Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 7 October 2011

Brand New It's Magic chapter 6 part 1

Brand New It’s Magic
Chapter 6 part 1

Chapter 6
To One Direction

MAY’S POV
Imlek sudah hampir tiba. Beberapa waktu yang lalu Stella bilang padaku kalau dia mencurigai Hyunjoong sebagai salah satu dari si cowok kelelawar, tapi dia tidak bisa buktikan itu. tapi kurasa itu tidak mungkin. Hyunjoong oppa tidak seperti orang yang punya rahasia. Lagipula bukan itu yang menjadi fokus pikiranku sekarang. Amelz… dia sama sekali belum mau bicara denganku. Kimbum sudah berusaha membujuk Amelz, tapi belum ada hasilnya sampai sekarang. Dengan ketidakmampuanku melihat musuh dan Amelz yang tidak mau membantu, aku tidak tau aku harus gimana lagi menahan serangan para hantu yang kian ganas… dan sayangnya Patrice sama sekali belum muncul sampai sekarang. Aku membutuhkanmu, Patrice…

Julie menyapa,hai May…”
“Eh Julie…”
“Hari ini oppa tidak menjemputku, aku pulang naik bus juga. Barengan yuk…”
“Oh boleh…”

Aku dan Julie masuk bus bersama.

May… apa ada sinyal-sinyal dari kelelawar pencuri?”

Julie berbisik, duduk bersamaku di kursi belakang bus.

Tak ada. Kau tau tidak Julie, aku merasa menderita dalam keadaan begini.”
“Tenang May. Aku… eh sebenarnya Stella dan kami mengadakan pertemuan beberapa waktu yang lalu untuk ngomong tentang ini. Kami juga… eh… melibatkan Junki oppa dan Rin dalam pertemuan itu.”
“Pertemuan apa? Membahas apa? Kenapa kalian ajak Junki dan Rin?”

Aku bertanya dengan nada berbahaya, aku sudah membayangkan mereka membicarakan hal yang pasti tidak kusuka.

“Untuk…”
“Bukannya sudah kukatakan pada kalian untuk tidak melibatkan para penolong?”

Tanyaku marah. Aku tidak pernah menginginkan Junki dan Rin dilibatkan dalam pertempuran kami dengan musuh-musuh kami. Akulah yang bertugas melindungi mereka, mereka tidak perlu mempertaruhkan nyawa mereka untuk kami.

“Ta… tapi May… mereka penolong kita kan?”

Aku menghembuskan nafas kesal. Aku tau kenyataan itu, tapi aku tetap tidak ingin mereka dalam bahaya.

“Kami… em… memutuskan… untuk bergantian… menjagamu May… ini semua demi kebaikanmu.”
“Aku masih leader di Element Warriors kan?”
“Tentu saja!”

Julie menjawabku dengan semangat.

“Jadi aku tidak perlu dijaga!”
May… justru karena May itu leader… kami… tak mau terjadi sesuatu padamu.”

Terjadi sesuatu padaku? Apa mereka bercanda? Hanya karena mereka punya senjata dan sekarang bisa melihat makanya meremehkan aku? Begitu???

“Kami menyayangimu May…”
“Aku turun disini. Zai jian…”

Aku bergegas turun dari bus. Aku tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Julie lagi. Aku kecewa. Mereka meremehkan aku.

“Ah May Rin… kau sudah di rumah kan? May sudah jalan ke rumah. Sekarang giliranmu menjaga ya… hao… zai jian.”

Julie menutup telepon, dia baru saja menghubungi Rin, semua tanpa sepengetahuanku.

***

AUTHOR’S POV
Beberapa hari kemudian. Merasa diremehkan dan jengkel, semenjak pulang kuliah May tidak keluar dari rumahnya.

Jiro mengetuk pintu kamar May, “May…”
“Ya Jiro ge?” jawab May dari dalam.
“Kami hari ini mau rekaman lagu. Kau tak mau ikut?”
“Hmm… biar  Rin saja yang menemani kalian gimana?”
“Kenapa suaramu begitu May? Kau tidak apa-apa? Atau kau sakit?”
“Hmm… aku tak apa-apa ge. Kalian pergilah ya.”
“Mungkin kami sampai malam. Kau jaga diri ya.”
“Dah ge…”
Aaron melihat Jiro turun dari tangga,lho Jiro? May tidak ikut?”
Tak. Aku agak khawatir dengannya,” keluh Jiro, “dia semakin murung belakangan ini.”
“Hmm… kau harus suruh seseorang menjaganya.”
“Bagaimana kalau suruh Youngsaeng?” usul Kyujong.
Jiro berargumen,kurasa May tidak mau ketemu dia. Aku mengharapkan Hyunjoong.”
“No… Hyunjoong hyung jaga mini market, ingat?” Calvin menolak.
“Oh ya… padahal Cuma mereka yang bisa diandalkan. Oke lah. Aku hubungi Youngsaeng saja.”

Jiro menekan nomor handphone Youngsaeng.

“Youngsaeng, lagi sibuk? Oh baguslah… aku bisa minta tolong? Begini… kami mau pergi rekaman, tapi May tak mau keluar kamar. Kami sebenarnya khawatir dengannya. Maukah kau menjaganya? Yah… aku tau kalian tidak mau saling ketemu… oh dui bu qi… maksudku, dia tak mau ketemu kau… oh boleh juga… ya ya… aku akan meletakkannya di pot pertama di sebelah kanan… gomawo Youngsaeng. Aku berhutang banyak padamu lho. Bye!”
“Youngsaeng hyung mau?”
Yap. Ayo sekarang kita jemput Rin dulu di sekolah.”

***

Youngsaeng memarkir Ford birunya agak jauh dari rumah May. Dia berjalan santai menuju rumah May. Dari ekspresinya yang kosong, tak ada yang bisa menebak apa yang ada di hati Youngsaeng. Dia membuka pintu gerbang rumah dengan hati-hati dan tanpa suara. Dengan yakin, dia memeriksa pot yang terdekat dengan gerbang di sebelah kanan, di bawah daun-daun pohon bonsai kesayangan Rin, Youngsaeng menemukannya: kunci pintu. Lalu masih tanpa suara, Youngsaeng meraih kunci itu dan membuka pintu rumah May. Rumah dalam keadaan kosong dan rapi. Setelah mengunci kembali pintu, Youngsaeng menyembunyikan sepatunya di dalam rak dan memeriksa ruang tamu yang kosong. Dapur juga kosong. Youngsaeng naik perlahan menuju lantai dua. Di depannya ada pintu menuju kamar Rin. Tertulis: “Rin’s Room.” Youngsaeng menoleh ke kanan, dan disana ada dua pintu. Pintu yang terdekat ke tangga yang menuju lantai tiga tertulis: “Don’t Disturb The King of Rock” kamarnya Jiro. Tepat di sebelahnya, pintu kayunya berwarna hijau muda. Tertulis: “May’s Castle” dengan gantungan imut berbentuk kelinci transparan berwarna hijau juga. Youngsaeng dengan rindu menyentuh gantungan di kamar May itu. hatinya terenyuh. Dia tau dia merindukan May. Youngsaeng yang melankolis mulai meneteskan air matanya. Tapi dia tersentak begitu mendengar bunyi spring bed May. Youngsaeng berlari secepat kilat masuk ke kamar Jiro. Kamar Jiro sangat berantakan. Youngsaeng harus melompati beberapa potong baju sebelum mencapai pintu balkon kamar. Balkon Jiro dan May terpisah, tapi jika mereka mau, mereka bisa melompati sedikit jarak di balkon itu untuk mampir ke kamar sebelah. Youngsaeng menggeser sedikit pintu kacanya lalu mengintip, rupanya May membuka pintu balkonnya juga. Youngsaeng bersembunyi di balik tembok dan mendengar suara langkah kaki May keluar dari kamarnya menuju balkon. Youngsaeng mengintip dan betapa terkejutnya dia melihat bekas air mata di pipi chubby May.

Youngsaeng berbisik, “May… kenapa?”

May tampak memandang langit yang mulai berwarna oranye pada waktu petang. Air mata masih mengalir tak hentinya dari matanya. Lalu perlahan… dia melayangkan dirinya beberapa senti… hingga ke atas tembok balkon… Youngsaeng membelalakkan matanya.

Tak bisa sekarang, Wind Warrior…” ujar sebuah suara yang bergema.

Tiba-tiba May terhempas, punggungnya menabrak dinding.

May berteriak,aaaaaaah! Kau! siapa kau!!!”
“Aku??? Aku musuhmu si hantu… hahaha… tau tidak, aku senang dapat tugas berjaga disini. Rin terlalu lemah, dia tak tau kalau aku berkeliaran disini.”
“Kaaaaaau! Kau! tunjukkan wujudmu!”
“Oh? Aku berwujud koq. Sayangnya kau tidak bisa melihatku.”
“Kenapa!!!! Apa hubungan kalian dengan kelelawar-kelelawar itu siiiih!”
“Yang pasti, mereka partner yang sangat membantu. Kau… tak bisa mati. Setidaknya tidak sekarang. Kau akan melihat… perlahan… satu persatu orang yang kau sayangi akan mati. Pada saat itu… kau akan jadi partner yang sangat dibutuhkan pangeran iblis.”
“Jangan harap!”
“Bisa dicoba dan ditunggu.”

May terhempas ke dalam kamarnya. Youngsaeng tersentak.

“Aaaaaaaaaaah! Kaaaaaaaau!!!”
Tak bisa mati… hmm… tidak bisa apa-apa. Ckckck… inilah akhir dari sang leader… hahahaha… asyik sekali.”
“Tiiiiiiiiiiidaaaaaaak!!!”

May mulai menangis. Youngsaeng merasa hatinya tersayat mendengar tangisan May.

Youngsaeng memutuskan,aku harus melakukan sesuatu…”

***

Suatu malam. D’Sky masih sangat disibukkan kegiatan keartisan mereka, dan posisi manager sementara diisi Rin yang lumayan menguasai bidangnya. Jiro berjalan sendirian pulang ke rumah, soalnya Rin masih tinggal di gedung agensi untuk mencatat pesan-pesan dan berdiskusi dengan Pink. Kyujong akan mengantarnya pulang. Jiro tadi diantar Aaron sampai ke depan lorong kompleks. Sambil menenteng gitar di punggungnya, Jiro berjalan santai. Tapi betapa terkejutnya dia melihat Julie ada di depan rumahnya. Julie mendongak memandang balkon kamar May. Cahaya bulan sabit yang malu-malu di langit malam menyinari wajah Julie yang tegas dan anggun.

Jiro memanggil, “Julie?”
“Ah, Jiro ge… wan an, Julie menolehkan wajahnya.
“Cuma berdiri? Koq tak masuk?”
“Hmm… kurasa May tidak mau ketemu siapa-siapa. Tadi sore Thia saja disuruhnya pulang. Kemarin May juga menolak Fennie yang mengunjunginya.”
“Kau sudah berapa lama disini?”
“Hmm… dua jam mungkin.”
“KAAAAAAAU!!!”

Julie terkejut, mundur beberapa langkah. Jiro tampak marah.

“Cuma berdiri disana saja????? Ayo…”

Jiro menarik tangan Julie. Julie kebingungan.

“Kita mau kemana ge?”

Julie bertanya ketakutan. Jiro rupanya mengajak Julie ke taman kompleks. Ada bangku panjang disana, dan keduanya duduk disana.

“Apa gara-gara Youngsaeng, May jadi begini?”
“Entahlah ge. May sampai tak masuk mini market selama tiga hari… Hyunjoong oppa juga khawatir.”
“Sebentar… Selama beberapa hari ini, kau, Annie, Stella dan Junki kayaknya sering sekali wara-wiri disini. Kalian harusnya tau sesuatu kan?”

Jiro menyelidiki, memandang wajah Julie dengan curiga. Julie merasa tidak nyaman.

“Ehm… ge…”
“Kau tau tak Julie… aku gegenya May. Aku sama khawatirnya dengannya sepertimu.”

Julie menundukkan kepalanya. Dia tengah mempertimbangkan… apakah Jiro boleh tau atau tidak mengenai rahasia ini. Dengan lembut, Jiro menyentuh dagu Julie dan menengadahkan wajah Julie. Jiro memperhatikan Julie yang sedang gundah.

“Tapi kalau ini membuatmu susah… tidak apa-apa koq.”
“Begini ge… itu… kami sebenarnya… Element Warriors.”
“Ele… ment… apa?”

Julie menceritakan segala yang terjadi pada Jiro. Menunjukkan kedewasaannya, Jiro tidak menyela dan bertanya ke Julie, dia cukup cerdas untuk memahami semuanya.

“Jadi… Amelz, Annie, Stella, Junki… lalu kau, Rin bisa melihat hantu dan berperang dengan mereka… sedangkan Youngsaeng dan Clara rupanya sudah tau rahasia ini.”

Julie mengangguk.

“Kalian lagi menjaga May, begitu?”
“Makanya aku, Annie, Stella dan Junki oppa sering wara-wiri. Selain Junki oppa dan Stella, kami punya senjata.”
“May ribut sama Amelz karena May tak setuju Amelz membahayakan Kimbum?”
“Benar. Dan itu juga alasan May tidak menerima cinta Youngsaeng oppa. Terlalu complicated.”
“Julie… meskipun aku tak bisa membantu apa-apa… setidaknya aku juga akan menjaga May. Kalo terjadi sesuatu padanya, aku bisa langsung menghubungi kalian.”
“Xie xie ge… oh ya… apa selama kalian pergi untuk kegiatan keartisan kalian… May sendirian?”
Tak. Sebenarnya aku berikan kunci rumah ke Youngsaeng. Youngsaeng sudah beberapa hari ini menjaganya selama kami pergi. Sejauh ini Youngsaeng tidak melaporkan ada kejadian aneh.”
“Syukurlah ge…”
“Begini lebih baik kan? Aku jadi tidak bingung dan bisa membantu kalian…”

Jiro tersenyum. Hati Julie menjadi sedikit lebih lega.

“May beruntung punya gege seperti Jiro ge.”
“Kimbum juga oppa yang bagus buatmu, Julie. Dan kalau kau mau beruntung seperti May… kau juga bisa kan?”
“Jiro ge…”
“Aku akan melindungi May dan kau, Julie. Apapun akan kulakukan… supaya kalian bahagia.”

Julie meneteskan air matanya, tau bahwa dia tak bisa membentengi dirinya lebih lama lagi dari Jiro. Dia merasa Jiro menyebalkan hanya karena dia mulai suka sama Jiro. Itu terjadi sejak pertama kali Jiro bermuka tebal mengajaknya berdansa di pesta ultah SMA Saint. Rasa suka itu perlahan mulai tumbuh… dan terjalin semakin indah… karena Julie percaya Jiro bisa melindunginya… meskipun dalam hatinya dia juga berjanji akan melindungi Jiro dari serangan hantu-hantu…

“Ya ge… dan kita juga akan menguatkan May bersama.”
“Itu sudah pasti, Julie…”

***

No comments:

Post a Comment