Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Monday, 28 November 2011

Brand New It's Magic chapter 7 part 6


Brand New It’s Magic
Chapter 7 part 6

“Pasangan gege semuanya diambil orang. Gege telat.”
 “Aaaah masa sih cowok cute seperti gege bisa kalah saingan?”
 “Ya… tak selalu kalah sih. Buktinya kau mau pergi denganku kan?”
 “Aku? Tapi aku tidak cantik… nanti apa kata fans gege?”
 “Menurutku kau manis koq, Thia. Eh… ayo kita pergi. Bakal telat kalau tidak pergi sekarang.”

Dalam hati Thia merasakan sesuatu yang hangat. Meski baru patah hati lantaran Jiro dan Julie pacaran, kini Thia menjadi paham akan sesuatu… bahwa setiap peristiwa pasti ada hikmahnya… dan jika selama ini yang Thia sukai hanya mug berwarna hijau, ternyata mug berwarna biru di sampingnya juga indah…

***

Begitu turun dari Ford Youngsaeng, lapangan parkir sudah penuh dengan mobil-mobil dan mahasiswa atau siswa yang berkeliaran dengan gaun merah. Lagi-lagi OSIS, dan kali ini ditambah dengan Dewan Mahasiswa kampus menghias tempat ini dengan berlebihan. Terlalu banyak hati warna pink, lampu-lampu kecil warna pink, cupid-cupid gabus, balon-balon pink, rimpel-rimpel pink… sampai di pohon-pohon. May sudah memutuskan tidak akan membantu Julie bersih-bersih lagi.

Youngsaeng bertanya,apa kau juga berpikiran ini berlebihan, May?”
“Iya oppa…” May mengiyakan.
 “Setahun sekali… kita nikmati saja lah May…”
“Hei… Ryeowook? Lho? Koq sama Annie?”
Annie menjawab,eh hai May… dan Youngsaeng oppa.”
“Halo May…” sapa Ryeowook,aaaah ada Youngsaeng hyung juga. Pasangan yang paling serasi deh.”
“Makasih. Eh Ryeowook, bukannya kau sakit? Sudah tiga pertemuan kau tidak datang ke les vokal bareng Jiro ge kan?” Tanya May.
 “Eh… iya sih… masih rada sakit. Tapi kupikir aku pingin ikut acara dansa. Makanya aku datang malam ini. Tolong sampaikan maafku pada Jiro ge ya. Pertemuan berikutnya aku akan datang.”
Tidak apa-apa koq. Kau harus lebih jaga kesehatan.”
Youngsaeng mengiyakan, “May benar. Kau kelihatan kurus, Ryeowook.”
“Annie, kupikir kau dengan…”
 “Junki oppa kan sudah dengan Amelz?” Tanya Annie, “aku tidak mau ganggu.”
“Mereka Cuma pasangan bohong-bohongan. Kau tau itu kan?”
 “Iya. Tapi kalau aku sama Junki oppa, lalu Amelz sama siapa dong?”
“Tukeran pasangan saja.”
 “Hei, kalian koq ngumpul di parkiran?” Tanya Calvin.
Fennie menyapa,hai semua…”
“Fennie tak sama Aaron ge?” Tanya May dan Annie kompak.
Calvin menghardik,hei hei… pokoknya sekarang dia pasanganku.”
“Masuk yuk,” ajak Youngsaeng, “nanti sudah mulai lagi acara dansanya.”

May merasa malu karena Youngsaeng menggandengnya. Banyak pasang mata yang memandangi mereka.

 “May jangan merasa malu ya. Aku sudah pernah janji sama Jiro kalau aku akan menjagamu. Sekarang aku benar-benar tidak akan melepasmu.”

Bagi May, bertemu pasangan aneh macam Annie-Ryeowook atau Calvin-Fennie ternyata Cuma awal. Ada yang terbalik-balik pada pasangan-pasangan ini. May tau Annie suka pada Junki, lalu Aaron suka pada Annie. Sementara itu, Fennie juga suka pada Aaron. Tapi semua pasangan yang dilihatnya tidak sesuai.

***

Aaron memanggil,hai Julie, Chun…”
“Halo Aaron ge… aaah sama Thia,” celetuk Chun, “syukurlah Thia, akhirnya kau bisa ikut acara juga.”
“Mendadak sih, ujar Thia.
Julie berdeham,ehem jie… eye shadownya rada berantakan tuh. Boleh kuperbaiki?”
 “Hah? Beneran? Mau-mau… xiexie ya Julie.”
 “Bu ke qi. Ayo ke belakang panggung.”

Aaron dan Chun menatap Thia yang dibawa pergi Julie.

Aaron berdeham,ehem… Chun, apa kau lihat Clara?”
“Clara?” Tanya Chun, “oh, ada. Itu dia…”

Chun menunjuk ke sudut ruangan. Di situ duduk Clara yang terlihat manis, sedang minum.

 Sepertinya dateng bareng Kyujong hyung deh.”
“Oh ya? Aku ke sana dulu yah Chun…”
 “Oke.”

Dalam pikiran Aaron berkelebat banyak pertanyaan. Kenapa Clara bisa pergi dengan Kyujong? Siapa yang mengajak? Clara-kah ato Kyujong-kah? Apakah setelah dia curhat dengan Kyujong… apakah Kyujong langsung pergi menemui Clara?

Aaron menyapa, “Clara…”
 “Oh, hai…” Clara balik menyapa.
 “Kau… pergi dengan Kyujong?”
 Tak ada urusan denganmu.”
 “Tapi…”
 “Kyujong oppa!”
Kyujong berujar, “Clara… eh, Aaron? Sama siapa?”
 “Thia, jawab Aaron singkat.
Clara berujar,aku mau ke toilet dulu, oppa. Tunggu aku disini ya.”
 “Aaron, mian,” ujar Kyujong setelah melihat Clara pergi, “kupikir aku suka dengannya.”
“Apa kau pikir aku akan marah denganmu? Tidak! Aku malah bersyukur kalau ada yang sayang dengan Clara. Apalagi kalau itu teman baikku. Apa kalian sudah jadian?” Tanya Aaron.
 “Belum. Dia… bilang dia masih belum bisa melupakanmu.”
 “Aku mau minta maaf dengannya.”
 “Jangan sekarang. Kurasa dia masih dendam denganmu, Aaron.”
 “Tolong jaga dia. Aku benar-benar merasa bersalah.”
 Tidak perlu risau. Lebih baik kau pikirkan benar-benar, siapa yang sebenarnya kau sukai.”
“Itu orangnya. Yang barusan menukar Ryeowook dengan Junki atas inisiatif Stella.”

Kyujong menoleh. Disitu ada Amelz, Annie, Stella, Hyunjoong, Junki dan Ryeowook. Stella dengan cerianya mengarahkan Annie untuk menggandeng Junki, sementara Ryeowook berdiri di samping Amelz. Amelz diam saja dengan kejadian ini, dia tidak peduli. Malah sebenarnya agak lega karena Ryeowook tidak seceriwis Junki. Ryeowook paham bahwa Annie pasti senang dengan pertukaran ini. Stella merasa senang karena telah menjadi cupid. Annie tampak malu-malu, tapi Junki malah langsung menggandeng Annie ke stan makanan.

“Jangan-jangan kau sekarang sedang patah hati.”
“Mirip dengan Thia kan? Patah hati juga.”
 “Hwaiting, brother…”

***

Sementara itu, Clara ada di dalam toilet di luar aula. Toiletnya berada lumayan jauh dari aula, yaitu di bagian samping. Dari sini hingar bingar di dalam aula hanya samar-samar terdengar. Setelah menangis, Clara mendapati riasannya berantakan.

Clara berucap,untung aku bawa beberapa peralatan di dalam tas kecil. Aaah… aku belum bisa melihatnya lagi. Dia cinta pertamaku.”

Clara terkejut saat pintu di belakangnya berderit terbuka. Fennie yang masuk.

 “Lho Clara?” sapa Fennie, “kenapa kau nangis?”
“Aaah, itu jie… tidak kenapa-kenapa koq…”

Fennie berdiri di samping Clara di depan wastafel, dan memandang wajah Clara lewat cermin. Dalam hati, Clara tengah memikirkan bahwa Fennie adalah saingannya. Apakah Fennie sekarang sudah menang? Tapi bukankah Fennie datang dengan Calvin?

 “Fennie jie… kenapa tidak pasangan dengan Aaron ge?”
 “Aku keduluan diajak Calvin ge. Tapi… kupikir Aaron ge pergi denganmu, Clara?”
 “Apa? Malah aku yang kepikiran Aaron ge pergi dengan jiejie.”
 Sepertinya kita berdua bukan pilihan sebenarnya dari Aaron ge. Apa kau menangis gara-gara itu?
 “Aku…”
 “Hati yang hancur bisa diperbaiki lagi. Jangan tutupi dirimu hingga tak ada yang bersedia datang untuk memperbaikinya. Kyujong oppa baik lho Clara.”
“Fennie jie… kupikir Calvin ge juga baik.”
 “Well, apa kau tau apa yang bakal terjadi kalau kita bener-bener jadian dengan dua orang yang kau sebut barusan?”
 “Apa?’
 “Kita akan jadi saudara ipar.”
 “Hahahahahaha… jiejie benar juga…”
 “Tersenyumlah Clara. Kita harus tegar.”
Clara langsung memeluk Fennie. Sekarang gantian Fennie yang kebingungan.
 “Dui bu qi yah jie… aku sempat kepikiran kalau jiejie itu sainganku. Aku sempat cemburu pada jiejie.”
 Tidak apa-apa koq Clara… sekarang posisi kita sama-sama patah hati kan? Aku juga kalah koq.”

Saat keduanya tengah berbaikan, pintu toilet terbuka. Keduanya menoleh dan terpekik kaget.

***

Sementara itu di dalam aula. Junsu yang saat itu bersama Rin, mencium bau yang tak enak.

Junsu berujar, “Rin… aku mencium bau yang busuk.”
 “Apa itu, oppa?” Tanya Rin, “makanan basi?”
 “Bukan. Seperti bau mayat. Ya ampun! Busuk sekali! Rin… ada yang tidak beres. Berdiri di sini. Aku akan telepati ke yang lain untuk berkumpul.”
Junsu: “May, Youngsaeng, Amelz, Junki, Annie, Julie, Prince, Stella… ada yang tidak beres. Aku mencium bau mayat. Cepat berkumpul ke tengah.”

***

May menerima telepati dari Junsu.

 “Oppa? Apa oppa menerimanya?” Tanya May.
Youngsaeng menjawab,ya. Ayo kita ke tempatnya.”
Dari beberapa penjuru, May melihat teman-temannya berjalan ke satu arah. Disana Junsu dan Rin tengah menunggu.
“Ada zombie di sekitar sini,” jelas Junsu, “bersiaplah untuk melindungi semuanya. Aku akan teleport ke tempat Kimbum. Kita akan membutuhkan bantuannya.”
“Oke, setuju May.

Dengan suara lecutan lembut, Junsu menghilang dari hadapan May.

Hyunjoong berujar,perasaanku memang tak enak.”
“Hahahahaha…” terdengar suara tawa.

Semuanya mendongak ke atas dan terkejut. Hantu-hantu berkeliaran di atas sana.

Thia berlari menuju Rin,kyaaaaaaaa!!!”
 “Kalian lagi!” Youngsaeng sebagai Warriors’ Helper, sudah bisa melihat hantu, tapi tidak kaget.
Hantu-hantu bersorak,banyak kemurnian hati… bagus…”

May kaget saat pintu-pintu aula terdobrak dengan suara keras. Tapi May lebih kaget dengan apa yang  dia lihat. Mayat. Mayat-mayat dengan tingkat menjijikkan yang beragam. Bahkan benar-benar ada beberapa belatung di badan kehijauan mereka. Dan di belakang mereka ada pasukan tengkorak. May tidak pernah melihat ataupun menyangka mereka ada sebanyak ini. Dan suara berkepak ini…

“Kelelawar! Di atas!” teriak Amelz.

Amelz benar. Kelelawar-kelelawar penghisap darah itu berkeliaran bersama para hantu di langit-langit.

Suara memanggil,teman-teman!!!”
 “Astaga! Fennie!” May menoleh ke pintu utama, Clara!”
“May jie…” sahut Clara.

Dua zombie mencekik Clara dan Fennie, sementara teriakan mulai terdengar. Mereka, tak bisa melihat hantu-hantu ini, jadi mereka disekap atau diserang… tanpa tau siapa pelakunya.

Fennie bertanya,apa ini sebenarnya yang mencekikku? lepaskan aku!”
“Sakiiiiiiiiiit…”

Clara mulai tercekik.

“May, pejamkan matamu!” perintah Junki, “berkonsentrasilah!”
“Apa kau melihat Propechy, Junki?” Tanya Youngsaeng.
“Ya. Dan ini sangat menyenangkan. Ayo, May.”

May bingung, tapi melakukan persis seperti yang diperintahkan Junki. May memejamkan mata. Sedikit ketakutan di tengah hiruk pikuk ini. Di sampingnya, May merasa Annie sudah mulai beraksi. Ada rasa hangat di seputaran dadanya. Perasaan hangat yang menyenangkan. Mengalir perlahan menuju kedua tangan May dan punggungnya. May menggenggam sesuatu yang keras di kedua tangannya. Dan punggungnya

Annie berteriak, “May! Itu senjata!”
 “Anak panah ekor naga… May, ini Dragon Bow-mu!” teriak Hyunjoong.
May bertanya,aku… punya… senjata?”
“Apa lagi yang jiejie tunggu?” Tanya Rin, “serang!”
“Dragon Bow!”

Luar biasa rasanya. Walau May tidak pernah memakai busur panah sebelumnya, dia berhasil menembak zombie yang mencekik Clara tepat di kepalanya. Zombie itu berteriak kesakitan. Rin juga berhasil menembak zombie yang menyandera Fennie. Sekarang Clara dan Fennie berlarian ke arah May.

Fennie bertanya, “May jie? Bagaimana kalian bisa punya senjata?”
“Nanti kami jelaskan,” jawab May, Fennie, Thia, Clara, Junki, Youngsaeng oppa… berdiri di belakangku. Aku akan melindungi kalian.”
 “Chun disana!” tunjuk Youngsaeng.

May melihat Chun akan diserang dengan pedang oleh rombongan tengkorak.

Julie berteriak, “Demon Magic Stick!”
“Bagus, Julie!” puji May.
Stella berkonsentrasi pada meja penuh makanan yang langsung terlempar ke beberapa ekor kelelawar yang akan menyerang Aaron,kau! jangan serang Aaron ge!”

May menoleh ke belakang saat terdengar suara letupan kecil. Junsu sudah pulang dengan membawa Kimbum.

“Bagus, Stella, aku lihat yang barusan, puji Junsu.
 “Tetap saja tidak adil karena aku tidak punya senjata!”
Hyunjoong menunjuk hantu-hantu yang menyerang manusia, disana!”
“Tidak bisa!” seru May, “kurasa kita harus bagi tugas. Kimbum, Junsu, Amelz, kalian atasi hantu. Annie, Julie, Stella, kalian atasi tengkorak. Hyunjoong oppa, Rin dan aku akan melawan zombie.”
“Bagus, May. Kami memang butuh leader dan kaulah orang yang tepat,ujar Amelz.
 “Amelz…”

May lega karena sudah tau Amelz memaafkannya.

Stella mengeluh,duuuuh… banyak tengkoraknya.”
“Kita harus menihilkan korbannya,” perintah Junsu, “kalau tidak, nama Saint akan buruk!”
“Healing!” teriak Julie, menyembuhkan mahasiswa terluka.
Kimbum dicekik hantu,argh!”
 “Kimbum oppa!!!” seru Annie, Silver Chain!”
 “Dasar sial!”
 “Mereka tak habis-habis…” keluh Rin.
Suara bergema,ironis sekali… rupanya kalian tidak kuat.”

May menoleh ke sumber suara. Ada drakula lain berdiri di atas panggung.

Kimbum memanggil, “Hyunjoong hyung, Junsu… apa itu teman kalian?”
“Louis Rotislav!” teriak Junsu.
Louis berucap,kau masih mengenalku, Jack Alekseev?”
“Tentu! Kau si penjahat Louis Rotislav!”
 “Penjahat? Penjahat sesungguhnya adalah yang membunuh anakku Mike!”
 “Kematiannya tak ada hubungannya denganku ataupun…”
 “Oliver Lavrenty, ucap Hyunjoong singkat.
Louis bertanya,siapa kau?”
 “Oliver Lavrenty. Pangeran yang kalian cari-cari selama ini.”
 “Jangan bercanda. Cincinmu berinisial N.A. Kau Cuma Agrafyena.”
 “Tunggu saja sampai fakta membuktikan aku benar-benar pangeran. Pengkhianat harus musnah.”

May mendengar wibawa dari ucapan Hyunjoong. May kali ini merasa perkiraan Junsu tepat: Hyunjoong-lah sang pangeran yang hilang.

“Kau mengaku sebagai pangeran, kau mau mati ya?”
Junsu berucap,kalau Ivan Feodosiy ingat tentang pangeran, dia bisa membantu kami!”
“Sayangnya sekarang dia bukan sekutu kalian lagi. Dia tidak berdaya. Karena cincinnya ada disini.”

May melihat cincin emas berkilat yang ditunjukkan Louis. Inisial I.F terpapar jelas disana.

“Kau licik sekali!” Hyunjoong teleport ke tempat Louis.
Kurang cepat, pangeran!”
Suara bergema yang lain,kalau kau mencari pembunuh anakmu, akulah orangnya.”
 “Siapa itu?” Tanya Hyunjoong ketika Teleport kembali ke samping May.
Vani berujar,aku Vani Miroslava. Dan aku sudah menghabisi Mike yang licik. Kau ayahnya kan? Sama-sama memakai cara kotor untuk menyakiti Ivan Feodosiy!”
“Miroslava?” Tanya Junsu.
Hyunjoong bertanya,siapa dia, Junsu? Pihak kita atau musuh?”
“Miroslava banyak. Aku tidak ingat. Tapi kurasa dia baik. Dia menghabisi Mike, kan?”
 “Apa dia akan kesakitan sekarang?” Louise menusuk cincin I.F dengan pedangnya, “teman kalian ini?”
“Kau kejam!!! Jangan sakiti dia! Love Magic Stick!” seru Vani.
Junsu bertanya, “Love Magic Stick? Kenapa tak asing…?”

Sementara di hadapan mereka, terjadi duel yang aneh antara Vani dan Louise. Louise pemakai pedang, Vani pemakai tongkat. Tapi keduanya tampak berimbang. May tau bahwa Vani ini hebat.

“Annie… yang ini… tidak tertolong…” keluh Julie.
Annie bertanya,apa??? May… dui bu qi…”
“Tidaaaak… ada yang meninggal…” keluh May, kemurnian hati makin banyak…”
 “Hahaha… putus asa, Wind Warrior? Serahkan pangeran palsu itu pada kami, maka kami akan membatalkan janji dengan pangeran iblis!” perintah Louise, menangkis serangan Vani.

May menoleh pada Hyunjoong. Pangeran ataupun bukan, May tak akan menyerahkannya, itu tekadnya.

 Tidak akan pernah!!!”
Semuanya terharu dan kagum, “May…”
 “Kau menyulut peperangan!” seru Louise.

Mereka bergerak sekali lagi. Junsu membantu Vani mengeroyok Louise. Mereka berjuang mengatasi makhluk-makhluk dunia hitam ini semuanya. Junki yang Propechy-nya lebih tajam dari May, banyak menunjukkan posisi-posisi vital dengan lebih cepat pada mereka. Youngsaeng juga menyelamatkan banyak yang pingsan ke tengah lingkaran. Tapi… mereka juga gagal. Ada yang meninggal… satu… dua…

Junsu berteriak, “Justice Sword!”
 “AAAAAAh…” Louise terluka pada dadanya.
Vani memerintah,serahkan cincin itu pada kami!”
“Di lain waktu.”

Louise menghilang,

“Sial! Padahal sedikit lagi!” Junsu kesal sendiri, “sejak kapan Rotislav bisa Teleport?”
 “Wind Warrior, aku akan membantu kalian…” Vani melompat ke samping May.
May bertanya, “Vani Miroslava? Thanks.”

Dengan bantuan Vani, sedikit banyak mereka berhasil mengatasi musuh-musuh mereka. Ya, setidaknya ada tiga drakula yang membantu mereka saat ini. May merasa kehilangan Feodosiy. Selama ini Elder Sword-nya banyak membantu mereka juga. May berpikir… mungkin absennya dia kali ini adalah karena cincinnya yang hilang.

“Beres. Hantu terakhir lemah, tukas Kimbum.
Junsu berteriak, “Magical Belt!”

Semua hantu, tengkorak dan zombie yang lemah telah diikat Junsu.

“Annie…” panggil May.
Annie berseru, “Heaven’s Mirror!”

Dengan satu berkas cahaya dari Heaven’s Mirror, semuanya terhisap masuk ke dalam cermin.

“Yang meninggal…”
 “Sembilan orang… teman-teman kita semua selamat,” lapor Stella, “hanya saja… tetap ada yang meninggal.”

May menyalahkan dirinya sendiri yang lemah.

 “May, jangan salahkan dirimu. Kita semua sudah berusaha, hibur Hyunjoong.
Junsu berucap,mereka menyandera cincin Ivan. Licik! Mereka pasti akan memanfaatkannya. Kita harus waspada dengan Ivan sampai kita bisa merebut kembali cincinnya.”
“Aku terlambat merebut kembali cincinnya,keluh Vani.
 “Thanks kau sudah menolong. Ngomong-ngomong klan Miroslava masih peduli pada keluarga kerajaan yang hilang?”
 “Tentu saja. Kau…”

Vani terkejut, mendekati Junsu, wajah mereka hanya berjarak 10 cm sekarang.

 “Jangan dekat-dekat!”
 “A…lekseev… Alekseev… Jack Alekseev kan?”
 “Apa kita saling kenal?”
 “Aku Vani! Bukan… bukan Miroslava! Aku Vani Lavrenty!”

Vani berputar di tempat, dan seketika ada yang berubah… wajahnya sedikit berubah.

 “Princess?”
 “Kau ingat ini? Aku suka begini, kan?”

Vani memutar-mutar Love Magic Stick dengan dua jari.

 “Astaga! Princess Lavrenty! Ternyata ini benar Anda!”
 “Jack!!! Dimana kakakku? Apa kau sudah ketemu kakakku?”
 “Kakak Princess? Yang ini, kan?”

Junsu menunjuk Hyunjoong. Semuanya terkejut saat Vani bergerak cepat menuju hadapan Hyunjoong yang termangu.

Vani memanggil,kak Oliver?”
 “Jujur saja Vani, aku… aku tak ingat jati diriku,” ujar Hyunjoong, “tapi aku Nico Agrafyena.”
“Buka. Buka bajumu.”
 “Apa???” Tanya semuanya, shock.
 “DI bahumu… ada tahi lalat berbentuk bintang-kah?”

Hyunjoong membuka bajunya. May merapat ke Youngsaeng sambil menutup mata.

Youngsaeng bertanya,apa kau tidak pernah melihat Jiro telanjang, May? Tenanglah… tidak apa-apa.”

May mengintip lewat celah jarinya, dan dia melihat ada tanda bintang di bahu kiri Hyunjoong.

Vani memanggil,kakak! Akhirnya aku menemukanmu!”

Vani memeluk Hyunjoong.

 “Tapi aku benar-benartidak ingat…” keluh Hyunjoong.
Tidak apa-apa. Aku akan membuat kakak… eh… oppa ingat lagi. Baik, siapa nama oppa sekarang, di dunia manusia? Dan kau, Jack?”
 “Aku Kim Hyunjoong dan dia Kim Junsu. Ikutlah bergabung di keluargaku kalau begitu.”
 Tidak bisa sekarang. Aku… harus mencari anggota keluarga kita yang lain. Terutama klan Yaroslava.”
Junsu berujar,kurasa Ivan bisa menjadi kunci kita. Feodosiy tua dulu ada menyimpan kertas yang berisi lokasi persembunyian sisa klan Lavrenty dan Alekseev.”
 “Tapi Feodosiy tua sudah tiada.”
 “Aku pikir Ivan pasti tau dimana kertas itu.”
 “Aaargh! Heaven’s Mirror bersinar!!!” seru Annie.

Semuanya langsung mengerumuni Heaven’s Mirror di tangan Annie.

May melihat wajah Patrice yang cantik muncul, “Patrice! Lama sekali tidak bertemu!”
“May, Annie, Amelz dan Julie… sudah lama sejak pertemuan terakhir kita,” sapa Patrice, “selamat datang Stella, Water Warrior yang muncul paling akhir.”
“Aaah… kau Patrice? Cantiknya… tepat seperti yang kubayangkan,ujar Stella.
 “Kau tak banyak berubah. Tetap yang paling ceria, Water Warrior. Aahhh… selamat datang juga untuk Warriors’ Helper. Sudah ada Youngsaeng, Junki, Rin dan Kimbum yang bergabung. Kurasa akan ada beberapa lagi yang akan datang.”
Amelz bertanya, “Patrice… apakah ada yang ingin kau sampaikan?”
“Tepat, Amelz. Jack Alekseev… tidak ingatkah kau padaku? Lihat aku baik-baik…”
 “Patrice… Patrice… ya ampun!” Junsu maju untuk melihat Heaven’s Mirror dengan lebih jelas, Patrice Yaroslava kah?”
 “Ya, ini aku. Salam hormat juga untuk Princess Vani dan Prince Oliver.”
 “Patrice, kau yakin ini adalah putri dan pangeran kita?”
 “Tentu saja. Kita perlu mengingatkan Prince Oliver lagi tentunya.”
“Apa yang harus kulakukan?”
 “Bukan kau. tapi kita. Jangan tanggung beban ini sendirian lagi ya. May, sebelumnya sorry. Kali ini aku akan memberi arahan-arahan.”
“No problem, Patrice. Kami terlatih berkat kau, ucap May.
“Wind Warrior benar-benar leader sejati. Princess Vani, bisakah Anda membantu merebut kembali cincin Ivan Feodosiy? Bisa-bisa Ivan saat ini diperalat untuk berbuat jahat.”
Vani setuju,baik, Patrice. Aku memang mau melakukan itu.”
“Junsu… begitukah mereka memanggilmu, Jack? Tugasmu sekarang memata-matai Ivan. Jangan biarkan dia melukai yang lainnya, ataupun dirinya sendiri.”
 “Tapi aku tidak tau sosok manusianya,” keluh Junsu, “baunya tersamarkan oleh Elder Sword. Dan dari dulu aku kesulitan membaui dia. Dia punya sihir yang hebat.”
 “Lakukan sebisamu. Atau setidaknya kau harus ada di dekat Prince Oliver terus. Dan Element Warriors juga Warriors’ Helper, tolong… tolonglah kami jaga klan kerajaan kami…”
“Sebenarnya aku tidak ngerti sebenarnya orientasi utama kami ini apa, Patrice? Mencegah pangeran iblis masuk ke dunia ataukah bekerjasama dengan kalian para drakula?” Tanya May.
 “Keduanya. Kalian akan segera mengerti setelah Junsu dapat semua datanya dan melengkapinya dengan punya Ivan. Mengerti?”
Annie setuju,baik, Patrice.”
 “Sekarang aku akan pergi.”
 “Tunggu. Kau dimana, Patrice?” Tanya Vani.
 “Kami dikurung. Semua Yaroslava. Mereka akan menghabisi kami cepat atau lambat. Kecuali kalian bisa menyelamatkan kami. Heaven’s Mirror adalah satu-satunya caraku berkomunikasi dengan kalian.”
Junsu memutuskan,aku akan menyelamatkan kalian.”
“Selesaikan tugas-tugas itu dulu. Selanjutnya baru kita pikirkan caranya. Sekarang mereka sudah bersekutu dengan zombie, aku takut… akan semakin banyak makhluk hitam yang keluar. Berusahalah… aku akan mengunjungi kalian lagi.”
 “Meskipun aku tidak ingat padamu, Patrice… thanks, ujar Hyunjoong.
 “Anda akan segera ingat, Prince…”

Love's Arrived chapter 8 part 1


Love’s Arrived
Chapter 8 part 1

Hari ini kuliah dimulai. Gisela akhirnya berani membawa mobilnya sendiri. Sebenarnya dia cukup menyesali hal ini, karena Alex tidak mungkin lagi datang untuk mengajarinya. Gisela memarkir mobilnya di lapangan parkir kampusnya, universitas terbaik di Taipei. Mobil-mobil sudah banyak juga diparkir di sana. Begitu turun dari mobil, dia berusaha mencari David, Michael, Albert atau Alex yang kuliah di universitas yang sama. Yang jelas, Albert bilang dia ada jadwal kuliah juga hari ini. Wah… kampusnya mewah sekali… berarti benar kata Xiang Chen ge, orang-orang yang kuliah di sini pasti anak-anak orang kaya, artis, atau kalau nggak, sangking pintarnya jadi dapat beasiswa, deh… wah… Karena kebanyakan noleh kanan-kiri, akhirnya Gisela menabrak seseorang.

“Dui… dui bu qi…” sendat Gisela.
“Gisela Mai?”

Gisela mendongak dan menemukan seorang cewek yang cantik, dengan perawakan seperti model. Gisela merasa minder.

“Ya… ya?”
“Kamu Gisela Mai, kan?”
“I… ya.”
“Wah, senang sekali bisa ketemu denganmu. Boleh… minta tanda tangan dan foto bareng?”
“Hah? Boleh… aja sih.”
“Hei, teman-teman! Gisela Mai, nih!”
“Eh, jangan…”

Tapi terlambat. Serombongan orang yang masih nongkrong di depan kampus telah mengerumuni Gisela setelah si cewek berteriak. Mereka minta tanda tangan, foto bersama, bahkan ada beberapa yang mencubit pipi Gisela. Tolong!!!

“Siapa tuh yang dikerumuni?” tanya Alex yang baru turun dari mobilnya David.
“Entah. Barangkali Wen Chun,” jawab David, baru mengunci mobilnya.
“Wen Chun baru bangun tadi.”
“Mungkin artis yang baru masuk kampus kita.”

Kemudian keduanya berpandangan.

“Mei-Mei!” keduanya berteriak kompak.
“Gisela, apa benar kau pacaran dengan Alex Zhou?” tanya seorang cewek yang mungil.
“Nggak… itu semua gosip…” jawab Gisela.
“Nah kan, udah kubilang itu gosip,” kata cewek lainnya.
“Hei! Jangan kerumuni dia!” Alex menyeruak di antara para fans.
“Alex Zhou!!! David Wang!!!”

Para fans-pun terpecah menjadi tiga bagian, tapi tampaknya Alex yang paling banyak fansnya. Setelah setengah jam meladeni permintaan mereka, bel berbunyi.

“Eh… aku juga mau kuliah, nih. Nanti aja ya kalau mau foto bareng lagi.”

Alex dengan ramah berhasil mengusir fansnya, berikutnya membantu David dan Gisela mengusir fans mereka. Ketiganya mendesahkan nafas lega. Michael menghampiri mereka.

“Kena serangan yang biasa?” tanyanya dengan santai.
“Xiao Wei! Kok kau baru datang?” tanya David, terkejut melihat Michael.
“Aku takut ada kejadian begini lagi. Kita kan udah dua bulan nggak datang ke kampus,” jawab Michael, “ayo kita masuk.”
“Bye, kita pisah,” pamit Alex sambil menjauh.
“Sini, lihat jadwalmu,” pinta David pada Michael.

Gisela tersenyum kepada punggung Alex, tapi ternyata Alex menoleh dan memberi isyarat dengan tangannya ‘nanti aku telepon kamu’ dan segera berlari menjauh. Gisela jadi surprise.

“Mei-Mei? Kenapa wajahmu memerah? Panas? Sakit? Atau karena tadi dicubitin?” tanya Michael.

Dia langsung memegang pipi Gisela.

“Ah… eh… aku… nggak apa-apa,” sendat Gisela.
“Lihat jadwalmu, Mei-Mei,” pinta David.

David membandingkan jadwal ketiganya.

“Nah, Mei-Mei, kita satu mata kuliah jam pertama ini. Sampai ketemu, Xiao Wei.”
“Bye…” pamit Michael.

David mengajak Gisela menuju kelas di lantai dua gedung. Kelas yang mereka masuki sudah berisi cukup banyak orang, semuanya tampak seperti anak-anak pejabat. Semuanya menoleh begitu Gisela dan David masuk. David mengajak Gisela duduk di dua meja paling belakang. Suasana kini penuh kasak-kusuk. Pasti ngomongin kami lagi, nih… Gisela meletakkan laptop kesayangannya dengan aman di mejanya.

“Gisela?”

Gisela menoleh ke meja di samping kirinya. Wajah cewek yang imut ini seperti dikenalnya.

“Ya?” jawab Gisela ragu.
“Gisela… dari Palembang, kan?”
“Iya. Kamu siapa?”
“Kau lupa ya sama aku? Aku Jeanne!”
“Jeanne… Jeanne Novia?”
“Iya, ini aku!”
“Wah, Jeanne! Lama nggak ketemu!”

Keduanyapun berpelukan melepaskan rasa rindu dan kemudian ngobrol cepat pakai bahasa Palembang, membuat seisi kelas bingung.

“Duduk! Pelajaran dimulai!”

Si dosen berkepala botak yang tampangnya agak killer masuk dan menduduki bangku dosen. Jeanne dan Gisela langsung kembali ke posisi siap belajar.

“Ming-Ming ge… Jeanne ini teman sekelasku dari kelas 1-3 SD dulu.”
“Oh… senang dong, bisa ketemu lagi? Kebetulan sekali, ya?” kata David sambil tersenyum.
“Hei yang di belakang! Jangan berisik!”

Setelah selang beberapa menit, Gisela merasa otaknya agak kesusahan menangkap pelajaran Pengantar Sastra Mandarin yang diajarkan si dosen. Gisela bermasalah karena pemahaman bahasa Mandarin-nya masih kurang. Aku tanya Xiao Wei aja ah, nanti… Sebongkah kertas jatuh di meja Gisela. Gisela menoleh ke David yang memberi isyarat ‘baca’ dan Gisela segera membuka kertas itu.

Pulang kuliah aku mau rekaman. Mau ikut?

Gisela mengangguk bersemangat ke arahnya dan David tersenyum sangat manis.

******

“Mei-Mei! Kau datang lihat rekaman Ming-Ming, ya?”

Mrs. Yan masuk ke dalam studio rekaman tempat David akan rekaman lagu barunya. David sedang belajar nada-nada, Gisela duduk di sebelahnya.

“Aku dan Shu masih diganggu telepon dari wartawan, nih. Mei-Mei, kau nggak diganggu mereka, kan?”
“Nggak, jie,” jawab Gisela.
“Padahal kami semua Cuma dekat sebagai teman, kok,” jelas David.
“Tapi wartawan, kan… aduh, kau pasti mengerti mereka, Ming-Ming. Pokoknya kalian harus lebih hati-hati deh, ke depannya,” nasehat Mrs. Yan.
“Apa kami nggak boleh jalan bareng lagi?”
“Bukan begitu, Ming-Ming. Aku senang lho, kalian mau jagain Mei-Mei. Aku Cuma nggak mau kalian ditimpa gosip miring,” jawab Mrs. Yan, “Mei-Mei, kalau kau memang pacaran, kau bisa kasih tahu aku.”
“Kami pacaran.”
“APA?”
“Bercanda, jie.”
“Ming-Ming!”

Gisela tertawa melihat Mrs. Yan memukul kepala David dengan setumpuk kertas. David Cuma tersenyum nakal dan memperbaiki rambutnya dengan cool. Gisela merasakan handphonenya bergetar. Gisela melihat wajah Alex dan nama ‘Xiang Chen ge’ muncul di layar handphone-nya. Gisela keluar dari ruangan dan menyambut telepon dengan senang.

“Wei…”
“Mei-Mei, ni zai na li? (kau dimana?)”
“Di studio. Ming-Ming ge lagi rekaman lagu baru.”
“Oh… aku baru selesai kuliah dua subject. Masih tersisa satu subject, sih. Dosennya kejam, mereka menderaku dengan banyak tugas. Katanya untuk menolong nilai-nilaiku. Tapi Wen Chun nggak dikasih tugas sebanyak itu.”
“Ha ha ha… kasihan, deh.”
“Yah, Cuma itu tanggapannya.”
“Emangnya mau gimana lagi?”
“Nah, temani aku hilangin stress, ya.”
“Boleh aja, sih.”
“Jemput aku di kampus.”
“Beri aku waktu satu jam lagi, ya.”
“Oke, aku tungguin. Zai jian…”
“Bye bye…”

Gisela masuk ke dalam ruangan dan melihat David dan Mrs. Yan masih bercanda. Gisela nimbrung dan David makin tidak konsentrasi latihan menyanyi. Gisela menyanyikan not-not yang dipegang David dengan nada fals.

******

Gisela menghentikan mobilnya tepat di depan kampus. Alex yang membawa setumpuk buku dan kertas, juga menyandang tas ransel besar, dan tangan satunya menjinjing tas yang berisi laptopnya, berlarian ke arahnya dan langsung masuk ke mobil. Dia memindahkan tas, kertas, buku dan laptopnya ke kursi belakang mobil.

“Itu buku dan kertas semuanya tugasku. gila, kan?”
“Mungkin nggak lama lagi aku juga disiksa begitu,” jawab Gisela sambil tertawa.
“Percaya deh, kuliah itu nggak sesantai yang kau kira.”
“Oke lah, kita lupakan itu dulu. Mau kemana, da ge? (da ge=sebutan untuk kakak yang lebih tua-red)”
“Nonton. Film komedi Hollywood baru, nih.”

Alex menunjukkan dua tiket yang dipegangnya.

“Ge ge udah beli tiketnya? Bagus sekali persiapannya.”
“Aku memang mau ajak kau dari pertama. untung deh nggak kau tolak. Kalau nggak, terpaksa deh aku ajak Wen Chun.”

Xiang Chen ge ngajak aku nonton… apa benar kata Ming Jun ge, aku boleh berharap?

“Oh, tunggu sebentar. Berhenti di pinggir, Mei-Mei.”
“Kenapa?”

Alex mengeluarkan kacamata hitam dan topi hitam dari tasnya.

“Kau harus mulai menyamar. Semua orang udah mengenalmu sekarang.”
“Aku nggak suka kacamata hitam. Topi aja, deh.”

Alex memakaikan topi ke kepala Gisela yang imut. Dia sendiri memakai topi hitam yang lainnya dan kacamata hitam.

******

Waktu nonton, Alex dan Gisela tampak seperti sepasang kekasih. Mereka membeli popcorn dan minuman, tertawa keras bersama dan berjalan berdekatan.

“Ayo, aku ajak kau ke tempat yang menyenangkan,” ajak Alex sambil menggandeng tangan Gisela.

Xiang Chen ge… jangan-jangan besok wajah kita muncul di headline majalah gosip… Tuhan, andaikan waktu bisa berhenti, aku ingin waktu berhenti sekarang juga… semua ini udah cukup untukku. Alex mengajaknya masuk ke pet shop di kompleks mall.

“Nah, kemarin aku nonton iklannya ada banyak anjing baru yang masuk. Pilih satu.”
“Kenapa?”
“Kok nanya? Kan kau pengen punya anjing di rumah barumu.”
“Ge ge tahu darimana?”
“Kau tulis di situs-mu, kan? Aku beliin deh, kado untukmu.”
“Aku nggak lagi ultah.”
“Aku tahu. Jangan cerewet, ambil saja.”

Akhirnya Gisela memilih anak anjing pudel jantan yang sangat lucu.

“Hai manis… namamu Alex, ya?”

Alex yang sudah membayar anjingnya, pasang tampang tak senang.

“Kalau begitu aku beli anjing betina dan kuberi nama Gisela, ya.”
“Jangan, ah. Aku Cuma bercanda, kok.”

******

Jam enam sore, Gisela sampai di lokasi syuting dan menyelesaikan adegannya dengan lancar, seperti biasa.

“Mei-Mei, kami mau karaokean malam ini, mau ikut gak?” Nathan mengajak Gisela.
“Wah, boleh. Di mana?” tanya Gisela bersemangat.
“Di rumah kami lah. Kebetulan besok kita kan mau syuting pagi, jadi sekalian nginap aja.”
“Oke!!!”
“Ming-Ming juga ikut nih,” lapor Michael, “yuk pulang.”

Keempatnya berkonvoi dengan empat mobil kembali ke rumah LI LIANG. David yang bawa mobil paling cepat, disusul Michael, Nathan dan Gisela yang sama sekali nggak berani kebut-kebutan. Sekitar jam setengah sepuluh malam, mereka memasukkan mobil mereka ke dalam garasi. Rupanya garasi tidak dirancang untuk menampung enam mobil sekaligus, jadi mobil Albert dan Alex terjepit di bagian dalam. Sayup-sayup Gisela mendengar Albert dan Alex menyanyikan lagu grup mereka sendiri di lantai dua. Mereka dengan bersemangat menyusul mereka dan ikut berkaraoke. Albert suaranya tinggi dan halus, Alex punya suara yang unik dan dia bisa mengubah suaranya menjadi aneh sekali, David punya suara yang berat, Nathan, seperti biasa, suka fals dalam beberapa nada, tapi suaranya sekarang terdengar lebih bagus, sementara itu Michael-lah yang suaranya paling bagus di antara mereka.

“Tunggu dulu. Mei-Mei belum nyanyi,” kata Albert.
“Aku nggak bisa nyanyi,” tolak Gisela.
“Mana ada orang yang nggak bisa nyanyi. Kita semua kan udah nyanyi. Mei-Mei nyanyi juga dong.”

Albert menyodorkan mic.

“Suaraku fals sekali kalau nyanyi. Pokoknya jelek banget, deh.”
“Jangan bilang begitu. Kau harus pede dengan suaramu,” hardik Alex.
“Lagian kita belum pernah dengar suaramu. Please, nyanyi, deh. Kita kan mau senang-senang malam ini,” bujuk David.
“Aku benar-benar nggak…”
“Ini kan Cuma karaoke, bukan lomba nyanyi.”

Gisela menghela nafas panjang dan mengambil mic dari tangan Albert.

“Coba Fa Ru Xue (Hair Like Snow), deh.”
“Lagu Jay Zhou?” tanya Nathan yang segera mengendalikan remote control.

Gisela berdeham dan mulai bernyanyi. Dia menyanyikan satu bait pertama lagu Fa Ru Xue.

 “Aduh… nggak, ah. Jelek banget, nih.”

Nathan berpandangan dengan Michael dan sebenarnya mereka setuju.

“Ha… ha… benar kata Ming-Ming, kita kan malam ini nyanyi buat senang-senang. Nggak apa-apa, Mei-Mei. Duet sama aku aja.”

Akhirnya Nathan membantu Gisela menyelesaikan Fa Ru Xue. Lagunya nggak terdengar terlalu bagus, tapi setidaknya setelah itu Gisela bisa menyerahkan micnya kepada Michael yang mencoba nyanyi lagu Jay Zhou lainnya. Gisela yang dari tadi tegang jadi ingin ke toilet. Michael juga beranjak dari sofa pada detik yang sama dengan Gisela.

“Mau ke mana?” tanya Michael.
“Toilet,” jawab Gisela.
“Aku juga, sih. Tapi kau duluan aja.”

Gisela berjalan mendahului Michael ke toilet. Gisela baru menutup pintu toilet dan seketika melihat…

“Kyaaa!”

Gisela berlari keluar toilet dan memeluk Michael yang lagi ngantri.

“Kenapa, Mei-Mei?”
“Ada kecoa… kecoa…”
“Oh, kecoa.”
“Tolong dibunuh… aku takut kecoa…”
“Oh, iya, deh.”

Michael masuk ke kamar Albert dan keluar dengan koran-koran yang sudah digulungnya menjadi pentungan.

“Mana kecoanya?”

Gisela menunjuk pinggir bak dengan ngeri dan segera mundur. Terdengar suara pukulan (plak!) dan tampaknya Michael sudah berhasil. Dia keluar dan mengangkat si kecoa yang sudah tak bernyawa pada kumisnya di tangan kanannya.

“Dia udah mati, Mei-Mei. Silahkan pakai WC-nya. Aku mau buang mayatnya dulu.”

Gisela merasa sangat lega.

*******

Gisela menginap di kamar yang dulu pernah ditempatinya, sedangkan David tidur di kamar seberang kamar Albert di lantai dua. Gisela keluar kamar tengah malam, sekitar jam dua dini hari, karena dia kehausan. Gisela minum air dengan penuh rasa syukur, sementara Alex dengan tampang kusut muncul dan menghampirinya di dapur.

“Lho? Xiang Chen ge? Belum tidur?” tanya Gisela heran.
“Nggak bisa tidur. Lapar, nih,” jawab Alex.

Dia menuju lemari dan menggerutu sepertinya semua persediaan mie instant sudah dilahap Albert. Gisela menuju lemari es dan ternyata dia sial, tak ada bahan makanan yang bisa dipakainya untuk memasakkan sesuatu untuk Alex.

“Aku nggak akan bisa tidur kalau lapar begini.”
“Xiang Chen ge, tadi aku dikasih kue tart sama fans. Tapi karena takut lemaknya banyak, aku jadi belum makan,” jelas Gisela, “ada di kulkas, sih. Kalau ge ge mau…”

Mata Alex berbinar-binar dan dia tersenyum bersemangat. Gisela mengambilkan sepotong besar kue tart yang menteganya banyak sekali. Alex memakannya dengan lahap sekali. Dia tampak bahagia.

“Ge ge… suka makan kue tart, ya?”
“Sebenarnya sih, iya…”

Gisela mendengus. Lucu juga, ya. Tampangnya benar-benar macho, tapi ternyata kesukaannya makanan cewek… Alex melotot tak senang.

“Kenapa? Nggak cocok dengan tampangku, ya?”
“Nggak begitu, sih…”
“Jangan kasih tahu yang lain. Selama ini aku takut makanan favoritku ini jadi bahan pembicaraan. Jadi aku sering menahan keinginan melahap kue tart. Terakhir kali makan di pestanya Xiao Wei.”
“Ge ge bisa makan lagi di pestanya Ming-Ming ge besok malam.”
“Oh, kau benar. Karena udah menghinaku, kau harus temani aku makan, Mei-Mei.”
“Jangan! Nanti aku jadi gendut.”
“Dengar, aku nggak terlalu suka sama cewek yang kurus kering seperti model. Itu tipenya Wen Chun.”

Gisela baru akan protes lagi saat sepotong kue melayang masuk ke mulutnya, dari suapan Alex.

“Nanti nyesal loh, soalnya kuenya enak.”
“Kalau aku gemuk, ge ge tanggung jawab, ya?”
“Iya, deh…”

Keduanya berebut melahap kue tart hingga tak bersisa secuil mentegapun.

******

Nathan bangun dengan segar pada jam setengah lima pagi, dia mandi di kamar mandi lantai dua dan setelah itu membangunkan David. Nathan menggerakkan badannya sambil menuruni tangga. Seketika dia melihat Gisela dan Alex tertidur di meja makan. Wah, perkembangan keduanya pesat sekali. Sepertinya mereka nggak butuh aku lagi jadi cupid sekarang. Tapi senyum Nathan terhapus dari wajahnya saat melihat apa yang sudah dimakan mereka semalam.

“Mei-Mei!!!”

Gisela dan Alex bangun geragapan.

“Wei shen me wo hui zai zhe li? (kenapa aku bisa ada disini?)” tanya Alex bego.

Gisela menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengumpulkan nyawanya. Alex menoleh dan memandang Nathan dengan sengit.

“Jangan teriak-teriak. Bisa-bisa nyawa kami nggak pulang dari alam mimpi.”
“Mei-Mei, kamu makan apa semalam?” tanya Nathan dengan nada menyeramkan.

Gisela berpandangan ngeri dengan Alex.

“Kue… tart,” jawab Gisela.
“Sebenarnya semua kue ini aku yang habiskan,” kata Alex, mengerti pandangan memohon Gisela padanya.
“Nggak usah membelanya. Lihat itu, bekasnya ada di pipimu,” cetus Nathan.

Gisela mengusap pipinya dan menemukan sedikit bekas mentega disana. Nathan segera menarik Gisela pada pergelangan tangannya.

“Eh… Ming Jun. Ni yao dai Mei-Mei qu na li? (kau mau bawa Mei-Mei kemana?)”
“Fitness. Hilangkan semua lemak yang udah dimakannya kemarin.”
“Xiang Chen ge, tolong…”

Dan dengan pasrah Gisela disiksa Nathan sepagian sebelum mereka ke tempat syuting.

*******