Brand New It’s Magic
Chapter 7 part 4
Tapi tidak dengan Clara. Setelah menerima penolakan menyakitkan yang bukan maksud Aaron (tentunya Aaron ingin mengatakannya dengan lebih halus dan tenang), Clara memakan abiz semua steak dan minuman dengan perasaan kesal (tipe yang makan banyak waktu kesal dan sedih), berjalan lunglai karena sedih dan kekenyangan kembali ke rumahnya. Untuk ke rumahnya butuh naik bus, tapi Clara memilih jalan kaki sambil termenung. Dan sudah satu jam perjalanan, balum juga sampai ke rumahnya dan Clara berbelok menuju taman bermain di sisi kiri jalan. Clara duduk di sebuah ayunan disana. Dengan lesu dia menggerakkan sendiri ayunannya. Kenapa…? Kenapa Aaron tidak menyukainya? Apakah Aaron lebih suka Fennie? Kenapa temannya sendiri, Fennie, yang sudah dianggapnya jiejie seperti May dan yang lainnya malah sekarang jadi saingannya? Dan kenapa dia kalah? Clara mengeluarkan cermin kecil dari dalam tas sekolahnya. Dia memandang siluet wajahnya di pantulan cermin.
Clara bertanya, “mungkin aku sedikit ndut, tapi aku manis kan?”
“Kau manis, Clara,” jawab seorang cowok, “tentu.”
Clara terkejut saat mendengarkan suara itu dan lebih terkejut lagi karena ayunannya bergoyang setelah didorong cowok di belakangnya. Cowok itu duduk di samping Clara, juga di ayunan. Rupanya Kyujong.
“Kyujong oppa?”
“Menangis terus… tidak capek? Hati-hati kantung mata hitammu jadi permanen lho,” wanti Kyujong.
Clara cepat-cepat menghapus bekas air mata dengan punggung tangannya. Saat itu Kyujong memandangnya lekat.
“Clara manis. Tidak Cuma saat tersenyum, waktu nangis juga tetap manis.”
“Kyu… Jong oppa… datang untuk menghiburku? Koq oppa tau aku ada disini?”
“Tentu. Soalnya aku mengikutimu dari keluar resto tadi. Sebenarnya aku mau mengantarmu, tapi kupikir kau butuh waktu untuk menyendiri dulu. Aaron curhat kalau dia udah membuatmu menangis.”
“Untuk apa dia curhat ke oppa?”
Kyujong menangkap ada nada benci dalam suara Clara.
“Jelas kan? Karena aku sahabatnya di band dan aku sedikit lebih dewasa dari dia.”
“Bukan urusannya dan oppa juga tidak perlu ikut campur.”
“Tapi sayangnya aku harus ikut campur, Clara. Soalnya aku mencintaimu.”
Clara menoleh cepat memandang Kyujong, dengan tatapan tak percaya seolah dia tadi salah dengar.
Clara bertanya ketus, berdiri dari ayunan dan bergegas pergi, “apa??? Oppa jangan bercanda. Aku tak perlu dihibur.”
“Clara… saranghae…”
Kyujong mengejar Clara dan memeluk dari belakang tubuh Clara yang imut. Kyujong meletakkan pipinya di puncak kepala Clara. Betapa romantisnya melihat adegan ini, dilatari pemandangan senja taman bermain.
“Oppa… apa oppa…”
“Serius? Sangat. Aku tau kau suka Aaron. Saat pertama kau ketemu Aaron, matamu tidak pernah lepas darinya. Aku Cuma sekadar musik belakang waktu Aaron bermain piano atau keyboard. Aku tau aku tidak pernah penting di hidupmu.”
“Oppa… mianhae…”
“Tidak perlu, Clara. Aku tau kau tidak mencintaimu. Atau bahkan kau membenci cinta itu sendiri, setelah apa yang kau alami dengan Aaron.”
“Oppa…”
Clara sedih lagi.
“Izinkan aku jadi pasangan dansamu waktu valentine! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku!”
“Oppa…”
Kyujong berlari meninggalkan Clara yang terpaku dengan pengakuan cinta Kyujong.
***
Chun dengan tampang kusut dan lunglai berjalan masuk ke rumahnya. Youngsaeng yang waktu itu lagi nonton berita malam (seperti bapak-bapak, maklum, anak tertua), memandang dongsaengnya itu dengan tampang prihatin.
Youngsaeng bertanya, “Chun, kau kenapa?”
“Hyung… apa benar Julie dan Jiro ge pacaran?” Tanya Chun.
“Iya sih… tapi…”
“Ooooh…”
Youngsaeng heran melihat Chun berlalu dari hadapannya dan naik ke lantai atas rumah. Amelz gantian masuk ke ruang tamu, duduk di sofa bersebelahan dengan Youngsaeng, sambil membawa sebungkus besar kentang goreng. Amelz duduk dengan cueknya, kakinya dinaikkan ke atas sofa, sesekali membalas SMS dengan Nokia-nya, sambilan menyodorkan bungkusan makanan itu ke oppanya. Youngsaeng ikutan makan dengan lahap.
Amelz baru membalas SMS, “Oppa ini… makan makanan banyak-banyak tapi koq tidak pernah sakit tenggorokan atau gangguan suara ya?”
“Bakat alam,” jawab Youngsaeng singkat.
“Chun kenapa ya oppa? Tadi mau jatuh dari tangga tuh.”
“Hah? Dia lunglai begitu lho Melz. Seperti ada masalah.”
Amelz mendapat inspirasi setelah membaca balasan SMS terakhir dari Kimbum.
“Tadi dia Tanya soal Julie dan Jiro. Oppa bilang mereka memang pacaran.”
“Chun patah hati oppa. Sebentar lagi kan pesta dansa valentine, kurasa tadinya dia mau ajak Julie jadi pasangannya. Tapi Julie belum tentu mau kan, meskipun dia tidak bisa bareng Jiro ge?”
“Oh… pesta dansa!”
“Banyak lho yang mau ajak May. Tapi Hyunjoong oppa sudah menyebarkan ke semua orang kalau May sudah dipesan oppa.”
“Apa-apaan si Hyunjoong… tapi aku malu pernah jealous dengannya.”
“Tapi oppa tetap harus resmi mengajaknya kan?”
“Iya. Eh Amelz, tidak bisakah kau dengan Chun saja?”
“Tidak bisa oppa. Aku sudah janji sama Junki. Malah Kimbum sudah kasih izin.”
Amelz mengacungkan layar hapenya ke hadapan Youngsaeng.
“Oh… sayang. Mudah-mudahan Chun dapat pasangan. Kau mau hibur dia?”
“Ye. As u wish, oppa.”
Amelz meningalkan bungkusan makanan ringannya ke pangkuan Youngsaeng dan naik ke lantai dua, masuk ke kamar Chun. Chun lagi duduk di tepian ranjangnya dengan tampang lesu dan datar seperti waktu pulang tadi. Amelz duduk di sampingnya dan merangkulnya.
Amelz menghibur, “jangan sedih. Cewek masih banyak.”
“Tapi… aku Cuma suka Julie…” gagap Chun.
“Suatu hari hatimu bakal terbuka. Lagipula belum tentu kau suka Julie. Dia agak aneh.”
“Aneh gimana?”
“Seperti noonamu ini.”
“Parah dong.”
“Kau ini!!!”
Chun tertawa.
“Cepat cari pasangan atau kau tak bisa ke pesta dansa. Noona sudah sama Junki jadi tidak bisa denganmu.”
Chun setuju, “iya… aku bakal cari deh.”
“Mau makan kentang goreng? Ada di Youngsaeng oppa.”
“Mau!!! Harus cepat nih… kalo tidak dihabisin hyung deh.”
Amelz bersyukur dalam hatinya dan yakin Chun pasti akan jatuh cinta lagi. Akan bahagia seperti dia dan Kimbum. Tapi dengan siapa ya?
***
Hari ini May off dari mini market. May merasa agak tenang karena sekarang Junsu ikut menjaga di mini market untuk dapat uang saku. Sebenarnya tak perlu begitu karena keluarga Kim tempatnya tinggal sekarang (berhubung ‘ortu’ manusia Junsu tidak ada di Taipei) sangat baik dan pasti akan membiayai kebutuhan Junsu tanpa minta imbalan balik. Tapi Junsu suka dengan mini market. Katanya di situ dia bisa ketemu banyak orang. May merasa Junsu cukup manis, dan dia langsung jadi primadona hanya selang sehari setelah dia masuk kampus. Ryeowook di semester 6 juga sepertinya dapat saingan dalam hal suara indah. May menyadari kalo saat itu langit gelap. Padahal May lagi membereskan dapur setelah makan siang. Jiro hari ini pergi kencan dengan Julie. Ada Rin di kamarnya sendiri.
May berteriak, “Rin… kau bisa bereskan jemuran?”
“Beres jie…” Rin balas berteriak.
May pikir mungkin dia bisa lebih cepat membereskan jemuran sambil terbang, tapi dia benar-benar lagi tanggung.
“Gyaaaah!!!”
“Riiin! Ada apa?”
***
May terbang keluar melalui jendela dapur menuju lantai tiga. May takut terjadi sesuatu pada Rin yang masih lemah… tapi yang May lihat malahan membuatnya bingung. Dia melihat Rin melayang. Tepatnya, ada yang menggendong Rin di ketinggian di lantai dua…
Youngsaeng memanggil, “May…”
“Ke… kenapa oppa menggendong Rin?” Tanya May bingung.
“Ah… ini…”
Perlahan, Youngsaeng yang menggendong Rin turun dan meletakkan Rin kembali ke halaman dan May turun di dekatnya.
“Mian May, aku tidak mau kau salah paham. Tapi Rin tadi hampir jatuh waktu aku sampai disini. Jadi aku menolongnya.”
Rin mengiyakan, “iya jie… kami tidak ada maksud apa-apa…”
“Bukan itu,” ujar May, “aku percaya sama kalian. Tapi tadi… oppa terbang kan?”
“Hah? Iya… aku tak sengaja,” kata Youngsaeng.
Rin menjelaskan, “aku mau ngambil baju yang terbang ke atap bawah tapi aku kehilangan keseimbangan dan jatuh. Untung Youngsaeng oppa datang pada waktu yang tepat.”
“Oppa… itu berarti… oppa itu penolong yah?” Tanya May, “Warriors’ Helper?”
“Apa itu Warriors’ Helper? Apa aku sama dengan Rin dan Junki? Juga Kimbum?” Youngsaeng balik bertanya.
Rin setuju, “iya, benar! Oppa adalah Helper!!! Asyiiik…”
“Alasanku untuk dekat denganmu sekarang bertambah, May…”
Wajah May jadi memerah karena mendengar kata-kata Youngsaeng itu.
“Masuk sana!!! Biar aku yang bereskan jemuran!”
Rin mendorong May dan Youngsaeng. May sekarang merasa lebih malu lagi.
May berujar, “oppa… ruang tamunya berantakan… tadi aku juga belum selesai beres-beres ruang tamu.”
“Aku mau bicara denganmu May,” ujar Youngsaeng, “di kamarmu saja, boleh?”
Gara-gara mendengar Youngsaeng ingin ke kamarnya, May jadi berdebar-debar.
“Pesta dansa valentine… kau sudah dapat pasangan?”
May duduk di tepi ranjangnya, menggelengkan kepalanya.
“Kata Amelz, Hyunjoong bilang ke semua orang kalau kau sudah kupesan. Itu memang benar. Kau mau kan pergi denganku, May?”
“Tentu aku mau… oppa.”
“Ngomong-ngomong, ini menyenangkan juga ya?”
Youngsaeng melayang sambil duduk.
“Oppa sepertinya menguasainya. Benar-benar baru terbang sekali ini?”
“Aku tidak bohong koq. Ayo May… kupikir terbang berdua akan lebih ringan…”
Youngsaeng menarik tangan May dan mereka berdua terbang bersama.
“Aku akan disini sampai malam. Kalau langit gelap kita akan leluasa terbang di luar.”
“Oppa…” kata May.
“Saranghae…”
***
Kampus terasa bagai tempat bagi orang dewasa di mata Julie. Tapi dua tahun lagi dia juga bakal masuk ke kampus ini. Saat ini dia masih dibebani tugas-tugas sebagai ketua OSIS. Tapi dia bisa menjalani semua itu dengan sabar karena Jiro sekarang memberinya kekuatan. Tapi sayangnya Jiro juga sering sibuk. Julie sudah memastikan Ford biru Youngsaeng masih terparkir di halaman parkir. Kemungkinan Chun belum pulang, Annie bilang kelas masih ada sampai jam dua. Tak jauh dari tempat Julie duduk di bangku batu, Amelz muncul.
Julie menyapa, “Amelz…”
“Hai Julie,” balas Amelz, “koq ada disini?”
“Menunggu Chun. Dia masih belum pulang kan?”
“Yap. Mungkin sebentar lagi. Stella sudah meneleponmu soal Hyunjoong oppa?”
“Ah, sudah. Tentang drakula kan?”
“He-eh. Aku ke kantin dulu ya Jul. lapar.”
“Daaah.”
“Oh ya tambahan info, Jul. Youngsaeng oppa kemarin terbang.”
“Hah??? Wow… Youngsaeng oppa adalah Helper kita yang baru!”
“Yap. Daaah…”
Julie merasa lega Youngsaeng jadi Warriors’ Helper. Dia pikir May pasti akan senang juga. Seketika Julie menoleh dan melihat Chun jalan bersama Fennie.
Fennie memanggil, “lho, Julie?”
“Hai Fennie jie… Chun ge. Aku mau ngomong sebentar dengan Chun ge.”
“Boleh saja koq. Ya Chun aku pulang duluan yah. Jangan lupa PR nya, hahah.”
No comments:
Post a Comment