Love’s Arrived
Chapter 10 part 1
Tahun yang baru tiba, makin sibuk jugalah Gisela. Nilai kuliahnya bagus sekali, dan Gisela merasa semua ini berkat bantuan Michael. Gisela sudah menraktir Michael dua kali untuk membalas jasanya. Nilai Michael tertinggi di seantero anak semester tiga dan prestasinya ini luar biasa mengingat dia jarang muncul di kampus. David masuk sepuluh besar nilai terbaik di semester tujuh dan sekarang, seluruh waktu luangnya digunakan untuk menyusun skripsi. Albert juga sudah mengulang separuh pelajaran semester awalnya yang buruk dan sudah diizinkan menyusun skripsi. Hanya Alex yang nilainya pas-pasan, tapi Nathan bersumpah, inilah nilai terbaik Alex sepanjang dia kuliah. Gisela dan Michael juga disibukkan promo handphone Original. Syuting Memories of The Heart sudah dimulai dan syuting berjalan sangat lancar. Hanya ada beberapa adegan yang harus diulang 2-3 kali, sisanya hampir hanya dengan sekali take dan hasilnya sudah oke. Hal ini sangat memuaskan hati Mr. Dao, sang sutradara. Nathan mampu berperan se-antagonis yang dia bisa, jadi kadang Gisela merinding melihat wajah marah Nathan, karena aslinya dia tidak pernah marah. HUA XIANG disibukkan dengan rekaman album baru dan Gisela kadang-kadang mengantarkan makan siang ke studio rekaman.
“Pagi, Mei-Mei!”
Seperti biasa, cara Nathan membangunkan Gisela sangat tidak manis, salah satu bantal pasti melayang ke wajah Gisela. Gisela biasanya bangun sebelum Nathan datang ke rumahnya, tapi kemarin Gisela mengerjakan tugas kuliah sampai larut malam. Nathan membuka tirai jendela dan cahaya matahari pagi malu-malu menyusup masuk. Gisela menggosok matanya dan langsung duduk. Nathan tampak segar, dia menggerak-gerakkan badannya dan membaca agenda yang berisi jadwal Gisela seharian ini.
“Hmm… pagi ini kau kosong, ya… wah, syuting iklan Original yang baru lagi? Sepertinya mereka puas memasangkan kau dengan Xiao Wei, ya?” komentar Nathan, “sore kosong… malam syuting. Oh iya, kita syuting nanti malam.”
Nathan beralih ke buku skenario yang Gisela hapalkan kemarin sambil makan malam.
“Bagus, malam ini jatah scene 32!”
“Apa bagusnya scene 32?” tanya Gisela dengan suara serak, matanya masih setengah terpejam, agak lupa pada dialog yang dihapalnya kemarin.
Nathan menyodorkan buku skenario ke wajah Gisela dan Gisela membuka matanya. Scene 32 adalah adegan ciuman Gisela dan Alex!
“Ming Jun ge!!!”
Gisela melempar bantal ke wajah cute Nathan dengan sengit.
“Sorry, but I can’t wait watching this scene.”
“Ni dou zhi dao… wo yi ding bu hui… (kau kan tahu, aku pasti nggak bisa).”
“Wei shen me bu hui? Ni yi ding hui! (kenapa nggak bisa? Kau harus bisa!)”
“Me… Him… Ming Jun ge, you know… I’m…”
“Hao… hao…”
Nathan berhenti menggoda Gisela saat Gisela menunduk dan mulai merasa agak stress. Nathan duduk di samping Gisela dan memeluknya.
“Take it easy… kurasa Xiang Chen bisa membimbingmu. Bagaimanapun dia udah pernah mencium lebih dari sepuluh cewek di film dan MV, oke? Percaya aja…” hibur Nathan, “supaya kau nggak stress, yuk kita lari beberapa keliling dulu.”
Gisela bangun dan menuruti saran Nathan. Nathan benar, perasaan gundah agak hilang setelah lari beberapa keliling di sekitar kompleks. Menjelang jam sembilan setelah sarapan di rumah Gisela, Nathan pulang. Gisela duduk malas di ruang tamu, membaca skenario Memories of The Heart dengan lirih. Memang sih… harusnya aku senang akhirnya bisa kissing sama Xiang Chen ge, meskipun Cuma di film… tapi aku kan gugup! Mana mungkin aku bisa syuting adegan ini! Oh… who can help me? God… Handphone Gisela bergetar hebat. Dengan malas Gisela meraih handphone-nya. Tapi wajah dan nama yang muncul di layar membuat Gisela bersemangat lagi: Xiao Mo Li.
“Xiao Li!!!”
“Mei-Mei… jangan teriak kencang-kencang begitu. Sakit, nih, kupingku,” suara Viona terdengar jelas di seberang sana, ngomong bahasa Mandarin dengan lancar.
“Aku kangen sama kamu…”
“Sama. Aku juga kangen. Eh, ada salam dari Lydia dan Cat juga. Mereka lagi asyik liburan di Bangka, tuh.”
“Kau liburan nggak kemana-mana?”
“Uang tabunganku habis, nih. Soalnya aku baru ganti handphone baru.”
“Handphone a…”
“Hei, ngomong-ngomong handphone, kau dan Michael Wu jadi spokeperson handphone Original di Asia, ya?”
“Kok tahu?”
“Aku tuh lupa terus konfirmasi ke kamu. Lydia baca itu di Asian Showbiz minggu lalu. Terus kemarin aku lihat iklannya di TV,” jawab Viona.
“Hah? Aku nggak tahu iklannya juga tayang di Indo.”
“Tau nggak, iklannya keren banget! Terutama yang versi kau dan Michael kejar-kejaran di pantai. Kalian seperti pacaran, loh,” Viona mengoceh panjang.
“Kami nggak pacaran, Xiao Li, kau kan tahu sendiri, aku…”
“Aku tahu kau suka Alex, tapi Lydia sekarang udah langganan Asian Showbiz. Dia tahu kau digosipin sama keempat personel LI LIANG sekaligus,” kata Viona sengit, “ditambah David Wang. Nah, mau jelasin apa sekarang?”
“Xiao Li… aku sama Wen Chun ge, maksudku, Albert Zhang…”
“Ya, Asian Showbiz udah menulis tentang itu. Katanya Albert Cuma iseng. Oke, Nathan Lin juga udah menjelaskan bahwa dia Cuma jadi pelatih kebugaranmu dan anggap kau adiknya,” ucap Viona cepat.
“Bagus kalau gosip-gosip itu udah diklarifikasi. Aku tetanggaan dengan David, jadi kami sering saling kunjung rumah. Itu nggak salah, kan?”
“Entah. Fotomu dengan Michael di danau bikin heboh se-Indo, tahu. Kami yang jadi sahabatmu aja diberondong pertanyaan. Dengan senang hati aku bilang kau jelas nggak pacaran dengannya,” jawab Viona.
“Oh, Xiao Li… thanks to you. Juga buat Lydia dan Cat.”
“Dan kau syuting apa namanya…? Memories of The Heart, ya? Dengan Nathan dan Alex?”
“Beritanya juga udah sampai di Indo? Cepat sekali, ya? Rasanya kami belum konferensi pers tentang serial kami, deh.”
“Belum, sih. Aku dapat infonya dari sumber yang paling cepat dan terpercaya.”
“Dari ma…”
“Eh, telepon internasional mahal. So, aku ingatkan kau untuk nggak berbuat macam-macam supaya nggak timbul gosip aneh-aneh lagi. Dan untuk malam ini, ingat ya,” Viona menekan kata-katanya, “stay cool. Pasti lewat, deh. Kau kan Mei-Mei, apa sih yang kau nggak bisa lakukan? Apalagi semua itu Cuma berhubungan dengan dunia akting, dunia yang paling kau kuasai.”
“Xiao Li! Kok kau…”
“Bye! See ya!”
“Wei… wei…”
Viona sudah memutuskan sambungan telepon. Gisela mengerang dengan kesal.
“Darimana Xiao Li dapat info tentang Memories of The Heart? Kita aja belum konferensi pers! Dan tahu apa dia soal scene malam ini? Kok Xiao Li jadi aneh-aneh, sih? Aduh… Xiao Li, kau nggak menolongku sama sekali!!!”
*******
Gisela sampai ke lokasi syuting sebelum jam tujuh malam. Di lapangan parkir, Gisela melihat mobil Nathan diparkir. Xiang Chen ge datang barengan Ming Jun ge nggak, ya? Gisela langsung mendapat jawaban karena dia melihat Alex duduk di sebelah Nathan, mereka sedang di make-up. Malam ini mereka mengambil lokasi taman. Dan scene-nya adalah Alex mengajak Gisela kencan dan akan menembak Gisela malam ini, tapi tidak dengan kata-kata, langsung dengan ciuman.
“Wan an.”
“Mei-Mei! Wan an!” Nathan membalas sapaan Gisela dengan riang.
“Wan an…” Alex sebaliknya, suaranya kecil dan dia tidak menoleh sama sekali ke arah Gisela.
Gisela duduk di sebelah Nathan dan mengerutkan wajahnya. Tim make-up langsung menyerbu wajah Gisela.
“Mungkin dia Cuma tegang. Sama sepertimu.”
Dan jantung Gisela tidak berhenti berdetak saat mereka mulai syuting. Tapi Gisela berhasil mengatasinya, dia tidak lupa dialognya dan masih bisa berakting dengan alami. Begitu juga dengan Alex.
“Xing Xing, sebenarnya… aku mengajakmu ke taman ini bukan Cuma untuk jalan-jalan.”
“Maksudmu apa sih, Xiao Cun?” tanya Gisela, ingat benar dialognya.
“Aku…”
Alex menoleh pada Gisela, meletakkan tangannya di bahu Gisela, dan mendorongnya hingga ke tiang lampu.
“Xiao Cun… sakit, nih…”
Gisela memandang mata Alex dan merasakan jantungnya kembali berdetak kencang. Aku tahu ini Cuma akting… Cuma akting… tapi matanya… kenapa dia memandangku dengan pandangan seperti itu? Apakah perasaan membara itu memang ada di hatinya? Cintakah itu? Nafas Alex terasa cepat dan memburu saat dia mendekatkan wajahnya ke wajah Gisela. Cepat lakukan… sebelum wajahku jadi merah dan kurasa aku nggak sanggup begini lebih lama lagi, Xiang Chen, ge… tolong…
“Cut! Xiang Chen, kenapa kau tidak maju-maju juga?” suara Mr. Dao memecah keheningan.
Para kru yang dari tadi menahan nafas jadi kasak-kusuk.
“Kau memandang Mei-Mei terlalu lama. Karakter Xiao Cun harusnya main labrak saja, Xiang Chen. Dia tidak sepemalu kau kalau berhadapan dengan cewek,” nasihat Mr. Dao, “ingat itu. Yuk, ulangi lagi.”
Mr. Dao masih sabar ketika adegan itu diulang untuk ketiga kalinya, tapi dia mulai naik darah ketika adegan itu diulang untuk kelima kalinya. Alex malah mengalami kemunduran, dia bahkan tidak sepenuh hati mendorong Gisela ke tiang lampu. Kekesalan Mr. Dao menjadi komplit ketika wajah Gisela memerah tidak perlu.
“Kita menghabiskan semalaman untuk adegan ini! Kalian ini bagaimana, sih? Ini Cuma akting!” Mr. Dao mengamuk di depan Alex dan Gisela, “akting! Dengar, syuting besok pagi tetap jalan sesuai jadwal, tapi besok malam ada penambahan jadwal untuk adegan yang ini! Jam yang sama! Sekarang, pulang, istirahat dan jernihkan kepala kalian!”
Alex menyingkir dari Gisela lebih cepat dari dugaannya. Nathan mendekati Gisela dan menepuk punggungnya.
“Sabar, Mei-Mei,” hiburnya.
“Ming Jun ge, aku mau pulang. Sampai besok…”
Nathan tak bisa mencegah Gisela pulang dengan lesu.
*******
Alex bersikap seolah-olah tak pernah gagal syuting semalam dan sikapnya ramah seperti biasanya terhadap Gisela. Gisela juga merasa hatinya lebih ringan dan tenang. Setidaknya nggak ada yang perlu aku khawatirkan sampai malam ini…
“Mei-Mei!”
Nathan berlarian dari kejauhan untuk menghampiri Gisela yang sedang duduk santai.
“Ada apa sih, Ming Jun ge? Sampai keringatan begitu,” tanya Gisela heran.
“Ada surprise untukmu. Ikut aku,” Nathan menyambar tangan Gisela.
“Hei, ada apa, sih?”
Nathan membawa Gisela ke arah lapangan parkir lokasi syuting mereka.
“Lihat siapa yang datang.”
Dan Gisela terkejut sekaligus senang: anggota keluarganya, masih lengkap dengan koper mereka, berdiri di hadapannya. Mamanya sudah berderai air mata dan langsung memeluknya. Kokonya, Franco, tersenyum lebar dan dia tampak lebih kurus dari biasanya, tapi sehat. Papanya tampak biasa saja, tidak tersenyum.
“Mei-Mei, kau kurus sekali. Kau tidak sakit, kan?” tanya Mai Mama, khawatir melihat kondisi anaknya.
“Aku sehat, ma. Dan aku Cuma langsing, kok, nggak sampai kurus. Ini pelatih kebugaranku.”
Nathan tersenyum dan mengangguk pada Mai Mama. Mai Mama menghampiri Nathan dan mereka mulai ngobrol. Gisela mendekati Franco.
“TOP!” kata Franco sambil mengangkat kedua jempol tangannya.
Gisela mengedip senang, kemudian beralih ke Mai Papa. Mai Papa masih tampak killer.
“Pa, dui bu qi… Mei-Mei tahu papa masih kesal karena Mei-Mei pergi tanpa pamitan sama papa. Tapi Mei-Mei Cuma mau buat papa bangga,” kata Gisela sambil menunduk, “Mei-Mei kangen papa…”
Mai Papa memeluknya.
“Mei-Mei, seperti itulah terus, kau harus ngomong bahasa mandarin selancar itu dengan papa… papa bangga padamu.”
Gisela menangis terharu. Setelah itu, Nathan mengajak mereka semua makan di restoran dekat lokasi syuting. Ternyata Nathan-lah yang menghubungi keluarga Gisela, menawarkan mereka untuk datang ke Taiwan dan membayarkan biaya keberangkatan mereka.
“Ming Jun ge, xie xie… aku nggak tahu gimana untuk membalas jasa ge ge.”
“Aku nggak butuh balas jasa, Mei-Mei. Kau kan udah kuanggap adikku. Aku tahu kau kangen dengan keluargamu, makanya aku ajak ke sini,” jelas Nathan.
Gisela tersenyum pada Nathan.
“Kita semua jadi terkenal. Semuanya nggak percaya kau, adikku, jadi artis Taiwan terkenal. Mereka bilang kau cantik,” kata Franco, “dan aku nggak mirip denganmu. Kurang ajar, ya.”
“Dan anak dari teman-teman papa juga fansmu. Mereka jadi tanya tentang kamu sama papa semua,” ucap Mai Papa, tersenyum bangga.
“Oh ya, uangmu sudah mama pakai untuk investasi. Dari dulu kan kau ingin bangun one stop entertainment di Palembang. Gedungnya lima tingkat dan hampir selesai dibangun,” jelas mama Gisela.
“Dan mama bisa buka restoran di lantai satu, kan?” tanya Gisela.
“Iya. Xiao Li bantu lihat pembangunan gedung selama kita disini.”
“Oh, Xiao Li baik sekali.”
“Ngomong-ngomong kita tinggal di mana, nih? Nggak mungkin kan kita bawa koper kemana-mana?” tanya Franco.
“Di rumahku. Pa, ma, aku udah beli rumah disini. Dan akan kukenalkan pada QQ.”
“QQ? Siapa tuh?”
“Yuk, pulang.”
Nathan membantu anggota keluarga Gisela memasukkan koper ke bagasi Peugeot Gisela sebelum dia pamit karena harus rekaman lagu baru. Franco tak berhenti ngoceh di mobil, mengagumi mobil mahal Gisela. Gisela bilang mobil ini adalah hadiah dari managernya yang baik hati. Gisela membelokkan mobilnya ke kompleks rumah.
“Wah… Mei-Mei, rumah disini pasti mahal-mahal, ya?”
“Iya, ge. Tapi rumahku separuhnya dibayar perusahaan. Separuhnya masih kucicil, nih.”
Mereka melewati rumah David sebelum sampai di rumah Gisela.
“Mama lihat kan rumah warna putih yang baru kita lewati tadi? Itu rumahnya David Wang. Mama masih ingat David Wang, nggak?”
“Siapa itu?” Mai Mama balik bertanya.
“David Wang… yang lagunya bagus-bagus. Yang kurus itu lho, ma. Mama kan pernah lihat aku nonton serial-nya.”
“Oh… mama ingat. Dia jadi tetanggamu, Mei-Mei?”
“Ya. Kita satu managemen juga.”
Franco juga mengagumi rumah Gisela.
“Pa, ma, ge, ini QQ.”
“Oh… pudelmu terawat, Mei-Mei. QQ, ayo kenalan,” Franco menjulurkan tangannya ke QQ.
Awalnya QQ agak takut pada orang asing, tapi Gisela mendorongnya mendekati tangan Franco. Setelah mencium bau Franco dan merasa baunya mirip dengan Gisela, QQ jadi cepat akrab dengan keluarga Gisela.
“QQ ini dibelikan Xiang Chen ge. Nah, ma, pa, kalian pakai kamar di bawah. Ge ge yang di sebelah kamarku, ya,” Gisela membuka pintu rumahnya, “di lantai dua.”
Gisela senang jadwalnya agak kosong hari itu dan dia bisa menemani keluarganya. Tepat di siang hari, handphone Gisela bergetar.
“Wei, Ming-Ming ge?”
“Mei-Mei! Ming Jun bilang keluargamu datang ke Taipei, ya?” David yang sudah berhari-hari tak kelihatan batang hidungnya, membuat Gisela sedikit kangen.
“Iya. Mereka sekarang di rumahku.”
“Ajak mereka ke rumahku, dong. Kita makan siang sama-sama. Tapi kau bantu mamaku masak, ya.”
“Oke, deh, ge ge. We’ll be arrived soon.”
Gisela menutup sambungan telepon.
“Ma, pa, ge, kita makan siang di rumahnya Ming-Ming ge, ya. Wang Mama mengundang kita makan.”
“Wah, Mei-Mei, nanti kita merepotkan mereka,” kata Mai Mama.
“Nggak kok, ma. Wang Mama baik sekali. Aku aja sering titip QQ ke mereka. Lagian aku bantu Wang Mama masak, kok,” bujuk Gisela.
“Kau yang masak?”
“Oh, iya, ma. Dulu aku memang nggak pernah masuk dapur, tapi aku belajar masak dari Quiny jie, anggota HUA XIANG. Nanti aku kenalkan mereka juga,” jawab Gisela, “sekarang aku jadi ahli masak. Ayo, jangan buat mereka menunggu.”
Sesuai dugaan Gisela, Wang Mama dan Mai Mama cepat akrab. Mai Papa dan Franco juga terlibat pembicaraan seru dengan David. Gisela tahu Mai Papa menyukai cowok yang cerdas, dan David sesuai dengan kriteria itu. Sebagai mania komputer, Franco cocok dengan David. Wang Mama sering sekali memuji Gisela, membuat Mai Mama dan Gisela sendiri malu.
*******
aaaa.. makin nggak sabar XD
ReplyDeletejangan jangan viona ada apa apa ama nathan ._.
tapii nathan super duper baik :D
wah...wah...keluarga gisela sudah datang rupa nya...
ReplyDeleteviona....mencurigakan hahaha :p
Eonnie..ceritanya keren... Aku tunggu yg berikutnya eon :D
ReplyDelete