Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 19 October 2011

The X Life Story chapter 9


The X Life Story
Chapter 9

RINI’S POV
Mendengar jawabannya, rasanya tenggorokanku tercekat. SMS itu tiba di ponselku jam 11 siang tadi, dan jika Ryeowook memang menungguku dari tadi siang… maka hingga sekarang… setidaknya sepuluh jam dia sudah menunggu.

“Kenapa?” hanya itu pertanyaan yang keluar dari mulutku.
“Karena aku ingin membicarakan banyak hal denganmu, tapi aku hanya punya sedikit kesempatan. Lagipula kau tampaknya tidak berminat berbicara denganku,” jawab Ryeowook, suaranya terdengar sedih.
“Mianhae, Ryeowook oppa, aku bukannya bermaksud begitu…”
“Tapi aku tau kau menghindariku.”

Jantungku tersentak. Dia benar. Aku memang menghindarinya.

“Boleh kutau kenapa, Rin?”

Aku ingin saja mengatakannya, tapi aku tidak tau harus mulai dari mana.

“Ah, aku tau sebenarnya. Makanya aku ingin mengajakmu bicara. Rin, maafkan aku yang selama ini selalu tidak jujur di hadapanmu, selalu bersikap pengecut. Saranghaeyo.”

Perlu beberapa detik bagiku untuk mencerna ucapannya. Tidak salahkah yang kudengar? Ryeowook baru saja mengucapkan kata sacral itu? dia mencintaiku? Tidak… telingaku pasti sudah salah… ada yang tidak beres sekarang.

“Rin, tolong… katakan sesuatu,” pinta Ryeowook, “katakan kau membenciku atau memaafkanku, atau marahi aku, atau apalah… jangan bersikap seperti ini.”
“Jangan permainkan aku, Kim Ryeowook. Kau sedang bercanda denganku kan?”
“Aku tidak bercanda…”
“Kau mencintai May, kan?”

Setetes air mata sudah lolos dari mataku. Sial, tak seharusnya aku menangis di hadapan seorang namja. Aku harusnya tidak begini lemah.

“Rin, kau salah paham…”
“Tapi kau begitu perhatian padanya! Dialah yang ingin kau ajak menonton, bukan aku! Kau hanya menemukan aku di dorm kami jadi kau ajak aku pergi, kan?”

Dia diam saja dan membuat amarahku semakin memuncak.

“Kau begitu melindunginya dari sejak kau melihatnya di malam dia nyaris mendapat musibah itu. itu juga pertanda perasaan cintamu, kan?” pertanyaanku lebih mirip jeritan.

Aku terengah, merasa sakit hati melihatnya yang hanya menatapku sedih.

“Dan beberapa hari yang lalu kau ingin membelikan hadiah perpisahan untuknya… tidakkah semua itu menjadi bukti yang cukup bagiku kalau itulah perasaanmu untuk May?”

Aku berusaha keras menahan air mataku. Aku hanya memandangi wajahnya tajam. Aku ingin membencinya, tapi aku tidak bisa. Masalahnya adalah aku terlalu mencintainya. Sekalipun dia mencintai sahabatku. Aku tetap mencintainya.

“Rin… itukah yang kau tau? Mianhae Rin… aku memang pengecut. Tapi itulah segalanya yang ingin kujelaskan padamu. Maukah kau memberiku waktu untuk menjelaskannya?”
“Hanya sebentar saja. Kepalaku pusing dan aku butuh istirahat panjang.”

Dia masih memandangku dengan sedih. Apa yang akan diucapkannya?

“Rin, masalah menonton itu… benar adanya jika aku memang ingin mengajak May tadinya, tapi taukah kau untuk apa? Sebenarnya aku ingin menanyai May tentang dirimu. Aku terlalu pengecut untuk dekat padamu, makanya aku ingin menanyai May,” jelas Ryeowook.

Terjadi jeda yang panjang setelah ucapannya itu. apakah…

“Dan bentuk perhatianku untuk May selama ini sungguh tidak lebih dari sahabat. Kau tau sendiri sedalam apa persahabatanku dengan Yesung hyung, aku tidak akan mengkhianatinya dan lagipula aku menganggap diriku sebagai perpanjangan tangan hyung ketika dia tidak ada untuk May. Aku sudah berjanji pada hyung akan menjaga semua orang yang disayanginya ketika dia tidak ada untuk mereka, dan itulah yang kulakukan untuk May.”

Aku merasakan tubuhku bergetar menahan segala emosi yang bergejolak dalam tubuhku. Apakah…

“Rin, dan yang terakhir itu… sebenarnya aku ingin membelikan hadiah untukmu, sebagai dalih aku membelikan hadiah untuk May. Kau tau, dari benda-benda yang mungkin kau pilih kalau kau tadinya menemaniku, aku bisa membelikannya untukmu, bukan untuk May. Aku hanya… tidak pernah jujur padamu. Aniyo. Aku tidak pernah jujur pada diriku sendiri. Aku menyesalinya, Rini.”

Kalau benar semua yang dikatakannya… berarti yang selama ini salah paham adalah aku? Tapi darimana aku tau dia jujur padaku? Jangan-jangan aku memang bodoh…

“Rin, percayakah kau? Aku sudah merasakan ada sesuatu yang bergejolak di hatiku saat pertama kali berkenalan dengamu. Perasaan itu seperti mengatakan… ah, aku ingin mengenalmu, aku ingin mengerti lebih jauh tentangmu,” jelas Ryeowook lagi, “tapi aku selalu merasa gugup berdekatan denganmu, makanya aku melakukan tindakan pengecut seperti itu selama ini… Rin, maukah kau memaafkanku?”

Ryeowook, mana mungkin aku sanggup membencimu? Ketika kau sudah ingin aku memaafkanmu seperti ini… aku menangis lagi. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku.

“Rin… gomawo… dan… maukah kau… menerimaku di sisimu? Sebagai namja chingu-mu?”

Air mataku hanya mengalir semakin deras. Aku pasti masih bermimpi. Bagaimana mungkin Ryeowook mengatakan semua ini padaku?

“Rin… maukah kau menungguku kembali dari wamil? Aku berharap kau bisa jadi penyemangatku, menungguku di luar sini, supaya aku lebih tidak sabar untuk keluar lagi dan menemuimu… bersediakah?”

Aku menghapus air mataku dengan punggung tanganku, dan dengan bodohnya aku malah semakin terisak. Ryeowook tiba-tiba saja sudah duduk di sampingku, meraih wajahku dan menghapus air mataku dengan punggung tangannya.

“Uljima, Rin… aku tidak ingin membuatmu menangis. Jika segala yang kukatakan malah menyakitimu, aku…” sesal Ryeowook.

Tapi aku tidak membiarkan dia menyelesaikan ucapannya. Aku memeluknya, mengucapkan semua persetujuanku tanpa pesan verbal.

“Rin…”
“Wookie oppa, gomawo… jeongmal mianhae… aku sudah salah paham padamu… aku…”
“Rin, tapi kau bersedia menerimaku, kan? Aku bisa berada di sisimu, kan?”

Aku membenamkan wajahku ke dadanya dan menganggukkan kepalaku. Ryeowook menarikku lepas dari pelukannya dan ketika memandang wajahku lagi, senyum merekah di wajahnya. Senyum terbaik yang pernah aku lihat dari wajah seorang Kim Ryeowook. Senyum yang hanya untukku. Perlahan, akupun menarik sudut bibirku untuk membentuk senyum. Ah, aku memang bodoh. Apa sih yang kupikirkan selama ini tentang dia? Dia begitu polos, dia begitu sempurna. Dia, Kim Ryeowook-ku. Dan aku sekarang adalah yeoja chingu-nya. Ini cukup untukku.

“Rin… gomawo… neomu saranghaeyo…” bisik Wookie di hadapanku.

Aku hanya bisa mengerjapkan mataku ketika wajah Wookie makin mendekat dan mencium bibirku lembut. Hanya berupa kecupan awalnya, dan itu sudah cukup membuatku kaget dan berdebar-debar. Aku hanya memandang lurus ke mata tajamnya tanpa bisa melakukan apapun, tapi rupanya aku melakukan kesalahan fatal. Matanya itu memandangku tajam dan membiusku, aku tak berani bergerak ataupun bernafas. Pandangan itu seolah mengatakan hanya ada akulah yang di matanya sekarang, dan dia menyampaikan perasaan cinta itu lewat matanya. Aku mengedipkan mataku, berusaha menghilangkan kontak mataku dengannya sebelum kegilaan menguasai diriku, tapi yang kulakukan ternyata sia-sia saja. Yang terjadi berikutnya malah di luar akal sehatku. Dia kembali mendekati wajahku dan mencium bibirku perlahan. Aku terlalu bahagia. Aku sama sekali tidak berkeinginan menolak ciumannya yang begitu lembut. Kurasakan bibirnya melumat bibirku… tangannya yang di punggung dan pinggangku… perasaan bahagia yang tidak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Tapi akupun tidak tau sejak kapan ciuman kami berubah menjadi ada gairah di dalamnya. Aku tidak tau siapa yang memulai ini, salahkan kami berdua saja. Perang lidah menyelingi ciuman kami, selain itu kami juga bertukar saliva. Ada rasa kopi yang manis dari saliva Ryeowook. Ketika Ryeowook oppa-ku menundukkan kepalanya menuju leherku, aku hanya bisa bernafas terengah-engah seolah baru selesai marathon. Aku tidak menyangka dia akan melakukan ini denganku… tapi aku tidak akan mencegahnya. Tidak mungkin aku melepaskan kesempatan ini. Kurasakan hembusan nafasnya di leherku… dia mencium batang leherku, lalu menggigitnya lembut… kurasakan seperti cubitan… lalu dia menjilatinya. Aku menggigit bibir bawahku, tidak berani mendesah sekalipun aku sudah sangat ingin. Salah satu tangannya sudah membuka kancing kemeja kuning berlengan pendekku. Kuperhatikan wajahnya yang turun dari leherku menuju tubuhku…

***

MAY’S POV
“Mwoya?” tanyaku, nyaris saja menjerit.

Aku lega Yesung oppa menahan jeritanku dengan membungkam mulutku. Aku menoleh padanya dengan tampang kaget, tapi Yesung oppa hanya menggelengkan kepalanya menyuruhku tetap tenang. Yang membuatku kaget adalah Wookie baru saja mengungkapkan perasaannya pada Rini. Hei, dengar!!! Impian Rini baru saja jadi kenyataan!!! Jadi apa salahnya kalau aku menjerit ikut senang merasakan kebahagiaan sahabatku? Apalagi kalau akhirnya Wookie juga punya pasangan.

“Chagya… kau tidak sedang cemburu kan?” Tanya Yesung oppa membuatku terkesiap.
“Apa maksud oppa?”
“Bukannya kau itu Cloudsomnia?”
“Itu sudah lama berlalu. Mungkin aku memang perlu mengganti bio-ku menjadi Cloud E.L.F.”
“Bukan. Kau harus mengganti bio-mu dengan: I’m @shfly3424 ‘s girlfriend.”
“Percaya diri sekali aku kalau aku berani menggantinya begitu. Ani, oppa, aku belum merasa aman sekarang.”
“Tapi kau tidak cemburu kan melihat itu?”
“Apa sih?”
“Yang itu.”

Aku menoleh untuk melihat apa yang dimaksud Yesungie oppa. mataku terbelalak, kalau bisa mataku keluar dari rongganya saking kagetnya ketika aku melihat Wookie dan Rini berciuman. Tidak hanya itu. aku menelan ludah dengan susah payah saat Wookie menyerang leher Rini.

“Oppa… kupikir… kita… tidak seharusnya ada disini,” usulku gugup.
“Salah. Handel & Gretel punyaku. Harusnya mereka yang tidak melakukan itu disini.”
“Tapi masakan kita mengusir mereka sih? Mereka sedang romantisnya begitu…”
“Bukan itu maksudku. Maksudku adalah… kita tidak boleh melihat mereka.”
“Hah? Jadi kita sembunyi atau bagaima…”

Tapi kata-kataku terputus ketika Yesungie oppa mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mengunci bibirku. Aku tidak mengerti, aku berusaha mendorongnya tapi aku selalu tidak berdaya jika sudah diperlakukan begini olehnya. Malah yang kutau, aku membalas ciumannya, merasakan tubuhku lemas seketika karena perang lidah dengannya. Kurasakan tangannya sudah menyerang payudaraku, meremas-remasnya dengan kecepatan yang berubah-ubah. Aku mendesah tertahan, aku masih berciuman dengannya. Yesungie oppa mendorongku ke arah counter, semakin ke kegelapan dapur. Kurasakan pantatku bersandaran dengan counter, punggungku miring ke belakang. Yesungie oppa melepaskan ciumannya dan memandangku tajam sambil tersenyum. Aku mendorongnya dan memberinya pandangan was-was, kutau senyum itu berbahaya. Tapi dia tidak mengindahkanku. Dia malahan menyisipkan jari imutnya ke blouse terusan yang kupakai, langsung meremas payudaraku yang masih terbungkus bra. Merasa tidak nyaman tak dapat bersandar, aku mundur naik menuju counter, menyandarkan punggungku yang sudah lelah karena sedari tadi tidak bersandar. Akhirnya aku merasa nyaman ketika punggungku sudah bisa beristirahat, tapi hembusan nafasku tidak terdengar nyaman. Yesungie oppa malah semakin maju, menaikkan blouse-ku sampai sebatas leher, begitu juga bra-ku, mengekspose payudara besarku ke depan wajahnya. Tanpa menunggu, dia langsung saja menyerang payudaraku dengan ciuman dan jilatannya.

“Oppa…” desahku tertahan.

Tapi dia semakin keranjingan membuatku merasa geli, lidahnya semakin mahir saja mempermainkan payudaraku dan terkadang digigitnya juga. Tanganku mencari pelampiasan, aku meraba ke sampingku dan akhirnya menyentuh sebuah teko di samping wastafel. Yang membuatku kaget, teko itu jatuh ke dalam wastafel dengan bunyi yang lumayan kerasnya.

***

RYEOWOOK’S POV
Aku kaget mendengar bunyi kelontangan itu dan menghentikan aktivitasku. Aku menjauhi Rini yang wajah manisnya kini terlihat pucat, lalu kupandangi sekitarku. Omona, aku di Handel & Gretel! Dan apa yang kulakukan sekarang? Seingatku… Yesungie hyung dan May ada di sini juga…

“Oppa… bunyi apa itu?” Tanya Rini, suaranya bergetar hebat.
“Mian, Rin. Ayo kita keluar saja,” ajakku sambil menarik tangannya.

Aku setengah menyeret Rini yang bertampang kebingungan keluar café, kulihat dia menggunakan salah satu tangannya untuk menutup bagian kemejanya yang terbuka. Kubanting pintu café begitu saja, lalu kubuka pintu mobilku yang terparkir di depan café.

“Masuk, Rin.”

Rini masih kelihatan bingung ketika masuk ke jok belakang mobilku, dan aku menyusulnya. Setelah duduk, kami sama-sama terengah-engah.

“Oppa, apakah tadi…”
“Mian, Rin. Aku lupa kita masih di café.”
“Oh… gwaenchana…”

Aku memandangi wajah Rini yang langsung saja memerah. Dia lalu berpaling dan menundukkan wajahnya. Aku melirik kemejanya yang setengah terbuka dan aku juga merasa sekujur tubuhku panas. Aku berdeham sekali untuk mencairkan suasana, tidak tau apa yang sebaiknya kulakukan.

“Err… oppa… apa yang akan kita lakukan?” Tanya Rini.

Kulihat sekarang dia sibuk merapikan kemejanya, lalu secara spontan aku menggenggam kedua tangannya erat. Dia memandangku dengan ketakutan, aku jadi bingung sendiri dibuatnya.

“Rin… Rini… apakah… err… kau… ingin mencoba… melakukannya… denganku?”
“Mwo… mwoya?”
“Ka… kalau tidak mau juga tidak apa-apa. Aku Cuma… ingin… mencoba…”
“Mencoba? Oppa pikir yang kita lakukan ini hanya untuk main-main?”

Aku berdeham gugup, aku tau aku salah bicara.

“Sebenarnya bukan itu maksudku, Rin… aku… kau tau… bulan depan aku sudah akan pergi wamil dan aku pasti akan merindukanmu… bisakah… kau memberiku suatu kesan sebelum aku harus merindukanmu tapi aku tak bisa menemuimu?”

Rini memandangiku dengan pandangan menyelidiki.

“Rin… itu semua bukan karena nafsu… tapi itu karena aku mencintaimu,” tegasku, “aku serius, Rin…”

Wajah Rini kembali memerah. Mungkinkah kali ini aku berhasil meyakinkannya?

“Ta… tapi oppa… aku… tidak berpengalaman…”
“Sebenarnya aku juga, Rin…”
“Ka… kalau begitu, bagaimana…”

Aku tidak tau bagaimana menjawabnya. Aku memang tidak pernah punya pengalaman soal ini, tidak seperti Eunhyuk hyung yang punya koleksi barang-barang yadong yang banyak dan tidak pernah ia bagikan padaku, karena menurutnya aku masih terlalu muda untuk hal-hal begitu, padahal dia membaginya pada Kyu. Aku menarik nafas panjang lalu mulai mencium bibirnya. Akan kubiarkan naluriku yang bergerak, bukan akal sehatku. Seketika kurasakan tubuh Rini yang rileks, dia membalas ciumanku dengan baik. Kumulai lagi segalanya dari awal, kumulai lagi serangan lidahku di dalam rongga mulutnya. Aku merasakan sengatan listrik saat lidah kami bersentuhan, bibirnya juga terasa begitu lembut. Kubuka lagi kancing kemejanya dan kurasakan tangan Rini memelukku erat sekali. Sepertinya Rini mulai kehabisan nafas, jadi aku menghentikan ciuman kami. Wajahnya memerah dan nafasnya terengah, akupun yakin wajahku sama merahnya dengannya. Kutarik lepas kemejanya dan kulihat bra pink yang membungkus payudaranya. Pikiran-pikiran liar seketika muncul di dalam otakku, aku menelan ludah untuk menahan gejolak itu. rini perlahan menarik lepas kaosku, dan kini bagian atas tubuhku sudah telanjang di hadapannya. Setelah itu kami berpelukan erat, aku merasakan kehangatan tubuhnya di tubuhku… lalu kulepaskan pengait branya… dan sengatan listrik berikutnya datang dari payudaranya yang menempel di dadaku. Kulepaskan pelukan kami, aku mengelus pelan payudaranya.

“O… oppa… itu geli…” keluh Rini.

Ini bisa jadi adalah titik rangsang yeoja. Aku masih mengelus payudaranya perlahan, lalu kucium payudara sebelahnya. Desahan Rini makin jelas saja ketika kuserang kedua payudaranya, dan kini aku sudah menjilati nipple-nya yang mencuat seksi. Sentuhan tangan Rini di punggungku makin membuatku bersemangat membuatnya bergairah. Kurasakan juniorku yang bangkit dan membuat celana jeans-ku sesak, jadi aku memutuskan untuk membuka sajalah celana dan underwear-ku. Aku agak kesulitan melakukannya di mobilku yang sempit ini, tapi sedikit kesulitan tidak masalah jika nanti aku bisa merasa puas. Rini tampak kaget memandangi aku yang sudah telanjang sepenuhnya.

“Rin… kau tidak keberatan kan kalau aku juga… membuka pakaianmu… semuanya?”

Rini mengangguk malu-malu. Tanpa tunggu lama lagi aku membuka celana jeans-nya dan menarik underwear-nya yang rupanya sudah basah oleh rangasanganku. Tubuh telanjang Rini… dia terlihat seksi dan manis di mataku. Aku kembali duduk di sampingnya.

“Rin… kurasa akan lebih mudah kalau kau duduk di pangkuanku… apakah kau mau?”

Rini berpindah duduk ke pangkuanku setelahnya, dan ternyata tubuhnya cukup ringan juga. Kuserang lagi payudaranya dengan bibirku, sedangkan tanganku otomatis mengelus pahanya yang mulus. Awalnya tangan Rini hanya mengelus lenganku, tapi tiba-tiba saja berpindah menuju juniorku yang mengacung tegang.

“Eng… Rini…” desahku.
“Apa… oppa… menyukainya?”
“Ku… kurasa begitu, Rin…”

Memang rasanya nikmat sekali merasakan sentuhan kedua tangan Rini yang menggelitik batang juniorku. Kugerakkan tanganku menuju selangakangannya yang terbuka di pangkuanku, mengelus vaginanya dengan jariku. Rini tiba-tiba meremas juniorku dan membuatku kaget. Tapi ketika dia mendesah, rupanya kutau dia hanya merasa semakin terangsang jadi dia melampiaskannya pada juniorku. Kami masih saling mengelus, kurasakan jariku basah di dalam lubang vaginanya… juniorku tegang dalam genggaman tangan Rini… Rini mendesah hebat sekali ketika kutekan-tekan jariku di dalam klitorisnya… aku juga mendesah ketika dia mengocok juniorku dengan semakin cepat… jariku semakin basah oleh banyaknya cairan yang dikeluarkan Rini… sesuatu di otakku yang merasakan kenikmatan dari juniorku rasanya memerintahkan juniorku itu untuk menyemprotkan cairan spermaku.

“Aaaaah… Rini…”
“Oppa…” Rini juga ikut mendesah.

Aku merasa puas, tapi naluriku mengatakan aku bisa mendapat kepuasan yang lebih daripada ini.

“Rini… aku menginginkanmu, chagya… kita… mulai saja…”

Rini tidak menolak ketika kudorong tubuhnya maju di atas tubuhku. Ketika juniorku bergesekan dengan vaginanya, gesekan itu terasa panas. Kupegang juniorku yang mulai menegang lagi, kuarahkan dan kudorong menuju vagina Rini. Tapi ternyata juniorku tidak bisa masuk ke vaginanya. ketika aku kebingungan, Rini tiba-tiba mendudukkan tubuhnya dan juniorku melesak masuk ke vaginanya. aku tidak tau perasaan mana yang lebih kuat kurasakan ketika juniorku sudah masuk: sakit karena terjepit, atau nikmat justru karena jepitan itu pula. Sesuatu yang hangat terasa mengalir di batang juniorku.

“Oppa… sakit…”
“Rini… mianhae… aku lupa memberitaunya kalau itu pasti sakit… karena ini yang pertama untukmu… keperawananmu… mianhae, Rin…”
“Oppa tidak perlu minta maaf… aku melakukannya karena aku mencintai oppa…” ujar Rini.

Wajah Rini… tersirat perasaan sayang untukku tergambar jelas di wajahnya… padahal kutau itu pasti sakit sekali untuknya …

“Rini… saranghaeyo, Rini chagya…”

Kuletakkan kedua tanganku di bawah pantatnya untuk mendorong tubuhnya naik-turun di atas pangkuanku, dan Rini juga bergerak menuruti gerakan tanganku. Juniorku tergesek nikmat di dalam vaginanya, rasanya panas dan menggairahkan… kami melakukan itu semakin cepat… cairan yang keluar dari vagina Rini masih belum berhenti dan memudahkan juniorku untuk bergerak keluar-masuk di dalam vaginanya… lalu perlahan kecepatan Rini berkurang… kulihat wajahnya berkeringat dan dia menjatuhkan tubuhnya di pelukanku… jeritannya semakin melemah…

“Rini… gwaenchana?”
“Gwaenchana… oppa… aku… Cuma merasa… terlalu nikmat… kurasa aku sudah terlalu sering orgasme…”
“Bisakah kau bertahan, chagya? Aku… masih belum…”
“Ng… oppa…” jawab Rini.

Aku perlu bersusah payah sekarang untuk mengangkat tubuh Rini karena Rini benar-benar sudah lemas. Lalu kurasakan kembali hentakan dari otakku yang menyatakan kenikmatan puncakku datang…

“Ri… Rini… aku takut mengeluarkannya di dalammu…”
“Wookie oppa, aku milikmu sepenuhnya… jika harus mengandung anakmu, itu kebahagiaan untukku, oppa…”

Aku sudah tidak sempat membalas ucapannya lagi ketika spermaku menyemprot memasuki rahimnya. Aku mendesahkan nafas panjang, lega sekali. Vagina Rini masih berkedut dan menyedot juniorku, menyedot semua spermaku yang tumpah ruah. Kurasakan tubuh Rini penuh keringat dalam pelukanku. Kutarik tubuhnya dan kupandangi wajahnya yang memerah.

“Chagya… apakah kau bahagia?”
“Ne, oppa…”
“Terima kasih untuk segalanya, Rin… kumohon… tunggulah aku keluar dari wamil…” pintaku.
“Pasti, oppa… aku akan menantikan oppa…”

***

YESUNG’S POV
Aku dan May sama-sama menoleh untuk melihat bahwa di daerah tempat duduk café sana, sosok Rini dan Wookie baru saja berlari keluar. May memandangku sengit.

“Tuh kan… salah oppa aku jadi menyenggol teko dan mengganggu mereka,” protes May.
“Gwaenchana, May… itu Cuma break untuk mereka,” kataku sambil tersenyum.
“Apa maksud oppa? jelas-jelas keasyikan mereka jadi terhenti tuh.”
“Kau tidak mengerti, chagya… kalau seorang namja sudah ingin melakukan itu, dia tidak akan begitu mudahnya berhenti.”
“Jadi…”
“Mereka pasti akan melanjutkannya di tempat lain. Aku malah menyarankan kita jangan keluar dulu dari café untuk sejam dua jam setelah ini.”
“Oppa, aku tidak mengerti…”
“Sudahlah, kau tak perlu mengerti.”

Kutarik May turun dari counter dengan tidak sabar. Dia tampaknya ingin sekali banyak bicara hari ini. Kutarik dia untuk duduk di tempat yang tadinya ditempati Rini dan Wookie, lalu aku berjalan menuju pintu depan café untuk menguncinya dan mematikan lampu-lampu yang terang benderang di dalam café.

“Ya! Oppa! apa yang oppa lakukan?” jerit May, aku tau dia tidak suka gelap.

Aku segera berjalan menuju tempatnya menungguku, merayapi sofa dan menempatkan wajahku hanya beberapa senti dari depan wajahnya.

“Tentu saja… melanjutkan yang tadi.”
“Ap… apa, oppa? disini…”

Aku menarik lepas blouse May dan menciuminya ketika tanganku melepaskan branya yang mengganggu itu. may mundur dan kali ini tubuhnya terdesak oleh tembok. Aku melebarkan kakiku untuk berlutut di depannya yang tengah duduk terentang (dia menaikkan kakinya di atas sofa, duduk dengan posisi selonjor) dan melanjutkan aksiku membuatnya bergairah dan menelanjanginya. Kulempar underwear-nya begitu saja dan dia sudah telanjang sebelum aku sendiri telanjang.

“Ah… oppa… oppa curang!”

Aku tersenyum mendengar protesnya, tapi rupanya tangannya juga sudah bergerak untuk mulai menelanjangiku juga. Kuhentikan segala gerakanku untuk memandangi wajahnya dan tersenyum menggodanya. Kubiarkan saja dia melucuti pakaianku satu persatu hingga kami sama-sama telanjang. Kuperhatikan juniorku yang sudah dari tadi berdiri tegang, sudah berharap menemukan kenikmatan bersama vagina May. Kuelus jariku di vagina May (May merintih karena itu), dan aku sedikit tidak sabar karena rupanya vagina May masih kurang basah. Aku menundukkan kepalaku dan langsung saja menjilati vaginanya. may menarik kakinya dan makin membuka selangkangannya di hadapanku. Aku menjilatinya dengan cepat saja, aku sudah tidak sabar ingin vaginanya cepat basah.

“Hhh… oppa…” desah May, diikuti banjir cairan yang keluar dari vaginanya.

Aku berhenti menjilati vaginanya. aku tau aku akan berhasil dengan cara ini, May paling sensitive dengan oral seks. Dan tiba-tiba May memegangi juniorku dan menunduk untuk menjilatinya. Kaget dengan sikap agresifnya, nyaris saja aku jatuh dari posisi berlututku. Aku mengakui aku menyukai kemahirannya memanjakan juniorku, juniorku sudah sangat tegang dan basah oleh air liurnya, aku tau tidak lama lagi aku pasti akan keluar… dan kutarik juniorku begitu saja, aku sedikit meringis saat juniorku bergesekan dengan gigi May.

“Eh, oppa? waeyo? Kan belum keluar?”
“Aku sudah tidak sabar lagi. Lupakan saja itu.”

Tidak menunggu May membalas ucapanku, aku langsung menusukkan juniorku ke dalam vaginanya. karena posisinya yang membuka selangkangannya, aku jadi gampang sekali menggerakkan juniorku keluar-masuk vaginanya yang sempit itu. kami mulai sama-sama berteriak… kutahan kaki May agar dia tidak menutup selangkangannya… kubuat tempo yang bervariasi antara cepat dan lambat dalam menggerakkan pinggulku… dengan satu tangan May mencakar dadaku dan tangan lainnya menekan pantatku… cairan vagina May yang banyak membasahi juniorku dan sofa yang kami duduki… dan akhirnya aku orgasme juga. Spermaku ada yang masuk ke dalam vaginanya, ada juga yang tumpah keluar.

“Oppa… aku lelah sekali…” keluh May.
“Tapi nikmat kan?”
“Kakiku akan pegal-pegal gara-gara posisi ini…”
“Jangan lepaskan aku dulu, chagya…”
“Aish, oppa… kurasa kita perlu bersih-bersih… sofanya kotor sekarang…”
“Sudahlah, itu nanti saja. Aku ingin bersamamu lebih lama…”
“Oppa, ini bukan tempat yang wajar…”
“Sttt… jangan banyak bicara, ah…”

***

8 comments:

  1. kkkkkkkkkkk~

    chappie ini full balas dendam dari author kayaknya yah? U,u

    yes!!! masalah rini terselesaikan dengan sangat baik! malah amat sangat baik! XD

    hahahaha...

    aduh, wookie, kau begitu manis dalam berkata-kata ;w;
    itu, dalem euy >//////////<

    dia ngedeketin may ternyata ada maksud terselubung(?) .________________.
    dia mau deketin rini! orz

    kkkkkkk~
    alasan yang klise, wookie~ u,u
    *disepak*

    NAH!! ITU NGAPAIN?!!! XDDDDDD
    Ah, gak ngeliat tempat nih >/////////<


    “Oppa… kupikir… kita… tidak seharusnya ada disini,” usulku gugup.
    “Salah. Handel & Gretel punyaku. Harusnya mereka yang tidak melakukan itu disini.”

    ^
    ^
    BUAKAKAKKAKAKAKAKAKAKKAKA.
    *NGAKAK!!!!* XDDDDDD
    YEPPAAAAAA :* :* *disepakauthor*

    hahaha.
    aduh >////////<
    mereka jadi pindah tempat deh! XD
    gara2 may sih u,u

    aduh!!! kkkkkkkkkkkkk
    aku no comment utk ending chappie ini.
    terlalu ambigu! XD
    itu yeppa antara lanjut dan enggak.
    kkkkkkkkkkkkk

    mimisan!!!!!!
    banjiirrrrrrrr!!! XDDDDDDD
    tolongggggg!!!(??????)

    nah, tinggal nunggu jule :D
    kisah rini sama wookie berakhir dengan manis(?) XD
    yeppa sama may juga berujung sangat manis(?) XD
    amelz sama mbum sangat amat manis(?) XDDDDD
    *dilempar kejurang, terlalu sotoy dan berisik*

    lanjut! XDDDDD

    ReplyDelete
  2. MAY EONNI!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
    *tewas di tubuh Ryeowook oppa*
    #plak

    aku tidak bisa berkata apa2 lagi
    saranghae eonni
    kissu kissu

    ReplyDelete
  3. Amelz and Rini
    LoL... iya, ini uda mau ending chapter jadi full balas dendam nih...
    yeiy, bukan salahku si RinWook jadi pindah tempat, orang yg godain aku si Yeppa koq...
    ini nih yg kataku sisi gilanya, dua pasangan langsung melakukan di satu tempat - meskipun akhirnya RinWook pindah XD
    Rin, syukur deh kamu suka, lega... ^^
    tinggal JulHae ya? oke deh... ending chapter ^^

    ReplyDelete
  4. Omona omona wookie!! xDDd
    eh, eh, jangan dolo jangannn ada May & Yesung ngintipinn LOL
    Untung bunyi teko jatoh (?) xDDD

    Wookie & rini...malu2 tapi mauu xDDDD
    *digampar*
    jieeeee...akhirnyaaaaa rini ama wookiee...uhuy! xDDDDDD

    whoaaa....yesung & may...
    babak 2! xDDD
    ato babak 3? LMAO

    ReplyDelete
  5. hahahaha...
    bener2 beruntung tekonya jatoh ya XD
    gak jelas itu babak berapa...
    kan si Yesung nafsu, LoL

    ReplyDelete
  6. haduh haduh haduhh itu pasti sii wookie manis banget.. ahh ngebayangin mukanya jadi mau cium lagi deh *plakk* ahh gaswat dh wookie udah mulai kissu kissu jangan jangan ujungnya yadongan ini =='
    wahh eonni sama yeye nakal yah ngintipin orang lagi berduaan..kkk~
    ya ampun tuh kan, wookie sih bikin yeye jadi napsuan aja sama si eonni kan .. ahh aku kan jadi cemburu lagi dah ini *plakk
    aigoo aku udah no comment dh baca NCnya eonni mah HOT banget lah.. wookie yang polos kyak gtu.. haduhh ga nyangka.. yadongan pertamanya di mobill.. cihuyy kan susah itu ..
    wahh tuh kan yah.. yeye sama eonni jadi ikutan yadongan kan?? haduhh itu nanti klo hamil gmana eon .. eh lupa udah 2 bulan yah..kkk~
    ahh part ini paling hot dh kyaknya..
    kabuuuur *melambai :p

    ReplyDelete
  7. keren ya, yadongan pertama di mobil, lol~
    btw kami bukan mengintip tapi siapa suruh melakukannya di depan kami
    *may dan yeppa sok innocent*
    hamil juga gapapa, malah mantaps XD

    ReplyDelete
  8. iya ih ga nyangka wookie jago bener, di mobil kan sempit gtu yah tapi ko bisa aja anehnya =='
    aihh bukan pengintip tapi cuma tukang liat *plakk* innocent?? aigooo =='
    ahh emank maunya mah itu klo hamil.. yeayy aku punya ponakan dong..kkk~

    ReplyDelete