Love’s Arrived
Chapter 5 part 2
“Aiyah…” Alex mengangkat tangannya, menggeliat.
Alex masuk ke kamar Michael tanpa basa-basi lagi dan membaringkan dirinya di sebelah Michael yang juga tengah tengkurap, sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.
“Dari pelajaran mobil dengan Mei-Mei?” tanya Michael tanpa menoleh.
“Iya.”
“Chi bao le ma? (Udah makan?)”
“Zen me la? Ni hai mei you chi fan ma? (Kenapa? Kau belum makan?)”
“Nggak ada makanan lagi di rumah ini.”
Alex melemparkan camilan kentang goreng padanya. michael mengambilnya dengan penuh suka cita.
“Ming Jun he Wen Chun zai na li? (Mana Ming Jun dan Wen Chun?)”
“Ming Jun syuting lagi. Wen Chun kembali ke rumahnya. Katanya orangtuanya mampir dari Kanada.”
“Ni zheng zai zuo shen me? (Kau lagi ngapain?)”
“Ni kan bu dao ma? (Nggak liat?) Aku lagi chatting.”
“Oh, tumben chatting. Sama siapa, sih? Seru banget.”
(SiLenT)worLd> Mei-Mei, sekarang lagi ngapain?
Snowy*Flower> Cuma chatting sama kamu dan Xiao Li aja
(SiLenT)worLd> Ini barusan Xiang Chen masuk ke kamar
Snowy*Flower> Oh, halo, Xiang Chen ge. Dia nggak keliatan capek, kan?
(SiLenT)worLd> Kita yang ngeliat muka dia yang jadi capek
Snowy*Flower> Waduh, jangan ngomong begitu, ntar dia marah…
“Xiao Wei, deng yi deng! (Tunggu, Xiao Wei!) Snowy Flower ini… maksudmu…?”
“Apa, sih? Kau kan udah liat. Ini Mei-Mei.”
“Dengar, jangan bilang aku pakai nick Summer Boyz.”
“Wei shen me? (kenapa?)”
“Deng xia wo cai gao shu ni. (Ntar aku jelasin.) Xian da ying wo hao ma? (Janji dulu.)”
“Hao, hao… (iya, iya)”
Alex segera melesat keluar kamar dan kembali ke kamarnya. Dia menyingkirkan pakaian-pakaian yang dilemparkan sembarangan di ranjangnya dan meraih laptopnya. Dengan segera, ia siap untuk chatting dan langsung menemukan nama yang dicarinya.
-SummerBoyz-> Wan an, Ela…
Snowy*Flower> Arthur, ni hao? Tumben muncul…
-SummerBoyz-> Kan kangen sama kamu
Snowy*Flower> Bohong lagi
-SummerBoyz-> Memang. Ela, kau lagi nggak di Indonesia, ya?
Snowy*Flower> Hah? Kok kau tahu?
-SummerBoyz-> ID-mu…
Alex menunggu jawaban Gisela yang tampaknya lama sekali. Kalau memang benar dia ini Mei-Mei…
Snowy*Flower> Sebenarnya mau kasih surprise ke kamu… aku sekarang lagi di Taipei
-SummerBoyz-> Oh, dalam rangka apa?
Snowy*Flower> Aku dapat pekerjaan baru
-SummerBoyz-> Pekerjaan apa?
Snowy*Flower> Aku kasih tahu nanti…
-SummerBoyz-> Mau ketemuan?
Snowy*Flower> Boleh… tapi aku punya permintaan, nih
-SummerBoyz-> Apa?
Snowy*Flower> Tolong… seperti apapun aku, kita tetap berteman, ya?
-SummerBoyz-> Apa? Memangnya kau kenapa? Apa lubang hidungmu Cuma satu?
Snowy*Flower> Apa? Bukan begitu, Arthur…
-SummerBoyz-> Dengar, kau kan tetap Ela yang kukenal
Snowy*Flower> Tapi gimana kalau aku bukan Ela?
-SummerBoyz-> Kau gimana, sih?
Snowy*Flower> Tentukan tempat dan waktunya
-SummerBoyz-> Kupikir…
*******
Quiny bangun pagi dan bersiap menuju dapur. Tapi ternyata sudah ada Gisela yang berkutat di dapur.
“Zao an, Mei-Mei…”
“Quiny jie! Coba deh, cicipi masakanku!”
Gisela langsung menggiring Quiny ke meja makan untuk mencicipi nasi gorengnya. Quiny makan sesendok.
“Mei-Mei… kau masukkan garamnya sebelum sesendok merica, ya? Kau menggorengnya selama sepuluh menit?”
“Iya…”
“Mei-Mei, garamnya harus dimasukkan setelah merica, dan mericanya Cuma boleh setengah sendok makan. Ingat, dengan besar api yang kau pakai, jangan menggorengnya selama sepuluh menit. Enam-tujuh menit udah cukup, kok.”
“Yah… jadi aku gagal…”
Gisela menunduk, tampak sedih.
“Hei, jangan sedih! Jie jie tau kau melakukan semua ini untuk LI LIANG. Nah, jie jie akan masak untuk LI LIANG. Jam berapa kau syuting hari ini?”
“Shi dian (jam sepuluh).”
“Ma fan ni song chi de gei ta men (akan merepotkanmu, antarkan makanan pada mereka).”
“Hao!”
*******
“Ge ge!!!”
“Hei, itu suara Mei-Mei, kan?” tanya Nathan.
“Oh, sepertinya iya!” jawab Alex, “Mei-Mei, kami di ruang gym!”
Meski berteriak kencang begitu, suara Alex tetap saja keren. Terdengar langkah tergesa-gesa, dan Gisela sampai ke ruang gym dengan terengah-engah. Keempat anggota LI LIANG sedang sibuk dengan alat fitness masing-masing.
“Makanan!”
“Wah… wangi sekali,” seru Albert sambil memeriksa bungkusan yang dibawa Gisela, “beli dimana?”
“Quiny jie zhu de (yang masak.)”
“Wah, dia memang malaikat!” puji Albert, menatap bungkusan makanan dengan bernafsu.
“Mau makan disini atau di bawah?”
“Di sini aja deh,” jawab Nathan, meninggalkan alat gym-nya.
“Aku ambilkan peralatan.”
“Aku bantuin,” kata Alex cepat, merendengi Gisela.
Michael mengerutkan dahinya. Tak lama kemudian keduanya sudah kembali dengan peralatan makan. Mereka mempergunakan meja kecil di ruang gym sebagai meja makan. Keempatnya makan dengan lahap. Kalau lihat Nathan dan Alex makan lahap, itu sih biasa, tapi lihat Michael dan Albert juga makan lahap sekali, Gisela jadi senang. Sementara itu, Gisela menatap hampa alat-alat gym yang super lengkap di ruangan itu dan mendesahkan nafas panjang yang membuat Michael menoleh padanya.
“Kenapa?” tanya Michael.
“Nggak. Cuma…” Gisela enggan melanjutkan pembicaraan.
Michael menyodorkan sebatang kentang goreng ke mulut Gisela dan Gisela melahapnya sambil tersenyum.
“Sebenarnya… aku ini agak gendut ya?”
Keempatnya menghentikan acara makannya dan memperhatikan Gisela dari atas sampai ke bawah. Gisela menyesal sekali sudah menanyakan hal bodoh seperti itu.
“Nggak kok…” jawab Michael.
“Agak, sih…” Albert menyumbangkan pendapat.
“Sebenarnya, semalam Yan jie telepon, katanya… aku… harusnya kurusin badan sekitar tujuh sampai delapan kilo lagi, supaya kelihatannya lebih bagus, soalnya tinggi badanku juga nggak ideal, sih,” jelas Gisela sambil menunduk, “katanya aku bakal dicariin pelatih kebugaran.”
“Zen de na me yan zhong ma? (Separah itu?)”
“Makanya, aku takut… pelatih kebugaran yang seperti apa, sih? Jangan-jangan pelatihnya killer.”
“Kalau gitu, aku aja yang jadi pelatih kebugaranmu,” Nathan menawarkan diri.
Gisela mempertimbangkan Nathan yang terus tersenyum.
“Usul bagus. Ming Jun aja yang jadi pelatihmu. Yan jie pasti setuju. Lagian, kau kau udah kenal dengan Ming Jun, lebih baik daripada sama orang yang nggak dikenal, kan?” ucap Alex.
Punya pelatih kebugaran seperti Ming Jun ge pasti enak deh… dia kan baik sama aku… ganteng lagi… enak deh tiap hari ketemuan sama cowok ganteng seperti dia ini…
“Boleh deh.”
“Nah, kita mulai dari besok pagi… ehm, jam lima aku udah sampai di rumah HUA XIANG, lho,” jelas Nathan.
“Oh ya… aku mau syuting jam sepuluh ini.”
“Oh iya. Yuk kita pergi, Mei-Mei,” ajak Michael.
Hari ini yang kebagian jatah syuting adalah Gisela dan Michael.
“Bye bye…”
“Xiao xin (hati-hati)…” Albert memperingatkan.
Gisela dan Michael naik mobil Michael ke lokasi syuting.
“Mei-Mei, besok malam kami jemput, ya.”
“Kami???”
“Ya, kami berempat.”
“Wo men yao qu na li? (Kita mau kemana?)”
“Ming tian shi wo de sheng ri… (Besok kan ulangtahunku…) suo yi, wo yao qing ni men chi (jadi, aku mau traktir makan.)”
“Wah, shi zen de ma? (benar, nih?) Boleh, deh. Xiao Wei mau kado apa?”
Michael menghentikan mobilnya di lampu merah dan menoleh pada Gisela.
“Nggak usah kado apa-apa, kok. Kau mau datang aja aku udah senang.”
Michael tersenyum, kelihatan imut sekali.
“Segitunya… pastilah aku mau datang. Soalnya kamu yang ultah.”
Begitu sampai di lokasi syuting, David datang sambil berlarian ke arah Gisela.
“Mei-Mei, pulang ini ada kerjaan?” tanyanya setelah menyapa Michael.
“Mei you. (Nggak ada.) Memangnya kenapa?”
“Belum pernah ke mall di Taipei, kan?”
“Belum, sih…”
“Wo men yi qi qu hao ma? (Kita pergi bareng ya?)”
“Kok tiba-tiba?”
“Katanya kau mau menyembuhkan penyakitku.”
Gisela teringat janjinya untuk menyembuhkan penyakit malu-malunya David.
“Oke, deh.”
“Oh ya, aku juga sampein pesan dari Yan jie. Katanya situs pribadimu yang dibuat Famous Production udah jadi. kau juga bisa ikutan update kapanpun kau mau.”
“Wah, asyik…”
*******
“Mie-nya enak kan?” tanya David.
Gisela mengangguk. Sekarang keduanya sedang berada di mall terbesar di Taipei, yang sangat ramai. David mengenakan jaket hitam dan kacamata hitam. Gisela merasa dia tidak perlu menyamar karena belum banyak orang yang mengenalinya. Mereka sedang makan di salah satu restoran di dalam mall.
“Yuk, sekarang kita belanja.”
“Maksud ge ge, ge ge yang mau belanja, kan?”
“Kita. Aku traktir.”
David menggandeng Gisela dan berjalan cepat ke butik-butik terdekat, butik-butik yang kelihatannya menjual pakaian dan aksesoris super mahal. David langsung menjelajahi butik. Gisela menuju rak terdekat, asal menarik gaun dan terbelalak melihat harganya. Kalau dijadiin Rupiah, gaun sederhana seperti ini aja harganya 700 ribu. Hii… mahal amat. David menyodorkan salah satu baju pada Gisela.
“Mei-Mei, kau cantik sekali kalau pakai ini.”
Ketiga pegawai butik yang tinggi dan cantik tersenyum bersemangat dan mengangguk-anggukkan kepala mereka. Gisela menarik David mendekat padanya.
“Ming-Ming ge, ini MAHAL.”
“Aduh, Mei-Mei, kita ini kan artis… kita harus punya sedikit style, dong. Pokoknya hari ini aku traktir, deh. Pilih semua yang kau suka.”
“Tapi…”
“Jangan buat kebahagiaanku hari ini hilang.”
“Oke, deh.”
Gisela jadi mainan karena para pegawai butik semangat sekali menyodorkan berbagai pakaian pada Gisela. Mereka sudah mencarikan ukuran yang cocok dengannya karena semua pakaian itu muat di badannya. Gisela tidak mau mencoba pakaian yang terlalu seksi. Gisela bolak-balik keluar-masuk kamar ganti untuk menunjukkan pakaiannya pada David. Begitu David bilang cantik, dia langsung membelikan baju itu untuk Gisela. Alhasil, Gisela membawa banyak sekali pakaian saat pulang ke rumah HUA XIANG malamnya.
“Pakai itu waktu ke acara ultah Xiao Wei besok.”
“Yang mana?”
“Yang di bungkusan ini. Semi-formal, warna pink. Kau benar-benar terlihat slim dan cantik dengan baju itu.”
David menunjuk salah satu kantong. Gisela tahu. Gaun semi-formal yang dimaksud David sangat sederhana, sesuai dengan Gisela yang berkepribadian sederhana dan ceria.
“Ming-Ming ge datang juga kan, besok?”
“Iya. Bye bye…”
“Jin tian yao xie xie ni (terima kasih untuk hari ini).”
Gisela kesusahan membawa semua kantong ke kamarnya. Ketiga anggota HUA XIANG menyerbu masuk kamar Gisela.
“Dari mana, Mei-Mei?” tanya Quiny, “banyak sekali belanjaannya.”
“Ming-Ming ge mengajakku ke mall tadi.”
“Wang Guang Ming?’ tanya Gracia sambil duduk di ranjang Gisela.
“Iya.”
“Lho, dia kan agak pemalu sama cewek. Dia biasa aja sama kamu?”
“Aku juga heran, sih. Tapi enak kok jalan bareng dia. Ini semuanya dia yang traktir.”
“Wah, hebat juga dia,” puji Moniq.
“Besok LI LIANG jemput kita jam tujuh,” lapor Quiny, “pastikan kau udah siap jam tujuh, Mei-Mei.”
“Iya.”
*******
wah udah ga sabar menunggu pesta ultah nya michael..pasti bakalan ada kejutan di sana huahahahaha>>sotoy banget sich gw>>huahahaha :p
ReplyDeletehahaha, ada gak ya dek...
ReplyDeletejie yg nulis aja uda lupa...
tungguin aja updatenya ya ^^