Brand New It’s Magic
Chapter 7 part 6
“Pasangan gege semuanya diambil orang. Gege telat.”
“Aaaah masa sih cowok cute seperti gege bisa kalah saingan?”
“Ya… tak selalu kalah sih. Buktinya kau mau pergi denganku kan?”
“Aku? Tapi aku tidak cantik… nanti apa kata fans gege?”
“Menurutku kau manis koq, Thia. Eh… ayo kita pergi. Bakal telat kalau tidak pergi sekarang.”
Dalam hati Thia merasakan sesuatu yang hangat. Meski baru patah hati lantaran Jiro dan Julie pacaran, kini Thia menjadi paham akan sesuatu… bahwa setiap peristiwa pasti ada hikmahnya… dan jika selama ini yang Thia sukai hanya mug berwarna hijau, ternyata mug berwarna biru di sampingnya juga indah…
***
Begitu turun dari Ford Youngsaeng, lapangan parkir sudah penuh dengan mobil-mobil dan mahasiswa atau siswa yang berkeliaran dengan gaun merah. Lagi-lagi OSIS, dan kali ini ditambah dengan Dewan Mahasiswa kampus menghias tempat ini dengan berlebihan. Terlalu banyak hati warna pink, lampu-lampu kecil warna pink, cupid-cupid gabus, balon-balon pink, rimpel-rimpel pink… sampai di pohon-pohon. May sudah memutuskan tidak akan membantu Julie bersih-bersih lagi.
Youngsaeng bertanya, “apa kau juga berpikiran ini berlebihan, May?”
“Iya oppa…” May mengiyakan.
“Setahun sekali… kita nikmati saja lah May…”
“Hei… Ryeowook? Lho? Koq sama Annie?”
Annie menjawab, “eh hai May… dan Youngsaeng oppa.”
“Halo May…” sapa Ryeowook, “aaaah ada Youngsaeng hyung juga. Pasangan yang paling serasi deh.”
“Makasih. Eh Ryeowook, bukannya kau sakit? Sudah tiga pertemuan kau tidak datang ke les vokal bareng Jiro ge kan?” Tanya May.
“Eh… iya sih… masih rada sakit. Tapi kupikir aku pingin ikut acara dansa. Makanya aku datang malam ini. Tolong sampaikan maafku pada Jiro ge ya. Pertemuan berikutnya aku akan datang.”
“Tidak apa-apa koq. Kau harus lebih jaga kesehatan.”
Youngsaeng mengiyakan, “May benar. Kau kelihatan kurus, Ryeowook.”
“Annie, kupikir kau dengan…”
“Junki oppa kan sudah dengan Amelz?” Tanya Annie, “aku tidak mau ganggu.”
“Mereka Cuma pasangan bohong-bohongan. Kau tau itu kan?”
“Iya. Tapi kalau aku sama Junki oppa, lalu Amelz sama siapa dong?”
“Tukeran pasangan saja.”
“Hei, kalian koq ngumpul di parkiran?” Tanya Calvin.
Fennie menyapa, “hai semua…”
“Fennie tak sama Aaron ge?” Tanya May dan Annie kompak.
Calvin menghardik, “hei hei… pokoknya sekarang dia pasanganku.”
“Masuk yuk,” ajak Youngsaeng, “nanti sudah mulai lagi acara dansanya.”
May merasa malu karena Youngsaeng menggandengnya. Banyak pasang mata yang memandangi mereka.
“May jangan merasa malu ya. Aku sudah pernah janji sama Jiro kalau aku akan menjagamu. Sekarang aku benar-benar tidak akan melepasmu.”
Bagi May, bertemu pasangan aneh macam Annie-Ryeowook atau Calvin-Fennie ternyata Cuma awal. Ada yang terbalik-balik pada pasangan-pasangan ini. May tau Annie suka pada Junki, lalu Aaron suka pada Annie. Sementara itu, Fennie juga suka pada Aaron. Tapi semua pasangan yang dilihatnya tidak sesuai.
***
Aaron memanggil, “hai Julie, Chun…”
“Halo Aaron ge… aaah sama Thia,” celetuk Chun, “syukurlah Thia, akhirnya kau bisa ikut acara juga.”
“Mendadak sih,” ujar Thia.
Julie berdeham, “ehem jie… eye shadownya rada berantakan tuh. Boleh kuperbaiki?”
“Hah? Beneran? Mau-mau… xiexie ya Julie.”
“Bu ke qi. Ayo ke belakang panggung.”
Aaron dan Chun menatap Thia yang dibawa pergi Julie.
Aaron berdeham, “ehem… Chun, apa kau lihat Clara?”
“Clara?” Tanya Chun, “oh, ada. Itu dia…”
Chun menunjuk ke sudut ruangan. Di situ duduk Clara yang terlihat manis, sedang minum.
“Sepertinya dateng bareng Kyujong hyung deh.”
“Oh ya? Aku ke sana dulu yah Chun…”
“Oke.”
Dalam pikiran Aaron berkelebat banyak pertanyaan. Kenapa Clara bisa pergi dengan Kyujong? Siapa yang mengajak? Clara-kah ato Kyujong-kah? Apakah setelah dia curhat dengan Kyujong… apakah Kyujong langsung pergi menemui Clara?
Aaron menyapa, “Clara…”
“Oh, hai…” Clara balik menyapa.
“Kau… pergi dengan Kyujong?”
“Tak ada urusan denganmu.”
“Tapi…”
“Kyujong oppa!”
Kyujong berujar, “Clara… eh, Aaron? Sama siapa?”
“Thia,” jawab Aaron singkat.
Clara berujar, “aku mau ke toilet dulu, oppa. Tunggu aku disini ya.”
“Aaron, mian,” ujar Kyujong setelah melihat Clara pergi, “kupikir aku suka dengannya.”
“Apa kau pikir aku akan marah denganmu? Tidak! Aku malah bersyukur kalau ada yang sayang dengan Clara. Apalagi kalau itu teman baikku. Apa kalian sudah jadian?” Tanya Aaron.
“Belum. Dia… bilang dia masih belum bisa melupakanmu.”
“Aku mau minta maaf dengannya.”
“Jangan sekarang. Kurasa dia masih dendam denganmu, Aaron.”
“Tolong jaga dia. Aku benar-benar merasa bersalah.”
“Tidak perlu risau. Lebih baik kau pikirkan benar-benar, siapa yang sebenarnya kau sukai.”
“Itu orangnya. Yang barusan menukar Ryeowook dengan Junki atas inisiatif Stella.”
Kyujong menoleh. Disitu ada Amelz, Annie, Stella, Hyunjoong, Junki dan Ryeowook. Stella dengan cerianya mengarahkan Annie untuk menggandeng Junki, sementara Ryeowook berdiri di samping Amelz. Amelz diam saja dengan kejadian ini, dia tidak peduli. Malah sebenarnya agak lega karena Ryeowook tidak seceriwis Junki. Ryeowook paham bahwa Annie pasti senang dengan pertukaran ini. Stella merasa senang karena telah menjadi cupid. Annie tampak malu-malu, tapi Junki malah langsung menggandeng Annie ke stan makanan.
“Jangan-jangan kau sekarang sedang patah hati.”
“Mirip dengan Thia kan? Patah hati juga.”
“Hwaiting, brother…”
***
Sementara itu, Clara ada di dalam toilet di luar aula. Toiletnya berada lumayan jauh dari aula, yaitu di bagian samping. Dari sini hingar bingar di dalam aula hanya samar-samar terdengar. Setelah menangis, Clara mendapati riasannya berantakan.
Clara berucap, “untung aku bawa beberapa peralatan di dalam tas kecil. Aaah… aku belum bisa melihatnya lagi. Dia cinta pertamaku.”
Clara terkejut saat pintu di belakangnya berderit terbuka. Fennie yang masuk.
“Lho Clara?” sapa Fennie, “kenapa kau nangis?”
“Aaah, itu jie… tidak kenapa-kenapa koq…”
Fennie berdiri di samping Clara di depan wastafel, dan memandang wajah Clara lewat cermin. Dalam hati, Clara tengah memikirkan bahwa Fennie adalah saingannya. Apakah Fennie sekarang sudah menang? Tapi bukankah Fennie datang dengan Calvin?
“Fennie jie… kenapa tidak pasangan dengan Aaron ge?”
“Aku keduluan diajak Calvin ge. Tapi… kupikir Aaron ge pergi denganmu, Clara?”
“Apa? Malah aku yang kepikiran Aaron ge pergi dengan jiejie.”
“Sepertinya kita berdua bukan pilihan sebenarnya dari Aaron ge. Apa kau menangis gara-gara itu?”
“Aku…”
“Hati yang hancur bisa diperbaiki lagi. Jangan tutupi dirimu hingga tak ada yang bersedia datang untuk memperbaikinya. Kyujong oppa baik lho Clara.”
“Fennie jie… kupikir Calvin ge juga baik.”
“Well, apa kau tau apa yang bakal terjadi kalau kita bener-bener jadian dengan dua orang yang kau sebut barusan?”
“Apa?’
“Kita akan jadi saudara ipar.”
“Hahahahahaha… jiejie benar juga…”
“Tersenyumlah Clara. Kita harus tegar.”
Clara langsung memeluk Fennie. Sekarang gantian Fennie yang kebingungan.
“Dui bu qi yah jie… aku sempat kepikiran kalau jiejie itu sainganku. Aku sempat cemburu pada jiejie.”
“Tidak apa-apa koq Clara… sekarang posisi kita sama-sama patah hati kan? Aku juga kalah koq.”
Saat keduanya tengah berbaikan, pintu toilet terbuka. Keduanya menoleh dan terpekik kaget.
***
Sementara itu di dalam aula. Junsu yang saat itu bersama Rin, mencium bau yang tak enak.
Junsu berujar, “Rin… aku mencium bau yang busuk.”
“Apa itu, oppa?” Tanya Rin, “makanan basi?”
“Bukan. Seperti bau mayat. Ya ampun! Busuk sekali! Rin… ada yang tidak beres. Berdiri di sini. Aku akan telepati ke yang lain untuk berkumpul.”
Junsu: “May, Youngsaeng, Amelz, Junki, Annie, Julie, Prince, Stella… ada yang tidak beres. Aku mencium bau mayat. Cepat berkumpul ke tengah.”
***
May menerima telepati dari Junsu.
“Oppa? Apa oppa menerimanya?” Tanya May.
Youngsaeng menjawab, “ya. Ayo kita ke tempatnya.”
Dari beberapa penjuru, May melihat teman-temannya berjalan ke satu arah. Disana Junsu dan Rin tengah menunggu.
“Ada zombie di sekitar sini,” jelas Junsu, “bersiaplah untuk melindungi semuanya. Aku akan teleport ke tempat Kimbum. Kita akan membutuhkan bantuannya.”
“Oke,” setuju May.
Dengan suara lecutan lembut, Junsu menghilang dari hadapan May.
Hyunjoong berujar, “perasaanku memang tak enak.”
“Hahahahaha…” terdengar suara tawa.
Semuanya mendongak ke atas dan terkejut. Hantu-hantu berkeliaran di atas sana.
Thia berlari menuju Rin, “kyaaaaaaaa!!!”
“Kalian lagi!” Youngsaeng sebagai Warriors’ Helper, sudah bisa melihat hantu, tapi tidak kaget.
Hantu-hantu bersorak, “banyak kemurnian hati… bagus…”
May kaget saat pintu-pintu aula terdobrak dengan suara keras. Tapi May lebih kaget dengan apa yang dia lihat. Mayat. Mayat-mayat dengan tingkat menjijikkan yang beragam. Bahkan benar-benar ada beberapa belatung di badan kehijauan mereka. Dan di belakang mereka ada pasukan tengkorak. May tidak pernah melihat ataupun menyangka mereka ada sebanyak ini. Dan suara berkepak ini…
“Kelelawar! Di atas!” teriak Amelz.
Amelz benar. Kelelawar-kelelawar penghisap darah itu berkeliaran bersama para hantu di langit-langit.
Suara memanggil, “teman-teman!!!”
“Astaga! Fennie!” May menoleh ke pintu utama, “Clara!”
“May jie…” sahut Clara.
Dua zombie mencekik Clara dan Fennie, sementara teriakan mulai terdengar. Mereka, tak bisa melihat hantu-hantu ini, jadi mereka disekap atau diserang… tanpa tau siapa pelakunya.
Fennie bertanya, “apa ini sebenarnya yang mencekikku? lepaskan aku!”
“Sakiiiiiiiiiit…”
Clara mulai tercekik.
“May, pejamkan matamu!” perintah Junki, “berkonsentrasilah!”
“Apa kau melihat Propechy, Junki?” Tanya Youngsaeng.
“Ya. Dan ini sangat menyenangkan. Ayo, May.”
May bingung, tapi melakukan persis seperti yang diperintahkan Junki. May memejamkan mata. Sedikit ketakutan di tengah hiruk pikuk ini. Di sampingnya, May merasa Annie sudah mulai beraksi. Ada rasa hangat di seputaran dadanya. Perasaan hangat yang menyenangkan. Mengalir perlahan menuju kedua tangan May dan punggungnya. May menggenggam sesuatu yang keras di kedua tangannya. Dan punggungnya…
Annie berteriak, “May! Itu senjata!”
“Anak panah ekor naga… May, ini Dragon Bow-mu!” teriak Hyunjoong.
May bertanya, “aku… punya… senjata?”
“Apa lagi yang jiejie tunggu?” Tanya Rin, “serang!”
“Dragon Bow!”
Luar biasa rasanya. Walau May tidak pernah memakai busur panah sebelumnya, dia berhasil menembak zombie yang mencekik Clara tepat di kepalanya. Zombie itu berteriak kesakitan. Rin juga berhasil menembak zombie yang menyandera Fennie. Sekarang Clara dan Fennie berlarian ke arah May.
Fennie bertanya, “May jie? Bagaimana kalian bisa punya senjata?”
“Nanti kami jelaskan,” jawab May, “Fennie, Thia, Clara, Junki, Youngsaeng oppa… berdiri di belakangku. Aku akan melindungi kalian.”
“Chun disana!” tunjuk Youngsaeng.
May melihat Chun akan diserang dengan pedang oleh rombongan tengkorak.
Julie berteriak, “Demon Magic Stick!”
“Bagus, Julie!” puji May.
Stella berkonsentrasi pada meja penuh makanan yang langsung terlempar ke beberapa ekor kelelawar yang akan menyerang Aaron, “kau! jangan serang Aaron ge!”
May menoleh ke belakang saat terdengar suara letupan kecil. Junsu sudah pulang dengan membawa Kimbum.
“Bagus, Stella, aku lihat yang barusan,” puji Junsu.
“Tetap saja tidak adil karena aku tidak punya senjata!”
Hyunjoong menunjuk hantu-hantu yang menyerang manusia, “disana!”
“Tidak bisa!” seru May, “kurasa kita harus bagi tugas. Kimbum, Junsu, Amelz, kalian atasi hantu. Annie, Julie, Stella, kalian atasi tengkorak. Hyunjoong oppa, Rin dan aku akan melawan zombie.”
“Bagus, May. Kami memang butuh leader dan kaulah orang yang tepat,” ujar Amelz.
“Amelz…”
May lega karena sudah tau Amelz memaafkannya.
Stella mengeluh, “duuuuh… banyak tengkoraknya.”
“Kita harus menihilkan korbannya,” perintah Junsu, “kalau tidak, nama Saint akan buruk!”
“Healing!” teriak Julie, menyembuhkan mahasiswa terluka.
Kimbum dicekik hantu, “argh!”
“Kimbum oppa!!!” seru Annie, “Silver Chain!”
“Dasar sial!”
“Mereka tak habis-habis…” keluh Rin.
Suara bergema, “ironis sekali… rupanya kalian tidak kuat.”
May menoleh ke sumber suara. Ada drakula lain berdiri di atas panggung.
Kimbum memanggil, “Hyunjoong hyung, Junsu… apa itu teman kalian?”
“Louis Rotislav!” teriak Junsu.
Louis berucap, “kau masih mengenalku, Jack Alekseev?”
“Tentu! Kau si penjahat Louis Rotislav!”
“Penjahat? Penjahat sesungguhnya adalah yang membunuh anakku Mike!”
“Kematiannya tak ada hubungannya denganku ataupun…”
“Oliver Lavrenty,” ucap Hyunjoong singkat.
Louis bertanya, “siapa kau?”
“Oliver Lavrenty. Pangeran yang kalian cari-cari selama ini.”
“Jangan bercanda. Cincinmu berinisial N.A. Kau Cuma Agrafyena.”
“Tunggu saja sampai fakta membuktikan aku benar-benar pangeran. Pengkhianat harus musnah.”
May mendengar wibawa dari ucapan Hyunjoong. May kali ini merasa perkiraan Junsu tepat: Hyunjoong-lah sang pangeran yang hilang.
“Kau mengaku sebagai pangeran, kau mau mati ya?”
Junsu berucap, “kalau Ivan Feodosiy ingat tentang pangeran, dia bisa membantu kami!”
“Sayangnya sekarang dia bukan sekutu kalian lagi. Dia tidak berdaya. Karena cincinnya ada disini.”
May melihat cincin emas berkilat yang ditunjukkan Louis. Inisial I.F terpapar jelas disana.
“Kau licik sekali!” Hyunjoong teleport ke tempat Louis.
“Kurang cepat, pangeran!”
Suara bergema yang lain, “kalau kau mencari pembunuh anakmu, akulah orangnya.”
“Siapa itu?” Tanya Hyunjoong ketika Teleport kembali ke samping May.
Vani berujar, “aku Vani Miroslava. Dan aku sudah menghabisi Mike yang licik. Kau ayahnya kan? Sama-sama memakai cara kotor untuk menyakiti Ivan Feodosiy!”
“Miroslava?” Tanya Junsu.
Hyunjoong bertanya, “siapa dia, Junsu? Pihak kita atau musuh?”
“Miroslava banyak. Aku tidak ingat. Tapi kurasa dia baik. Dia menghabisi Mike, kan?”
“Apa dia akan kesakitan sekarang?” Louise menusuk cincin I.F dengan pedangnya, “teman kalian ini?”
“Kau kejam!!! Jangan sakiti dia! Love Magic Stick!” seru Vani.
Junsu bertanya, “Love Magic Stick? Kenapa tak asing…?”
Sementara di hadapan mereka, terjadi duel yang aneh antara Vani dan Louise. Louise pemakai pedang, Vani pemakai tongkat. Tapi keduanya tampak berimbang. May tau bahwa Vani ini hebat.
“Annie… yang ini… tidak tertolong…” keluh Julie.
Annie bertanya, “apa??? May… dui bu qi…”
“Tidaaaak… ada yang meninggal…” keluh May, “kemurnian hati makin banyak…”
“Hahaha… putus asa, Wind Warrior? Serahkan pangeran palsu itu pada kami, maka kami akan membatalkan janji dengan pangeran iblis!” perintah Louise, menangkis serangan Vani.
May menoleh pada Hyunjoong. Pangeran ataupun bukan, May tak akan menyerahkannya, itu tekadnya.
“Tidak akan pernah!!!”
Semuanya terharu dan kagum, “May…”
“Kau menyulut peperangan!” seru Louise.
Mereka bergerak sekali lagi. Junsu membantu Vani mengeroyok Louise. Mereka berjuang mengatasi makhluk-makhluk dunia hitam ini semuanya. Junki yang Propechy-nya lebih tajam dari May, banyak menunjukkan posisi-posisi vital dengan lebih cepat pada mereka. Youngsaeng juga menyelamatkan banyak yang pingsan ke tengah lingkaran. Tapi… mereka juga gagal. Ada yang meninggal… satu… dua…
Junsu berteriak, “Justice Sword!”
“AAAAAAh…” Louise terluka pada dadanya.
Vani memerintah, “serahkan cincin itu pada kami!”
“Di lain waktu.”
Louise menghilang,
“Sial! Padahal sedikit lagi!” Junsu kesal sendiri, “sejak kapan Rotislav bisa Teleport?”
“Wind Warrior, aku akan membantu kalian…” Vani melompat ke samping May.
May bertanya, “Vani Miroslava? Thanks.”
Dengan bantuan Vani, sedikit banyak mereka berhasil mengatasi musuh-musuh mereka. Ya, setidaknya ada tiga drakula yang membantu mereka saat ini. May merasa kehilangan Feodosiy. Selama ini Elder Sword-nya banyak membantu mereka juga. May berpikir… mungkin absennya dia kali ini adalah karena cincinnya yang hilang.
“Beres. Hantu terakhir lemah,” tukas Kimbum.
Junsu berteriak, “Magical Belt!”
Semua hantu, tengkorak dan zombie yang lemah telah diikat Junsu.
“Annie…” panggil May.
Annie berseru, “Heaven’s Mirror!”
Dengan satu berkas cahaya dari Heaven’s Mirror, semuanya terhisap masuk ke dalam cermin.
“Yang meninggal…”
“Sembilan orang… teman-teman kita semua selamat,” lapor Stella, “hanya saja… tetap ada yang meninggal.”
May menyalahkan dirinya sendiri yang lemah.
“May, jangan salahkan dirimu. Kita semua sudah berusaha,” hibur Hyunjoong.
Junsu berucap, “mereka menyandera cincin Ivan. Licik! Mereka pasti akan memanfaatkannya. Kita harus waspada dengan Ivan sampai kita bisa merebut kembali cincinnya.”
“Aku terlambat merebut kembali cincinnya,” keluh Vani.
“Thanks kau sudah menolong. Ngomong-ngomong klan Miroslava masih peduli pada keluarga kerajaan yang hilang?”
“Tentu saja. Kau…”
Vani terkejut, mendekati Junsu, wajah mereka hanya berjarak 10 cm sekarang.
“Jangan dekat-dekat!”
“A…lekseev… Alekseev… Jack Alekseev kan?”
“Apa kita saling kenal?”
“Aku Vani! Bukan… bukan Miroslava! Aku Vani Lavrenty!”
Vani berputar di tempat, dan seketika ada yang berubah… wajahnya sedikit berubah.
“Princess?”
“Kau ingat ini? Aku suka begini, kan?”
Vani memutar-mutar Love Magic Stick dengan dua jari.
“Astaga! Princess Lavrenty! Ternyata ini benar Anda!”
“Jack!!! Dimana kakakku? Apa kau sudah ketemu kakakku?”
“Kakak Princess? Yang ini, kan?”
Junsu menunjuk Hyunjoong. Semuanya terkejut saat Vani bergerak cepat menuju hadapan Hyunjoong yang termangu.
Vani memanggil, “kak Oliver?”
“Jujur saja Vani, aku… aku tak ingat jati diriku,” ujar Hyunjoong, “tapi aku Nico Agrafyena.”
“Buka. Buka bajumu.”
“Apa???” Tanya semuanya, shock.
“DI bahumu… ada tahi lalat berbentuk bintang-kah?”
Hyunjoong membuka bajunya. May merapat ke Youngsaeng sambil menutup mata.
Youngsaeng bertanya, “apa kau tidak pernah melihat Jiro telanjang, May? Tenanglah… tidak apa-apa.”
May mengintip lewat celah jarinya, dan dia melihat ada tanda bintang di bahu kiri Hyunjoong.
Vani memanggil, “kakak! Akhirnya aku menemukanmu!”
Vani memeluk Hyunjoong.
“Tapi aku benar-benar… tidak ingat…” keluh Hyunjoong.
“Tidak apa-apa. Aku akan membuat kakak… eh… oppa ingat lagi. Baik, siapa nama oppa sekarang, di dunia manusia? Dan kau, Jack?”
“Aku Kim Hyunjoong dan dia Kim Junsu. Ikutlah bergabung di keluargaku kalau begitu.”
“Tidak bisa sekarang. Aku… harus mencari anggota keluarga kita yang lain. Terutama klan Yaroslava.”
Junsu berujar, “kurasa Ivan bisa menjadi kunci kita. Feodosiy tua dulu ada menyimpan kertas yang berisi lokasi persembunyian sisa klan Lavrenty dan Alekseev.”
“Tapi Feodosiy tua sudah tiada.”
“Aku pikir Ivan pasti tau dimana kertas itu.”
“Aaargh! Heaven’s Mirror bersinar!!!” seru Annie.
Semuanya langsung mengerumuni Heaven’s Mirror di tangan Annie.
May melihat wajah Patrice yang cantik muncul, “Patrice! Lama sekali tidak bertemu!”
“May, Annie, Amelz dan Julie… sudah lama sejak pertemuan terakhir kita,” sapa Patrice, “selamat datang Stella, Water Warrior yang muncul paling akhir.”
“Aaah… kau Patrice? Cantiknya… tepat seperti yang kubayangkan,” ujar Stella.
“Kau tak banyak berubah. Tetap yang paling ceria, Water Warrior. Aahhh… selamat datang juga untuk Warriors’ Helper. Sudah ada Youngsaeng, Junki, Rin dan Kimbum yang bergabung. Kurasa akan ada beberapa lagi yang akan datang.”
Amelz bertanya, “Patrice… apakah ada yang ingin kau sampaikan?”
“Tepat, Amelz. Jack Alekseev… tidak ingatkah kau padaku? Lihat aku baik-baik…”
“Patrice… Patrice… ya ampun!” Junsu maju untuk melihat Heaven’s Mirror dengan lebih jelas, “Patrice Yaroslava kah?”
“Ya, ini aku. Salam hormat juga untuk Princess Vani dan Prince Oliver.”
“Patrice, kau yakin ini adalah putri dan pangeran kita?”
“Tentu saja. Kita perlu mengingatkan Prince Oliver lagi tentunya.”
“Apa yang harus kulakukan?”
“Bukan kau. tapi kita. Jangan tanggung beban ini sendirian lagi ya. May, sebelumnya sorry. Kali ini aku akan memberi arahan-arahan.”
“No problem, Patrice. Kami terlatih berkat kau,” ucap May.
“Wind Warrior benar-benar leader sejati. Princess Vani, bisakah Anda membantu merebut kembali cincin Ivan Feodosiy? Bisa-bisa Ivan saat ini diperalat untuk berbuat jahat.”
Vani setuju, “baik, Patrice. Aku memang mau melakukan itu.”
“Junsu… begitukah mereka memanggilmu, Jack? Tugasmu sekarang memata-matai Ivan. Jangan biarkan dia melukai yang lainnya, ataupun dirinya sendiri.”
“Tapi aku tidak tau sosok manusianya,” keluh Junsu, “baunya tersamarkan oleh Elder Sword. Dan dari dulu aku kesulitan membaui dia. Dia punya sihir yang hebat.”
“Lakukan sebisamu. Atau setidaknya kau harus ada di dekat Prince Oliver terus. Dan Element Warriors juga Warriors’ Helper, tolong… tolonglah kami jaga klan kerajaan kami…”
“Sebenarnya aku tidak ngerti sebenarnya orientasi utama kami ini apa, Patrice? Mencegah pangeran iblis masuk ke dunia ataukah bekerjasama dengan kalian para drakula?” Tanya May.
“Keduanya. Kalian akan segera mengerti setelah Junsu dapat semua datanya dan melengkapinya dengan punya Ivan. Mengerti?”
Annie setuju, “baik, Patrice.”
“Sekarang aku akan pergi.”
“Tunggu. Kau dimana, Patrice?” Tanya Vani.
“Kami dikurung. Semua Yaroslava. Mereka akan menghabisi kami cepat atau lambat. Kecuali kalian bisa menyelamatkan kami. Heaven’s Mirror adalah satu-satunya caraku berkomunikasi dengan kalian.”
Junsu memutuskan, “aku akan menyelamatkan kalian.”
“Selesaikan tugas-tugas itu dulu. Selanjutnya baru kita pikirkan caranya. Sekarang mereka sudah bersekutu dengan zombie, aku takut… akan semakin banyak makhluk hitam yang keluar. Berusahalah… aku akan mengunjungi kalian lagi.”
“Meskipun aku tidak ingat padamu, Patrice… thanks,” ujar Hyunjoong.
“Anda akan segera ingat, Prince…”