Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Monday, 28 November 2011

Love's Arrived chapter 8 part 1


Love’s Arrived
Chapter 8 part 1

Hari ini kuliah dimulai. Gisela akhirnya berani membawa mobilnya sendiri. Sebenarnya dia cukup menyesali hal ini, karena Alex tidak mungkin lagi datang untuk mengajarinya. Gisela memarkir mobilnya di lapangan parkir kampusnya, universitas terbaik di Taipei. Mobil-mobil sudah banyak juga diparkir di sana. Begitu turun dari mobil, dia berusaha mencari David, Michael, Albert atau Alex yang kuliah di universitas yang sama. Yang jelas, Albert bilang dia ada jadwal kuliah juga hari ini. Wah… kampusnya mewah sekali… berarti benar kata Xiang Chen ge, orang-orang yang kuliah di sini pasti anak-anak orang kaya, artis, atau kalau nggak, sangking pintarnya jadi dapat beasiswa, deh… wah… Karena kebanyakan noleh kanan-kiri, akhirnya Gisela menabrak seseorang.

“Dui… dui bu qi…” sendat Gisela.
“Gisela Mai?”

Gisela mendongak dan menemukan seorang cewek yang cantik, dengan perawakan seperti model. Gisela merasa minder.

“Ya… ya?”
“Kamu Gisela Mai, kan?”
“I… ya.”
“Wah, senang sekali bisa ketemu denganmu. Boleh… minta tanda tangan dan foto bareng?”
“Hah? Boleh… aja sih.”
“Hei, teman-teman! Gisela Mai, nih!”
“Eh, jangan…”

Tapi terlambat. Serombongan orang yang masih nongkrong di depan kampus telah mengerumuni Gisela setelah si cewek berteriak. Mereka minta tanda tangan, foto bersama, bahkan ada beberapa yang mencubit pipi Gisela. Tolong!!!

“Siapa tuh yang dikerumuni?” tanya Alex yang baru turun dari mobilnya David.
“Entah. Barangkali Wen Chun,” jawab David, baru mengunci mobilnya.
“Wen Chun baru bangun tadi.”
“Mungkin artis yang baru masuk kampus kita.”

Kemudian keduanya berpandangan.

“Mei-Mei!” keduanya berteriak kompak.
“Gisela, apa benar kau pacaran dengan Alex Zhou?” tanya seorang cewek yang mungil.
“Nggak… itu semua gosip…” jawab Gisela.
“Nah kan, udah kubilang itu gosip,” kata cewek lainnya.
“Hei! Jangan kerumuni dia!” Alex menyeruak di antara para fans.
“Alex Zhou!!! David Wang!!!”

Para fans-pun terpecah menjadi tiga bagian, tapi tampaknya Alex yang paling banyak fansnya. Setelah setengah jam meladeni permintaan mereka, bel berbunyi.

“Eh… aku juga mau kuliah, nih. Nanti aja ya kalau mau foto bareng lagi.”

Alex dengan ramah berhasil mengusir fansnya, berikutnya membantu David dan Gisela mengusir fans mereka. Ketiganya mendesahkan nafas lega. Michael menghampiri mereka.

“Kena serangan yang biasa?” tanyanya dengan santai.
“Xiao Wei! Kok kau baru datang?” tanya David, terkejut melihat Michael.
“Aku takut ada kejadian begini lagi. Kita kan udah dua bulan nggak datang ke kampus,” jawab Michael, “ayo kita masuk.”
“Bye, kita pisah,” pamit Alex sambil menjauh.
“Sini, lihat jadwalmu,” pinta David pada Michael.

Gisela tersenyum kepada punggung Alex, tapi ternyata Alex menoleh dan memberi isyarat dengan tangannya ‘nanti aku telepon kamu’ dan segera berlari menjauh. Gisela jadi surprise.

“Mei-Mei? Kenapa wajahmu memerah? Panas? Sakit? Atau karena tadi dicubitin?” tanya Michael.

Dia langsung memegang pipi Gisela.

“Ah… eh… aku… nggak apa-apa,” sendat Gisela.
“Lihat jadwalmu, Mei-Mei,” pinta David.

David membandingkan jadwal ketiganya.

“Nah, Mei-Mei, kita satu mata kuliah jam pertama ini. Sampai ketemu, Xiao Wei.”
“Bye…” pamit Michael.

David mengajak Gisela menuju kelas di lantai dua gedung. Kelas yang mereka masuki sudah berisi cukup banyak orang, semuanya tampak seperti anak-anak pejabat. Semuanya menoleh begitu Gisela dan David masuk. David mengajak Gisela duduk di dua meja paling belakang. Suasana kini penuh kasak-kusuk. Pasti ngomongin kami lagi, nih… Gisela meletakkan laptop kesayangannya dengan aman di mejanya.

“Gisela?”

Gisela menoleh ke meja di samping kirinya. Wajah cewek yang imut ini seperti dikenalnya.

“Ya?” jawab Gisela ragu.
“Gisela… dari Palembang, kan?”
“Iya. Kamu siapa?”
“Kau lupa ya sama aku? Aku Jeanne!”
“Jeanne… Jeanne Novia?”
“Iya, ini aku!”
“Wah, Jeanne! Lama nggak ketemu!”

Keduanyapun berpelukan melepaskan rasa rindu dan kemudian ngobrol cepat pakai bahasa Palembang, membuat seisi kelas bingung.

“Duduk! Pelajaran dimulai!”

Si dosen berkepala botak yang tampangnya agak killer masuk dan menduduki bangku dosen. Jeanne dan Gisela langsung kembali ke posisi siap belajar.

“Ming-Ming ge… Jeanne ini teman sekelasku dari kelas 1-3 SD dulu.”
“Oh… senang dong, bisa ketemu lagi? Kebetulan sekali, ya?” kata David sambil tersenyum.
“Hei yang di belakang! Jangan berisik!”

Setelah selang beberapa menit, Gisela merasa otaknya agak kesusahan menangkap pelajaran Pengantar Sastra Mandarin yang diajarkan si dosen. Gisela bermasalah karena pemahaman bahasa Mandarin-nya masih kurang. Aku tanya Xiao Wei aja ah, nanti… Sebongkah kertas jatuh di meja Gisela. Gisela menoleh ke David yang memberi isyarat ‘baca’ dan Gisela segera membuka kertas itu.

Pulang kuliah aku mau rekaman. Mau ikut?

Gisela mengangguk bersemangat ke arahnya dan David tersenyum sangat manis.

******

“Mei-Mei! Kau datang lihat rekaman Ming-Ming, ya?”

Mrs. Yan masuk ke dalam studio rekaman tempat David akan rekaman lagu barunya. David sedang belajar nada-nada, Gisela duduk di sebelahnya.

“Aku dan Shu masih diganggu telepon dari wartawan, nih. Mei-Mei, kau nggak diganggu mereka, kan?”
“Nggak, jie,” jawab Gisela.
“Padahal kami semua Cuma dekat sebagai teman, kok,” jelas David.
“Tapi wartawan, kan… aduh, kau pasti mengerti mereka, Ming-Ming. Pokoknya kalian harus lebih hati-hati deh, ke depannya,” nasehat Mrs. Yan.
“Apa kami nggak boleh jalan bareng lagi?”
“Bukan begitu, Ming-Ming. Aku senang lho, kalian mau jagain Mei-Mei. Aku Cuma nggak mau kalian ditimpa gosip miring,” jawab Mrs. Yan, “Mei-Mei, kalau kau memang pacaran, kau bisa kasih tahu aku.”
“Kami pacaran.”
“APA?”
“Bercanda, jie.”
“Ming-Ming!”

Gisela tertawa melihat Mrs. Yan memukul kepala David dengan setumpuk kertas. David Cuma tersenyum nakal dan memperbaiki rambutnya dengan cool. Gisela merasakan handphonenya bergetar. Gisela melihat wajah Alex dan nama ‘Xiang Chen ge’ muncul di layar handphone-nya. Gisela keluar dari ruangan dan menyambut telepon dengan senang.

“Wei…”
“Mei-Mei, ni zai na li? (kau dimana?)”
“Di studio. Ming-Ming ge lagi rekaman lagu baru.”
“Oh… aku baru selesai kuliah dua subject. Masih tersisa satu subject, sih. Dosennya kejam, mereka menderaku dengan banyak tugas. Katanya untuk menolong nilai-nilaiku. Tapi Wen Chun nggak dikasih tugas sebanyak itu.”
“Ha ha ha… kasihan, deh.”
“Yah, Cuma itu tanggapannya.”
“Emangnya mau gimana lagi?”
“Nah, temani aku hilangin stress, ya.”
“Boleh aja, sih.”
“Jemput aku di kampus.”
“Beri aku waktu satu jam lagi, ya.”
“Oke, aku tungguin. Zai jian…”
“Bye bye…”

Gisela masuk ke dalam ruangan dan melihat David dan Mrs. Yan masih bercanda. Gisela nimbrung dan David makin tidak konsentrasi latihan menyanyi. Gisela menyanyikan not-not yang dipegang David dengan nada fals.

******

Gisela menghentikan mobilnya tepat di depan kampus. Alex yang membawa setumpuk buku dan kertas, juga menyandang tas ransel besar, dan tangan satunya menjinjing tas yang berisi laptopnya, berlarian ke arahnya dan langsung masuk ke mobil. Dia memindahkan tas, kertas, buku dan laptopnya ke kursi belakang mobil.

“Itu buku dan kertas semuanya tugasku. gila, kan?”
“Mungkin nggak lama lagi aku juga disiksa begitu,” jawab Gisela sambil tertawa.
“Percaya deh, kuliah itu nggak sesantai yang kau kira.”
“Oke lah, kita lupakan itu dulu. Mau kemana, da ge? (da ge=sebutan untuk kakak yang lebih tua-red)”
“Nonton. Film komedi Hollywood baru, nih.”

Alex menunjukkan dua tiket yang dipegangnya.

“Ge ge udah beli tiketnya? Bagus sekali persiapannya.”
“Aku memang mau ajak kau dari pertama. untung deh nggak kau tolak. Kalau nggak, terpaksa deh aku ajak Wen Chun.”

Xiang Chen ge ngajak aku nonton… apa benar kata Ming Jun ge, aku boleh berharap?

“Oh, tunggu sebentar. Berhenti di pinggir, Mei-Mei.”
“Kenapa?”

Alex mengeluarkan kacamata hitam dan topi hitam dari tasnya.

“Kau harus mulai menyamar. Semua orang udah mengenalmu sekarang.”
“Aku nggak suka kacamata hitam. Topi aja, deh.”

Alex memakaikan topi ke kepala Gisela yang imut. Dia sendiri memakai topi hitam yang lainnya dan kacamata hitam.

******

Waktu nonton, Alex dan Gisela tampak seperti sepasang kekasih. Mereka membeli popcorn dan minuman, tertawa keras bersama dan berjalan berdekatan.

“Ayo, aku ajak kau ke tempat yang menyenangkan,” ajak Alex sambil menggandeng tangan Gisela.

Xiang Chen ge… jangan-jangan besok wajah kita muncul di headline majalah gosip… Tuhan, andaikan waktu bisa berhenti, aku ingin waktu berhenti sekarang juga… semua ini udah cukup untukku. Alex mengajaknya masuk ke pet shop di kompleks mall.

“Nah, kemarin aku nonton iklannya ada banyak anjing baru yang masuk. Pilih satu.”
“Kenapa?”
“Kok nanya? Kan kau pengen punya anjing di rumah barumu.”
“Ge ge tahu darimana?”
“Kau tulis di situs-mu, kan? Aku beliin deh, kado untukmu.”
“Aku nggak lagi ultah.”
“Aku tahu. Jangan cerewet, ambil saja.”

Akhirnya Gisela memilih anak anjing pudel jantan yang sangat lucu.

“Hai manis… namamu Alex, ya?”

Alex yang sudah membayar anjingnya, pasang tampang tak senang.

“Kalau begitu aku beli anjing betina dan kuberi nama Gisela, ya.”
“Jangan, ah. Aku Cuma bercanda, kok.”

******

Jam enam sore, Gisela sampai di lokasi syuting dan menyelesaikan adegannya dengan lancar, seperti biasa.

“Mei-Mei, kami mau karaokean malam ini, mau ikut gak?” Nathan mengajak Gisela.
“Wah, boleh. Di mana?” tanya Gisela bersemangat.
“Di rumah kami lah. Kebetulan besok kita kan mau syuting pagi, jadi sekalian nginap aja.”
“Oke!!!”
“Ming-Ming juga ikut nih,” lapor Michael, “yuk pulang.”

Keempatnya berkonvoi dengan empat mobil kembali ke rumah LI LIANG. David yang bawa mobil paling cepat, disusul Michael, Nathan dan Gisela yang sama sekali nggak berani kebut-kebutan. Sekitar jam setengah sepuluh malam, mereka memasukkan mobil mereka ke dalam garasi. Rupanya garasi tidak dirancang untuk menampung enam mobil sekaligus, jadi mobil Albert dan Alex terjepit di bagian dalam. Sayup-sayup Gisela mendengar Albert dan Alex menyanyikan lagu grup mereka sendiri di lantai dua. Mereka dengan bersemangat menyusul mereka dan ikut berkaraoke. Albert suaranya tinggi dan halus, Alex punya suara yang unik dan dia bisa mengubah suaranya menjadi aneh sekali, David punya suara yang berat, Nathan, seperti biasa, suka fals dalam beberapa nada, tapi suaranya sekarang terdengar lebih bagus, sementara itu Michael-lah yang suaranya paling bagus di antara mereka.

“Tunggu dulu. Mei-Mei belum nyanyi,” kata Albert.
“Aku nggak bisa nyanyi,” tolak Gisela.
“Mana ada orang yang nggak bisa nyanyi. Kita semua kan udah nyanyi. Mei-Mei nyanyi juga dong.”

Albert menyodorkan mic.

“Suaraku fals sekali kalau nyanyi. Pokoknya jelek banget, deh.”
“Jangan bilang begitu. Kau harus pede dengan suaramu,” hardik Alex.
“Lagian kita belum pernah dengar suaramu. Please, nyanyi, deh. Kita kan mau senang-senang malam ini,” bujuk David.
“Aku benar-benar nggak…”
“Ini kan Cuma karaoke, bukan lomba nyanyi.”

Gisela menghela nafas panjang dan mengambil mic dari tangan Albert.

“Coba Fa Ru Xue (Hair Like Snow), deh.”
“Lagu Jay Zhou?” tanya Nathan yang segera mengendalikan remote control.

Gisela berdeham dan mulai bernyanyi. Dia menyanyikan satu bait pertama lagu Fa Ru Xue.

 “Aduh… nggak, ah. Jelek banget, nih.”

Nathan berpandangan dengan Michael dan sebenarnya mereka setuju.

“Ha… ha… benar kata Ming-Ming, kita kan malam ini nyanyi buat senang-senang. Nggak apa-apa, Mei-Mei. Duet sama aku aja.”

Akhirnya Nathan membantu Gisela menyelesaikan Fa Ru Xue. Lagunya nggak terdengar terlalu bagus, tapi setidaknya setelah itu Gisela bisa menyerahkan micnya kepada Michael yang mencoba nyanyi lagu Jay Zhou lainnya. Gisela yang dari tadi tegang jadi ingin ke toilet. Michael juga beranjak dari sofa pada detik yang sama dengan Gisela.

“Mau ke mana?” tanya Michael.
“Toilet,” jawab Gisela.
“Aku juga, sih. Tapi kau duluan aja.”

Gisela berjalan mendahului Michael ke toilet. Gisela baru menutup pintu toilet dan seketika melihat…

“Kyaaa!”

Gisela berlari keluar toilet dan memeluk Michael yang lagi ngantri.

“Kenapa, Mei-Mei?”
“Ada kecoa… kecoa…”
“Oh, kecoa.”
“Tolong dibunuh… aku takut kecoa…”
“Oh, iya, deh.”

Michael masuk ke kamar Albert dan keluar dengan koran-koran yang sudah digulungnya menjadi pentungan.

“Mana kecoanya?”

Gisela menunjuk pinggir bak dengan ngeri dan segera mundur. Terdengar suara pukulan (plak!) dan tampaknya Michael sudah berhasil. Dia keluar dan mengangkat si kecoa yang sudah tak bernyawa pada kumisnya di tangan kanannya.

“Dia udah mati, Mei-Mei. Silahkan pakai WC-nya. Aku mau buang mayatnya dulu.”

Gisela merasa sangat lega.

*******

Gisela menginap di kamar yang dulu pernah ditempatinya, sedangkan David tidur di kamar seberang kamar Albert di lantai dua. Gisela keluar kamar tengah malam, sekitar jam dua dini hari, karena dia kehausan. Gisela minum air dengan penuh rasa syukur, sementara Alex dengan tampang kusut muncul dan menghampirinya di dapur.

“Lho? Xiang Chen ge? Belum tidur?” tanya Gisela heran.
“Nggak bisa tidur. Lapar, nih,” jawab Alex.

Dia menuju lemari dan menggerutu sepertinya semua persediaan mie instant sudah dilahap Albert. Gisela menuju lemari es dan ternyata dia sial, tak ada bahan makanan yang bisa dipakainya untuk memasakkan sesuatu untuk Alex.

“Aku nggak akan bisa tidur kalau lapar begini.”
“Xiang Chen ge, tadi aku dikasih kue tart sama fans. Tapi karena takut lemaknya banyak, aku jadi belum makan,” jelas Gisela, “ada di kulkas, sih. Kalau ge ge mau…”

Mata Alex berbinar-binar dan dia tersenyum bersemangat. Gisela mengambilkan sepotong besar kue tart yang menteganya banyak sekali. Alex memakannya dengan lahap sekali. Dia tampak bahagia.

“Ge ge… suka makan kue tart, ya?”
“Sebenarnya sih, iya…”

Gisela mendengus. Lucu juga, ya. Tampangnya benar-benar macho, tapi ternyata kesukaannya makanan cewek… Alex melotot tak senang.

“Kenapa? Nggak cocok dengan tampangku, ya?”
“Nggak begitu, sih…”
“Jangan kasih tahu yang lain. Selama ini aku takut makanan favoritku ini jadi bahan pembicaraan. Jadi aku sering menahan keinginan melahap kue tart. Terakhir kali makan di pestanya Xiao Wei.”
“Ge ge bisa makan lagi di pestanya Ming-Ming ge besok malam.”
“Oh, kau benar. Karena udah menghinaku, kau harus temani aku makan, Mei-Mei.”
“Jangan! Nanti aku jadi gendut.”
“Dengar, aku nggak terlalu suka sama cewek yang kurus kering seperti model. Itu tipenya Wen Chun.”

Gisela baru akan protes lagi saat sepotong kue melayang masuk ke mulutnya, dari suapan Alex.

“Nanti nyesal loh, soalnya kuenya enak.”
“Kalau aku gemuk, ge ge tanggung jawab, ya?”
“Iya, deh…”

Keduanya berebut melahap kue tart hingga tak bersisa secuil mentegapun.

******

Nathan bangun dengan segar pada jam setengah lima pagi, dia mandi di kamar mandi lantai dua dan setelah itu membangunkan David. Nathan menggerakkan badannya sambil menuruni tangga. Seketika dia melihat Gisela dan Alex tertidur di meja makan. Wah, perkembangan keduanya pesat sekali. Sepertinya mereka nggak butuh aku lagi jadi cupid sekarang. Tapi senyum Nathan terhapus dari wajahnya saat melihat apa yang sudah dimakan mereka semalam.

“Mei-Mei!!!”

Gisela dan Alex bangun geragapan.

“Wei shen me wo hui zai zhe li? (kenapa aku bisa ada disini?)” tanya Alex bego.

Gisela menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengumpulkan nyawanya. Alex menoleh dan memandang Nathan dengan sengit.

“Jangan teriak-teriak. Bisa-bisa nyawa kami nggak pulang dari alam mimpi.”
“Mei-Mei, kamu makan apa semalam?” tanya Nathan dengan nada menyeramkan.

Gisela berpandangan ngeri dengan Alex.

“Kue… tart,” jawab Gisela.
“Sebenarnya semua kue ini aku yang habiskan,” kata Alex, mengerti pandangan memohon Gisela padanya.
“Nggak usah membelanya. Lihat itu, bekasnya ada di pipimu,” cetus Nathan.

Gisela mengusap pipinya dan menemukan sedikit bekas mentega disana. Nathan segera menarik Gisela pada pergelangan tangannya.

“Eh… Ming Jun. Ni yao dai Mei-Mei qu na li? (kau mau bawa Mei-Mei kemana?)”
“Fitness. Hilangkan semua lemak yang udah dimakannya kemarin.”
“Xiang Chen ge, tolong…”

Dan dengan pasrah Gisela disiksa Nathan sepagian sebelum mereka ke tempat syuting.

*******

No comments:

Post a Comment