Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Sunday, 23 October 2011

Love's Arrived chapter 5 part 1


Love’s Arrived
Chapter 5 part 1

Beberapa hari yang lalu ada konferensi pers serial Moonlight at Taipei yang dihadiri sutradara Mr. Dao dan para pemain, seperti Sonya Hua, Michael, Nathan, David dan Gisela. Gisela gugup sekali banyak wartawan yang menyorotnya sebagai ‘artis pendatang baru asal Indonesia yang berbakat’ Meski serial baru setengah jalan syuting, pamor Gisela sudah meningkat. Gisela yakin, orang-orang di Indonesia sekarang sudah mendengar namanya. Sebentar lagi pasti Viona berceloteh. Gisela juga mendapat hadiah mobil Peugeot imut dari Mrs. Yan. Masalahnya, mobil itu Cuma nangkring di garasi rumah HUA XIANG karena Gisela belum belajar bawa mobil. Gisela bangun pagi hari ini, mengingat dia bakal dijemput Michael dan Nathan ke lokasi syuting jam 10 nanti. Quiny nangkring di dapur.

“Zao an (selamat pagi),” sapa Gisela.
“Zao an, Mei-Mei,” Quiny menyapa balik, seperti biasa, tampak manis dengan aksesorisnya yang feminin.

Quiny memakai celemek manis berwarna pink.

“Hah, jangan-jangan sarapanku dua hari belakangan ini… Quiny jie yang siapkan?”
“Iya, selama ini juga jie jie yang masak makan siang dan malam. Tapi sekarang lagi nggak sempat, kita kan banyak syuting MV.”
“Jie jie lagi masak apa? Hao xiang… (Wangi sekali)…”
“Guo lai, kan ba… (Sini, lihat…)”

Gisela beranjak ke dapur. Quiny sedang memasak sarapan yang mewah. Sepiring besar nasi goreng telah siap.

“Jie… wo du zi e… (lapar…)”
“Makan dulu nasi gorengnya. Ingat sisakan yang lain, ya. Oh ya, kasih pendapat ya. Soalnya itu resep baru.”

Gisela segera menyiapkan satu piring untuknya sendiri dan duduk di meja makan. Quiny segera menyusulnya. Gisela makan sesendok yang masih berasap. Panas, tapi…

“Delicious!”
“Wah, jie jie chen gong! (berhasil!)”

Quiny jie pintar masak… oh… ide bagus!

“Jie, mau nggak ajarin aku masak?”
“Hm? Boleh aja sih. Memangnya Mei-Mei mau masak makanan yang gimana?”
“Yang pasti enak… yang gizinya banyak, yang bisa menambah nafsu makan, yang rasanya beragam dan yang pasti nggak banyak lemaknya.”

Quiny tampak berpikir sejenak.

“Ni xiang dao LI LIANG dui bu dui? (Kau memikirkan LI LIANG ya?)”
“Wei shen me Quiny jie hui zhi dao ne? (kok Quiny jie tau?)”
“Ya iya lah, Mei-Mei. Jie jie udah kenal LI LIANG lumayan lama. Apalagi si Ming Jun yang makannya banyak. Kalau Xiang Chen, itu pemakan segala.”
“Wah, benar, jie. Kalau yang gizinya banyak, aku mau masak untuk Xiao Wei, soalnya dia cepat pucat kalau udah kecapean. Aku juga mau buat Wen Chun ge jadi nafsu makan lagi.”
“Wen Chun zen me la? (Emang Wen Chun kenapa?)”
“Dia nggak pernah sarapan apa-apa, Cuma minum susu setiap pagi. Makannya juga dikit sekali. Dengar-dengar, beratnya udah turun 5 kg.”
“Wah, dia jadi lebih kurus dibanding Xiao Wei, dong?”
“Iya, jie. Kasihan sekali liat dia begitu… Makanya, aku mau belajar masak untuk mereka semua.”
“Motivasi yang bagus, Mei-Mei. Kau pasti cepat bisa masak dan masak banyak macam makanan untuk mereka.”
“Tapi aku masih pemula, jie…”
“Nggak apa-apa. Segalanya bisa berhasil, kalau kita mau berusaha. Yuk, kita mulai dari yang paling simpel dulu.”

*******

Gisela, Michael dan Nathan telah sampai di lokasi syuting yang kali ini mengambil setting bukit di luar Taipei.

“Wah… udaranya segar,” komentar Gisela, menarik nafas panjang-panjang.
“Kapan-kapan kita piknik disini yuk,” ajak Michael.
“Boleh…” Nathan setuju.
“Kyaaaa! LI LIANG! Michael!!! Nathan!!!”

Ketiganya menoleh dengan tegang ke belakang mereka. Tiga cewek dan dua cowok mengejar mereka bertiga. Semuanya membawa kado di tangan mereka.

“Fans kalian, tuh. Enakan aku menyingkir dulu, deh,” kata Gisela tahu diri, “bye…”
“Gisela! Tunggu!” teriak salah seorang cowok.

Michael menarik tangan Gisela untuk menahannya tetap disana.

“Yang dua itu fans-mu, Mei-Mei,” tunjuk Nathan.
“Ini… kado untuk Michael,” kata cewek yang paling cantik.
“Xie xie,” kata Michael membuat si cewek menciut dan wajahnya memerah.
“Ini untuk Nathan dan… aku boleh titip untuk Alex?” tanya cewek yang rambutnya paling panjang.
“Anu… aku juga titip untuk Alex!” kata cewek satunya.
“Oh, kalian fans Alex?” tanya Nathan.

Keduanya mengangguk. Ho… fans-fans Xiang Chen ge… enak ya mereka bisa mengekspresikan perasaan mereka sebebas itu. Aku sih… menyedihkan.

“Gisela… boleh minta tanda tangan dan foto bareng?” tanya cowok yang kelihatannya masih anak SMA.
“Oh… bo… boleh…” jawab Gisela yang sempat gugup.

Setelah masing-masing puas berfoto dengan idolanya, si cowok yang memegang kamera tampak celingukan.

“Kita pengen foto bareng semuanya, sama Gisela juga…” jelas si cowok.
“Oh, kita bisa minta bantuan kru. Eh… Edison, bisa tolong ambilkan foto kami?” pinta Nathan pada juru kamera terdekat.
“Sure,” kata Edison sambil mendekat.

Fotopun diambil.

“Gisela, sukses ya, bareng LI LIANG! Kita selalu mendukung, lho!” kata cewek yang cantik.

Setelah itu dengan sopan para fans berpisah dari idolanya. Gisela masih merasa deg-degan.

“Jangan kira kau nggak punya fans,” Michael mengingatkan, “mereka semua baru fans pertamamu, lho.”
“Rasanya… senang,” ungkap Gisela.
“Oh ya, dengar-dengar dari Yan jie, kau dikasih mobil Peugeot imut olehnya, ya?” tanya Nathan, duduk untuk di make-up.
“Iya. Tapi mobilnya Cuma nangkring di garasi. Soalnya aku belum bisa bawa mobil.”

Michael dan Gisela duduk di kursi-kursi sebelah Nathan dan mulai diserbu tim make up.

“Hmm… kalau kau mau belajar mobil, Xiang Chen sepertinya bisa ngajarin kamu, deh. Kan belakangan ini dia agak nyantai.”

Kenapa harus Xiang Chen ge? Ming Jun ge kok belakangan ini ngomong yang mencurigakan terus, sih?

“Kenapa harus Xiang Chen?” ternyata Michael yang bertanya.
“Yah… seperti yang kubilang barusan. Dia kan agak nyantai. Kau kan lebih sibuk.”
“Tapi Xiang Chen kan kebiasaan bawa motor.”
“Tapi bukan berarti dia nggak oke bawa mobil, kan? Dia Cuma malas dan merasa bawa motor lebih simpel aja. Nah, menurutmu, Mei-Mei?”
“Mau…” Gisela terdengar cepat sekali menjawab tawaran yang satu ini.

Nathan langsung tersenyum penuh arti, sedangkan Michael kontan menoleh padanya.

“Ehem… I mean, oke… just… oke…”

Nathan mendengus geli. Setelah ketiganya selesai di make-up, mereka mendekat ke Mr. Dao. Gisela sedang mencoba mengingat-ingat dialognya dalam hati.

“Wah, kita dapat masalah. Setting-nya harusnya suasanya yang panas, jadi setidaknya ada cahaya matahari,” terang Mr. Dao, “tapi cuacanya malah mendung. Jangan-jangan kita bakal batal untuk hari ini.”
“Yah… jangan batal, dong,” protes Nathan.

Gisela melihat matahari yang ditutupi awan-awan. Yah… sayang kalau syutingnya batal, soalnya suasananya enak disini… aku mau lebih lama disini… Gisela berjalan keluar tenda yang menaungi mereka. Seketika matahari muncul dari balik awan dan bersinar terik.

“Wah, cerah!” seru Michael girang.
“Bagaimana bisa? Tadi begitu gelap!” seru Mr. Dao takjub.
“Sepertinya kita punya sunshine girl, deh,” ucap Nathan sambil memandang Gisela.

Akhirnya syuting berjalan lancar dan memang, matahari sepertinya bermain-main dengan Gisela. Setiap kali Gisela istirahat di tenda, dalam beberapa menit saja matahari langsung bersembunyi. Karena syuting membutuhkan cahaya matahari terik dan karena Mr. Dao dan para kru sudah terlanjur percaya Gisela sebagai ‘sunshine girl’, terpaksalah Gisela tidak beristirahat di bawah tenda. Untuk kebaikan semuanya, kata Gisela, menahan panas dan mengusap peluh di dahinya. Jam dua siang, syutingpun selesai.

“Hei, Mei-Mei, mau ikut ke studio? Kami mau rekaman lagu baru,” ajak Nathan.
“Wah, benar nih, aku boleh ikut?” tanya Gisela.
“Dan ran la (tentu saja),” jawab Michael.

Akhirnya aku bisa ketemu Xiang Chen ge lagi… udah kangen, nih…

*******

Albert dan Alex sudah menunggu di studio rekaman di lantai dua di gedung Famous Production.

“Mei-Mei! Ni hao? (apa kabar?)” sapa Alex ramah, namun ekspresinya sulit diprediksi.
“Hao (baik),” balas Gisela.

Alex terlihat segar, Albert ceria, tapi tampak lebih kurus lagi. Gisela sedih melihatnya kehilangan makin banyak daging.

“Xiang Chen, tau kan Mei-Mei baru dapat mobil dari Yan jie? Masalahnya dia nggak bisa bawa mobil,” kata Nathan, “kau mau kan ngajarin dia bawa mobil?”

Gisela terkejut Nathan langsung to the point. Alex tampak terkejut.

“Tapi…” gagap Alex.
“Kau mau, kan?”

Nathan meletakkan jaketnya, menekan setiap suku kata.

“Ma… mau. Jelas mau. Nah, Mei-Mei, kita akan saling contact kalau ada waktu luang, oke?”
“I… iya. Xie xie, Xiang Chen ge.”

Gisela melihat proses rekaman lagu baru LI LIANG. Kali ini tipe lagunya pop mendayu-dayu. Aku pasti suka lagu ini! Gisela juga memegang lirik lagunya. Albert mengambil kesempatan pertama menyanyikan bait pertama. Wah, suaranya keren sekali! Dan pada bridge, bagiannya Nathan. Mr. Kwok, music director album LI LIANG yang ketiga ini, orangnya ramah meski berewok yang menutupi wajahnya kadang disalahartikan oleh orang-orang, memperhatikan rekaman dari balik kaca, bersama Gisela dan beberapa kru lain.

“Bukan begitu, Ming Jun!” teriak Mr. Kwok.

LI LIANG terkejut, begitu pula Gisela. Mr. Kwok masuk ke ruangan dan mengajarkan Nathan bagian nyanyian yang menurutnya tidak pas. Tak lama kemudian, Nathan mengulang bagian yang sama. Syukurlah, kali ini tampaknya Nathan berhasil menyanyikannya dengan benar. Saat reffren, perpaduan suara keempatnya sangat sempurna. Suara Alex kedengaran paling menonjol, menurut Gisela, suaranyalah yang paling punya ciri khas. Masuk ke bait kedua, Alex mengambil vokal utama. Saat bridge, Michael berduet dengan Nathan. Tapi suaranya… kok? Sepertinya Ming Jun ge salah lagi, deh…

“Ming Jun!”

Kembali Mr. Kwok masuk untuk menceramahi Nathan. Nadanya turun setengah dari seharusnya, tuh. Nathan coba latihan sendiri dulu selama lima menit sebelum rekaman dimulai lagi. Alex terpaksa mengulang bait kedua, tapi dia mengulangnya sesempurna yang dilakukannya saat pertama kali. Giliran bridge. Walah, Ming Jun ge, ini sih tambah parah. Jangan-jangan… Mr. Kwok bisa marah besar. Dan Gisela benar. Mr. Kwok rupanya cepat naik pitam. Dia menasehati Nathan lagi dan dia mengistirahatkan rekaman selama 15 menit. LI LIANG duduk di dalam ruangan rekaman, Nathan masih latihan menyanyikan bagiannya dengan gusar. Albert mengajarinya, kedengaran mantap sekali nadanya.

“Jia you! (semangat!)” kata Gisela memberikan semangat untuk Nathan.
“Mei-Mei! Duduk sini,” ajak Albert, menepuk sofa di sampingnya.

Gisela merasa tidak canggung sama sekali terhadap Albert dan langsung duduk berdempetan dengannya.

“Sorry, Mei-Mei… mungkin nggak ada orang luar yang tau kalau sebenarnya aku parah sekali waktu rekaman,” jelas Nathan, “ini rahasia, oke? Jangan kasih tau orang lain, ya?”

Untuk pertama kalinya, Nathan tampak malu. Dia tidak berani menatap Gisela.

“Aku bisa jaga rahasia, kok. Lagian aku juga merasa nyanyi itu susah,” Gisela turut prihatin.
“Susah-susah gampang. Tergantung bagaimana kita mempelajari dan menyelami feel-nya,” tegas Alex, “ayo, Ming Jun, kita coba.”

Michael bernyanyi dengan Nathan. Akhirnya nada Nathan mantap dan mereka siap untuk melanjutkan rekaman. Rekaman selesai kurang lebih jam lima.

“Ehem… Mei-Mei, aku ada waktu luang, nih. Mau belajar chapter pertama hari ini?”

Asyik! Asyik!

“Ehm… boleh,” jawab Gisela, berusaha se-jaim mungkin.
“Tapi… aku Cuma bawa motor nih ke studio, tadi berboncengan sama Wen Chun. Nggak apa-apa kalau kita pulang ke rumah HUA XIANG dengan naik motor?”
“Oh, no problem. Dulu di Indonesia aku juga dibonceng naik motor kemana-mana.”
“Oke, deh.”

Setelah berpamitan dengan yang lain (entah kenapa, Nathan tersenyum terus), keduanya menuju parkiran motor. Alex membawa motor besar, dia menyerahkan helm kepada Gisela dan Gisela langsung duduk mantap di belakangnya. Gila, punggungnya Xiang Chen ge lebar sekali… dengan jarak sedekat ini, aku bisa mencium bau parfumnya… peluk nggak, ya? Peluk nggak, ya?

“Suka ngebut atau yang lambat?”
“Hah? Shen me? (Apa?)”
“Siap-siap dan jangan teriak, ya! Aku takut ada yang mengenali kita!”
“Huaaaaaa…”

Alex mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Timingnya memotong jalan sangat tepat, tapi ini membuat Gisela takut, karena kalau memotong-motong jalan seperti ini di Palembang, pasti nyawa mereka tamat. Masa bodoh, peluk! Dan perjalanan mengerikan itu berakhir dengan cepat, hanya sepuluh menit. Alex memarkir motornya di halaman depan rumah HUA XIANG dan segera mengeluarkan Peugeot imut Gisela warna hijau metalik dari garasi. Dia turun dan membukakan pintu depan sebelah pengemudi.

“Qing jin. (Ayo, masuk.)”

Duh, seperti putri aja…

“Xie xie.”

Alex memalingkan wajahnya. Lho? Lalu Alex segera menghidupkan mesin dan mengajarkan teori-teori dasar kepada Gisela, seraya menjalankan mobil keluar-masuk kompleks perumahan HUA XIANG. Gisela rupanya terlalu sibuk memperhatikan wajah Alex, bukan memperhatikan omongannya.

“Ming bai ma? (ngerti, nggak?)”

Gisela tidak menjawab.

“Mei-Mei?”

Alex menoleh kepada Gisela dan terkejut ternyata Gisela dalam posisi ‘dunia khayalan’ dan tersenyum sambil menatapnya. Zhe shi shi jie shang zui xing fu de yi jian shi (ini adalah hal yang paling membahagiakan di dunia ini)… Yao gan xie ni, Ming Jun ge (mau berterimakasih padamu, kak Ming Jun). Alex menghentikan mobilnya. Seketika Gisela tersadar.

“Mei-Mei, ni zhen me, la? Shi bu shi bu shu fu? (kau kenapa? Apa kau nggak sehat?)”
“Oh, wo… hai hao (aku masih baik-baik aja).”
“Hmm, hari ini cukup dulu, deh. Nanti, aku akan hubungi kamu lagi waktu aku punya waktu luang, oke? Aku liat kamu udah capek.”
“Tapi… wo hai mei you lei (aku belum capek.)”
“Zhen de ma? (Yakin?)”
“Iya.”
“Liat tuh, keringatmu aja bercucuran.”

Alex mengambil tissue di dasbor dan mengusap keringat di dahi Gisela. Selama sepersekian detik, Gisela makin terpana dan terlambat bagi Alex beberapa detik sebelum dia sadar Gisela benar-benar sedang terpana padanya. Alex berpandangan dengan Gisela selama beberapa detik. Wei shen me? (mengapa?) Wei shen me wo… wo… ying gai bu shi… (mengapa aku… aku… jangan-jangan…) Alex berkutat dengan suara hatinya. Tissue di tangan Alex terjatuh dan keduanya geragapan.

“Dui bu qi… sepertinya… aku yang capek.”
“Oh, dui bu qi, Xiang Chen ge… jin tian xie xie ni (untuk hari ini).”

Keduanya kembali ke rumah HUA XIANG dalam diam…

*******

2 comments:

  1. Melanjutkan komentar yg tertunda tadi, kekeke.
    Bagus eonn. alu ceritanya bagus. TOP deh

    tapii, aku agak bingung bacanya eonn. Soalnya banyak pake bahasa mandarin T^T

    saran eonn, ini saran loh ya. gimana kalo tetep pake bahasa indonesia tapi istilah-istilah tertentu (yg umum) pake bhs mandarin
    bair enak bacanya eonn *bilang aja ak males belajar bahasa baru. kekeke*

    Fighting eonn!^^

    ReplyDelete
  2. kata penerbit, alurnya sih bagus
    cuma eon gak kepegang kestabilannya gitu
    jadi itulah yg kata mereka gak bisa diterbitkan T.T
    terus kasih masukan Rin, nanti eon bisa edit kan ^^
    lanjut ya...

    ReplyDelete