Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Tuesday, 8 November 2011

(When Our Dreams Come True) I'm Young But I Know What True Love Is chapter 3


(When Our Dreams Come True) I’m Young but I Know What True Love is
Chapter 3

Jam dua kelas bubar. Ri Na pulang ke rumah tepat pada waktunya seperti biasa. Rumah dalam keadaan kosong, tapi jam tiga, waktu Ri Na lagi asyik2nya browsing di kamarnya, dia mendengar pintu rumahnya dibuka dengan kunci. Ri Na melongok dan melihat Jiro pulang. Tampangnya masih fresh kayak tadi pagi.

Ri Na: “Where’s my dad?”
Jiro: “I don’t know, stupid girl. Of course he’s still working.”

Ri Na mencibir dan Jiro meletakkan tasnya sembarangan di sofa ruang tamu sementara dia ke kamar mandi. Ri Na yang isengnya kambuh, keluar kamar dengan mengendap-endap dan melongok isi tas Jiro. Ri Na shock melihat tulisan tangan Jiro sangat rapi dalam bahasa Inggris, belum lagi pelajaran bahasa hangul Jiro dapat nilai A. Nilai2 test-nya juga A. Tapi Ri Na tersadar saat ini dia sedang mengintip dan cepat2 kabur ke kamarnya lagi begitu mendengar suara air disiram dari dalam kamar mandi. Teukie belum pulang waktu Ri Na makan malam, sekalian memanaskan bagian Jiro. Setelah Ri Na masuk kembali ke kamarnya, dia mendengar langkah kaki Jiro keluar kamar dan makan. Jam sembilan, Teukie belum juga pulang. Ri Na mulai cemas. Tapi pada saat itu dia mendengar suara bel ditekan. Ri Na bergegas membuka pintu.

Ri Na: “Anyonghaseyo.” (membungkuk)

Tapi Ri Na kaget waktu melihat seorang cwe 20-an tahun sedang memapah Teukie yang mukanya pucat dan badannya lemas. Matanya tertutup.

Ri Na: “Appa?” (panik)
Cwe: “Anyonghaseyo. Choui irumun Jung Ha Ri imnida. Apa kamu Lee Ri Na, putri Teuk?”
Ri Na: “Ye.”
Ha Ri: “Teuk pingsan saat bekerja tadi. Jadi aku mengantarnya pulang.”
Ri Na: “Kamsahamnida.”
Ha Ri: “Ayo kita rawat appa-mu.”

Ri Na mengajak Ha Ri memapah Teukie ke kamar Ri Na.

Ha Ri: “Tolong siapkan air hangat. Aku akan membasuhnya.”

Ri Na menuruti apa yang diperintahkan Ha Ri. Ha Ri terlihat tangkas mengurus Teukie, padahal dilihat dari wajahnya, tampaknya Ha Ri baru berusia 23 sampai 25 tahun. Ha Ri juga sangat cantik. Selama ini Ri Na gak pernah melihat Teukie dekat dengan cwe manapun.

Ha Ri: “Nah… dia akan segera baikan.” (selesai mengoleskan minyak pada dada Teukie)
Ri Na: “Kamsahamnida onnie.”
Ha Ri: “Chonmayo.” ^^

Ri Na mengantarkan Ha Ri keluar kamar dan pada saat itu Jiro keluar kamar.

Jiro: “Jung Ha Ri?”
Ha Ri: (kaget) “Ah, Jiro. So now you live in here with Teuk?”
Jiro: “Yeah. What happened?”
Ha Ri: “Teuk was unconscious. Maybe he’s too tired. Be a good singer to him.”
Jiro: “I know.” (ogah2an)
Ha Ri: (berpaling pada Ri Na) “Ri Na, aku akan pulang. Tolong jaga appa-mu dengan baik yah.” ^^
Ri Na: ”Annyonghi kyeshipshio Ha Ri onnie.” ^^

Ha Ri pulang dan Ri Na mengunci pintu dengan rapat. Ri Na kembali masuk ke dalam kamar dan mengecek keadaan Teukie. Jiro mengamati gerak-gerik Ri Na dengan berdiri di pintu kamar Ri Na. Teukie membuka matanya, wajahnya kelelahan.

Ri Na: ”Appa ya~~ kalo lelah jangan memaksakan diri.”
Teukie: ”Loh? Ri Na? Gimana appa bisa ada di rumah?”
Ri Na: ”Appa tadi pingsan.”
Teukie: ”Appa gak memaksakan diri. Hanya ajah mungkin penyeseuaian terhadap pekerjaan baru.”
Ri Na: ”Dari awal kan Ri Na udah ngomong jadi manajer artis gak gampang meskipun bayarannya besar.”
Teukie: ”Appa melakukan semua ini untukmu, supaya semua kebutuhanmu bisa terpenuhi.”

Teukie menjulurkan tangannya untuk mengelus puncak kepala Ri Na. Hati Ri Na terenyuh.

Ri Na: ”Appa... Ri Na yang akan melakukan semuanya untuk appa saat Ri Na udah dewasa ntar.”
Teukie: ^^
Ri Na: ”Tadi Jung Ha Ri onnie yang mengantar appa pulang.” (pandangan menyelidik) ”Dia siapa, appa?”
Teukie: ”Oh... Ha Ri. Sesama manajer artis, tapi dia lebih senior dari appa. Dia manajer boyband Rush.”
Ri Na: (membelalakkan matanya) ”Oh? Wow, keren.” ^^ ”Btw appa... dia keliatan sangat perhatian dan terampil merawat appa loh.”
Teukie: ”Yah... dia emang baik.”
Ri Na: ”Dan lumayan cantik.”

Teukie tau omongan Ri Na mengarah kemana.

Ri Na: ”Appa... waktunya appa memilih pendamping pengganti omma.”
Teukie: ”Kau bilang begini tapi apa kau rela dan siap punya omma yang baru?”
Ri Na: ”Appa... Ri Na gak mau appa selalu sendirian seperti ini.”
Teukie: ”Appa lebih suka sendirian.”

Teukie mengucapkannya dengan nada final, menunjukkan dia gak lagi mau membicarakan hal ini. Ri Na menghela nafas. Dia tau Teukie masih gak bisa melupakan omma-nya. Tapi di sisi lain, Teukie pantas mencari seseorang untuk mendampinginya. Ri Na khawatir Teukie sebenarnya kesepian, jauh di dalam lubuk hatinya.

Ri Na: ”Ya udah. Appa istirahat yah. Apa gak bisa minta izin besok gak masuk kerja dulu?”
Teukie: ”Gak bisa, Ri Na. Appa sibuk banget. Persiapan debut Jiro.”
Jiro: ”I’ll tell the company that you’re sick, Lee ahjussi. You must have a good rest.”
Teukie: (berpikir sejenak) “But, Jiro…”
Jiro: “I know my debut is important, but your health is the most important thing. Rest well. Good night.”

Ri Na dan Teukie memandang punggung Jiro yang beranjak meninggalkan kamar Ri Na.

Ri Na: ”Nah... appa dengar kan? Artis appa ingin appa istirahat. Istirahat yang baik yah, appa.”
Teukie: ”Ye, Ri Na. Tapi dimana kau akan tidur?”
Ri Na: ”Di sofa.” (menempelkan jari telunjuknya di bibir Teukie) ”Gapapa appa. Untuk malam ini ajah. Annyonghi chumushipshio...”

Teukie tersenyum pada putri kesayangannya sebelum dia menutup matanya. Hidung dan bibir Ri Na adalah warisan utuh Teukie, sedangkan yang lainnya adalah pemberian Hye Sun. Ri Na menggeliat menuju sofa di ruang tamu. Sebelum tidur, dia mengeset alarm di handphone Samsung-nya dan tertidur pulas, begitu membaringkan badannya. Namun dia sempat berpikir... rupanya Jiro gak sejahat yang dipikirkannya.

***

Keesokan harinya, Teukie beraktivitas di rumah. Dari pergi ke sekolah, Jiro gak pulang hingga jam delapan malam. Ketika sampai di rumah, dia udah gak memakai pakaian seragamnya lagi dan rambutnya yang diturunkan rapi pada paginya berubah jabrix lagi.

Jiro: ”I’m from the company. Our preparation has done. I’ll have my first debut next month, at 1st, Lee ahjussi.”
Teukie: “But… it’s not me who finished the preparation.”
Jiro: “I know. It’s me, with the help from Ha Ri.”

Ri Na saat itu sedang menonton TV.

Ri Na: ”Hey Jiro, I have something to talk to you.”
Jiro: (melepas sepatunya) “What happened?”
Ri Na: “Let’s learn hangul. I’ll teach you.”
Jiro: “Hah! Why must I learn hangul? I already have a good point in learning hangul at school.”
Ri Na: “Sometimes it’s need to practice it outside the school. I’ll help you to learn it faster. A K-Pop singer must able to speak hangul.”
Jiro: “Whatever you said.”

Jiro masuk ke kamar Teukie.

Ri Na: ”Appa... dia mau belajar hangul denganku.”
Teukie: ”Syukurlah kalo gitu Ri Na...” ^^

***

Beberapa hari kemudian, Jiro pindah ke apartemen nomor 125, selisih 13 apartemen dengan apartemen Teukie. Itu artinya mereka masih sama2 di lantai 12. Pelajaran hangul Ri Na dan Jiro berjalan lancar. Jiro cepat sekali menyerap pelajaran, meskipun intonasi hangulnya masih mirip bahasa mandarin. Debut Jiro juga cukup sukses, dan namanya langsung melejit di dunia K-Pop.

Ri Na: ”Julie...”
Julie: ”OMO Ri Na... kau membuatku kaget!”

Emang, anak kelas 1-D sedang belajar Fisika dengan khusuknya.

Ri Na: ”Julie... maukah kau mengajariku mandarin?”
Julie: ”Wae?”
Ri Na: ”Kau tau kan aku mengajari Jiro hangul? Kupikir dia akan cepat paham kalo aku menjelaskan artinya dalam mandarin, bukan dalam bahasa Inggris kayak sekarang.”
Julie: ”Ah... ide bagus. Cuma...” (menaikkan alisnya) ”Kau gak sedang jatuh cinta pada Jiro kan?”
Ri Na: ”Hah? Mwo? Anio... mullon animnida! Dia tetap gajah jelek!”
Julie: ”Liat ajah ntar kalo hubungan kalian tetap baik kayak gini...”

Ri Na jadi teringat terus ucapan Julie. Jatuh cinta itu seperti apa? Bahkan Ri Na pun gak tau...

***

Kelompok satu pelajaran Matematika dari kelas 1-D mengerjakan tugas mereka sepulang sekolah. Ri Na dan Julie adalah dua dari lima anggota kelompok, bahkan Julie didapuk jadi ketua kelompok.

Julie: ”Ye. Dengan ini tugas2 udah kita selesaikan.”

Julie-lah yang mengerjakan 25 dari 100 soal yang diberikan, bahkan Julie kebagian mengerjakan yang paling susah. Ri Na berhasil menyelesaikan 15 soal, sedangkan tiga teman mereka berbagi mengerjakan 60 soal.

Julie: ”Sesuai kesepakatan, Ri Na akan membantu kita jadi moderator presentasi hari Selasa. Eun Hae, tolong yah ini semua diketikkan dan difotokopi, hari Senin udah jadi yah. Kita bubar sekarang. Sampai ketemu lusa.” ^^

Semuanya mengucapkan salam perpisahan.

Julie: ”Ni jin tian mei you gei Jiro shang ke ma?” (kau hari ini gak mengajari Jiro?)

Julie dan Ri Na sepakat untuk banyak menggunakan mandarin dalam bercakap-cakap belakangan ini, supaya Ri Na cepat menguasai mandarin.

Ri Na: ”Mei you a~ dan shi wo yi jing ji duan xin gei ta, gao shu wo bu hui gei ta shang ke.” (gak tuh~ tapi aku udah kirim SMS ke dia, kasih tau aku gak bisa mengajari dia)
Julie: ”Na jiu hao. Wo men kuai hui jia ba.” (baguslah kalo gitu. Kita cepat pulang yuk)

Ri Na melirik arlojinya yang menunjukkan jam setengah lima. Berdua dengan Julie, Ri Na keluar gedung sekolah. Tapi saat itu hujan yang daritadi udah turun, malah turun dengan lebih deras.

Julie: ”Aaaargh... ujan deras. Gimana aku bisa ke stasiun?” T.T
Ri Na: ”Menginap di apartemenku mau gak? Besok kan minggu? Kita bisa jalan bareng... sekalian aku kenalin kau pada Jiro.”
Julie: ”Ahh... boleh juga Ri Na. Tapi ke apartemenmu...”
Ri Na: ”Kita lari ajah gimana?”
Julie: ”Yah... ye.”

Tapi angin besar yang bertiup, menerbangkan pohon tua di tengah sekolah, membuat keduanya ketakutan.

Julie: ”Wei... zhe shi xia da yu hai shi gua da feng ah?” (wei, ini hujan deras ato angin topan sih?”
Ri Na: ”Hah?” (belum paham ”gua da feng”) ”Ato aku kasih tau appa kalo kita belum bisa pulang sebelum hujannya agak reda yah?”
Julie: ”Ide bagus.”

Ri Na mengeluarkan Samsung-nya. Gak ada sinyal.

Ri Na: ”Gak ada sinyal. Kalo punyamu, Julie?”
Julie: (melirik LG-nya) ”Juga gak ada.”
Ri Na: ”Bah... ottoke?”
Julie: ”Kita tunggu lima belas menit lagi. Kalo hujannya masih deras, kita terjang ajah. Menurutmu?”
Ri Na: ”Ye. Untuk sementara kita masuk dulu, ngobrol sama pak satpam yuk.”

***

Jiro sedang menonton di apartemennya sendiri. Karena hujan deras, tiga kegiatannya dibatalkan hari ini. Jadi dia bisa memperpanjang waktu istirahatnya dari tadi siang hingga besok pagi. Jiro melirik jam dinding. Hampir jam lima sore. Ri Na gak datang hari ini. Dalam hati dia ingin Ri Na ada disini sekarang.

Jiro: ”Apa yang lagi kupikirkan? Padahal kan aku gak butuh diajari hangul sama sekali. Dia itu bego banget sih.”

Handphone Nokia Jiro berbunyi. Nama Lee Teuk dan wajah tampan manajernya nangkring di layar hape. Jiro menjawabnya.

Jiro: ”Yoboseyo, Lee ahjussi.”
Teukie: ”Jiro, do you meet Ri Na?”
Jiro: “No. she said she’s in school, doing a group’s homework.”
Teukie: “I’m worry. I can’t contact her. I’m caught in the company.”

Kemana pula si bodoh Ri Na... Pikir Jiro.

Jiro: ”Don’t worry, Lee ahjussi. I’ll pick her up with my car.”
Teukie: “But it’s dangerous to come out from home right now.”
Jiro: “Don’t worry, I’ll call you later, okey?”

Jiro menutup telepon, menyambar jaket tebalnya dan kunci Honda-nya sekaligus. Yang ada di pikirannya hanyalah Ri Na, yang terjebak badai.

***

Tapi Jiro gak sepenuhnya benar. Ri Na dan Julie sedang berjuang menembus badai. Keduanya bergandengan tangan, berjalan di tepian jalan, melawan arah badai menuju apartemen Ri Na.

Julie: ”Ri Na... aku gak bisa melihat!!!”
Ri Na: ”Kupikir kita berjalan ke arah yang benar, Julie... ati2 ada selokan nih...”
Julie: ”Aigo Ri Na... shilmanghaessumnida!!!”

Susah berjalan seperti ini, apalagi menggandeng Julie yang ketakutan. Ri Na jadi gak yakin apakah dia berjalan ke arah yang benar menuju apartemennya. Sementara itu, di mobilnya, Jiro duduk tegak, mendekatkan wajahnya ke kaca depan, supaya bisa melihat dengan benar. Beberapa kali dia nyaris menabrak mobil lain.

Jiro: ”Jangan nabrak... uangku belum cukup mengganti mobil ini...”

Jiro menjalankan mobilnya menuju arah SMP Ri Na. Lalu mata Jiro menangkap dua sosok berseragam putih-biru, seragam SMP Ri Na. Ada dua cwe. Berjalan bergandengan dan tampak ati2 banget, kebasahan dan tengah berjuang menembus badai. Jiro membuka kaca sampingnya.

Jiro: ”Oooooi! Ri Na!!!”

Ri Na mengira dia deja vu mendengar ada orang memanggil namanya. Tapi lalu dia melihat Honda hitam di tepian jalan. Itu mobil Jiro.

Jiro: ”Come here ya~~ Lee Ri Na! hurry up!”
Ri Na: “Julie… itu Jiro menjemput kita.”
Julie: ”Mana?”
Ri Na: ”Honda hitam. Cepat kesana.”

Julie dan Ri Na berjalan berkecipakan menuju Honda Jiro. Ri Na membuka pintu belakang Honda itu dan masuk bersama Julie. Mereka berdua kebasahan. Ri Na menyingkirkan rambutnya yang super basah dari wajahnya untuk mengecek apakah benar Jiro yang menjemputnya. Rupanya benar itu Jiro yang duduk di kursi pengemudi, rambutnya agak basah.

Ri Na: ”Jiro ah~~ gomawo... yo...” (gemetaran)
Jiro: ”It’s okey. Just bought me two bowl of ramen after the storm over.”

Jiro, melalui kaca spion, melirik pada Julie. Seketika Ri Na sadar.

Ri Na: ”Oh yeah Jiro, this… is Julie, my classmate. Ju… Julie, he’s Jiro Wang.”
Julie: “Hai, Jiro.” ^^

Jiro menoleh.

Jiro: “Hai, Julie.” ^^

Untuk pertama kalinya, Ri Na melihat Jiro tersenyum. Selama ini Jiro selalu bersikap cool, tapi setelah melihatnya tersenyum, Ri Na merasakan entakan dari dalam dirinya. Honda berhenti di depan apartemen.

Jiro: ”Hurry up, run and take a bath, okey?”

Jiro, Julie dan Ri Na berlari tunggang-langgang dari Honda menuju dalam apartemen. Ri Na gak bisa berucap karena dia gak pernah merasa begini kedinginan. Julie dan Ri Na masuk ke apartemen nomor 112, sedangkan Jiro masih terus ke dalam, menuju nomor 125. Julie masih sempat mengagumi interior apartemen Ri Na, sedangkan Ri Na udah ngacir ke kamar mandi.

Julie: ”Kau Cuma tinggal berdua... dengan appa-mu? Di apartemen ya... yang... luas ini?” (gigi bergemeletuk)
Ri Na: ”Ye.”

Sejurus kemudian Ri Na melemparkan kaosnya ke Julie.

Ri Na: ”Kau mandi dulu. Aku ma... mau... masakkan ramen cup untuk meng... hangat... kan... ba... badan... kita dan si bego... Ji... Jiro...”

Julie, melihat Ri Na gemetaran, langsung melesat ke kamar mandi, sementara itu Ri Na sibuk di dapur. Dalam ketergesaan dan gemetarnya dia, Ri Na menyentuh teko hangat.

Ri Na: ”Aigo!”

Julie segera keluar kamar mandi, udah berganti pakaian, memakai baju Ri Na.

Julie: ”Aigoooo Ri Na!!”

Tangan kanan Ri Na memerah.

Ri Na: ”Ambilkan kotak P3K, aku a...kan.... mengatasinya.”

Ri Na menunjuk laci di bawah TV. Julie mengambilkan kotak P3K dan merawat luka bakar Ri Na.

Julie: ”Kau mandilah. Biar aku yang masak ramennya.”
Ri Na: ”Antarkan dua ke tempat Ji... Jiro... di nomor 125...”
Julie: ”Ye. Cepatlah.”

Ri Na masuk ke kamar mandi, sementara Julie melanjutkan memasak ramen. Setelah siap, Julie membawa dua cup ke apartemen Jiro, namun baru Julie ingin mengetuk pintunya, dia mendengar suara2.

Jiro: ”Zhen de hen ben ah~~ ta yi wei wo bu neng gou jiang han guo hua, suo yi ta jiao wo xue.” (benar2 bodoh nih~~ dia kira aku gak bisa ngomong hangul, jadi dia mengajariku)

Julie mendengar Jiro berbicara dalam mandarin. Tampaknya di telepon, dengan seseorang. Dan sepertinya membicarakan Ri Na.

Jiro: ”Wo jue de ta hen hao xiao a~~ wo yao gen ta wan yi wan yi huir...” (aku merasa dia benar2 lucu~~ aku mau main2 dengannya sebentar...)

Julie merasa darahnya naik ke ubun2. jadi selama ini Jiro bisa hangul? Dan dia membohongi Ri Na dengan pura2 gak bisa hangul? Buat apa? Dan kenapa dia menertawakan Ri Na, padahal Ri Na susah payah meengajarinya hangul, bahkan Ri Na sekarang belajar mandarin demi dia? Benar2 gajah bodoh! Julie membuka pintu kamar Jiro dengan kasar. Jiro terlonjak kaget. Dia tampaknya udah selesai mandi.

Julie: ”Zhen de hen hao xiao ma? Zhen de hen hao wan ma?” (benar2 lucukah? Benar2 enakkah mainnya?)
Jiro: ”Deng yi xia o~ wo hui zai da gei ni.” (tunggu bentar ya~ aku akan telepon kau lagi ntar)

Jiro meletakkan Nokia-nya dan memandang Julie dengan pandangan ingin menenangkan. Julie meletakkan nampan yang dibawanya dengan kasar di meja pendek di hadapan Jiro. Jiro, berdiri dari posisi duduk bersilanya dan berdiri berhadapan dengan Julie. Tinggi Julie mencapai dagu Jiro, memberikan siluet yang mengerikan, menunjukkan dia gak bisa dan gak mau diintimidasi Jiro.

Julie: ”Kupikir kau orang baik! Tapi kenapa kau mempermainkan Ri Na? Kau pikir dia pantas kau permainkan, hah?”
Jiro: ”Maksudku bukan itu... bagaimana kau bisa ngerti...”
Julie: ”Aku Chinese, tau! Aku dari Beijing! Jadi aku ngerti semua kata2mu dengan… siapa tadi? Cwemu?”

Ri Na yang heran Julie belum juga pulang dari apartemen Jiro, menyusulnya. Lalu dia melihat pintu apartemen Jiro terbuka dan mendengar teriakan2 gak wajar.

Julie: ”Jadi sekarang kau menikmatinya? Mempermainkan Ri Na?”
Jiro: ”Tolong jangan anggap serius, Julie. Aku hanya ingin membuat Ri Na surprise ajah ntar.”

Ri Na kaget mendengar hangul Jiro begitu lancar, gak ada intonasi mandarin sedikitpun pada saat dia bicara.

Julie: ”Tapi kau menganggap semua ini lucu kan? Kau keterlaluan! Apa kau tau Ri Na bersusah payah belajar mandarin juga? Dia bilang supaya bisa cepat mengajarimu kalo menjelaskan hangul didampingi mandarin? Kau tau betapa kerasnya dia berusaha?”
Jiro: ”Ri Na... sungguh belajar mandarin?”
Julie: ”Dia perhatian padamu, tapi kau mempermainkannya! Tangannya melepuh untuk cepat memasakkan ramen untukmu, supaya badanmu hangat! Taukah kau, betapa kau penting di hatinya?”

Ri Na menutup mulutnya. Dalam pikirannya berkelebat banyak hal. Jiro... pura2 gak bisa hangul... Jiro... gak peduli padanya, seperti Ri Na mempedulikannya... Aku emang bodoh.... kutuk Ri Na. Ri Na berlari kembali ke apartemennya.

Julie: (merasa matanya panas) ”Mungkin dia udah jatuh cinta padamu. Tak taukah kau tentang itu, Jiro Wang?”

Jiro tertegun, gak mampu menjawab pertanyaan Julie.

***


No comments:

Post a Comment