahnya kadang disalahartikan oleh orang-orang, memperhatikan rekaman dari balik kaca, bersama Gisela dan beberapa kru lain.

“Bukan begitu, Ming Jun!” teriak Mr. Kwok.

LI LIANG terkejut, begitu pula Gisela. Mr. Kwok masuk ke ruangan dan mengajarkan Nathan bagian nyanyian yang menurutnya tidak pas. Tak lama kemudian, Nathan mengulang bagian yang sama. Syukurlah, kali ini tampaknya Nathan berhasil menyanyikannya dengan benar. Saat reffren, perpaduan suara keempatnya sangat sempurna. Suara Alex kedengaran paling menonjol, menurut Gisela, suaranyalah yang paling punya ciri khas. Masuk ke bait kedua, Alex mengambil vokal utama. Saat bridge, Michael berduet dengan Nathan. Tapi suaranya… kok? Sepertinya Ming Jun ge salah lagi, deh…

“Ming Jun!”

Kembali Mr. Kwok masuk untuk menceramahi Nathan. Nadanya turun setengah dari seharusnya, tuh. Nathan coba latihan sendiri dulu selama lima menit sebelum rekaman dimulai lagi. Alex terpaksa mengulang bait kedua, tapi dia mengulangnya sesempurna yang dilakukannya saat pertama kali. Giliran bridge. Walah, Ming Jun ge, ini sih tambah parah. Jangan-jangan… Mr. Kwok bisa marah besar. Dan Gisela benar. Mr. Kwok rupanya cepat naik pitam. Dia menasehati Nathan lagi dan dia mengistirahatkan rekaman selama 15 menit. LI LIANG duduk di dalam ruangan rekaman, Nathan masih latihan menyanyikan bagiannya dengan gusar. Albert mengajarinya, kedengaran mantap sekali nadanya.

“Jia you! (semangat!)” kata Gisela memberikan semangat untuk Nathan.
“Mei-Mei! Duduk sini,” ajak Albert, menepuk sofa di sampingnya.

Gisela merasa tidak canggung sama sekali terhadap Albert dan langsung duduk berdempetan dengannya.

“Sorry, Mei-Mei… mungkin nggak ada orang luar yang tau kalau sebenarnya aku parah sekali waktu rekaman,” jelas Nathan, “ini rahasia, oke? Jangan kasih tau orang lain, ya?”

Untuk pertama kalinya, Nathan tampak malu. Dia tidak berani menatap Gisela.

“Aku bisa jaga rahasia, kok. Lagian aku juga merasa nyanyi itu susah,” Gisela turut prihatin.
“Susah-susah gampang. Tergantung bagaimana kita mempelajari dan menyelami feel-nya,” tegas Alex, “ayo, Ming Jun, kita coba.”

Michael bernyanyi dengan Nathan. Akhirnya nada Nathan mantap dan mereka siap untuk melanjutkan rekaman. Rekaman selesai kurang lebih jam lima.

“Ehem… Mei-Mei, aku ada waktu luang, nih. Mau belajar chapter pertama hari ini?”

Asyik! Asyik!

“Ehm… boleh,” jawab Gisela, berusaha se-jaim mungkin.
“Tapi… aku Cuma bawa motor nih ke studio, tadi berboncengan sama Wen Chun. Nggak apa-apa kalau kita pulang ke rumah HUA XIANG dengan naik motor?”
“Oh, no problem. Dulu di Indonesia aku juga dibonceng naik motor kemana-mana.”
“Oke, deh.”

Setelah berpamitan dengan yang lain (entah kenapa, Nathan tersenyum terus), keduanya menuju parkiran motor. Alex membawa motor besar, dia menyerahkan helm kepada Gisela dan Gisela langsung duduk mantap di belakangnya. Gila, punggungnya Xiang Chen ge lebar sekali… dengan jarak sedekat ini, aku bisa mencium bau parfumnya… peluk nggak, ya? Peluk nggak, ya?

“Suka ngebut atau yang lambat?”
“Hah? Shen me? (Apa?)”
“Siap-siap dan jangan teriak, ya! Aku takut ada yang mengenali kita!”
“Huaaaaaa…”

Alex mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Timingnya memotong jalan sangat tepat, tapi ini membuat Gisela takut, karena kalau memotong-motong jalan seperti ini di Palembang, pasti nyawa mereka tamat. Masa bodoh, peluk! Dan perjalanan mengerikan itu berakhir dengan cepat, hanya sepuluh menit. Alex memarkir motornya di halaman depan rumah HUA XIANG dan segera mengeluarkan Peugeot imut Gisela warna hijau metalik dari garasi. Dia turun dan membukakan pintu depan sebelah pengemudi.

“Qing jin. (Ayo, masuk.)”

Duh, seperti putri aja…

“Xie xie.”

Alex memalingkan wajahnya. Lho? Lalu Alex segera menghidupkan mesin dan mengajarkan teori-teori dasar kepada Gisela, seraya menjalankan mobil keluar-masuk kompleks perumahan HUA XIANG. Gisela rupanya terlalu sibuk memperhatikan wajah Alex, bukan memperhatikan omongannya.

“Ming bai ma? (ngerti, nggak?)”

Gisela tidak menjawab.

“Mei-Mei?”

Alex menoleh kepada Gisela dan terkejut ternyata Gisela dalam posisi ‘dunia khayalan’ dan tersenyum sambil menatapnya. Zhe shi shi jie shang zui xing fu de yi jian shi (ini adalah hal yang paling membahagiakan di dunia ini)… Yao gan xie ni, Ming Jun ge (mau berterimakasih padamu, kak Ming Jun). Alex menghentikan mobilnya. Seketika Gisela tersadar.

“Mei-Mei, ni zhen me, la? Shi bu shi bu shu fu? (kau kenapa? Apa kau nggak sehat?)”
“Oh, wo… hai hao (aku masih baik-baik aja).”
“Hmm, hari ini cukup dulu, deh. Nanti, aku akan hubungi kamu lagi waktu aku punya waktu luang, oke? Aku liat kamu udah capek.”
“Tapi… wo hai mei you lei (aku belum capek.)”
“Zhen de ma? (Yakin?)”
“Iya.”
“Liat tuh, keringatmu aja bercucuran.”

Alex mengambil tissue di dasbor dan mengusap keringat di dahi Gisela. Selama sepersekian detik, Gisela makin terpana dan terlambat bagi Alex beberapa detik sebelum dia sadar Gisela benar-benar sedang terpana padanya. Alex berpandangan dengan Gisela selama beberapa detik. Wei shen me? (mengapa?) Wei shen me wo… wo… ying gai bu shi… (mengapa aku… aku… jangan-jangan…) Alex berkutat dengan suara hatinya. Tissue di tangan Alex terjatuh dan keduanya geragapan.

“Dui bu qi… sepertinya… aku yang capek.”
“Oh, dui bu qi, Xiang Chen ge… jin tian xie xie ni (untuk hari ini).”

Keduanya kembali ke rumah HUA XIANG dalam diam…

*******

Friday, 21 October 2011

Brand New It's Magic chapter 6 part 5


Brand New It’s Magic
Chapter 6 part 5

“Hyung, gimana keadaan May?” Tanya Junki.
Youngsaeng turun dari kamar, bergabung dengan yang lainnya di ruang tamu, “May tidur, Junki.”
“Tapi May baik-baik saja kan?” Tanya Annie.
“Iya.”
Thia berujar,ngantukku jadi hilang deh. Ngeri semua ini…”
“Kau bisa jaga rahasia kan, Thia?” Tanya Junki.
“Pasti bisa. Kalian bisa percaya padaku.”

Tiba-tiba seseorang muncul di antara mereka.

Youngsaeng menebak, “Junsu?”
“Bukan-bukan. Aku Feodosiy,” jawab Feodosiy, “kita pernah bertemu sebelumnya. Annie, ayo, kami butuh Ghost Buster.”
“Oh… baik, setuju Annie.
Junki bertanya,keadaan disana sudah aman?”
Sudah. Tinggal membereskan sisanya saja,” jawab Feodosiy, “yuk Annie…”

Feodosiy dan Annie menghilang bersama.

“Wow… seperti mimpi, komentar Thia.
Youngsaeng mendesahkan nafas lega,untunglah mereka semua selamat…”

***

“Semua sudah sembuh,” lapor Julie, “mereka Cuma pingsan.”
“Tapi ada yang meninggal…” sesal Clara.
Stella mengumpat,selalu telat. Sebal…”
“Yang penting kita semua tidak apa-apa, ujar Kimbum bijak.

Feodosiy dan Annie muncul.

Annie bertanya,mana hantu-hantunya?”
“Diikat Junsu disitu,Amelz menunjuk ke pojok, segerombolan hantu diikat dengan tali berwarna hitam menjadi satu ikatan besar.
“Bagus. Mudah membereskannya. Heaven’s Mirror!”
 “Annie juga terlibat dengan semua ini?” Tanya Kimbum bingung.
Rin berujar,dia malahan Earth Warrior lho oppa…”
“Mana si Agrafyena dan Junsu?” Tanya Feodosiy.
Julie menjawab,oh, mereka mengejar Mike Rotislav. Dia memegang Wind Crystalnya May.”
“Aku akan menyusul mereka.”
“Eh tapi tunggu dulu,” Stella mencegah, tapi Feodosiy menghilang, “berikan kami pen… jelasan…”
“Sabar, Stella jie, hibur Clara.
“Soalnya aku penasaran sama si Agrafyena.”
Kimbum sudah mendengar kisahnya dari Amelz,apa kau masih meyakini dia itu Hyunjoong hyung, Stella?”
“Iya. Pantas lukanya tidak ada. Lukanya sembuh sendiri.”
“Kau darimana, Annie, kenapa baru muncul?” Tanya Amelz.
Annie menjawab,aku menjaga May.”
“May gimana?” Tanya Julie.
“Dia baik-baik saja. Ada Junki oppa, Youngsaeng oppa dan Thia yang menjaganya.”
Rin mendesah lega,syukurlah… aku sendiri… lengah menjaga jiejie…”

Amelz terdiam mendengar pernyataan Rin.

“Bukan salahmu, Rin…” Stella memeluk Rin.
Julie berharap,mudah-mudahan mereka dapat Wind Crystal May. Supaya May bisa gabung dengan kita lagi.”
“Iya. Harus, tekad Clara.

Amelz semakin terdiam. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri.

***

May membuka matanya, “Junki?”
“Hai May,” sahut Junki, “aku bawa kabar gembira. Julie dan Stella berhasil. Sekarang semuanya lagi dalam perjalanan kesini. Dan kita dapat penolong baru. Dia Kimbum.”
“Hah? Benarkah?”
“Sekarang aku mau pulang sekalian ngantar Thia. Youngsaeng hyung akan menjagamu.”
“Junki… kau… merelakan Youngsaeng oppa…”
 “May, kau mencintai Youngsaeng hyung kan?”
“Junki… mianhae…”
 “Jangan dipikirkan. Aku tidak apa-apa.  Asal kau bahagia, bagiku sudah cukup, May.”
“Junki…”
Selamat istirahat. Tunggu mereka datang ya.”

May tau, meskipun Junki bilang tidak apa-apa, dia tampak sedih. May jadi mengutuk cinta. Dia menyesali kenapa cinta harus membuat orang menderita.

Youngsaeng tersenyum, “May…”
“Youngsaeng oppa…” sahut May.

May rindu melihat wajah Youngsaeng yang sedang tersenyum.

“Oppa… gimana oppa bisa tau aku dalam bahaya dan ikut berlari di belakangku?”
Youngsaeng menjawab, oh itu. akulah yang ada di rumahmu selama ini.”
 “Bagaimana bisa?”
 “Jiro memintaku menjagamu. Dia memberikan kunci rumah.”
 “Lalu yang mengikutiku selama di jalan?”
Tidak, itu bukan aku. Mungkin vampire-vampire itu menjagamu? Aku yang memasakkan makanan untukmu. Enak tidak? Kau suka?”
“Oppa… semuanya… oppa…”

May merasa terharu mendengar penjelasan Youngsaeng. Youngsaeng menganggukkan kepalanya.

“Gomawo… tapi… kenapa oppa mau repot-repot untukku?”
“Repot? Tak… aku hanya ingin menjagamu. Semuanya karena aku mencintaimu.”
“Aku tidak mau membahayakan oppa.”
“Aku tau kau bakal ngomong itu lagi. Setidaknya malam ini biarkan aku menemanimu ya. Aku perlu tau juga info yang sesungguhnya. Amelz adalah dongsaengku. Aku harus tau keadaannya juga. Jadi aku akan menunggu mereka.”
“Tapi oppa…”

Youngsaeng maju dan menempelkan jari telunjuknya ke bibir May.

Youngsaeng berbisik,saranghaeyo…”

May memasrahkan dirinya. Dia membiarkan Youngsaeng bersamanya, dan dia juga merasa aman karenanya. May menyandarkan kepalanya ke bahu Youngsaeng, merasakan kehangatannya, mencium harum tubuh orang yang dicintainya. Dia ingin merasakan kenyamanan ini dalam tidurnya malam ini.