The X Life Story
Chapter 6
YESUNG’S POV
Melihat May yang Cuma tersenyum sendiri di tengah kerumunan orang, memberiku kesempatan untuk menariknya. Aku mengindahkan protesnya dan membawanya masuk ke kamarku, menjauhi keributan itu. kerinduanku kepadanya sudah membuncah dan sudah nyaris membuatku gila. Telepon, video call dan SMS tidak bisa membuatku memuaskan kerinduanku padanya. Aku ingin melihatnya di sisiku selalu, barulah aku puas.
“Oppa… wae?” Tanya May gugup ketika kupandangi wajahnya.
Kutelusuri garis wajahnya dengan jari telunjukku perlahan seolah tidak ingin menyakitinya, lalu kudongakkan wajahnya. Dia manis, May-ku, selalu saja begitu…
“Ehm, oppa, aku ada kabar gembira untuk oppa.”
Hatiku berdebar keras melihat senyumnya.
“Apa? Kau hamil?”
Pertanyaan asalku berakibat tonjokan ringan di dadaku. Aku tertawa.
“Tidak semudah itu dong… bukan, oppa. aku akhirnya mendapat pekerjaan.”
Aku menggiringnya duduk di ranjangku dan kuguncang tubuhnya.
“Geuraeyo??? Dimana? Pekerjaan apa?”
“Aigo, oppa, sabar dong. Aku melamar di Arirang TV World. Sebelum ke Korea, aku kan baru ujian TOEFL dan point-ku hampir 600, lalu HSK tembus level 5 untuk Mandarin, plus TOPIK yang advance, jadi semua itu menurut mereka sudah cukup. Aku akan mengisi adlibs di iklan-iklan atau acara-acara, semuanya full bahasa Inggris,” jawab May.
Jawabannya itu membuatku bangga akan dirinya yang bertalenta dalam berbahasa. Aku menariknya ke dalam pelukanku.
“Oppa… aku sesak!!!”
“Aku tidak peduli, May. Aku bangga padamu. Aku rindu padamu. Aku mencintaimu.”
Dan May berhenti menyerangku. Dia malah membalas pelukanku. Merasakan dirinya yang ada di pelukanku membuatku merasa hidupku kini lengkap.
“May, maaf aku harus meninggalkanmu begini lama… ke depannya mungkin bakal lebih lama lagi… aku merasa bersalah…”
“Aish, gwaenchana, oppa. aku harus mengerti oppa. bagaimanapun aku kan yeoja chingu seorang Yesung, aku harus bisa menempatkan diri.”
“Apa kau tidak merindukanku?” tanyaku penasaran.
“Aku merindukanmu sampai hatiku sakit, oppa. tapi aku harus mengerti oppa. itu hanya salah satu bentuk dukunganku untuk oppa.”
Aku tersenyum dan melepas pelukanku.
“Nah, sekarang biarkan aku melampiaskan rasa rinduku ya.”
“Hah?”
Aku tidak membiarkannya banyak bertanya lagi. Aku mulai menciumi bibir mungilnya. Dia membalas ciumanku dan aku memperdalam ciumanku, membuka rompi yang dipakainya.
“Oppa…”
“Aish, berikan aku waktu, May-ah…”
“Tapi, oppa, di luar sana ramai sekali,” protes May.
“Justru karena ramai, mereka tidak akan mendengarkan apapun.”
“Kalau mereka merasa kita hilang?”
“Aish, peduli sekali. Biarkan saja.”
“Ya~~ oppa…”
Aku menciuminya lagi, mengarahkan jari-jarinya untuk membuka kaosku. Aku tidak bisa menahannya lagi, aku menginginkannya. Aku menjilati leher dan bahunya, sengaja menahan diriku untuk memberikan kissmark disana… satu setengah bulan tanpa menyentuh dirinya benar-benar membuatku gila…
***
AUTHOR’S POV
Amelz membanting ponselnya ke ranjang yang ditidurinya bersama Ivana. Emosinya nyaris di luar kendali sekarang. Dia baru saja melakukan panggilan telepon dengan keluarga papanya yang semena-mena itu di Jakarta, dan satu kata yang menyakitinya adalah ketika mereka mengatakan “pulang.”
“Persetan dengan mereka! Mereka tidak pantas mengatur hidupku! Mentang-mentang mereka kaya, mereka pikir bisa mengatur hidupku seenak mereka?” gerutu Amelz.
Tapi sebagian dari hati kecil Amelz meyakini ucapan mereka itu. sampai sekarang, Amelz masih belum menemukan pekerjaan, atau tujuan lainnya dia ada di Seoul. Kibum-kah? Hatinya berpikir getir bahwa ternyata dia tidak lebih dari sekadar pemuas nafsu bagi Kibum.
“Sejak hari itu, dia belum menghubungiku lagi. Aku memang babo sudah memberikan segalanya itu. kini aku hanya bisa menertawai diriku sendiri.”
Amelz membanting dirinya ke ranjang, teringat kembali betapa serunya petualangan mereka berdua malam itu… yang mungkin tidak akan terulang lagi…
***
Julie baru saja pulang kerja. Akhirnya dia mendapatkan pekerjaannya sebagai seorang English-Korean Translator di salah satu Tour & Travel di Seoul. Saat itu jam sudah menunjukkan jam 6 malam, Julie yang baru turun dari bus menikmati keindahan senja kota Seoul. Julie sedang tergoda ingin memuaskan perut laparnya dengan makan ramen di café kecil di pinggir jalan ketika matanya tidak sengaja melihat seorang pemuda mabuk sedang duduk dan meminum minuman keras.
“Donge?” Tanya Julie tak percaya.
Tentu saja dia tidak percaya karena melihat bias-nya begitu saja, apalagi suasana di sekitarnya begitu ramai, tapi tampaknya tidak ada yang cukup peduli bahwa namja yang duduk di salah satu meja kecil itu Donghae. Memang sih, Donghae lebih banyak menundukkan kepalanya setelah menegak minuman dari botol soju yang dipegangnya. Tapi rambutnya yang nyaris plontos itu, gerakan tubuh itu, bagi Julie semuanya di luar daya khayalnya.
“Donghae? Donghae-sshi?”
Julie menghampiri sosok mabuk itu dan setengah membisikkan namanya agar tidak didengar orang lain. Terlalu riskan bagi mereka jika ada E.L.F yang menangkap mereka sekarang.
“Yoona?”
Ribuan jarum tampaknya menusuk hati Julie dan membuatnya terkesiap sesaat. Tapi Julie menggelengkan kepalanya dan menginginkan dirinya cukup waras untuk mengurusi Donghae sekarang.
“Bukan, Donghae, aku Julie. Donghae-sshi, apa kau baik-baik saja?” Tanya Julie dengan sabar.
“Tidak, Yoona, aku tidak bisa kehilanganmu. Bisakah kau tidak meninggalkan aku? Tidak pernah sedetikpun dalam hidupku, aku melupakan kebersamaan kita.”
Julie mencoba mengabaikan rasa sakit di hatinya, lalu menarik botol yang di tangan Donghae. Donghae memandang nanar ke wajah cantik Julie.
“Sudah cukup, Donghae-sshi, kau mabuk. Aku akan membawamu kembali ke dorm, sekarang juga.”
Dengan tegas dan kekuatan yang luar biasa, Julie meninggalkan sejumlah uang Won di meja Donghae dan menarik Donghae untuk dipapahnya. Donghae masih saja menggumamkan nama Yoona. Tapi yang diinginkan Julie hanyalah Donghae selamat hingga ke dorm, tidak peduli akan betapa susahnya dia melupakan kenyataan bahwa biasnya ini tidak pernah berhenti mencintai Yoona. Namun tetes air hujan disertai angin kencang menyadarkan Julie. Julie mendongakkan kepalanya ke atas, dan dia melihat awan kelabu turun memenuhi langit Seoul. Setetes, dua tetes, tiga tetes… air hujan itu berjatuhan. Angin kencang itu menerpa semua yang dilewatinya seolah kiamat akan segera tiba. Belum lagi ditambah keadaan yang tiba-tiba begitu gelap, membuat Julie goyah.
“Donghae-sshi, bekerjasamalah denganku. Ayo, kita harus cepat,” pinta Julie.
Julie nyaris putus asa menyeret tubuh Donghae, yeoja itu mencari taksi yang mungkin bisa menolong mereka saat ini, tapi rupanya taksi semuanya ngebut dan tampaknya tidak berminat mencari penumpang. Julie mengerang putus asa. Jalanan seketika bebas dari pejalan kaki, mereka sepertinya mencari perlindungan kemana-mana. Julie menahan gemetar tubuhnya sendiri, berpikir bahwa Donghae tidak akan tahan kalau begini terus. Dia menoleh kesana-kemari dan akhirnya menemukan sebuah motel. Tanpa berpikir panjang, Julie menyeret tubuh mabuk Donghae menuju tempat itu. masih memapahnya, Julie menemui sang resepsionis.
“Agassi, adakah kamar yang tersisa?”
“Anda butuh berapa kamar?”
Julie melirik sosok Donghae yang butuh penanggulangan darinya.
“Satu saja. Single bed.”
“Baiklah, ini kartu untuk kamar 148. Nama Anda…?” Tanya si nona resepsionis.
“Julie.”
“Baik, kamsahamnida, Julie-sshi.”
Julie mengambil kartu yang disodorkan si resepsionis, lalu menuju lift untuk mengantar mereka menuju lantai dua. Julie mencari letak kamar 148 dan dengan tidak sabar membuka pintu kamar itu dengan ID-nya.
“Donghae-sshi, kita sudah sampai.”
Julie melupakan sakelar lampu, dia menutup pintu dan menghempaskan tubuh Donghae ke ranjang yang luas disana. Donghae masih tampak tidak sadar dimana mereka berada. Julie mendengar bunyi Guntur dan dirinya bergidik. Dia mendekati jendela kamar itu dan melihat bahwa di luar sana, angin bertiup kencang dan hujan turun dengan derasnya. Julie menghela nafas panjang, dia mengeluarkan ponsel Blackberry-nya dari tasnya, dan ternyata tidak ada sinyal. Julie mendekati sosok Donghae.
“Donghae-sshi, aku akan menanggulangi mabukmu,” putus Julie.
Julie menghela nafas panjang lagi seolah dia akan melakukan hal yang sangat sulit baginya. Julie mendudukkan sosok Donghae, lalu membuka bajunya yang bersimbah keringat. Julie baru akan beranjak ke toilet untuk mengambil air panas, tapi tarikan pada tangannya membuat keseimbangannya goyah dan Julie terduduk lagi di hadapan Donghae.
“Donghae-sshi…”
“Yoona…”
“Aku bukan Yoona, Donghae-sshi, aku Julie.”
***
JULIE’S POV
Hatiku sakit sekali mendengarnya menyebut nama Yoona berkali-kali, rasanya sudah ratusan kali dia menyebut nama itu padahal pertemuan kami belum sampai satu jam lamanya. Ternyata semua gossip itu memang benar, dan pesan di lagu itu juga benar. Jadi kebodohan apa yang sedang kujalankan sekarang? Kenapa aku malah mau mengurusinya? Bisa kan aku meninggalkannya begitu saja dan menghubungi siapa saja yang ada di dorm mereka untuk menjemputnya disini? Tapi aku tidak bisa bergerak sementara dia menggandengku sekarang. Meski gelap, aku bisa memandang wajah tampan seorang Lee Donghae. Aku tidak bisa memungkirinya, dia adalah namja yang paling kucintai di dunia ini, seberapapun dia tidak tau perasaanku ini. Pelupuk mataku sudah panas sekarang, dan aku ingin lari dari semua ini.
“Saranghaeyo,” bisik Donghae membuatku terpaku.
Aku tidak bisa pergi sekarang, tidak… tidak sama sekali. Kutau kata itu dia ucapkan bukan untukku. Aku tetap pasrah ketika ciumannya mendarat di bibirku, meski kutau ciuman itu juga bukan untukku. Aku memang babo, tapi biarkan saja. Kulupakan sakit hatiku, kucoba merasakan apa yang seharusnya kurasakan sekarang. Anggap saja dia mencintaiku. Anggap saja ini untuk memuaskan rasa egoisku, meski aku hanya bisa memilikinya malam ini dan dalam keadaan mabuk. Tidak apa-apa, ini cukup untukku. Ciumannya tidaklah lembut, tapi sarat emosi. Aku berusaha mengimbangi ciumannya, karena aku tidak pernah berciuman sebelumnya. Aku tidak pernah membiarkan diriku berpacaran dengan siapapun karena aku yang bodoh ini begitu terobsesi dengannya, sudah dalam 9 tahun terakhir hidupku. Kukulum bibirnya, dan lidahnya mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku membuka sedikit bibirku, membiarkan lidahnya masuk dan menjelajahi seluruh mulutku. Ternyata… inilah rasanya dicium seorang Lee Donghae. Perasaan panas menjalari tubuhku, kueratkan pelukanku ke tubuhnya. Dia menjatuhkan dirinya untuk mendorongku hingga terbaring di ranjang, tanpa melepaskan ciumannya di bibirku. Kurasakan jemarinya di ujung blazer-ku, lalu dia menarik blazer-ku terlepas, menyisakan bra di tubuhku. Wajahnya yang tampan itu mengarah ke telingaku, dijilatinya daun telingaku, membuatku geli.
“Saranghaeyo, chagya…” bisiknya lagi, membuatku merinding.
Andaikan saja… andaikan saja dia membisikkan itu untukku… Dia agak berdiri di hadapanku, dan aku bisa melihat dada bidang dan abs-nya. Kudorong tanganku untuk menyentuh dan menikmati keindahan itu, dan merasakan sentuhanku, Donghae memejamkan matanya. Aku duduk dan menciumi dadanya, meraba abs-nya, menjilati sekujur tubuhnya, dan tangan Donghae meremas bahuku. Seketika kurasakan tangannya mengelus punggungku dan membuka pengait braku. Kubiarkan saja Donghae melakukan apa saja yang dia suka. Aku selalu menantikan saat-saat ini, menantikan aku menjadi miliknya. Kubiarkan juga saat dia melepas rok sempitku. Setelah itu, dia menundukkan wajahnya dan mengecup dadaku. Kurasakan sengatan listrik yang luar biasa mengaliri tubuhku, inikah yang namanya… disentuh seorang namja? Kenapa begitu nikmat? Dia melakukan jilatan, hisapan dan gigitan ringan, juga dengan tangannya dia mencubit nipple-ku. Ah, aku tidak tahan lagi. Aku terbaring begitu saja, tapi Donghae tetap menyerangku. Aku menggigit bibir bawahku agar aku tidak berteriak untuk melepas kenikmatanku. Ketika dia berhenti menyerang dadaku, dia melepaskan jeans, boxer beserta underwear-nya. Untuk pertama kalinya aku melihat junior Lee Donghae yang begitu besar, dia sangat perkasa.
“Chagya… berikan aku kepuasan itu… jebal…” pintanya.
Tidak, Donghae, kau tidak perlu memintanya. Apapun pasti akan kulakukan. Meski pengalamanku masih tidak cukup, aku berusaha mengikuti naluriku. Kuraih juniornya yang sudah berdiri di hadapanku, kukocok pelan dengan tanganku. Kudengar desahan lolos dari mulutnya dan aku yakin yang kulakukan sudah tepat. Tangannya kembali meremas dadaku, memberiku sensasi yang menggairahkan lagi, sementara kurasakan juniornya berkedut di tanganku. Selain kukocok batang juniornya, aku juga menggelitik twins ball-nya dan tiba-tiba cairan sperma menyemprot keluar dari juniornya. Aku kaget memandangi cairan sperma yang menyemprot ke tubuhku karena cairan itu banyak dan kental. Donghae menggunakan kedua tangannya untuk menggosokkan cairan spermanya di sekujur tubuhku. Aku geli merasakan kental dan hangatnya cairan itu di tubuhku, juga sentuhan Donghae di setiap bagian sensitive tubuhku… aku memejamkan mata dan meremas seprai untuk melampiaskan perasaan nikmat yang kurasakan. Donghae menunduk mendekati wajahku.
“Chagya… gomawo…”
Dan dia menciumku, membantuku terlena sekali lagi. Kutekan kepalanya untuk memperdalam ciuman kami, aku tidak akan melepasnya. Dia menggigit bibirku, lalu menghisap lidahku. Desahanku teredam disana. Tidak lama kemudian dia menghentikan ciuman kami, lalu dengan lincahnya melepas underwear-ku. Dia membuka selangkanganku, lalu menyerangnya dengan sentuhan jarinya tepat di dinding vaginaku.
“Donghae…” desahku kaget.
Tapi dia malahan menambah satu jarinya lagi untuk ditusukkan dalam vaginaku, dan aku merasa sangat bahagia menerima perlakuannya. Kurasakan jari-jarinya yang menjelajahi liang vaginaku, terkadang gerakannya cepat, terkadang lambat. Aku meremas seprai ranjang, merasa luar biasa merinding dan mulai berkeringat. Aku tidak berani berteriak kencang, sesuatu dalam naluriku mengatakan aku tidak boleh membuatnya sadar dengan siapa dia bercinta sekarang. Kupejamkan mataku, dan kurasakan aliran cairan keluar dari vaginaku, seolah aku pipis, tapi aku tau itu bukan pipis. Donghae menekan-nekan klitorisku lembut, lalu dia menarik jari-jarinya yang basah oleh cairanku itu, dan menghisapnya. aku terkesiap. Kenapa dia melakukannya? Bukankah itu menjijikkan? Baru saja aku akan bangkit, dia menahan tubuhku.
“Chagya… neomu saranghaeyo…”
Donghae menciumku lagi, sementara kurasakan gesekan juniornya di sekitar vaginaku. Harusnya aku menghentikan segalanya sebelum terlambat sekarang. Julie, sadarlah! Tidak… tidak… aku akan membiarkannya. Aku ingin menjadi miliknya, walau itu hanya akan terjadi satu malam dari sepanjang hidupku. Aku memejamkan mataku, menikmati gesekan juniornya di vaginaku dan jilatannya di seluruh tubuhku. Dia memberikan kissmark pertama di leherku, kedua di bahuku, ketiga di dadaku, keempat di perutku… dan kesadaranku hilang seiring dengan banyaknya kissmark di seluruh tubuhku. Ketika aku begitu terlena, dia mendorong juniornya begitu saja menerobos vaginaku yang masih perawan.
“Aish, Donghae… apha…”desisku, air mataku menetes.
Tapi dia tidak mempedulikanku, dan sekali lagi kurasakan terobosan itu, sekali ini jauh lebih sakit seolah mengoyak-ngoyak seluruh tubuhku. Aku terisak sekali, dan kutau keperawananku sudah diambil olehnya.
“Yoona… aku akan membahagiakanmu…”
Aku ingin menangis lagi, ternyata Donghae masih tidak menyadari bahwa aku bukan Yoona, hingga detik ini, dia masih menganggapku Yoona! Tapi keinginanku untuk menangis itu menghilang, ketika Donghae menggerakkan pinggulnya dan kurasakan nikmat luar biasa menjalar dari vaginaku menuju seluruh sel di tubuhku. Aaaah, ternyata inilah nikmatnya bercinta. Junior Donghae bergerak makin cepat, membuat vaginaku sesak, sekaligus mendorong tubuhku semakin ke atas, semakin membuat seprai ranjang kami berantakan. Aku mendengar bunyi decit ranjang kami, bunyi tepukan ketika twins-ball-nya menyentuh vaginaku, dan erangan-erangan nikmat dari bibir kami berdua. Aku sudah melepaskan cairanku berkali-kali karena Donghae tidak henti-hentinya menggerakkan pinggulnya dan juniornya keluar-masuk vaginaku, tubuhku lemas luar biasa, aku terengah-engah. Entah berapa lama sesudahnya, aku merasakan sesuatu menyemprot masuk vaginaku dari junior Donghae. Vaginaku seolah menyerap semuanya, karena kurasakan vaginaku berkedut, menyedot juniornya. Donghae ambruk menimpa tubuhku.
“Chagya… gomawo…” bisiknya mesra.
Aku tersenyum walau air mata mengaliri pipiku. Tidak apalah, memang akan kuberikan segalanya untukmu, Lee Donghae.
***
RINI’S POV
Kubuka pintu dorm ketika mendengar bunyi bel ditekan untuk yang ketiga kalinya. Jantungku nyaris keluar dari rongganya ketika kulihat sosok Ryeowook disana. Ryeowook yang asli!!! Aku menahan diriku untuk tidak berteriak, jadi aku hanya ternganga dengan bodohnya.
“Rini?” tanyanya, atau sapanya, kedengarannya sih seperti bertanya.
Aku berdeham beberapa kali.
“Err… ya, Ryeowook?”
“Err… May ada?”
“Tidak. Hanya ada aku sendirian sekarang. Kupikir May keluar untuk cari makan setelah badai reda sekitar setengah jam yang lalu.”
Ryeowook tampak ragu di depan pintu. Aku juga jadi tidak tau apa yang sebaiknya kulakukan.
“Kau mau masuk dulu? aku akan meneleponnya dan menanyakan kapan dia akan pulang sementara kau bisa menunggu.”
“Err… tidak perlu.”
Jawabannya kedengaran agak mendadak dan membuatku menaikkan alisku, keheranan.
“Apa kau punya waktu sekarang? Bagaimana kalau kita pergi menonton?” Tanya Ryeowook.
Sepertinya sih aku perlu mencubit lenganku untuk tau apa rasanya sakit, karena kalau sakit pasti keadaan sekarang bukan mimpi. Tapi aku tidak mungkin melakukannya di hadapan Ryeowook, kan?
“Aku… ingin kau menemaniku menonton. Lagian aku punya tiket gratis…”
Dan sepertinya aku tidak sedang bermimpi. Bodoh sekali kalau kulewatkan kesempatan ini begitu saja.
“Te… tentu saja. Boleh, Ryeowook. Maukah kau menungguku bersiap sebentar? Duduk sebentar?”
“Tentu.”
Dan perlu pengendalian diri luar biasa bagiku untuk tidak melompat saat menuju kamarku untuk berganti pakaian. Aku harus tampil cantik. Aku melupakan suatu kenyataan yang harusnya kupikirkan. Otakku berpikir keras, tapi aku tidak menemukan kenyataan apapun yang perlu kupikirkan itu. aish, sudahlah, pikirkan nanti saja kalau tiba-tiba muncul lagi di otakku.
***
MAY’S POV
Setelah memuaskan perutku dengan sup kimchi dan dua mangkuk nasi, barulah aku berjalan pulang menuju dorm. Aku menarik keluar ponsel Samsung-ku yang berbunyi dari tadi, lalu menerima pesan yang dikirim oleh Yesung. Kubuka pesan itu, lalu kutemukan fotonya sambil memeluk sebatang bunga matahari.
“Kau adalah bunga matahariku…” tulisnya disana.
Aku mendengus, tapi mataku tidak berpaling dari wajahnya. Dia adalah namja paling tampan di dunia ini. Hatiku semakin mantap untuknya, aku mencintainya. Kubalas pesan itu dengan bunyi yang sama, karena dia juga bunga matahari bagiku. Bahkan, dia lebih indah dari bunga matahari ataupun apapun yang ada di dunia ini. Kuselipkan kembali ponselku dengan aman. Aku sudah tidak bertemu dengannya selama sebulan lagi. Dia sudah mengungkapkan penyesalannya, padahal dua hari lagi adalah hari ulang tahunku. Aku sih berharap dia bisa menemaniku, tapi sekarang dia ada di Jepang dan akan menjalankan Sushow disana empat hari lagi. Sudahlah, aku memang harus punya banyak energy untuk bersabar. Yang penting kami saling memiliki, bagiku itu lebih dari cukup.
“Disini kau rupanya May.”
Aku terkesiap. Tidak, aku pasti salah mendengarkan. Aku menoleh ke belakang, dan aku perlu menyipitkan mataku sedemikian rupa untuk menyesuaikan mataku, karena aku berjalan di dalam lorong gelap yang akan membawaku pulang secepatnya ke dorm. Tapi mataku tidak membohongiku. Itu dia. Telingaku juga benar.
“Alex?” tanyaku, padahal itu tidak perlu.
“Ternyata kau benar-benar sampai di Seoul, ya?”
Amarah dan kebencian yang berusaha kusimpan baik-baik dalam tubuhku sekarang menggelegak bagai gunung yang siap meletus. Aku benci menyadari dulu aku sempat begitu mencintainya.
“Kalau ya, memangnya kenapa? Lalu apa yang kau lakukan disini?”
“Ho… ucapanmu seolah kau yang memiliki Seoul, sehingga aku tidak boleh kesini?”
Aku melihatnya melangkah mendekatiku, aku mundur selangkah, tidak mau terlalu dekat dengannya.
“Tapi setauku kau benci Korea dan semua yang berbau Korea?”
“Benar sekali, aku memang membencinya. Asal kau tau, kalau bukan karena bisnis tertentu, aku tidak sudi menginjakkan kakiku disini.”
“Lalu kenapa kau terima bisnis itu? jadi sekarang kau menerima uang Won?” tanyaku menantang.
“Lupakan saja tentang itu. mumpung aku di Seoul, aku ingin menemuimu.”
Aku melotot padanya.
“Tapi aku tidak berminat bertemu denganmu. Bagiku tidak ada sesuatu yang penting di antara kita. Selamat tinggal.”
Aku membalikkan badanku, tapi tanpa kusangka-sangka, dia menarik tanganku dan menguncinya ke belakang, lalu mendorong tubuhku hingga bersandar di tembok. Tubuh tingginya menjulang di hadapanku, dan dia menunduk ketika bicara denganku. Kucium nafasnya yang berbau rokok, yang begitu kubenci.
“Tapi bagiku ada yang penting. Masa lalu kita.”
“Aku sudah melupakan semuanya.”
“Jadi begitu? Apa benar yang kudengar… kau adalah pacar Yesung sekarang? Yesung yang sudah kau junjung-junjung dari masa kau berpacaran denganku? Yesung yang anggota boyband keparat itu?” tanyanya.
Kubuang ludah ke wajahnya. Dia memejamkan matanya, marah sepertinya, aku tidak peduli. Aku tidak akan membiarkannya menghina Super Junior.
“Ya. Dia memang kekasihku. Dia oppaku. Hanya dia yang cocok untukku.”
Dia membuka matanya dan aku melihat kilat marah di matanya, tapi aku tidak gentar.
“Apa yang sudah kau berikan padanya sehingga dia bisa tergila-gila padamu? Ah, bukan, itu semua belum tentu, kan? Aku tidak mendengarnya memberikan pernyataan resmi. Kau Cuma tidak lebih dari simpanannya, begitu, kan?”
***
wuiih, ada adegan seru tuh part akhir :D
ReplyDeleteEonni-ah bagianku bikin ak senyum2 sendiri :D
Ah, Donghae suka Yoona y? Kirain Jessica #plak
JENGJENG! LOL.
ReplyDeleteINI AUTHORNYA SUMPAH YAH, DEMEN BENER BIKIN DAKU MAENIN CAPSLOCK! XDDDDDD
BUAHAHAHAHHAAHAH~
“Ehm, oppa, aku ada kabar gembira untuk oppa.”
Hatiku berdebar keras melihat senyumnya.
“Apa? Kau hamil?
^
ITU APA?!!! YEPPA!!!!! LOL.
TENANG YEPPA, SABAR~ GAK USAH BURU2~ *NGAKAK!*XDDDD
ADUH, INI MEREKA LAGI NGAPAIN, SIH? *PASANGTAMPANGPOLOS* KKKKKKK~ LANJUT! <3
:OOOOOOOO
KELUARGA BAPAKNYA AMEL SURUH, PULANG? :O
MANA MBUM GAK KASI KABAR PULA -_______-
BERASA BENER2 BANG TOYIP XDDDDDD
AH, GILIRANNYA JULE, YAH~ *KIKIR KUKU* *NYENGIR* *DILEMPARASBAK*
HAHAHAHAAHHAHAAHAHAHA. #PLAK
ITU SIAPA YOONA? O.O
JULE DIPIKIR YOONA SAMA DONGE ;W;
DONGE SIH PAKE MABOK --'
GYAAAAAAAA~
ITU JULE DIAPAIN DONGE!!!!! *HEBOH*
IH, JULE, IHHH~ JAGO JUGA KAO~ #PLAK XDDDDDDDD
TAPI ITU KAN JULE BUKAN YOONA! *TABOKDONGE*
*matiincaps*
tinggal menunggu next siapa yang digilir(?) kkkkkkk~
ah, itu alex siapa lagi, itu??? *kesel*
nyebelin bener -_______-
itu dia mantan pacarnya may, yah?
orz.
btw, hahahhahahahhahahhaa~
susah mau koment bagian jule XDDDDD
HAHAHAHAHAHAHAHAH
takut dianiaya(?) XDDDDDD
pokoknya jule HOT! LOL.
LANJUT MAM!!!! *LEMPARINYEPPA*
^
ReplyDelete^
^
^
^
*lemparin asbak*
PLAK PLAK
*GAMPAR AMEL* LOL
LOL, kirain may beneran hamil XDDD
Huwaaa!! Chukkae may dapet kerja di arirang...
Mupeng jg kerja di sono...mantapp daa
Huwaaa...
asik2 adegan Yesung & May, sayang ngak dideskripsikan lage LOL
*PLAK*
Amel kacian...u____u
Kibum minta ditabok LOL
*digamparbalik*
Aih! Kerja di tour & travelll...
Andaiii ini jadi knyataann XDDD
aigo, aigo, aigoooo....
Gilaaa, mayyyy....
ak dulu pas bikin ff jg sempet kpikiran adegan ini lho!!!
mksdku, hae mabok, truz ak bantu mapah dy ke hotel XDDDD
*ngak mpe ekstrim kok, mpe itu aje* XDDDD
Kyaaaa! Kyaa! Kyaaa!!
*treak2 heboh norak hbz*
kalimat2 yg gagah perkasa itu....bikin ak ngakak LOL
Di situ ceritanya merinding...
Ak jg bacanya super merinding ini LMAO
Si Hae pengen tak gampar bolak balik....*digampar duluan ma ELFish*
Hey yg di depanmu ini Julieee
Julie pengen tak tabokin juga, mao juga ma orang mabok LOL
*digampar*
huwaaaa...aku sedihhh T_____T
Sedih dengan diri sendiri di sana....
Dikira orang laen...u_____u
*digeplak*
Jadi pnasaran reaksi Hae ntar pas tau tnyata bukan yoona gimana ya....
ak langsung dicampakkan/ ditinggalkan (?) XDDDDD
*ngak brani ngebayangin ><*
Rini lucuu XD
Keknya bakal lahir couple lucu XDD
*digeplak*
Wogh :|
tak kirain suara yg didenger may itu yesung XDD
Alex? mantannya Maykah??
Pas banget, sayah jg gi kesel berat sama orang malay yg namanya jg alex LOL
*ngak penting*
Keknya roman2nya si Alex orang yg super menyebalkan nieh :|
Tapi bagus! da konflik! XD
ngak sabar ma chappie slanjutnyaaaa...
Buruan udpet yeee XD
*digeplak*
@Kyuwonhae eonni *prediksi*
ReplyDeleteeaa couple lucu katanya, lucu drmn eonn? emang sih ak sama Wookie oppa sm2 lucu gmn gt #plak
kenalan dulu donk eonn :D
ak rini. hehe
-Rin-
ReplyDeletesekarang kau bisa senyum... nantinya? *evil smirk*
-Amelz-
*tangkep Yeppa, giring ke kamar (?)*
hahaha~~ jadi berasa pengen tabok Donge kan? aku juga *ditabok Julie*
iya nih, gitu2 si Julie jago XDD
nanti akan ada jawaban atas semua pertanyaanmu XDD
-Julie-
iya nih, si Julie mau aje *digeplak, orang aku authornya*
heh? kebetulan banget kalo itu pernah jadi idemu, say
kebetulan juga soal si Alex, ya?
*sehati*
iyaaaaa, jadi seru, kan?
ayo~ next chapter...
masih bisa senyum kok eonn, well. agak dikit kecewa sih hehe :p
ReplyDeleteSkrg giliran Donghaeppa m Jullie y,,,???
ReplyDeletetp tega bgt ce mkir jullie tu Yoona,,,!!!
kasian,,,yg sabar y Jul,,,?*sok akrab bgt ce q
trus sp tu Alex,,mantanx May yg dl dh ampir ngrebut kprwnnx kn,,,???
Ati2 May,jngan ercaya lg m mulut tu namja,,ckup percaya m Yesung oppa seorang y,,,^^
lanjut k part brikutx,,,!!!hehehe
annyeong eon..kkk~
ReplyDeletedih yesung ngebet pengen punya anak dari eonni yah =='
ya ampun kenapa sih bahasa ff eonni itu bagus, ishh bikin aku tersuntah (?) kan jadinya pas baca ffnya eonni..hiks
haduhh yeye ga tahanan (?) banget sih yah, gmana klo raja yadong suamiku menyadari kalian enggak ada trus malah menyelinap dan mendokumentasikan keasyikan (?) kalian *plakk..kkk~ :p
haduh udah amelz kasian cuma jadi pemuas sesaat buat kibum.. nah ini julie pula yang disangka yoona dan dengan relanya ngasih keperawanannya buat donghae, bahkan julie ga pernah ciuman dan dia rela.. aigoo nyesek tau eon bacanya =='
aku juga rela sih klo diyadongin sama hyuk :p
haduhh ceritanya makin bikin nyesek eonni sayang .. hiks mana gtu NCannya manteb banget lagi >.<
cie cie rini.. uhuyyy..kkk~
ohh itu toh si alex yah yg katanya jahat sama eonni .. ish kurang asem dasar lu jadi namja yah *getok tendan gebukin buang ke laut si alexnya~
niatnya apa sih itu orang balik lagi buat ketemu eonni ?? =='
oke lanjutannya yah eon..kk~ *melambai
jambrettttt mo ngapai tu orang
ReplyDeleteCena~
ReplyDeleteYeppa uda ngebet jadi appa sih, jadinya kayak gitu XD
bahasa eon bagus? aaah masa sih *dorong Cena kuat2* mungkin karena kebiasaan eon buat novel, jadinya kayak gini -_____-"
bukannya kesannya bertele-tele ya?
Alex? niatnya emang jahat buat ketemu May, pengen nyakitin May doang tuh orang
hacull~
itu orang mau jahat2in May :(
haduhh yeppa itu yah ==' langsung aja apa coblos (?) lagi klo mau cpet cepet jadi appa *plakk
ReplyDeleteiya loh eon, emank bahasanya eonni bagus,, yah sama kyak beberapa eonni aku yg jago juga menurutku..kkk~
wahh pernah buat novel eon?? apa judulnya?? udah diterbitin??
menurutku sih yah, enggak bertele tele sama sekali.. itu justru bkin kesan ceritanya tambah dalem karena bahasanya yg menjelaskan secara detail gtu *sotoy :p
ishh najiss tralala dah itu namja *ambil golok*
Mwo? ternyata pria itu berbana alex wkwkwkk
ReplyDeleteGak apa-apalah May, biar Yeppa buatku saja hahha