Just In The Right Time
Chapter 1
Warning: Genre of this story is NC 21 & THREESOME. Don’t read if you’re not interested in such genre. Thank you.
Just In The Right Time
Prolog
Jang Subin tidak akan sanggup bercinta dengan Eunhyuk. Dia terlalu polos, dia masih perawan, dia sangat percaya bahwa berhubungan seks harus dilakukan dengan orang yang dicintainya. Lalu, kalau dia punya kesempatan untuk bercinta dengan Yesung dan Ryeowook… apakah dia akan melewatkan kesempatan ini? Hei, bayangkan, dengan YeWook, dua pria paling menakjubkan yang bisa ditemuinya!
***
“Apa kau yakin kau ingin masuk sini?” tanya Kim eonni.
Seorang yeoja yang berumur sekitar 31 tahun memandangi Jang Subin dari atas sampai ke bawah. Subin terlihat seperti yeoja yang lugu, matanya bulat dengan bibir dan hidung yang imut, juga pipinya yang agak chubby. Dengan tinggi badan yang hanya 157 cm dan usianya yang baru 19 tahun membuat yeoja yang bermarga Kim, yang tengah memandanginya, menjadi makin yakin Subin masih sangat lugu dan tidak akan cocok dengan pekerjaan ini.
“Aku yakin,” jawab Subin mantap.
“Kenapa kau ingin melakukan ini?” tanya Kim eonni lagi.
“Bukankah aku memiliki hak untuk merahasiakannya?”
Bahkan suara Subin terdengar imut. Kim menghela nafas panjang.
“Jadi, kau masih perawan?” Kim eonni masih terus bertanya.
“Ne.”
“Baiklah kalau begitu, aku akan menemukan klien yang pantas untukmu secepatnya dan kau jangan khawatir, tentu bayarannya akan sesuai.”
“Aku percaya pada eonni.”
Subin meninggalkan nomor ponselnya dan bergerak keluar ruangan kecil yang berpenerangan sedikit itu. Tapi sesungguhnya sama saja, seluruh gedung yang dia masuki ini memang berpenerangan sedikit, mulai dari depan sampai ke ruangan-ruangan kecilnya. Sesungguhnya gedung ini adalah apartemen enam lantai yang tiap lantainya ada tiga kamar yang ukurannya kecil. Tentu saja ini bukan apartemen biasa… ini adalah rumah bordir. Sepanjang Subin berjalan di lorongnya, terdengar desahan dan erangan yang membuat bulu kuduk Subin berdiri. Tapi kenapa dia memilih jalan ini?
“Hai, anak baru ya?” sapa seorang yeoja manis yang tengah menyeruput sesuatu yang mengepul dari cangkir kertas.
Subin sudah keluar apartemen, merapatkan topi dan syalnya menghadapi musim dingin kota Seoul yang meskipun hingga hari ini belum ada salju yang menetes, udaranya sudah dingin menusuk. Subin menolehkan wajah imutnya untuk memandangi yeoja yang baru saja mengajaknya bicara. Ditanya seperti itu, Subin yakin yeoja ini adalah sunbae-nya.
“Ehm… ya…”
“Kenalkan, kalau begitu. Aku Sena. Lee Sena.”
Subin menyambut uluran tangan Sena. Dalam hati, Subin berpikir… Sena… rupanya juga memilih jalan yang seperti pilihannya.
“Mau mengobrol sekalian menemaniku makan ramen? Aku lapar sekali dan teman-temanku semua sedang di-booking.”
Merasa perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, Subin tidak menolak ajakan Sena. Keduanya berjalan cukup santai menuju kedai ramen tidak jauh dari sebuah stasiun MRT. Tidak lama kemudian, ramen pesanan mereka datang dan Subin menemukan dirinya menikmati obrolannya bersama Sena. Entah kenapa Subin merasa cepat akrab dengan Sena, apakah karena Sena mempunyai magnet atau Subin merasa senasib dengan Sena?
“Boleh aku tau, kenapa kau pilih jalan ini?” tanya Sena setelah menelan ramennya.
“Kalau tidak keberatan, kau duluan yang memberitau aku?” Subin balik bertanya.
“Hmm… tentu saja. Aku memilih jalan ini karena aku sudah terbiasa. Eomma-ku sudah bercerai dengan appa dari umurku 8 tahun, dan untuk menghidupiku, eomma memilih jalan yang seperti kita ini. Aku terbiasa melihat eomma membawa pulang ahjussi-ahjussi yang kaya raya, dan aku melihat eomma menikmati itu. Lagipula, apa kau tau? Eomma hanya memberiku uang seperlunya, sisa uangnya dia pakai sendiri untuk membuat dirinya senang, dia sangat materialistis. Dan aku akhirnya memilih seperti ini karena aku butuh uang lebih banyak. Itu saja.”
Tidak sama… Subin tau motif Sena memilih menjadi pelacur tidak sama dengannya.
“Sudah berapa lama kau begini, Sena?” tanya Subin penasaran.
“Empat tahun. Aku mengawalinya dari umur 16. Nah, sekarang kau yang cerita.”
“Yah… aku… eomma dan appa-ku setiap hari bertengkar. Mereka sama sekali tidak peduli padaku. Aku benci berada di rumah dan mendengar pertengakaran mereka. Aku ingin mereka menyesal karena tidak pernah memperhatikanku,” ucap Subin, terdengar nada marah dalam ucapannya.
“Tapi bukan kau yang akan menyesal nantinya, kan?”
“Tentu saja tidak. Aku sudah yakin.”
“Kau masih perawan?”
“Ne.”
“Kau tau… aku memulainya juga saat aku masih perawan. Dan Kim eonnie membayarku sangat tinggi untuk kali pertama itu,” ujar Sena, “kurasa kau juga nantinya.”
Subin terdiam. Sesungguhnya dia cukup takut memulai jalan ini, tapi… dia membenci orangtuanya. Hanya inilah motifnya sebenarnya.
“Kau perlu belajar banyak. Aku akan mengajarimu.”
“Mengajariku?” tanya Subin dengan dahi berkerut.
***
Subin pulang ke apartemennya yang ternyata kosong malam itu. Setidaknya Subin jauh lebih merasa lega tidak perlu mendengar pertengkaran orangtuanya ketimbang khawatir kemana perginya mereka sebenarnya. Tanpa melakukan apapun lagi, Subin langsung masuk ke kamarnya. Dia melemparkan tas selempangnya setelah mengambil sebuah flashdisk berwarna cokelat dari dalamnya, lalu menyalakan laptopnya untuk melihat isi flashdisk yang sebenarnya kepunyaan Sena itu. Pikirannya melayang ke kejadian satu jam yang lalu saat dia menemani Sena shopping.
“Ini dia. Seperti yang aku janjikan, aku akan mengajarimu, benar kan?”
“Flash… disk? Memangnya apa hubungannya dengan mengajariku? Kau akan membiarkanku menonton film blue?”
“Hahaha… tentu bukan film blue murahan. Nanti saja, pokoknya kau nonton saja baik-baik.”
Subin dibuat penasaran oleh Sena. Sudah seminggu keduanya bersahabat dan sampai saat ini juga, Subin belum mendapatkan klien. Subin sedikit lega sebenarnya, karena sekali lagi, dia belum punya persiapan mental dan pengalaman yang cukup. Subin mem-play salah satu video yang bernama 044. Yang pertama terlihat oleh Subin adalah pemandangan sebuah kamar… kamar hotel sepertinya, tepatnya pemandangan ranjang king size. Sesuatu yang digunakan untuk membuat rekaman ini diletakkan di meja di samping ranjang. Subin sempat termenung beberapa saat sebelum lamunannya dibuyarkan oleh suara pintu yang dibuka dan menutup yang berasal dari rekaman itu. Terdengar percakapan yang tidak cukup jelas karena sepertinya keduanya berbisik. Subin mendekati wajahnya memandangi rekaman video itu. Tidak lama kemudian Subin bisa melihat siapa yang tadinya berbicara, ternyata adalah seorang namja dan yeoja, dan mereka sekarang tidak sedang mengobrol, tapi sedang berciuman sambil berpelukan mesra.
“Astaga, itu Sena!” jerit tertahan Subin keluar dari mulutnya.
Subin masih penasaran dan mengikuti alur rekaman video itu. Si namja pirang mendorong tubuh Sena hingga jatuh ke ranjang tanpa melepas ciuman mereka. Subin bahkan bisa melihat saliva yang menetes di sekitar bibir mereka, dan Sena mengalungkan tangannya ke leher si namja, menekan sang namja agar semakin menempel padanya. Sekarang Subin bisa mendengar suara kecupan keduanya juga. Si namja menghentikan ciuman panas mereka, lalu menjilati tulang rahang Sena yang tirus, turun terus hingga ke leher Sena. Disana si namja menggigit dan menghisap kulit Sena sehingga nampaklah bercak kemerahan di leher Sena. Sena menjenjangkan lehernya sambil menekan kepala si namja, matanya terpejam sepertinya menikmati perlakuan si namja. Sambil terus membuat kissmark di leher Sena, si namja melucuti tank top Sena dan melempar tank top itu ke seberang ruangan, diikuti oleh kaosnya sendiri yang melayang. Subin merasa jantungnya mulai berdebar sekarang. Tubuh namja itu putih mulus, namun terlihat jelas otot-otot tangannya yang kekar. Si namja kini menyerang payudara Sena yang terbungkus bra, menjilati daging payudara Sena yang sintal. Sena bergerak kesana-kemari, baik tubuh dan kepalanya merespon setiap sentuhan si namja. Setelah sekian lama menjilati daging payudara itu, si namja akhirnya melepaskan bra oranye Sena. Subin yang menonton merasa wajahnya sendiri panas melihat Sena half naked, tubuh Sena seksi juga rupanya. Si namja kini menyerang payudara kanan Sena dengan wajahnya, sementara dengan jari telunjuk tangannya, si namja mengusap nipple Sena.
“Ehm… ahhh… Hyukie ah…” desah Sena, membuat bulu kuduk Subin berdiri.
Ketika namja yang dipanggil Sena dengan sebutan Hyukie itu berpindah untuk memanjakan payudara Sena yang terlihat lebih dekat dengan kamera, Subin baru tau bahwa Hyukie dari tadi menggigiti nipple Sena. Perlahan tapi pasti, kecupan basah dari bibir Hyukie turun ke perut datar Sena, dia menggoda pusar Sena dengan menjilatinya sementara tangannya membuka rok pendek Sena. Berhasil membuka rok Sena, Hyukie juga membuka underwear cokelat Sena dan membuangnya sembarangan saja. Ada sedikit bulu halus yang tumbuh di sekitar vagina Sena, dan kini Subin merasa suhu kamarnya naik begitu saja menyaksikan adegan ini. Hyukie kini mengarahkan wajahnya ke vagina Sena dan Subin yakin Hyukie menjilati dan menghisap vagina Sena itu. Desahan yang keluar dari mulut Sena makin intens, dia meremas payudaranya sendiri sambil terus memejamkan matanya. Semakin Sena menjepit selangkangannya, semakin Hyukie mendorong wajahnya menempel ke vagina Sena seolah ingin melahapnya. Sena berteriak panjang setelah beberapa saat dan Hyukie menarik wajahnya dari sana akhirnya. Hyukie menggunakan jari-jarinya untuk membuka celana panjangnya sendiri beserta underwear-nya, dan Subin kaget, untuk pertama kalinya, melihat junior seorang namja. Subin terlebih kaget melihat ukuran junior namja yang ternyata sangat besar dan panjang. Junior Hyukie mengacung keras, seolah siap bertempur. Hyukie menggunakan jarinya untuk mengusap vagina Sena, lalu Subin melihat jari itu penuh dengan cairan yang sepertinya lengket dan berwarna bening. Hyukie mengusap juniornya sendiri dengan cairan itu hingga mengkilap, lalu meratakan sisanya di vagina Sena.
“Sena, biarkan aku menikmatimu dulu. Kau bisa menikmatiku setelah ini, oke?” kata Hyukie, dan suaranya membuat Subin merasa familiar dengannya.
“Terserah oppa…” desah Sena pasrah.
Hyukie meletakkan juniornya di hadapan vagina Sena yang membuka selangkangannya, lalu Hyukie menggesekkannya perlahan. Sena mendesah tidak karuan dan Hyukie berlutut di sekitar kaki Sena. Subin bisa melihat abs dan dada Hyukie yang lebar dan bentuknya menggoda, yang kini membuatnya sadar siapa Hyukie ini.
“Omona! Dia Eunhyuk? Eunhyuk Super Junior? Bagaimana Sena bisa melakukan ini dengannya?”
Eunhyuk mendorong juniornya memasuki vagina Sena dengan sempurna disusul dengan desahan lega keduanya. Eunhyuk menimpa Sena dan mereka berciuman panas lagi sebelum Eunhyuk mulai menggoyangkan pinggulnya. Goyangan itu dimulai dengan lambat, namun lama kelamaan semakin cepat dan disusul dengan teriakan dan racauan yang semakin tidak jelas dari bibir keduanya. Subin melihat junior raksasa Eunhyuk yang keluar-masuk vagina Sena dan dia yakin dia mendengar suara spring bed yang berderit karena permainan mereka yang panas itu. Tak lama sesudahnya, keduanya melenguh bersama, dan Subin juga bisa melihat cairan mengalir dari vagina Sena. Peluh membasahi tubuh keduanya dan mereka bertukar senyum.
“Oppa, sekarang sesuai janjimu… sekarang aku boleh menikmatimu, ya?” tanya Sena.
“Tentu saja, jagiya.”
Sena mendorong Eunhyuk hingga berguling, dan membuat junior Eunhyuk lepas dari vagina Sena. Kini Sena menggerayangi tubuh naked Eunhyuk yang kekar. Diawali dengan ciuman, Sena juga menyerang dan membuat kissmark di leher dan dada Eunhyuk. Dengan ujung lidah, Sena menjilati nipple Eunhyuk yang membuat si namja mendesah tak berhenti. Sena menghadapi junior Eunhyuk yang basah. Sena langsung menggigiti juniornya perlahan, Sena menggigitnya dari arah bawah berkali-kali hingga entah sejak kapan junior itu berdiri mengacung lagi. Eunhyuk mengarahkan bibir Sena mendekati kepala juniornya dan Sena memasukkan junior itu ke mulutnya. Eunhyuk terus mendorong kepala Sena hingga juniornya keluar-masuk mulut Sena dan dia meracau bergairah. Sena juga tampaknya menikmati junior Eunhyuk dan tidak lama kemudian cairan sperma Eunhyuk mengalir keluar dari mulut Sena. Sena menelan cairan itu dan menjilati bibirnya dengan wajah seduktif memandangi Eunhyuk. Eunhyuk mendorong Sena hingga menimpanya, dengan payudara Sena di wajahnya. Tanpa menunggu, Eunhyuk langsung menggigiti payudara dan nipple Sena, membuat Sena mendesah tidak karuan. Mata Subin membulat melihat junior Eunhyuk sudah berdiri lagi sekarang.
“Jagiyaaaa… lakukanlah…” pinta Eunhyuk, suaranya terdengar seksi.
Sena memposisikan vaginanya berada di atas junior Eunhyuk, dia duduk dan mendorong junior Eunhyuk masuk ke tubuhnya. Sena menggerakkan tubuhnya ke atas-ke bawah, Eunhyuk meremas payudara Sena yang bergoyang-goyang di hadapannya. Racauan mereka masih sama tidak jelasnya dan makin keras seiring dengan kecepatan Sena yang naik-turun di atas Eunhyuk. Tak perlu menunggu terlalu lama untuk Subin melihat banjir cairan yang keluar dari tubuh bagian bawah mereka lagi. Sena langsung ambruk di atas tubuh Eunhyuk. Mereka berciuman lagi, bergulat kesana-kemari tanpa melepaskan kontak tubuh mereka dan melanjutkan malam panas mereka…
***
Subin menggerutu mendengar jam wekernya berbunyi. Hari ini dia ada kuliah jam 2 siang, jadi dia bangun jam 10. Biasanya dia akan merasa puas dengan jam tidur yang panjang, tapi hari ini tidak. Gara-gara menonton video Sena, Subin jadi tidak bisa tidur. Adegan percintaan antara Sena dan Eunhyuk menghantuinya setiap dia menutup matanya dan membuatnya kepanasan.
“Apakah… senikmat itu? Kurasa aku perlu tanya Sena nanti,” putus Subin.
Subin juga sama sekali tidak berkonsentrasi terhadap kuliahnya hari itu. Dia tidak habis pikir betapa beruntungnya Sena bisa berhubungan seks dengan seorang idola seperti Eunhyuk. Mau tidak mau, pikiran Subin mengarah ke Super Junior dan… namjanya. Ah bukan, namja-namjanya. Subin menggelengkan kepalanya, merasa dia sudah setengah gila karena pikirannya dipenuhi adegan seperti yang Sena lakukan dengan Eunhyuk, hanya saja pemerannya kini Subin dan namja-namjanya itu.
“Apa aku tanya saja Sena apa aku bisa dikenalkan dengan namjaku… tapi… tapi… aaah, itu mana mungkin…” jerit Subin sambil mengacak-acak rambutnya.
Ponsel Subin berdering dan membawa Subin kembali ke kenyataan. Dia melihat wajah dan nama Lee Sena di layar ponselnya.
“Yoboseyo… MWOYA? Jangan bercanda, Sena! Andwaeeeee… ta… tapi… oh, Sena… aku… baiklah kalau begitu. Aku… akan berusaha… ne…”
Subin menghela nafas panjang dan seketika menyesal menyetujui permintaan Sena tadi. Tapi Subin berusaha tegar… yang dia inginkan hanya balas dendam terhadap orangtuanya dan akhirnya saat itu tiba juga. Subin memutuskan untuk pulang ke apartemennya dan menonton sisa tiga video yang masih ada di flashdisk Sena sebelum jam 9 malam nanti…
***
Subin gugup saat berdiri di depan pintu apartemen Super Junior. Dia yakin dirinya sudah gila untuk menyetujui usul Sena. Di kepalanya terngiang ucapan Sena di telepon tadi.
“Yoboseyo, Subin… aku mau minta tolong. Eunhyuk mem-booking-ku malam ini, tapi berhubung aku sudah berjanji pada tamu lain yang sama pentingnya malam ini, aku tidak bisa membatalkannya. Maukah kau menggantikanku malam ini? Dengar, jangan kaget begitu! Kau akan dibayar mahal! Aku akan mengatakannya pada Eunhyuk oppa dan melaporkannya pada Kim eonni. Tidak… Eunhyuk tidak akan keberatan kurasa, dan aku jamin kau akan mengalami malam paling menakjubkan sepanjang hidupmu. Ya? Mau ya? Jebal, Subin… sebenarnya aku sangat mencintai Eunhyuk, jadi aku hanya rela jika dia menyentuhmu, bukan menyentuh yang lain, karena kau sahabatku… jebal, Subin… ya? Kau mau? Jinjja? Baiklah, gomawo, Subin… aku akan menghubungimu lagi besok… Oh ya, aku akan mengirimkan SMS ke ponselmu yang berisi alamat apartemen mereka dan password yang aku ucapkan supaya mereka tau itu aku, oke?”
Inilah yang membuat Subin gugup. Pertama, dia akan bertamu ke apartemen Super Junior, boyband favoritnya. Kedua, dia akan melakukan itu dengan Eunhyuk. Memang Eunhyuk bukan idola utamanya di Super Junior, tapi tetap saja dia gugup… Dari video yang Subin tonton, permainan Eunhyuk dan Sena selalu hot, dan dia takut dia tidak bisa mengimbangi permainan Sena. Bagaimana kalau Eunhyuk kecewa padanya? Atau… sanggupkah dia melakukan ini tanpa rasa cinta? Tapi terlambat untuk mundur, Subin sudah terlanjur berjanji, dan dia tidak ingin membuat Sena kecewa. Subin menekan bel dan tidak lama dia mendengar ada yang menjawab.
“Nuguseyo?”
Jantung Subin tersentak. Dia tau jelas itu suara siapa… itu suara Yesung, si suara emas Super Junior, sekaligus idolanya di Super Junior, namja yang selama ini ada di pikirannya. Sekarang Subin yakin dia gemetaran walau lorong apartemen sudah cukup hangat.
“For Hyukjae,” jawab Subin singkat.
Tidak lama kemudian Subin mendengar pintu terbuka dan sosok Yesung tampak di hadapannya. Yesung tersenyum bingung.
“Kau bukan Sena-sshi?” tanya Yesung.
“Err… ehm… aku… sahabat Sena. Dia ingin… err…”
“Menggantikannya bertemu dengan Eunhyuk? Tidak biasanya dia begitu. Selama ini selalu dia yang datang sendiri.”
“Err… kalau… Yesung-sshi tidak percaya, bisa menelepon…”
“Oh, ani, aku percaya padamu. Toh kau sudah menyebutkan password-nya,” ujar Yesung ramah, “siapa namamu?”
“Jang Subin.”
“Silakan masuk dan duduk. Eunhyuk belum pulang.”
Subin mengikuti Yesung masuk ke apartemen Super Junior yang hangat.
“Gantungkan saja jaketmu disini,” ujar Yesung sambil menunjuk gantungan jaket yang kosong.
“Ehm… nanti saja, kalau aku sudah merasa hangat.”
“Silakan duduk. Aku tinggal ya.”
“Ne…”
Subin memilih untuk duduk di sofa panjang dan melihat sosok Yesung masuk ke suatu ruangan kecil. Ternyata itu adalah kamar Yesung. Ryeowook sedang bermain-main dengan Kkoming waktu Yesung sudah kembali ke kamar.
“Siapa, hyung?”
“Ooooh… itu. pesanan Eunhyuk. Tapi bukan Sena-sshi yang datang, katanya ini sahabatnya. Dia imut lho.”
“Oh ya? Aku ingin melihatnya.”
“Sekalian saja kau buatkan minuman, Wookie,” pinta Yesung.
Ryeowook keluar kamar dan melihat Subin yang gelisah memandangi apartemen mereka kesana-kemari. Ketika tau Ryeowook memperhatikannya, Subin tersentak kaget dan nafasnya memburu. Ryeowook adalah namja kedua yang wajahnya berkeliaran di pikirannya. Dia sudah cukup lama menyukai Ryeowook.
“Anyeong. Naneun Kim Ryeowook imnida.”
“Naneun… Jang Subin imnida.”
“Subin-sshi boleh membaca majalah yang kami simpan di lemari sana, anggap saja rumah sendiri sambil menunggu Hyukie hyung pulang. Subin-sshi ingin minum apa?”
“Err… apa saja boleh.”
Ryeowook ke dapur dan membuatkan secangkir teh manis hangat untuk Subin. Dia sempat melirik Subin yang sibuk membaca majalah sejenak sebelum masuk ke kamar Yesung lagi. Hampir satu jam sudah Subin menunggu Eunhyuk yang tidak kunjung pulang, jam sudah menunjukkan hampir setengah sepuluh malam. Apartemen Super Junior tampak sepi, YeWook couple tidak keluar lagi dari kamar selama itu. Lama-lama Subin merasa gerah. Sebenarnya dari tadi dia tidak mau melepas jaketnya karena pakaiannya yang agak seksi. Tapi… karena dia yakin YeWook tidak akan keluar kamar, akhirnya Subin melepas jaketnya dan menggantungnya di tempat yang ditunjuk Yesung tadi. Subin merapikan cara duduknya dan kembali membaca majalah yang baru separuh dibacanya tadi. Setengah jam lagi berlalu, belum ada kabar Eunhyuk pulang. Subin mengirimkan SMS pada Sena tapi tidak ada balasan, mungkin Sena sedang sibuk. Subin menguap sekali. Biasanya dia tidak akan gampang mengantuk, tapi suasana apartemen yang sepi ditambah suhunya yang hangat membuat Subin perlahan lupa sebenarnya apa tujuannya kesini. Subin menguap lagi… lagi dan lagi…
“Wah, sudah hampir jam setengah sebelas rupanya,” ucap Ryeowook yang kaget saat melihat jam dinding.
“Wookie, kau tidak usah pulang, kau tidur disini saja ya,” pinta Yesung manja.
“Boleh juga hyung, sekalian menemani hyung.”
“Wookie aku lapar… masakkan sesuatu ya.”
“Ne, hyung.”
Ryeowook beranjak keluar kamar dan Yesung mengikutinya.
“Oooh… saranghae nae dongsaeng Kim Ryeowook!!!”
“Ya, hyung, jangan peluk aku tiba-tiba begitu!” protes Ryeowook.
“Eh? Subin-sshi masih disana?”
Mata YeWook terpancang pada sosok Subin yang terbaring tidur di sofa. Kedua kaki Subin terangkat, lututnya agak terlipat untuk menyamankan dirinya dengan ukuran panjang sofa. Wajah Subin terlihat damai saat menutup matanya, kedua tangannya dia letakkan untuk menyangga kepalanya, pakaian Subin yang hanya berupa kaos tanpa lengan berleher V kini agak menurun dan memperlihatkan sedikit belahan dadanya, rok pendeknya agak sedikit naik dan memperlihatkan paha mulusnya. YeWook masih terpana pada apa yang mereka lihat.
“Kenapa Hyukie hyung belum pulang sih?” tanya Ryeowook.
“Apa… kita… pindahkan Subin ke kamarnya?”
“Atau kita bangunkan saja, hyung?” usul Ryeowook.
“Usul yang bagus. Kajja.”
YeWook mendekati sosok Subin. Ryeowook duduk di lantai sedangkan Yesung berdiri di belakang Ryeowook. Dengan ragu, Ryeowook menyentuh lengan Subin untuk membangunkannya.
“Subin-sshi… bangunlah…”
Tapi Subin bergeming. Ryeowook kini menggunakan lebih banyak kekuatan untuk mengguncang tubuhnya.
“Subin-sshi… bangunlah…”
Yesung menghela nafas melihat usaha Ryeowook yang sia-sia. Subin bergerak sedikit hanya untuk menggeser tubuhnya dan akibatnya roknya tersingkap semakin tinggi. Yesung menunduk dan menggendong tubuh Subin ala bridal style karena tidak sabar memindahkan Subin ke kamar Eunhyuk. Jujur saja Yesung merasa tidak nyaman melihat Subin yang menggoda imannya. Jadi dia ingin menyingkirkan Subin, itu saja.
“Oppa… Yesung oppa…” gumam Subin.
Yesung membatu di tempatnya berdiri. Subin membuka matanya, menatap wajah Yesung lekat-lekat.
“Yesung oppa… senang sekali bisa bertemu denganmu… oppa… saranghae… andaikan aku bisa selalu dekat dengan oppa…”
Yesung masih membatu. Mendengar ucapan Subin, Ryeowook berdiri berhadapan dengan Yesung, bertukar pandangan bingung. Tiba-tiba Subin menoleh dan melihat sosok Ryeowook, lalu sedikit bangkit dan merangkul leher Ryeowook.
“Saranghae… Ryeowook oppa…”
Jantung Ryeowook berdebar tidak karuan. Dia merasakan tubuh seksi Subin menyentuh tubuhnya.
“Kau mencintai kami, Subin? Mencintaiku dan mencintai Yesung hyung?” tanya Ryeowook seakan ingin memastikan.
“Ne…” jawab Subin.
“Kalau kau ingin selalu berada di dekatku, tentu bisa, Subin…” kata Yesung, membuat Subin mengalihkan pandangannya dari Ryeowook menuju Yesung.
“Jinjja?”
Yesung tiba-tiba langsung berbalik berjalan menuju kamarnya masih sambil menggendong Subin. Ryeowook bingung dengan keputusan Yesung yang begitu tiba-tiba.
“Wookie, ikut,” pinta Yesung singkat.
Tanpa berpikir dua kali, Ryeowook ikut masuk ke kamar Yesung.
***
huahaha akhirnya aku berani komen juga nih eon :p
ReplyDeleteerr.. shock banget awalnya sampe aku deg degan banget ga berani lanjutin. gimana yah eon? for the first time baca ff nc yg castnya aku sendiri dan sama suami tercinta lagi #eh mantan deh.
pertama-tama, jeongmal gomawo eonni *pelukin* eonni baik banget sih *wink wink* kapan kapan lagi yah eon #plakk.. aku juga mau sih bkinin cumanya blom ahli. wkwk :p nanti setelah belajar baru deh yah eonni.. ehehe
err.. kedua, ceritanya menarik sih. motif subin buat jadi pelacur itu terlalu egois menurutku, tapi maklum yah remaja labil emang suka gitu kan *ngaku* sena yg lebih mencengangkan lagi motifnya. dia ga inget tuhan kayaknya. ingetnya mah sama itunya hyuk terus kali *diinjek*
ini hot banget sebenernya eon. jujur, yg di mention tdi becandaan doang :p ini hot sebenernya, aku merinding bacanya *jarang loh aku merinding baca ff nc :p cuma karena ini kn video yah, yg menjabarkannya itu subin, jadi kurang berasa gimana gitu eon, makanya sekilas aku rasa kyak kurang hot gitu #plakk aku ngerasa ada sudut pandang orang keberapa gitu *ditendang* ahaha kapan kapan lagi yah eon tapi jangan orang laen yg nyeritain, request request *dilindes*
err.. aku ga nyangka sena udah cinta gitu ko rela ngasih hyuk buat yadongan sama subin, aku sih yah eon biarpun aku sayang banget sama eonni, AKU TETEP GARELA SAMPE KAPANPUN ITU *jebol diinjek gajah* sempet spechless sih tapi untungnya sih malah gajadi, hyuknya ga ada. wahh ini suatu berkah banget, eonni emang paling baik deh *pelukin eonni, tebar junghywook*
oh.. aku ada pertanyaan eon, knapa eonni ga pake cast yg namkor eonni aja? yg mugunghwa itu loh.. penasaran aja sih sebenernya. ahaha *gapen* kenapa juga eonni selalu yg jadi paling innocent? *seterah author kali cen =='
yah gapapa sih, cuma ngeliat kenyataannya jadi senyum senyum aku *ditalak jadi dongsaeng*
sekianlah.. komenku udah panjang ga penting pula #plakk