When Our Dreams Come True
I’m Young but I Know what True Love is
Chapter 4
Malam harinya, sekitar jam sebelas malam. Julie dan Ri Na tidur bersama di ranjang Ri Na. Ri Na gelisah dalam tidurnya dan akhirnya Julie juga gak bisa tidur. Satu hal karena dia masih begitu kesal pada Jiro, satu hal lagi gara2 Ri Na gelisah. Akhirnya Julie menghidupkan lampu kecil di samping ranjang Ri Na yang berbentuk stroberi, memancarkan warna merah lembut ke sekeliling ruangan. Dia menoleh pada Ri Na. Wajah Ri Na pucat dan berkeringat. Julie meletakkan tangannya di dahi Ri Na.
Julie: ”OMO... Ri Na demam...”
Julie segera bertindak cepat. Dia memakaikan berlapis-lapis selimut ke badan Ri Na dan mengompresnya. Dia ingat Ri Na gak menghabiskan ramennya tadi waktu makan malam. Setelah memaksa Ri Na yang setengah sadar minum obat penurun panas, Julie menuju dapur. Dia membuka lemari es dan menemukan ayam.
Julie: ”Bubur ayam tradisional China akan siap untuk Lee Ri Na dalam dua puluh menit. Tunggu yah, Ri Na.”
Julie mulai memasak. Dia gak sadar ada bunyi ceklik dari pintu depan apartemen. Teukie pulang. Akhirnya badai reda dan dia bisa pulang. Jiro udah mengabarinya kalo dia menjemput Ri Na dan pulang dengan selamat. Mencium bau enak mengoar dari dapur, Teukie segera ke dapur. Lampu dapur bersinar terang.
Teukie: ”Ri Na?”
Julie menoleh dan kaget. Itu dia. Itu pahlawannya. Dia itu yang memukul pencopet dan mengembalikan dompetnya. Kenapa dia ada disini? Apa dia oppa-nya Ri Na? Meski tampak lelah dan lama gak melihatnya... cwo itu masih tampan, seperti pertama kali Julie melihatnya. Seperti saat dia jatuh cinta... pada pandangan pertama dengan cwo itu.
Teukie: ”Kau siapa?”
Julie: ”Choui irumun Julie. Aku teman Ri Na.”
Teukie: ”Ahh... Julie. Rupanya ini yang namanya Julie. Choui irumun Lee Teuk, appa-nya Ri Na.”
Julie: ”Lee ahjussi?” 0.0 (kaget)
Omona.... dia appa-nya Ri Na.... ulang Julie dalam hatinya. Teukie membungkuk pada Julie dan dibalas Julie dengan bungkukan juga.
Julie: ”Ri Na demam dan aku memasakkan bubur untuknya. Ini udah selesai.”
Teukie: ”Kamsahamnida Julie.”
Julie membawa semangkok bubur dan mengikuti Teukie menuju kamar Ri Na. Teukie mengguncang tubuh Ri Na lembut untuk membangunkannya.
Ri Na: ”Appa? Udah pulang?”
Teukie: ”Ri Na ya~ kau sakit. Julie memasakkan bubur untukmu. Kau harus makan ya.”
Ri Na melihat Julie meletakkan mangkok di meja kecil di samping Ri Na. Baunya menggoda perut Ri Na yang kosong.
Ri Na: ”Julie... gomawo yo.”
Julie: ^^ ”Yuk sekarang makan dulu buburnya.”
Julie mengecek temperatur tubuh Ri Na. Udah gak sepanas tadi.
Teukie: ”Karena ada Julie yang merawat Ri Na, appa jadi tenang. Appa istirahat yah.”
Ri Na: ”Ye, appa.”
Teukie: ”Annyonghi chumushipshio, Ri Na, Julie...”
Ri Na: ”Annyonghi chumushipshio, appa...”
Julie: ”Annyonghi chumushipshio, ahjussi...”
Julie mengawasi Ri Na yang makan dengan tenang. Dia ingin menanyai Ri Na, tapi dia menunda menggerecoki Ri Na yang lagi sakit malam ini. Yang mana yang harus diceritakannya duluan? Tentang Jiro? Atau tentang pahlawannya?
***
Teukie berangkat pagi2 sekali, saat Ri Na belum bangun. Namun Julie udah bangun, jadi Teukie menyampaikan kalo dia akan sibuk seharian bersama Jiro. Jadi dia meninggalkan uang saku untuk keduanya makan dan jalan2 hari ini. Meskipun Julie enggan menerimanya, akhirnya dia menerimanya juga. Ri Na bangun dengan perasaan sedikit lega, tapi kepalanya masih pusing. Dia berjalan terseok keluar kamar dan melihat sarapan di atas meja. Julie udah duduk di kursi yang biasa diduduki Jiro waktu dia menginap di apartemen ini.
Julie: ”Annyong Ri Na... apa badanmu udah enakan?”
Ri Na: ”Gomawo untuk yang semalam Julie. Aku benar2 tertolong. Mian aku sakit, kita jadi gak bisa jalan2 hari ini. Gimana kalo ntar siang?”
Julie: ”Boleh. Yang penting kau lebih sehat dulu. Oh ya.” (mengeluarkan uang 900 won dari saku kaosnya, kaos Ri Na yang dipinjam, sebenarnya) ”Ini dari Lee ahjussi. Dia bilang untuk jalan2 dan makan kita hari ini. Dia Cuma sempat buat sarapan. Katanya sih bakal sibuk seharian dengan Jiro hari ini.”
Ri Na: (melihat uang itu) ”Banyak banget. Hhh... appa kadang2 aneh.”
Ri Na duduk di sebelah Julie dan makan sarapan bersamanya. Julie berpikir... mungkin Ri Na akan membenci Jiro jika dia ceritakan semuanya.... tapi kalo dia gak cerita, Ri Na akan semakin menderita.... padahal Ri Na sekarang lagi sakit... Julie melirik tangan Ri Na yang kemarin melepuh. Telapak tangan itu masih diperban.
Ri Na: ”Wae, Julie?”
Julie: ”Tanganmu masih sakit?”
Ri Na: ”Gak terlalu sakit lagi koq. Berkat gerak cepatmu.”
Julie: ”Syukurlah.”
Lalu suasana sepi.
Julie: ”Ri Na... appa-mu... masih muda banget. Aku kira dia oppa-mu.”
Ri Na: (tertawa) ”Gak muda2 amat koq. Dia udah bapak2 umur 34, taon ini masuk 35 taon. Yah... tampangnya sih masih kayak 27 gitu.... susah deh punya appa ganteng kayak gitu...”
Julie: ”Ye. Aku sampe kaget semalam.” (ikut tertawa)
Akhirnya sepagian, Ri Na dan Julie hanya menonton TV. Tapi pada siangnya mereka berdua ke game center dan nonton di bioskop. Jam enam, Ri Na mengantarkan Julie ke stasiun kereta bawah tanah. Julie tadinya masih ingin menginap, tapi dia gak mau bibinya tempat dia tinggal selama di Seoul khawatir, meskipun Julie udah mengabarinya kalo dia menginap di rumah Ri Na. Julie janji lain kali akan menginap lagi di rumah Ri Na. Ri Na kaget menyadari pintu apartemennya gak terkunci. Dan lebih kaget lagi melihat Jiro duduk di sofa ruang tamu.
Jiro: ”Hai Ri Na...”
Ri Na: ”Hai.”
Ri Na menutup pintu, gak tau harus bersikap apa ke Jiro. Tapi melihat wajah Jiro, kekesalan membuncah dalam hatinya. Tega banget dia mempermainkan aku… pikir Ri Na.
Jiro: “I want to talk with you. About our hangul lesson…”
Ri Na makin kesal. Kenapa Jiro masih berpura-pura? Masih bicara bahasa Inggris dengannya? Dan masih mau bicara soal pelajaran hangul dengannya? Bukannya dia gak butuh itu?
Ri Na: ”Wae? Hentikan pura2mu! Aku benci kau!”
Ri Na masuk ke kamar dan membanting pintu kamarnya. Jiro kaget bukan kepalang. Dia menenangkan hatinya. Jiro masuk ke kamar Ri Na dan menemukan Ri Na tengah duduk di tepi ranjang sambil memeluk lumba2 biru raksasanya. Mata Ri Na merah. Mungkinkah... Ri Na mendengar pembicaraannya dengan Julie kemarin... ato Julie menceritakannya padanya... tebak Jiro.
Jiro: ”Ri Na, bukan maksudku mempermainkanmu. Aku selama ini Cuma...”
Ri Na: ”Cuma apa? Menganggapku lucu? Kau senang memasuki hidupku? Kau senang mengambil hatiku dan membuangnya lagi?”
Jiro: ”Apa Julie udah cerita? Dengar... yang kutelepon itu bukan cweku. Aku gak punya pacar. Dia Aaron, sahabatku di Taipei.”
Ri Na jadi pusing. Siapa yang bilang soal cwenya... pikir Ri Na jengkel.
Jiro: ”Aku gak bermaksud mempermainkan hatimu. Aku benar2 masih single.”
Ri Na: ”Maksudku kau... kau pura2 gak bisa hangul!”
Jiro: ”Baiklah, aku emang pura2! Tadinya aku Cuma mau membuat Lee ahjussi susah! Aku jengkel punya manajer cwo! Aku tadinya mau Ha Ri yang jadi manajerku, tapi Ha Ri memilih Rush! Makanya aku jengkel dan mau mempermainkan Lee ahjussi! Tapi lama kelamaan aku gak tega... karena Lee ahjussi begitu baik dan perhatian padaku!”
Ri Na: (melotot) ”Kau...” 0.0
Jiro: ”Jangan menyelaku! Ya, aku! Aku makin gak tega karena kau! Siapa bilang aku yang memasuki hidupmu? Kau yang memasuki hidupku! Aku kaget kau, anak kecil 13 taon bisa membuatku jatuh cinta! Padahal cwe2 sesama artis ato cwe2 SMA lebih cantik darimu, tau! Aku pura2 gak bisa hangul dan kau terpancing untuk mengajariku! Kau masuk dalam perangkapku! Akhirnya aku bisa dekat denganmu! Semua itu taktikku!”
Ri Na terdiam dan mencerna kata2 Jiro. Ri Na masih kaget mendengar hangul Jiro yang begitu lancar, nyaris tanpa cela. Dan dia bilang cinta... cinta... Jiro jatuh cinta padanya?
Jiro: ”Saranghae... Lee Ri Na...”
Ri Na membeku saat Jiro mendekat ke arahnya dan memeluknya. Bau tubuh Jiro memenuhi pikirannya. Dia gak sanggup berpikir lagi... cinta pertamanya... terwujud? Dengan Jiro si cwo gajah?
***
Ri Na menoleh dan melihat Julie Cuma mengaduk-aduk nasi gorengnya. Mereka kini duduk di kantin yang rame. Dengan susah payah Ri Na mendapatkan meja untuk berdua ini karena dia kelaparan, eh taunya Julie yang menemaninya makan Cuma mengaduk makanannya sambil bengong.
Ri Na: ”Julie... cabenya udah teraduk rata dari tadi...”
Julie: (kaget) ”Ah.... ya, Ri Na.”
Julie memandangi Ri Na yang lagi makan nasi goreng dengan lahapnya.
Julie: ”Gimana hubunganmu dengan gajah?”
Ri Na: ”Oh, cukup okey. Meskipun dia suka pulang jam dua dini hari dan pergi lagi jam empatnya. Appa juga begitu, bangun tengah malam dengan shock dan meninggalkanku. Aku udah terbiasa koq.”
Julie iri pada Ri Na, sekaligus senang. Cinta pertama Ri Na terwujud, dan meskipun Ri Na mengoceh hubungannya biasa ajah dengan Jiro, Julie yakin suatu saat akan ada perkembangannya. Bagaimanapun Ri Na masih muda. Masih muda.... dia juga masih muda. Sedangkan Teukie sekarang 34 taon. Julie seumuran dengan Ri Na. Apa Ri Na mau menerima Julie seandainya Julie berkata jujur padanya?
Ri Na: ”Ada masalah? Kau keliatan banyak pikiran.”
Julie: ”Ye. Aku ada masalah.” (menghela nafas) ”Aku jatuh cinta pada appa-mu.”
Masalah besar.
Ri Na: ”Mwo?”
Julie: ”Appa-mu adalah pahlawanku di kereta bawah tanah. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Dan aku kaget waktu tau dia adalah appa-mu.”
Ri Na terdiam seribu bahasa.
***
Jiro: ”Lee Ri Na ya~~~”
Ri Na kaget Jiro mengguncang-guncang tubuhnya. Ri Na baru sadar kembali dia sekarang ada di apartemen Jiro, lagi duduk bersila di lantai. Di depannya duduk Jiro, juga duduk bersila. Meja pendek menghalangi mereka berdua. Jiro melepaskan tangannya dari pundak Ri Na.
Jiro: ”Kau tau gak aku susah payah mendapatkan waktu luang untuk ngobrol denganmu hari ini? Eh kau malah bengong!”
Ri Na: ”Mianhae Jiro... aku kepikiran soal Julie.”
Jiro: ”Emangnya Julie kenapa?”
Ri Na menceritakan segalanya pada Jiro. Bagaimana Julie bertemu dengan Teukie, hingga masalah tadi siang. Dan mata Jiro semakin lama terbuka semakin lebar.
Jiro: ”Omona.... gila... benar2 gila...”
Jiro menggeleng-gelengkan kepala besarnya.
Jiro: ”Kau mau merestui mereka?”
Ri Na: ”Entahlah... aku gak tau, Jiro. Tapi yang jelas aku udah mengatur mereka untuk ketemu. Julie ingin bicara dengan appa. Di cafe dekat MOST Entertainment.”
Jiro: ”Kau gila, Ri Na? Julie itu seumur kau! 13 taon! Lee ahjussi itu appa-mu! 34 taon! Cinta mereka terpaut 21 taon, apa kau sadar itu? Dan apa appa-mu sekarang pengen punya pasangan?”
Ri Na: ”Entahlah Jiro. Aku gak mau Julie sedih.”
Jiro: ”Tapi kan bukan begini caranya, Ri Na...”
***
Teukie sampai di cafe yang disebutkan Ri Na. Katanya Julie menunggunya disana, ada hal penting yang ingin dibicarakan Julie dengannya. Teukie melihat sosok cantik Julie duduk menunggunya. Dia segera duduk di kursi seberangnya.
Teukie: ”Anyonghaseyo Julie...” ^^
Julie: ”Anyonghaseyo, Lee ahjussi...” ^^
Julie berdebar-debar melihat senyum Teukie. Inilah Teukie yang pertama kali dilihatnya di kereta bawah tanah. Dengan penampilan yang begitu mirip, Teukie tampak jauh lebih tampan sekarang. Mungkin karena MOST Entertainment menuntut Teukie juga harus punya penampilan necis sebagai manajer Jiro.
Teukie: ”Apa yang terjadi, Julie? Apa ada sesuatu menyangkut Ri Na?”
Julie: ”Oh, anio, ahjussi. Ri Na baik2 ajah. Kan sekarang Jiro juga perhatian padanya.”
Teukie: ”Kau benar juga, Julie.”
Julie mendesahkan nafas panjang, seolah sesak nafas.
Julie: ”Ahjussi... ini tentang.... aku.”
Teukie: ”Ottoke, Julie? Kalo ada hal yang bisa kubantu, aku akan membantumu.”
Julie: ”Apa ahjussi gak ingat aku?”
Teukie: ”Maksudmu?”
Julie: ”Aku... adalah cwe yang ahjussi tolong di kereta bawah tanah, yang kecopetan. Ingat itu?”
Teukie tampak berpikir keras sambil memandang wajah Julie. Julie jadi grogi.
Teukie: ”A ne.... rupanya benar kau. Julie mianhae aku sempat lupa. Kau emang yang kukembalikan dompetnya. Ahh... Korea sempit banget yah.” ^^
Julie: ”Menurutku bukan begitu. Menurutku kita berjodoh.”
Teukie terbelalak.
Julie: ”Ahjussi... saranghae...”
Teukie: ”Hah?”
Julie: ”Saranghae. Julie mencintai Lee ahjussi.”
Teukie: ”Ta... tapi Julie, coba pikirkan benar2... aku ini bisa jadi appa-mu loh.”
Julie: ”Appa-ku umurnya 41 taon.”
Teukie: ”Tapi tetap ajah. Kau kan seumuran Ri Na. Ottoke...?”
Teukie kaget melihat Julie mulai menangis.
Julie: ”Wae? Kenapa Ri Na bisa begitu gampangnya mendapatkan Jiro? Kenapa cintaku ditolak? Padahal ahjussi cinta pertamaku. Kenapa hanya karena masalah umur?”
Teukie: ”Ah Julie... jangan nangis...”
Teukie memandang panik ke sekelilingnya. Orang2 di cafe itu memandang mencela Teukie. Mereka mengira Teukie membuat pacarnya menangis.
Julie: ”Jadi kalo sekarang aku 25 taon, ahjussi akan mempertimbangkanku?”
Teukie: ”Julie, bukan begitu... aku... Cuma belum siap...”
Julie: ”Ahjussi kejam!”
Julie berlari keluar cafe sambil berderai air mata, meninggalkan Teukie yang kebingungan.
***
Ri Na gak berani menanyakan cerita selengkapnya tentang pertemuan Teukie dan Julie pada Teukie. Yang jelas dia melihat Teukie sering bengong beberapa hari ini. Julie juga gak masuk sekolah, dan gak menghidupkan handphone. Ri Na yang gak tau rumah Julie khawatir, tapi gak tau mau menghubungi Julie dimana. Ri Na duduk di tepi ranjangnya, menunggu Jiro selesai mandi. Teukie sendiri hari ini kemungkinan gak pulang ke rumah. Jiro bersikeras menginap karena gak mau Ri Na ditinggal sendirian. Padahal Ri Na mengaku udah biasa ditinggal. Jiro akhirnya selesai mandi, masuk kamar Ri Na dengan rambut yang basah. Dia mengeringkan rambutnya dengan handuknya.
Ri Na: ”Jiro... aku khawatir pada Julie. Ottoke?”
Jiro: ”Kau coba tanya ke sekolah, alamat rumahnya Julie.”
Ri Na: ”Ah, kau benar juga. Kenapa aku gak kepikiran gitu yah?” (mengambil Samsung-nya)
Jiro: ”Kau mau ngapain?”
Ri Na: ”Ya menelepon sekolah.”
Jiro: ”Sekarang udah hampir jam dua belas malam. Siapa yang mau angkat teleponmu? Hantu?”
Ri Na: ”Ah ya... kau benar juga.”
Ri Na memandang Jiro yang sekarang duduk di sebelahnya. Dua bulan setengah setelah mereka resmi pacaran. Hubungan mereka berkembang layak... untuk seukuran anak SMP maksudnya. Jiro cukup sopan pada Ri Na, sejak memeluknya pada hari pertama mereka jadian, Jiro nyaris gak melakukan apa2. mereka juga baru tiga kali kencan selama mereka pacaran, itupun sembunyi2. keduanya memakai berbagai macam peralatan penyamaran supaya identitas Jiro gak diketahui fansnya. Selama kencan Jiro juga gak menggandeng tangan Ri Na. Dasar gak romantis... kutuk Ri Na sambil memandangi wajah Jiro dari samping.
Jiro: ”Kenapa liat2?”
Jiro selalu begitu. Masih juga jarang tersenyum. Kalo di acara keartisannya, Jiro selalu tersenyum profesional. Bukan senyum tulusnya. Ri Na yang pacarnya ajah gak pernah melihat itu.
Ri Na: ”Aku ini pacarmu bukan sih?”
Jiro: ”Mullonimnida. Btw jangan panggil aku kamu ato kau. Kapan sih kau mau panggil aku oppa? Aku ini lebih tua, tau!”
Ri Na: ”Gak ahh... orang aku gak dianggap pacar sama sekali.”
Jiro: ”Apa maksudmu?”
Ri Na: ”Kau gak romantis begini. Mana mau aku pacaran sama orang kayak gini. Mana kencan jarang, truz sembunyi2 gitu lagi. Males ahh...” xp
Jiro: ”Kau ini!!”
Ri Na kaget waktu Jiro tiba2 menoleh padanya. Tiba2 terasa aura aneh menguar dari tubuh Jiro. Sesaat Ri Na sadar, Jiro bukan anak SMP seperti dia. Jiro anak SMA, dan dia udah beranjak dewasa, bukan lagi remaja. Jiro meletakkan kedua tangannya ke bahu Ri Na dan memandang lurus ke matanya.
Jiro: ”Jadi kita bukan pacaran selama hampir tiga bulan ini?”
Ri Na: ”Ahh... mak... sudku...”
Jiro memajukan wajahnya dan mencium bibir Ri Na yang mirip sekali dengan bibir Teukie. Ciuman pertamaku.... teriak Ri Na dalam hatinya. Tapi Ri Na gak sanggup melawan... ato gak mau melawan? Gak ada yang tau. Dia membiarkan dirinya pasrah ajah. Jiro menciuminya dengan perlahan, namun semakin lama semakin cepat, nafasnya terdengar agak memburu. Jantung Ri Na berdebar gak karuan. Jiro mendorongnya sampai terbaring di ranjang. Ri Na memberanikan dirinya untuk melingkarkan tangannya di punggung Jiro yang lebar, menekan tubuhnya lebih erat lagi dengan pacarnya yang luar biasa tampan ini. Aaaah.... apa 13 taon terlalu cepat... teriak Ri Na lagi. Namun, sejurus kemudian, Jiro memaksakan dirinya berhenti mencium Ri Na. Kedua tangannya diletakkan di ranjang, dekat di sisi tubuh Ri Na. Ri Na juga melepaskan pelukannya. Dia melihat wajah Jiro yang hanya berjarak kurang dari 50 cm dari wajahnya. Wajah Jiro merah.
Jiro: ”Kau ini yah. Ngomong ajah kalo pengen aku cium!”
Ri Na: ”Masa aku ngomong sih? Malu tau! Harusnya oppa yang punya inisiatif dong!”
Jiro: ”Kau kan masih anak2... hah? Kau memanggilku oppa?”
Ri Na: ”Ye. Oppa. Oppa. Puas.”
Wajah Jiro semakin memerah. Dia kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Ri Na, dan Ri Na memejamkan matanya.
Jiro: ”Kau tau, Lee ahjussi akan marah besar kalo aku berbuat lebih dari ini padamu.”
Ri Na membuka matanya. Jiro udah duduk di tepi ranjang, membelakangi Ri Na.
Ri Na: ”Oppa benar juga.”
Jiro: ”Sebaiknya aku tidur di kamar Lee ahjussi, dan kau juga tidur. Cari alamat Julie, besok sepulang sekolah aku temani kau ke rumahnya. Wan an...”
Jiro melesat keluar kamar dan menutup pintu kamar. Ri Na, masih dalam posisi terbaring, cukup shock, menyentuh bibirnya sendiri. Dia akui ciuman pertamanya sangat sempurna, seolah Jiro berpengalaman melakukannya. Ah... pikirin apa aku ini, tentu dia berpengalaman... kan dia udah 17 taon, dan dia cwo... pikir Ri Na. Ciuman Jiro sangat membara, tadinya Ri Na kira dia akan kehilangan keperawanannya pada umur 13 taon. Tapi dia lega Jiro mengendalikan dirinya...
Ri Na: ”Omona.... apa sih yang kupikirkan? Jelas dia mencintaiku kan? Bodohnya aku!”
Tiba2 pintu kamar dibuka dan membuat Ri Na kaget. Wajah Jiro muncul di ambang pintu.
Jiro: ”Ya, aku mencintaimu bodoh! Lagian aku gak akan berbuat yang lebih. Anak2 membuatku gak bernafsu. Plus lagi kau sama sekali gak bisa berciuman. Parah tau!” xp
Jiro menjulurkan lidah dan tersenyum senang. Senyum yang diinginkan Ri Na. Tapi Ri Na melemparkan bantalnya ke wajah Jiro, tepat saat Jiro menutup pintu.
Ri Na: ”Yaaa!!! Jiro jaat!!!”
Terdengar tawa membahana Jiro di luar sana.
***
omg untung aja jiro bisa menahan diri....klo ga bs abis t si rina dimakan na >>makanan x di makan>> hehehe :p
ReplyDeletegmn si rina kok sahabat sendri ga tw tinggal nya dmn ckckckck...
teruntuk julie...jgn patah hati dong cm gara 2 ditolak cwo...emx na cwo cm 1 ya huahahahah :D
cr yang laen...
yah... namanya juga dek, ketika cinta berkuasa...
ReplyDeletemakanya Julie patah hati, hahaha~