Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 5 October 2011

The X Life Story chapter 5


The X Life Story
Chapter 5

AMELZ’S POV
Aku mengerjapkan mataku. Bulan Maret ini, anggota apartemen kami bertambah satu lagi. Nama yeoja sahabat May ini adalah Rini, dan dia akan tidur bersama Julie. Pertamanya aku tidak tau seperti apa sifat Rini, namun, ternyata dia sama ramainya dengan kami. Bayangkan, enam yeoja berkumpul dalam satu dorm, bisa jadi apa dorm kami ini? Dan aku baru tau kalau Rini biasednya adalah Ryeowook. Hmm… tujuan kami sebenarnya memang memburu Suju ya???

“Amelz… hei…”

Rini mengguncang tubuhku. Aku rupanya tertidur begitu saja di sofa sambil membaca buku. Aigo, parah sekali aku.

“Rini? Waeyo?” tanyaku, merentangkan tanganku lebar-lebar.
“Mian lho membangunkanmu. Itu, ponselmu bordering,” jawab Rini ramah.
“Ah, iya… gomawo, Rini.”

Aku segera meraih ponsel yang kuletakkan di meja ruang tamu dan mataku terbelalak kaget saat melihat nama Kibum di layar ponsel itu.

“Ki… Ki… Kibum-sshi?”
“Yoboseyo, Amelz. Sedang ngapain?” Tanya Kibum di seberang sana.

Dia benar-benar Kibum yang asli! Aku berani bertaruh 100% kalau itu memang suara Kibum.

“Aku… sedang baca buku. Kibum sendiri?”
“Aku baru mau pulang dari lokasi syuting. Ah, Amelz, mau tidak aku jemput sekalian kau meminjam buku dari rumahku?”
“Tapi… ini sudah malam. Lagipula Kibum-sshi pasti capek.”
“Ani… aku tidak begitu capek hari ini. Lagipula tidak lama koq. Mau?”

Babo sekali aku kalau menolak kesempatan langka ini. Aku mengangguk cepat, padahal sudah jelas Kibum tidak bisa melihat anggukanku ini.

“Ba… baik, aku mau.”
“Baiklah, aku kesana dalam beberapa menit ya,” putus Kibum.

Aku masih memandangi ponselku ketika titik-titik kebahagiaan menetes di dalam tubuhku. Aish, bahasa apa itu. aku tidak peduli. Pokoknya, intinya, aku bahagia. Aku tidak sadar Rini sedaritadi duduk bersamaku di sofa sebelum dia bersuara lagi.

“Amelz, itu Kibum?”
“Iyaaaa, Rini…”
“Wow, hubungan kalian sudah berkembang secepat itu? sampai tahap teleponan?”
“Eng… sebenarnya tidak begitu sih, Rin. Kami sempat bertukar nomor ponsel dulu, tapi ini untuk pertama kalinya dia menghubungiku.”
“Wow, aku jadi pengen cepat kenalan sama Ryeowook.”
“Rin, mian yah, aku mau siap-siap keluar sebentar. Tolong sampaikan saja pesan pada yang lainnya kalau aku pergi yah.”
“Loh, kau mau kemana, Melz? Ini sudah malam lho,” kata Rini khawatir.
“Kibum mau menjemputku. Aku mau meminjam beberapa buku dari rumahnya, sebentar koq.”
“Aish, aku benar-benar envy nih. Selamat bersenang-senang kalau gitu, Melz.”
“Rini!! Aku Cuma pinjam buku, tidak ngapa-ngapain koq!!”
“Hahaha… yah, who knows, Melz? Jangan jerit-jerit gitu dong.”

Aku merasa wajahku panas. Aish, aku menjerit pada Rini kan karena aku jadi heboh sendiri sebenarnya. Amelz baboya… aish!!! Akhirnya aku bersiap dalam diam, mengganti baju rumahku dengan kaos cokelat sekadarnya dipadu dengan jeans selutut. Inilah aku, tomboy dan santai. Peduli amat, kan perginya Cuma sebentar. Kalau aku berdandan malah akan membuat Kibum merasa aneh. Aku keluar apartemen dan menunggunya di lobi bawah. Tidak sampai lima menit, Kibum dengan mobil Mitsubishi hijaunya menghampiriku. Dia membuka kaca mobilnya yang keren itu.

“Amelz, sudah lama menunggu?”
“Ani, Kibum-sshi. Baru juga beberapa menit,” jawabku santai.
“Tadinya sih aku ingin menjemputmu dari depan dorm. Tapi ya sudahlah. Ayo Melz, masuk.”

Kalau saja Kibum menjemputku dari depan pintu dorm, aku pasti akan mati bahagia. Serasa jadi yeoja chingu-nya. Aish, aku berangan-angan terlalu tinggi ah…

“Bagaimana dengan… er… syuting dramamu, Kibum-sshi?”
“Lancar sekali. Makanya aku bisa pulang lebih awal hari ini.”
“Yah, bakat acting Kibum-sshi memang tidak ada yang meragukan sih.”
“Tapi menurutku Siwon hyung lebih hebat.”

Kami mengobrol santai hingga mobil Kibum berhenti di distrik yang tidak kukenal di Seoul ini, tepatnya di depan sebuah rumah yang berkesan mungil namun mewah. Kibum menekan sebuah remote yang diambilnya dari dasbor mobil dan pintu gerbang tinggi rumah itu terbuka. Aku menoleh kesana-kemari dengan kagum memandangi rumahnya ketika aku sudah turun dari mobil.

“Amelz, ayo masuk,” ajak Kibum, membuka pintu rumahnya.

Mataku beralih dari taman rumahnya dan memasuki rumahnya. Aish, rumahnya indah sekali! Cat dan perabotan rumahnya didominasi warna hitam-abu-abu-putih, membuatku merasa nyaman memandangi semuanya! Lantainya juga menggunakan keramik abu-abu yang mengilap indah. Gila… berapa harga rumah ini?

“Err… Kibum-sshi, kenapa rumahmu sepi sekali?”
“Oh, aku tinggal sendirian. Kau tidak tau itu, Amelz? Orangtuaku di Amerika, baru pergi dua hari yang lalu.”

Dan pikiranku jadi kacau dibuatnya. Ini namanya… aku dan Kibum hanya berduaan… di rumahnya? Aish, Amelz baboya! Kan tidak akan terjadi apa-apa… aku dan dia kan baru saling mengenal, lagipula… aku Cuma sebentar disini… iya, aku meyakinkan diriku, mengembalikan kesadaranku sepenuhnya, berpijak di bumi.

“Koleksi bukunya ada di perpustakaan kecilku. Ayo.”

Aku mengikuti langkah Kibum menuju lantai dua rumahnya, lalu memasuki sebuah ruangan yang sama luasnya dengan kamarku dan Ivana di dorm, yang ternyata berisi banyak rak buku dan rak buku-rak buku itu nyaris penuh tampaknya. Aku dengan bodohnya membiarkan mulutku ternganga melihat jumlah buku yang bisa menyaingi perpustakaan local, mungkin.

“Disini section romance, disini section thriller, dan yang disana khusus ilmu pengetahuan, lalu di bawah sini kumpulan komik dan majalah. Kau bebas pilih-pilih, Amelz,” terang Kibum.

Sambil menjelaskan begitu, Kibum menunjuk kesana-kemari ke rak-rak bukunya. Kakiku otomatis melangkah menuju rak section thriller.

“Aku buatkan minuman. Kau pilih saja mau pinjam apa, Amelz.”
“Ne, Kibum-sshi…”

Ketika kudengar pintu tertutup, aku langsung menyerbu perpustakaan pribadi itu dengan hebohnya. Maklum, siapa suruh aku ditinggal sendiri. Aku melahap semua buku itu. pertama aku baca judulnya, kuambil dan kuperhatikan covernya, dan jika bagiku cukup menarik, aku membaca resensinya. Begitulah criteria awal bagiku memilih sebuah buku. Dalam sekejap aku sudah mengumpulkan 5 buku. Tiba-tiba aku tergoda ke section romance. Jujur saja, aku juga suka membaca cerita romance, bagaimanapun aku ini salah satu author fanfiction. Mengingat May dan Julie yang reputasinya juga author fanfiction, aku tidak jarang melahap cerita ber-genre romance. Aku asal menarik buku disana dan aku kaget ketika membaca resensi buku yang ternyata berupa cerita 21+. Jantungku berdebar dan langsung mengembalikan buku itu, gentian menarik buku yang lain. Tapi rupa-rupanya banyak sekali buku yang ratingnya 21+ begitu. Err… aku tidak menyangka Kibum membaca buku yang beginian. Tapi kan… yah, dia namja normal, kan? Harusnya bukan masalah besar kalau dia juga membaca yang begini. Lagipula tidak jarang juga aku membaca fanfiction ber-genre 21+ tentang Suju dan…

“Kau juga suka baca yang begitu, Amelz?” Tanya Kibum tepat di telingaku.

Aku menjerit saat mendengar bisikan Kibum dan merasakan nafas hangatnya di tengkukku. Aku melompat dan nyaris menabrak rak buku (bayangkan betapa sakitnya jika aku benar-benar menabrak telak kayu kokoh itu) ketika kurasakan lengan kokoh Kibum menarik tanganku. Tubuhku maju dan malah nyaris menabrak sasaran empuk, yaitu tubuh Kibum, kalau aku tidak bisa melepaskan rem alami tubuhku. Akibatnya, aku jadi terengah-engah sekarang, dan bertanya apakah wajahku pucat gara-gara ini.

“Kenapa kau harus begitu kaget, Amelz?”
“Ng… err… aku…”
“Aku Cuma tanya, apa kau suka baca yang rating 21+ begitu? Kalau kau suka, aku punya banyak rekomendasi untukmu.”
“Ehm, sebenarnya tidak begitu…”
“Untuk apa malu sih, Amelz? Bukannya umur kita harusnya biasa saja membaca yang seperti ini?”

Sepertinya aku terlalu khawatir. Amelz baboya, omongan Kibum masuk akal. Umurku seharusnya sudah lulus untuk hal beginian kan? Kenapa aku tidak jujur saja? Aku tertawa lega.

“Aku pernah membaca beberapa fanfiction 21+ tentang Suju sebenarnya,” aku mengakui.
“Oh ya? Aish, aku belum pernah membacanya meski aku sudah sering mendengar gossip kami dituliskan di cerita seperti itu. aku tidak menemukan web-nya.”
“Oh, beberapa di posting lewat blog pribadi lho, Kibum-sshi. Kalau Kibum-sshi ingin baca, aku bisa kasih tau beberapa web atau blog yang memposting fanfiction seperti itu dalam bahasa Inggris.”
“Baiklah, aku jadi penasaran. Ngomong-ngomong, Amelz, apakah ada yang menulis tentang aku?”

Tiba-tiba aku merasa wajahku panas. Aku ingin menjawab: tentu saja, dengan lugas, tapi aku tidak mungkin mempermalukan diriku. Ketika aku masuk ke sebuah web atau blog yang mem-posting fanfiction 21+, aku pasti mencari yang main cast-nya Kibum, dan otakku langsung saja jadi liar setiap membaca fanfiction itu. tapi bodohnya aku, sekarang aku membayangkan isi fanfiction yang kubaca sepuluh hari yang lalu, fanfiction yang bagus dan membekas di hatiku, tentang Kibum. Membayangkan bagaimana cara penulisan si author di cerita itu, jantungku berdebar keras dan aku merasa tubuhku panas. Tanpa kusadari, rupanya Kibum mendekatiku.

“Jadi, kau pernah membacanya, eh?” Tanya Kibum, lebih terdengar seperti bisikan.
“Ng… aku…”

Ini Cuma perasaanku atau… Kibum memang semakin dekat denganku dan mendesakku sampai menabrak rak buku? Naluriku menyuruhku berlari, tapi pikiran warasku menolaknya.

“Dan… maukah kau merasakannya… merasakan aku yang sebenarnya? Itu akan lebih baik daripada membaca, kan?”

Ketika kesadaran tentang ucapannya merasuki otakku, bibir Kibum sudah mengunci bibirku. Aku kaget, kini harusnya aku mendorongnya karena bersikap begitu kurang ajar, tapi mana mungkin kulakukan itu? di otakku sudah terbayang adegan yang kubaca itu, dan di luar kendaliku, tubuhku merespons ciuman Kibum itu dengan baik. Ciumannya tidak lembut, ada unsur nafsu di dalamnya, aku tau itu, tapi aku juga membalas ciuman itu dengan sama bernafsunya. Dengan cepat ciuman kami berubah menjadi sangat menggairahkan, lidah kami saling menyusup satu sama lain dalam mulut pasangan kami, dan aku sudah melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Tangan Kibum yang nakal sudah meremas pantatku. Jantungku dibuat berdebar-debar dengan perlakuannya, lalu tangannya yang satu lagi melepas celana jeans-ku begitu saja. Bahkan otakku tidak merespons apapun lagi, otakku macet untuk berpikir sekarang di tengah ciuman panas yang kami lakukan. Begitu celanaku terlepas, tangan Kibum yang satunya menyusup di antara selangkanganku dan menyentuh daerah sensitifku. Aku yang tidak pernah disentuh namja sebelumnya, langsung merasa merinding luar biasa. Aaah… apakah inilah tepatnya yang disebut bergairah? Bagaimana… harus menyalurkan gairah ini? Kibum menekan jari (sepertinya sih) tengahnya disana, dan meski aku memakai underwear, sentuhan itu tetap membuatku menggeliat. Aku mencengkeram kaos Kibum untuk melampiaskan gairahku, tapi aku merasa itu tidak cukup. Kugigit bibir Kibum sebagai kelanjutan pelampiasanku.

“Ouch, Amelz…” keluh Kibum.
“Mi… mianhae… Ki… Kibum-sshi…”
“Dan kau masih memanggilku Kibum-sshi sampai detik ini, chagya?”

Aku belum sempat membalas ucapannya karena dia kembali menyerangku. Dia menciumi leherku, dan aku otomatis menjulurkan leherku agar mendapat kepuasan maksimal dari ciumannya.

***

KIBUM’S POV
Melihat Amelz yang begitu pasrah dan mulai bergairah karena perlakuanku, kurasakan gairah yang sudah lama tersimpan dan tidak tersalurkan dalam diriku juga ikut membuncah. Aku melupakan underwear itu, kumasukkan saja tanganku ke balik underwear-nya untuk langsung menyentuh vaginanya. Kusingkirkan bulu-bulu di sekitarnya dengan tidak sabaran, dan jariku langsung menyentuh klitorisnya. Kuindahkan desahan Amelz, kutekankan ciumanku di lehernya, lalu kutekan jariku di vaginanya lagi, memasuki liangnya yang hangat. Segera saja, mulai keluar cairan lengket dari vaginanya itu, memudahkan jariku untuk menjelajahinya.

“Amelz… ayo kita pindah saja,” ajakku.

Aku menggendong tubuh ringannya dengan mengangkat pinggang dan pantatnya, dan dengan mudah aku memindahkannya ke kamarku yang berada di seberang perpustakaan pribadiku ini. Kulihat wajah Amelz memerah sepenuhnya dan aku merasa wajahnya yang seperti itu manis sekali. Kubaringkan dia di spring bed-ku, lalu tanpa menunggu lama aku langsung meneruskan pekerjaan yang tertunda tadi. Aku menarik lepas kaosnya, menyisakan dirinya terbalut bra putih dan underwear dengan warna sama. Aku menyentuh daging payudara kirinya, dan jari tengah tangan kananku mulai mengeksplorasi vaginanya lagi, kali ini dari luar underwear-nya. Aku menekankan jariku dan membiarkan saja underwear-nya semakin basah karena aku menggunakannya untuk menekan vaginanya, yang penting aku bisa mendengar Amelz mendesah, dan desahannya terdengar seksi. Aku tidak akan menciuminya, supaya dia bebas mendesah.

“Amelz, teruslah mendesah. Aku suka mendengarnya.”
“Ki… Kibum… kau… mau… mempermainkanku?”
“Ani. Aku ingin membuatmu siap untuk tahap selanjutnya,” jawabku innocent.
“Apa mak… assssh, Kibum… apa… maksud… mu…”

Aku memamerkan senyumku yang bisa meluluhkan jutaan yeoja, mendengar pertanyaan lugu meluncur dari bibir mungil Amelz. Plus lagi, desahannya yang tadi.

“Harusnya kita lampiaskan saja nafsu ini kan? Inginkah kau tau caranya?”
“Kibum… kau…”
“Aku akan mengajarkannya, Amelz dear…”

Amelz memandangku dengan gugup. Aku menarik lepas kaosku dan memperlihatkan tubuh (dan abs) indahku untuknya. Berikutnya kulepas celana panjangku beserta boxer dan underwear-ku, baru kulepas bra dan underwear-nya. Sekarang kami berdua naked, dan aku akan mulai memberikan pelajaran sex untuknya. Kuambil tangan kirinya, kuarahkan ke juniorku saat aku berlutut di hadapannya.

“Kocok dengan tangan dan mulutmu,” pintaku singkat.

Amelz duduk dan memandangi juniorku ragu. Aish, mana ada yeoja yang masih selugu dia ini zaman sekarang. Aku jadi malu kan kalau dia hanya memandanginya begitu? Aku memandang ke keremangan kamarku dan mendesahkan nafas pasrah menghadapi yeoja seperti dia. Tapi tanpa kusangka, Amelz mengocok juniorku dengan tangannya itu, dan tiba-tiba dia menjilati batang juniorku. Sengatan listrik menjalar ke tubuhku. Sial, dia melakukannya dengan baik! Dia menjilati tidak hanya batang juniorku, tapi juga kepala juniorku sambil memaju-mundurkannya dengan tangannya. Dan sebagai puncaknya, dia memasukkan juniorku ke mulutnya dan lidahnya mempermainkan juniorku di dalam sana.

“Aish, jinjja… Amelz… ber… hhh…”

Aku tidak bisa banyak berkata-kata dengan dia yang mempermainkanku begini. Merasa akan kalah, aku langsung saja menusukkan dua jari ke vaginanya yang tidak berperisai. Aku merasakan gigitan ringan di juniorku dalam mulutnya, dan aku langsung saja mengocok-ngocok isi vaginanya dengan kekuatan ekstra. Kalaupun harus kalah, kami harus sama-sama kalah. Aliran nikmat mengalir dari otakku dan merespons juniorku untuk akhirnya menyemprotkan cairan spermaku. Seketika itu juga aku merasa jari-jariku basah oleh cairan vagina Amelz. Amelz terengah dan melepas juniorku, sedangkan aku menjilati jari-jariku. Sambil menjilatinya, aku memperhatikan Amelz yang menelan cairan spermaku dengan susah payah. Beberapa tetes cairan lolos dari mulutnya, dan ekspresinya tampak jijik. Aku memandanginya dengan pandangan mataku yang seduktif.

“Aku belum selesai, Amelz dear…” bisikku.

Kudekati wajahnya yang imut itu dan menggunakan lidahku untuk menjilati sisa cairan spermaku di wajahnya. Aku melakukannya dari sekitar bibirnya hingga turun ke dagu dan lehernya.

“Ki… Kibum… oppa…”

Aku tersenyum sejenak. Entah kenapa mendengarnya memanggilku oppa membuatku senang sekali. Tubuh Amelz merespons rangsanganku, tubuhnya menegang kembali. Aku melanjutkan jilatanku hingga ke payudaranya, menjilati daerah itu sepuasnya hingga ke nipple Amelz yang sudah menegang. Amelz mencakar punggungku. Tidak terlalu kuat sih, tapi aku merasakan gesekan kuku disana. Aish, yeoja yang ini menyakitiku dua kali. Aku lalu menarik tangannya sementara aku berbaring, lalu memposisikan Amelz untuk menduduki perutku. Kusentuh kedua payudaranya dengan jariku, mengelusnya dengan membentuk lingkaran di luar area nipple-nya. Amelz mendesah lagi, wajahnya memerah sepenuhnya, memejamkan matanya.

“Amelz, ini adalah point penting yang perlu kau ingat. Inilah inti segalanya dari segala yang kita lakukan hari ini.”

Aku menggeser tubuh Amelz, lalu memposisikan juniorku di bawah vaginanya. Merasakan gesekan juniorku di vaginanya, Amelz mendesah sekali. Dengan satu tangan, aku memegangi juniorku dan dengan tangan yang lainnya kuangkat pantat Amelz. Kudorong tubuhnya untuk duduk begitu vaginanya sudah di depan juniorku.

“Aaah, oppa!!!” jerit Amelz, membuatku kaget.
“Tu… tunggu Amelz. Sebentar saja. Gerakkan pinggulmu, ayo, kau tidak akan merasa sakit lagi begitu kita sudah menyatu sepenuhnya. Percayalah, aku tidak membohongimu.”

Kulihat setetes air mata lolos dari matanya dan jantungku melengos tidak enak melihatnya. Tapi Amelz menggerakkan pinggulnya, dan seketika juniorku masuk lebih dalam. Merasakan gesekan juniorku di dinding vaginanya, perasaan nikmat mulai kurasakan. Dengan satu kali lagi gerakan pinggul dari Amelz, akhirnya…

“Amelz… sudah… kau berhasil melakukannya…”
“Oppa… lalu…”
“Kita mulai saja kalau begitu. Bergeraklah, aku juga akan melakukannya.”

Amelz mulai menggerakkan pinggulnya, dan juniorku terasa makin mantap di dalam tekanan vaginanya yang intens. Aku juga menggerakkan pinggulku berlawanan arah dengan gerakan pinggulnya, juniorku keluar-masuk dari vaginanya, dan aku melihat darah mengaliri batang juniorku. Amelz… ini memang yang pertama untuknya… Amelz masih tampak kuat pada awalnya tapi perlahan tubuhnya jatuh menimpa tubuhku. Kupeluk tubuhnya, kurasakan tubuhnya yang hangat dan berkeringat, sama seperti tubuhku. Tapi meski demikian, kami tetap menggerakkan pinggul kami dengan kecepatan yang semakin bertambah, kurasakan juniorku basah oleh semburan cairan vagina Amelz, entah untuk yang ke berapa kalinya, aku tidak tau.

“Oppa… oppa aku… aku… sssh… sudah benar-benar tidak… aaaah… tahan lagi…” keluh Amelz.

 Aku merasakan cairan vagina Amelz kembali menyembur, lalu vaginanya menghisap juniorku, memberiku sensasi yang lebih hot.

“Tahan Amelz, sebentar lagi.”

Aku merasakan Amelz yang bergerak lagi untuk membantuku mencapai ejakulasi, gesekan dadanya di dadaku membuatku bergairah, sementara juniorku yang terjepit ini makin mendapat tekanan dan… akhirnya kenikmatan tertinggi itu datang juga. Pada detik yang sama, kami mendesahkan nafas lega dan puas.

“Amelz… hebat sekali… gomawo…”
“Ng… ani, oppa…”
“Apakah kau mau membersihkan tubuhmu duluan?”
“Ng… kurasa… bisakah oppa sekarang juga mengantarku pulang? Aku takut yang lainnya khawatir, soalnya ini sudah malam sekali.”

Ketika kulirik alarm kecil di samping ranjangku, waktu sudah menunjukkan hampir jam 12 malam. Aku mengangguk setuju.

“Baiklah, Amelz,” setujuku.

Amelz menggeser tubuhnya dan kurasakan juniorku tercabut dari vaginanya. Detik berikutnya, kami berdua sama-sama sibuk berpakaian. Kami melakukan semuanya dalam diam.

***

MAY’S POV
Aku baru saja mematikan DVD yang sedang kutuonton bersama Yenny. Aku dan Yenny baru membeli DVD drama seri terbaru. Aku menoleh ke padanya, melihatnya menguap dan aku juga tergoda untuk menguap.

“Tidur yuk,” ajak Yenny.

Aku mengangguk dan tepat ketika itu kudengar pintu dorm kami terbuka. Mataku terpancang pada sosok Amelz yang memeluk banyak buku. Tapi yang menarik perhatianku adalah wajahnya yang pucat. Dia tampak kaget melihatku dan Yenny.

“Amelz, kau dari rumah Kibum?” tanyaku.
“Err… eh, iya, aku meminjam bukunya,” jawab Amelz, suaranya serak.
“Malam sekali pulangnya…”
“Kami tadi mengobrol sedikit.”
“Tapi wajahmu pucat. Kau tidak sakit kan, Amelz?” Tanya Yenny.
“Ti… tidak koq. Aku… tidur dulu ya.”

Aku makin heran saat Amelz terburu-buru melewatiku dan Yenny. Ilmu psikologi yang sedikit kupelajari membuatku yakin Amelz menyembunyikan sesuatu dari antara kami. Tapi apa itu? aku tidak tau. Aku akan menyelidikinya…

Aku mengecek penampilanku sejenak di depan cermin: sempurna. Aku hanya memakai tank top putih dan celana pendek merah dilengkapi rompi tembus pandang merah juga, lalu menunggu teman-temanku di ruang tamu. Hari ini kami akan ramai-ramai mengunjungi dorm Suju. Yang pertama siap adalah Yenny, lalu menyusul Ivana, Amelz, Rini dan yang terakhir Julie. Kami kesana dengan naik MRT. Dalam hati, jantungku berdebar keras. Sudah satu setengah bulan lamanya aku tidak bertemu dengan Yesung, dan mengobrol dengan Yongjin hanya bisa sedikit mengobati kerinduanku pada hyungnya (maklum, Yongjin tumbuh semakin tampan dan mirip hyungnya), tapi tetap saja aku menginginkan Yesung oppa yang asli. Mereka nyaris tidak pulang ke Seoul karena menjalani Sushow kelima mereka hingga Desember nanti (ini baru bulan April, sigh). Mereka pulang selama 3 hari ke Seoul hanya untuk menyambut Shindong dan 86 liners yang sudah pulang dari wamil hari ini. Yesung oppa mengundang kami juga, karena aku juga mengatakan bahwa sahabat-sahabatku yang lain ingin berkenalan dengan mereka. Tidak lama, sampailah kami ke dorm lantai 11, tempat katanya mereka akan berkumpul hari ini. Aku menekan bel dan sahabat-sahabatku kasak-kusuk di belakangku.

“Nuguseyo?” Tanya sebuah suara di dalam, berani bertaruh itu Heechul oppa.
“Ichul oppa, ini aku, May.”

Pintu langsung menjeblak terbuka dan Heechul oppa tersenyum menyambut kami. Di latarnya, terdengar keramaian layaknya ada begitu banyak orang yang tertawa bersama.

“Masuklah, May. Kau agak sedikit terlambat.”

Mataku terpancang pada banyak pasang sepatu dan bingung mau dimana lagi kuletakkan sepatu kami, kami ada 6 orang nih. Baru saja aku melepas sepatuku dan bahkan belum sempat mendongakkan kepalaku, aku langsung dibuat sesak oleh seseorang yang menarikku ke pelukannya. Aaah, aku tau dia siapa. Aku merindukan pelukan ini. Yesungie oppa-ku.

“May… bogoshipo…” ujarnya dengan suaranya yang serak dan merdu.
“Nado oppa…”
“Ehm…” deham Amelz membuatku mendorong Yesung dari pelukanku.

Kini aku bisa memandangi wajah kekasihku dengan puas: dia masih setampan biasanya, ah salah, dia tampak jauh lebih tampan lagi, dan aku membalas senyumnya. Aku cepat-cepat mengalihkan pandanganku, takut dipermainkan yang lainnya lagi.

“Oppa, mereka sudah pulang?”
“Sudah. Ayo, kenalan saja sama mereka.”

Kami mengikuti langkah Yesung oppa memasuki dorm dan melihat baik itu ruang makan maupun ruang tamu tampak berantakan: piring makanan atau gelas minuman bertebaran dimana-mana, sosok-sosok hilir-mudik tidak menentu.

“Hei, Shindongie, Donghae, Sungminnie, Eunhyukie, Siwonnie, bisa kesini sebentar?”

Makhluk-makhluk yang dipanggil Yesungie oppa itu langsung datang ke hadapan kami, dan kemiripan mereka yang terbesar adalah kepala mereka yang nyaris plontos. Kondisi Donghae, Sungmin dan Eunhyuk yang begitu membuatku menahan tawa.

“May, ini Shindong, Donghae, Eunhyuk, Siwon dan Sungmin,” Yesung memperkenalkan, menunjuk sahabatnya satu-persatu, “guys, ini May. May, kau perkenalkan yang lainnya ya.”
“Oke, oppa. anyeong, oppadeul, aku May. Ini sahabatku, Ivana, Julie, Yenny, Amelz dan Rini.”

Kami saling bertukar salam, termasuk bersalaman dengan mereka.

“Kenapa nama kalian terdengar asing?” Tanya Donghae.

Aku menyikut Julie untuk menyuruhnya bicara. Julie sudah nyaris jadi patung semenjak melihat sosok Donghae, dan aku tidak ingin Julie melewatkan kesempatan ini begitu saja.

“Ka… kami… orang Indonesia,” jawab Julie.
“Apa? Indonesia?” Tanya Shindong heboh.
“Eh, hai, May. Kalian datang juga rupanya. Mau mencoba pie buatanku?” Ryeowook menawarkan.

Kesempatan ini langsung kuambil untuk menyeret Rini untuk memperkenalkannya pada Ryeowook.

“Hei, Wookie, kau belum mengenal sahabatku yang ini,” kataku sambil mencomot pie dari piringnya.
“Eh, iya… anyeong, aku Kim Ryeowook.”

Aku tersenyum melihatnya yang menundukkan kepala dan langsung menyodorkan tangannya untuk disambut Rini. Rini menyambutnya dengan ekspresi kaget yang tidak bisa disembunyikannya.

“A… aku… Rini…” gagap Rini.
“Apa kau sahabat May dari Indonesia juga?”

Sudah, kutinggalkan saja mereka untuk mengobrol berdua. Yang penting aku sudah membukakan jalan untuk mereka. Sahabat-sahabatku yang lain juga sibuk dengan mereka yang baru pulang wamil dan aku merasa lega kewajibanku sudah kujalankan dengan baik.

***

11 comments:

  1. Eonni!! Ak kaget awal cerita lgsg dapet NC. hehe
    bagus kok eonn :3

    herannya ini cm FF tp kok ak ikutan deg2an bag kenalan ma ryeowook oppa? --a

    ReplyDelete
  2. Si Amel tnyata orangnya hebohan yak LOL
    *digampar amelz beneran*

    Omona! si kibum punya perpustakaan pribadiii ><
    Syirikkkk ><
    Klo ak di sana, bs2 seharian kali ==a
    *seneng baca buku*

    Busetttt si Kibum da kek hantu tiba2 nongol gitu LOL

    Eh, eh, buset!
    May....santeee...
    itu kibum & amel baru ktemuan beberapa x kan? hosh hosh LOL
    napsuuuuu ih kamuuu XDDDD
    *digampar*

    Eh, kibum juga napsu LOL
    Mentang2 mupeng jdi manggil2 chagiyah LOL
    *ditabok*

    hiyaaahhh...mpe diajarin ><
    Si kibum pasti udh sering banget ini ==a

    Omonaaaa ><
    Amel tnyata hebat LOL
    *digampar*

    Haish tetep ngak tahan ma sedot2an LOLOL
    *msh anak2 teteup*

    Wah! akhrnya 86 liners udh pulang...
    Aaaaa...dongeeee XDD

    ngak sabar wat next chappie XD

    ReplyDelete
  3. BRB, SUMPEL TISU DULU!

    GYAAAHHH~ #TERIAKHEBOH

    ITU AMELZ SAMA KIBUM~ *NUNJUK LAYAR* (>̯͡.̮<̯͡)
    HAHAHAHAHAHAHAHA #KETAWAPUAS

    NGAPAIN MEREKA? LOL.

    OMYKIHAE~ (>̯͡.̮<̯͡)
    AMELZ DISINI NORAK YAH? XD
    WKWKWKWKWK. TERIAK HEBOH GITU *KAYAK YG REAL AMEL ENGGAK AJA* #PLAK

    KIBUM DISINI KAYAK UDAH MAHIR YAH =^= BARU KETEMU UDAH 'ANU' AJA XD

    MANA AMELZNYA MAU JG LAGI! (YAH, IYALAH, KAPAN LG BIKIN ANAK SM MEMBER SUJU! *TOS SAMA MAM* XD)

    KKKKKKKK~
    ADUH, AKU KALAU KOMEN LAGI BISA TAK JABARIN SATU2 MAM (づ_ど) ENTAR ADANYA MAKIN LEBAR INI SENYUM GEJENYA! XD

    JADI, BERASA BENER2 DI-'ANU'IN SAMA MBUM! XD
    AH, MBUM-AH, TANGGUNG JAWAB!!! XDDDDDDDD #SARAP

    YAK, MAAP YAK KALAU CAPSLOCK SEMUA >///////<

    INI INTINYA MENUNGGU GILIRAN JULE DIGILIR(?) SAMA IKAN (つ∀`) BUAHAHAHAHAHA~ #DISEPAK

    AKHIR KATA, MAM, LANJUTKAN MISIMU! *DUDUK ANTENG SAMBIL MAKAN POPCORN BARENG KIBUM DIRANJANG(?)*XDDDDD

    *matiin caps*

    NB: terbukti kalau kau memang super pervert! XD *dilempar kedanau hitam* but, i love it! *sama aja pervertnya*

    ReplyDelete
  4. -Rin-
    mungkin karena dikao penasaran bakal dijadiin apa ntar dikao sama Wookie XDD *evil smile*

    -Julie-
    wakakak... namanya juga FF pendek jadi semua harus serba buru2... kalo masih mau dibuat ketemuan beberapa kali lagi jadi novel ntar XD
    yah, lagian mereka sama nafsunya *dibunuh*
    tinggal dikao nih XDD

    -Amelz-
    ngakak sumpah baca comment-mu... syukurlah dikao suka... aku tadinya takut banget gagal, maklum, nulis NC part orang bukan part-ku jadi rada takut T.T tapi rupanye dikao seneng XD yah Melz, kita sama pervert-nya lah XDDD cuma kalo aku gak gini, gak akan jadi cerita yang bagus kan XDD *membela diri*

    ReplyDelete
  5. Kibum oppa nakal,,,,
    msa' blm jadian dh xosor gt ce,,,!!!
    Si Amel jg pasrah2 aj lg,,,!!!
    tp klo q dgtuin m Kyuppa ce q jg g ngejamin bkal nolak,,,!!!hahaha
    *untung Kyuppa bkn t'msk Main castx,,,!!!

    keren bgt May,,,!!!
    lanjut bc chapter6 nie,,,!!!^^

    ReplyDelete
  6. annyeong lagi dan lagi eon ..lol
    ehh si rini udah dateng yah *plakk*
    haduh itu kibum ngapain coba nyuruh anak gadis orang maen ke rumahnya malem malem, bener2 mencurigakan yah..ckck
    aku kira ini ff bakalan fokus ke cerita eonni sama yeye doang eh ternyata kaga yah.. yeayy tambah asyik aja nih bacanya eon :)
    wah wah wahhhh kibum ga nyangka bacaannya itu banyak yg kayak begituan yah ==' udah gtu masa dengan enaknya nanya kyak gtu sih ke amelz ==' amelznya jga jujur amat lagi dah sama namja macam kibum *digetok* harusnya biar gmana juga dia kan namja kudu diwanti wanti tuh apalagi klo udah larut malem gtu *aku sih gabisa ngegituin hyuk...wkwk :p
    wah wah wahhh lagi ahh itu kibum kok kyaknya buas yah pas nanya sambil mojokin itu eon.. haduh termasuk adengan fav aku nih yg kyak gni nih... kyaaaaaaaaaaaaa~

    tunggu.. selugu ini? ada yaitu AKU eonni..kkk~
    wah amel baru diajarin udah jago aja yah..itu kasian banget sama amelnya dh ko kesannya cuma diyadongin buat pelampiasan aja dh, blom ada kejelasan apa perasaan kibum ke amel :(
    makanya jangan kebanyakan baca cerita yadong bang *lah trus suami aku..kk~
    haduhh ketangkep basah dh pulang kemaleman..
    ahh itu ga kebayang unyukk rambutnya kyak gtu ==' ahh pasti tetep ganteng dh >.<
    kyaaa~ enak yah ff ini bkin envy mau juga ketemu anak SJ..
    ohh lupa dan lgi lagi ini terlalu HOT untuk dibaca eon ..kkk~
    aku mau kabur dlu eonni *melambai :p

    ReplyDelete
  7. alaaah chulee oppa kamu sama akqu yah eonni chulle oppa buat aq yah

    ReplyDelete
  8. KyuMey~
    Kibum bukan hanya nakal (?) tapi kebetulan malem itu lagi pingin menyalurkan hasrat (?)
    *ditendang Snowers sampe ke Seoul*

    Cena~
    yah, mana mau diwanti-wanti, kan si Amelz suka banget sama Kibum, so dia pasrah aja
    keren yah si Amelz uda jago aje *ditabok Amelz*
    terlalu hot untuk dibaca? kalo dipraktekin jadi film lebih keren kagak? *wink wink*

    Anonymous~
    ne? siapa ini? ^^
    sayang FFnya udah tamat... kalo mau req di next FF yadong aja ^^

    ReplyDelete
  9. haduhh emank susah sih yah eon klo udah cinta mah,, aku juga rela dah diyadongin sama hyuk beneran..kkk~ :P
    iye iye jago banget deh dia yee,, itu awalnya dari perpustakaan kecilnya kibum lagi,, aigooo >.<
    kkk~ jadiin pilem?? boleh banget ini eon.. nant eonni jadi sutradaranya trus aku jadi asisten eonni dh jadi bisa nonton live *plakkplokk

    ReplyDelete
  10. huwa..... baru baca *abis dari KRNC) Keren eon!! *ketahuan yadong* Apalagi tokoh utamanya itu my lovely ever after bang Yesung hehehh. Aku lanjut aja ya

    ReplyDelete