Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Saturday, 28 January 2012

Love's Arrived chapter 11 part 2

Love’s Arrived
Chapter 11 part 2

“Mei-Mei! Lama nggak ketemu!”
“Wen Chun ge, sih… setiap kali aku ke rumah, kalau nggak lagi mengurung diri di kamar, pasti lagi tidur,” gerutu Gisela, menjatuhkan kantong-kantong ke lantai ruang tamu, duduk bersila di lantai.

Moniq dan Quiny langsung menyerbu kantong itu, karena mereka harus membuat kreasi hiasan. David yang datang bersamaan dengan Gisela, meletakkan kantong yang dipegangnya dan berdiskusi dengan Gracia. Michael sedang menulis berbagai kreasi tulisan ‘Happy Birthday.’ Sesuai rencana, Nathan membawa Alex sejauh mungkin dari rumah.

“Iya, deh. Aku yang sibuk. Tapi aku kangen, kan?” Albert mulai merengek.
“Oke, deh. Aku izinkan Wen Chun ge memelukku sebentar.”
“Asyik.”

Albert langsung memeluk Gisela. Gisela yang badannya kecil langsung menghilang di dada Albert yang bidang. Albert sudah lebih gemuk, beratnya naik 5 kg, dan hal ini disyukuri mereka semua.

“Wen Chun! Kau ini mau mengambil kesempatan, ya!” kutuk David, mendorong Albert.
“Ngomong-ngomong kesempatan, Xiao Wei yang mencuri first kiss-mu ya, Mei-Mei? Dia tuh yang mengambil kesempatan.”

Yang disebut malah nyengir dan langsung melanjutkan pekerjaannya.

“Kok tahu, sih?”
“Dia sendiri yang ngaku. Lagian aku udah lihat rekamannya. Keren banget, Mei-Mei! Kau hebat mencium juga, ya!” goda Albert.
“Nggak, ah…”
“Harusnya kau praktek sama aku, pasti ciumanmu lebih hebat!”
“Oh ya? Wen Chun ge belum merasakan ciumanku, sih.”

Albert melepaskan Gisela dari pelukannya. Mereka semua terkejut mendengar ucapan Gisela dan memandang keduanya.

“Nah, sekarang aku mau merasakannya.”

Gisela memejamkan matanya. Albert yang memang sudah sering mencium cewek langsung maju saja.

“Ah… aku Cuma bercanda!!!”

Gracia langsung menjangkau bantal di sofa dan menempelkannya ke wajah Albert. Mereka semua tertawa.

“Lho? Katamu kau mau menciumku?”
“Bercanda!!! Aku nggak tahu Wen Chun ge langsung main terabas aja!”
“Udah… jangan ribut! Kau ini genit sekali, Wen Chun! Mei-Mei, tolong sentuhan terakhir kuenya diselesaikan. Di dapur,” pinta Gracia.

Gisela menyibukkan diri di dapur untuk memberi hiasan pada kue tart yang dibuat Quiny. Menjelang jam setengah tujuh, ruang tamu, ruang makan dan kamar Alex (yang sudah dibereskan Quiny dan Gracia sambil menggerutu), sudah penuh dengan hiasan kertas warna-warni, balon dan berbagai kreasi tulisan happy birthday, yang dibuat Michael dalam bahasa Mandarin, Korea, Jepang, Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, Italia, Rusia, hingga Indonesia.

“Sekarang, semua siap di posnya masing-masing! Ming Jun udah memberi kode. Mereka udah dekat,” perintah Gracia.

Mereka semua bersembunyi di pos yang sudah ditunjuk Gracia. Michael yang terakhir kali kembali ke posnya, karena dia harus mematikan semua lampu. Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara mobil Nathan diparkir di garasi. Nathan dan Alex terdengar asyik mengobrol. Sesuai hitungan mundur Gracia, pintu depan dibuka, dan Michael yang berjaga dekat sakelar di ruang tamu, langsung membuka lampunya.

“Happy birthday!”
Gracia dan David muncul dari balik sofa.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Alex.

Albert dan Moniq muncul dari dalam rumah, menyiramkan coklat meleleh ke sekujur tubuh Alex. Nathan menghindar tepat waktu, jadi dia hanya tertawa melihat sahabatnya sudah jadi boneka coklat.

“Hei!!!”
“Sheng re khuai le!” Nathan mendorong Alex masuk.
“Kalian yang mendekorasi ini semua?”
“Iya, dong. Spesial untukmu,” jawab David.
“Xie…”
“Jangan berterimakasih dulu. Kejutan masih belum selesai,” cegah Gracia, menarik bagian tubuh Alex yang tidak tersiram coklat, masuk ke dalam rumah.

Begitu sampai di ruang makan, Quiny yang memakai celemek pink membuka sakelar.

“Happy birthday!”
“Wah… banyak sekali menu makanan malam ini…” kata Alex sambil menghapus sebagian coklat di wajahnya dengan punggung tangannya.
“Dan kau nggak boleh marah karena kami siram, ya,” ancam Moniq.
“Surprise terakhir…” ucap Nathan, membuka pintu kamar Alex.

Dari dalam kamar yang gelap, terlihat Gisela membawa kue ulang tahun super besar, dengan 22 lilin mengelilingi kue itu. Gisela tersenyum manis sekali. Mereka masuk berdesakan ke kamar yang gelap.

“Sebelum kami buka sakelarnya, kau harus meniup lilin dan make a wish dulu, Xiang Chen!” perintah Quiny.

Alex memandang wajah Gisela yang diterpa sinar lilin. Alex merasa Gisela luar biasa cantik saat itu. Dia meniup ke-22 lilinnya, dan membuat permohonan. Permohonan yang lain daripada permohonan yang biasanya dia ajukan waktu berulangtahun, sungguh berharap Tuhan sudi mendengar dan mewujudkan permohonannya. Setelah itu Quiny membuka sakelar.

“Wah… kamarku juga dihias!” seru Alex senang.
“Kami mau kau ingat ultah ke-22-mu ini seumur hidupmu,” harap Quiny.
“Kalian membereskan kamarku?”
“Iya. Dan itu menghabiskan waktu setengah jam. Kau harus lebih rapi lagi, Xiang Chen. Kita udah lapar,” jelas Gracia, “kita mulai yuk, makan malamnya.”

Alex yang belum sempat minta maaf pada Gisela berpikir mungkin dia tidak perlu mengucapkan kata maaf. Sikap Gisela seolah-olah dia dan Alex tidak bermasalah sama sekali. Makan malam juga berlangsung meriah.

“Aduh…” Michael mengerang saat dia berdiri.

Gisela yang duduk di sampingnya, langsung menyambar tangan Michael dan tangan satunya melingkari pinggang Michael.

“Pinggangmu sakit lagi?” tanya Gisela.
“Iya. Aku… istirahat di kamar aja, deh.”
“Aku urut, ya.”
“Nggak perlu. Kau ikut pesta, aja.”
“Jangan. Nanti sakitmu parah. Ayo, aku temani. Jie, maaf ya, aku temani Xiao Wei dulu.”

Gracia mengangguk. Dia berpandangan berarti dengan Nathan. Mereka jelas melihat Alex berhenti makan dan jadi murung sepanjang sisa malam itu.

*******

“Mei-Mei!!!”

Gisela dibangunkan, tidak seperti biasanya, bukan dengan suara Nathan. Siapa, ya? Gracia jie? Moniq jie? Atau Quiny jie? Bukan suara mama… Gisela membuka matanya dan duduk di ranjang. Pintu kamar didobrak terbuka. Nathan muncul dengan wajah berseri-seri, disusul Viona.

“Mei-Mei!!! Hao xiang ni!!! (kangen)”

Viona langsung memeluk Gisela yang masih shock.

“Xiao Li? Kok kau bisa ada disini?” tanya Gisela heran, tapi senang Viona datang mengunjunginya.
“Cuma lagi ngambil cuti kuliah. Bosen. Kangen sama kamu, jadi aku pikir kepingin liburan di sini.”
“Tapi katamu… uang tabunganmu habis?”

Viona melirik Nathan.

“Jangan-jangan Ming Jun ge lagi yang bayarkan, ya?”
“Iya, sih. Aku pikir kau kangen juga dengan Xiao Li, Mei-Mei,” jawab Nathan.
“Xie xie.”
“Bu ge qi! (kembali)”
Lidya dan Cat iri sekali karena Cuma aku yang diajak ke sini oleh Ming Jun ge. tapi mereka juga nggak bisa ngambil cuti kuliah sekarang,” jelas Viona, “mudah-mudahan mereka bisa cepat ke sini juga.
Kali ini aku yang bayarkan ongkosnya,” kata Gisela.
Mei-Mei, ayo, kita mulai morning exercise-nya,” ajak Nathan.
Ayo!

Viona melirik leher Gisela saat Gisela beranjak ke kamar mandi. Mana Jade Princess-nya? Viona menyenggol Nathan.

Mana Jade Princess-nya?
Apa? Dia nggak pakai?” tanya Nathan heran.
Ge ge lihat aja. Dia nggak pakai.

Dan Nathan melihat Gisela benar-benar sudah tidak memakai Jade Princess lagi. Nathan bahkan sudah lupa kapan terakhir kali dia melihat Gisela memakainya. Dia bertambah bingung lagi, padahal menurut Gracia, Alex akan minta maaf padanya. sepertinya masalahnya nggak segampang itu. Gisela dan Viona berlari ceria di depan Nathan. Sekelompok cewek muncul dari arah berlawanan.

“Halo, Gisela Mai! Oh… sama Nathan Lin, rupanya.”

Gisela merasakan perasaan tidak enak terhadap rombongan ini. Mata mereka jelas menelusuri lehernya.

“Mana Jade Princess-mu? Udah putus dengan Alex Zhou, ya?”
“Atau kau lepas… karena sekarang kau sedang berkencan dengan Nathan?”
“Apa…”
“Mata kalian buta ya! Apa bisa disebut kencan kalau ceweknya dua dan cowoknya satu!” Viona protes lebih cepat dari Gisela.
“Hoo… siapa sih, kau? Artis Indo yang mau berkarir di Taiwan juga?”
“Kalian nggak perlu tahu! Menyingkir sekarang!”
“Kami nggak berminat lama-lama. Kami tanya sekali lagi, mana Jade Princess, Gisela?”
“Nggak ada urusannya dengan kalian,” jawab Gisela tenang.
“Terserah! Terima kasih udah melepasnya! Jaga dia baik-baik, Nathan!”

Dan sekelompok cewek itu berlalu.

Dasar cewek-cewek iseng! Aku benci mereka!” gerutu Viona.
“Udahlah, Xiao Li. Aku udah biasa, kok. Mereka Cuma iri. Nggak masalah. Ayo, kita lari lagi,” ajak Gisela yang lari mendahului keduanya.
“Kok ge ge diam aja, sih?”
“Aku harus ngomong gimana, dong?” balas Nathan.

Viona angkat bahu dan mengejar Gisela.

*******

Gisela baru keluar dari kelasnya. Jadwal kuliahnya untuk hari ini sudah selesai. Tadinya dia mau mengajak Viona ke kampusnya yang digital dan keren ini, tapi Viona sudah tak ada di tempat tidur dari pagi-pagi sekali. Gisela hanya berharap Viona tidak nyasar, karena dia baru pertama kali datang ke Taipei. David berpisah jalan dengan Gisela di pintu depan kampus, karena dia harus konsultasi dengan dosen tentang skripsinya. Sebelum mencapai mobil yang diparkirnya, handphone-nya bergetar. Gracia Li.

“Gracia jie!”
“Mei-Mei! Lagi ngapain?” tanya Gracia dengan suaranya yang merdu.
“Baru selesai kuliah. Ada apa?”
“Aku menunggumu di kafe di luar kompleks rumahmu. Cepat datang, ya!”
“Oh, oke!”

Dan hanya dalam waktu sepuluh menit, Gisela sampai di kafe yang dimaksud. Gracia yang duduk di meja agak dalam, melambai, dan tampak cantik sekali, menyolok di kafe yang masih sepi itu. Gisela segera duduk di hadapannya.

“Ada apa, jie?”
“Sebenarnya nggak ada masalah serius. Cuma kangen padamu. Terakhir kali kita ketemu di ultahnya Xiang Chen, jadi jie jie kangen.”
“Aku juga kangen, kok.”

Setelah memesan minuman dan snack, obrolan mereka lanjutkan.

“Apa kabar Mai Mama dan Franco?”
“Oh, mereka oke. Ada temanku dari Indo baru datang ke Taipei kemarin dulu. Nanti aku kenalkan ke jie jie,” jawab Gisela.
“Oh, boleh.”

Gracia sadar betul wajah Gisela tidak cerah.

“Mei-Mei, syutingmu lancar?”
“Oh, lancar sekali, jie.”
“Jie jie kira ada masalah. Wajahmu gelap, sih.”
“Oh ya? Mungkin karena aku baru pulang dari kampus.”
“Mungkin juga, sih.”

Gracia menyeruput es jeruk nipisnya.

“Mei-Mei, mana Jade Princess?”
“Oh, kulepas. Rasanya menyolok sekali waktu aku memakainya.”
“Kau cantik kok, memakai itu.”
“Barang mahal lebih baik disimpan daripada dipakai. Nanti hilang.”

Serombongan cewek lewat di dekat meja Gisela dan Gracia. Mereka berdesak-desakan dan segelas jus tumpah ke tubuh Gisela.

“Hei!!!”

Tapi cewek-cewek itu tidak peduli dan malah melarikan diri dari kafe.

“Aduh, Mei-Mei… basah. Ayo, ke toilet. Jie jie bantu bersihkan.”
“Oh, nggak apa-apa kok, jie. Nanti aku ganti kalau udah sampai di rumah.”
“Tapi… mereka kenapa, ya? Sepertinya mereka sengaja menumpahkannya.”
“Nggak apa-apa.”
“Ehm… Mei-Mei, kau dan Xiang Chen kenapa?”
“Memangnya kami kenapa, jie?”
“Ayolah, jie jie tahu kalian sedang ada masalah. Kalian nggak pernah ngobrol atau bercanda berdua lagi.”
“Nggak ada masalah kok, jie. Aku Cuma… Cuma…”

Gracia mengangkat alisnya. Gisela mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya. Dia menyeruput jus jeruknya.

“Maaf kalau jie jie menanyakan hal pribadi padamu. Tapi jie jie Cuma mau tahu… kau dan Xiao Wei pacaran, ya?”
“Ah, jie jie, kami Cuma teman, kok. Memang sih, aku memberikan first kiss-ku untuk Xiao Wei. Yah… sedikit berkesan juga, sih,” jawab Gisela.

Gracia menyerah, tidak tahu harus bertanya apa lagi, dan tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada Alex.

*******

Gisela punya waktu luang di hari Sabtu ini dan kebetulan Michael punya waktu luang yang sama. Viona ingin jalan-jalan, dan Gisela serta Michael bersedia menemaninya. Gisela berjanji mentraktir Viona, tapi menyesali janjinya sendiri. Rupanya Viona ini sophaholic, dia berbelanja banyak sekali. Setiap mereka memasuki outlet, mereka pasti keluar dengan sekantong belanjaan. Michael sudah memegang tujuh kantong sekarang. Mereka memasuki outlet kelima dan Viona kembali memilih busana-busana mahal Prada. Dengan meringis, Gisela mengeluarkan kartu kreditnya. Limitnya cukup nggak, ya? Menyesal deh, aku mentraktir cewek satu ini…

“Mei-Mei, kenapa? Limitnya nggak cukup? Mau pakai punyaku?”
“Oh, nggak, kok. Limitnya masih cukup. Waktu itu baru pakai sekali, berbelanja sama mama,” jawab Gisela, sedikit berbisik.

Michael tersenyum. Setelah keluar dari outlet kesepuluh, tangan Michael sudah tidak cukup lagi untuk mengangkat kantong belanja.

“Xiao Li, Xiao Wei, kalian tunggu di sini, ya. Aku mau ke toilet sebentar.”
“Jangan lama-lama,” wanti Viona, yang duduk di kursi panjang yang diletakkan di tengah mall.

Gisela dengan terburu-buru masuk toilet. Wah… lega sekali. Sebenarnya dari tadi deh, mau mampir toilet… Tiba-tiba Gisela mendengar bunyi klik dari pintunya. Perasaan Gisela langsung tidak enak. Gisela membuka pintunya, tapi pintunya tidak bergeming. Pintunya terkunci dari luar! Aduh… kenapa, nih? Gisela mengetuk pintunya.

“Halo… ada orang nggak? Xiao Li, ya? Jangan iseng, dong! Buka pintunya!”

Tapi tak ada suara membalas.

“Halo… ada orangkah di depan? Tolong bukakan pintunya.”

Tapi balasannya malahan seember air yang disiramkan dari atas pintu. Gisela yang berdiri tepat di balik pintu langsung basah. Airnya dingin sekali. Lalu Gisela mendengar langkah kaki yang agak banyak, tergesa-gesa, keluar dari toilet. Gisela tahu sekarang dia Cuma sendirian di toilet. Siapa, sih? Kurang ajar! Gisela meraih tas tangannya dan menemukan handphone-nya. Tapi sinyal handphone-nya kosong. Kenapa handphone-ku selalu begini, sih?

“Halo… ada orang? Tolong buka pintunya!”

Gisela berharap ada entah siapapun ke toilet dan mau membukakan pintu untuknya. Dia mulai merasa kedinginan.

“Xiao Li!!! Tolong! Xiao Wei!!!”
“Xiao Li, Mei-Mei kok lama sekali, ya?” tanya Michael, mengecek arlojinya.

Sudah sepuluh menit Gisela belum kembali dari toilet.

“Iya. Apa perlu aku mengecek ke toilet?” Viona balik bertanya.
“Coba, deh.”

Viona segera ke toilet. Tapi tak ada suara di toilet.

“Mei-Mei? Mei-Mei, kau dimana?”

Tak ada balasan suara. Viona mendorong satu persatu pintu toilet. Toilet pertama, kosong. Begitu juga toilet kedua. Tapi toilet ketiga terkunci. Viona mencoba dua toilet lagi dan keduanya kosong. Gisela jelas ada di toilet ketiga.

“Mei-Mei, kau di dalam, kan? Mei-Mei, jawab!”

Tapi tetap tak ada jawaban. Viona menyadari pintu dikunci dari depan dan mencoba membuka kuncinya. Tapi kuncinya patah.

“Mei-Mei, kau kenapa? Mei-Mei!!!”

Viona segera berlari keluar.

“Xiao Wei! Mei-Mei terkunci di toilet! Tolong dia! Aku akan cari sekuriti!”

Michael yang terkejut langsung berlari ke dalam toilet.

“Mei-Mei, buka pintunya!” seru Michael, suaranya bergema di toilet yang kosong.

Mei-Mei kenapa? Pasti ada sesuatu yang nggak beres. Michael mendobrak pintu. Pintu tak bergeming. Pada dobrakan kedua, dia merasa tangan kanannya sakit. Dobrakan ketiga, kali ini disertai nyeri pada pinggangnya. Dan pada dobrakan keempat pintu terbuka. Michael masuk dan menemukan Gisela terbaring tak sadarkan diri, badannya bersandar di toilet.

“Mei-Mei! Mei-Mei!!!”

*******

No comments:

Post a Comment