When Our Dreams Come True
The Unfulfilled Promises
Chapter 9
Mugung: “Ini dia!!!”
Aaron tersedak roti yang lagi dimakannya. Dia terbatuk-batuk keras dan minum sebanyak-banyaknya. Lalu sambil bersungut-sungut, dia menghampiri Mugung yang tengah nonton TV di apartemennya. Mugung baru masuk SMA. Seragam SMA yang dipakainya sangat mencolok dan manis. Meski tomboi, akhirnya Mugung tumbuh menjadi gadis imut yang sering menarik perhatian para cwo. Beruntung Aaron udah resmi jadi pacarnya. Aaron duduk di samping Mugung, gak henti memandangi wajahnya.
Mugung: (menoleh) “Aigo Ya Lun, lihat TV, jangan lihat aku!”
Aaron cemberut dan melihat ke siaran TV. Acara infotainment. Tentang artis Taiwan.
Suara presenter: “Li Zhun Ji, artis muda asal Korea yang memulai karirnya di Jepang, akhirnya serial pertamanya sukses menembus rating 13,3% di episode pertama serial perdananya di Taiwan. Li Zhun Ji saat ini baru berusia 16 tahun, tampan, ramah dan bersahaja, telah dikenal masyarakat Jepang lewat beberapa serial yang melejitkan namanya. Akhirnya aktor tampan ini melebarkan sayapnya ke Taiwan, dan mendapat sambutan hangat dari fans2 Taiwannya.”
Aaron: “Itu…” 0.0
Mugung: “Si Jun Ki sial!!!!!! Dia udah terkenal!”
Aaron: “Dia benar2… disana…”
Mugung: “Aku harus memberitau Stella…”
Aaron: “Kau lupa yah?”
Mugung: “Hah?”
Aaron: “Hape kita. Dan email kita. Semuanya…”
Mugung: “Ahh iya. Gimana caranya kasih tau Stella yah?” =.=”
Aaron: =.=”
***
Jun Ki, kelelahan, berjalan lunglai dari restoran Korea menuju apartemen yang disewanya di Taipei. Dia gak bawa mobil karena tadi pergi bareng Kang ahjussi. Tapi Kang ahjussi teler karena banyak minum dan masih tinggal di resto. Jun Ki merasa pusing dan akhirnya memutuskan pulang sendirian. Lagian udah malam… gak akan ada fans yang mengincarnya.
Pria: “Lee Jun Ki.”
Jun Ki memfokuskan pandangannya. Ada seseorang berdiri menghadapnya, gak jauh di depannya.
Jun Ki: “Siapa kau?”
Pria: “Jun Ki, benarkah ini kau?”
Sepertinya pria paruh baya. Tampangnya berantakan, begitu juga pakaiannya. Tubuhnya kurus bagai kulit membalut tulang. Dia memandang wajah Jun Ki lekat2.
Jun Ki: “Aku Jun Ki. Tapi siapa kau? kau orang Korea? Hangulmu sangat bagus.”
Pria: “Jun Ki. Ini appa… ini appa…”
Jun Ki: “Ap… appa? Aku gak punya appa.”
Pria: “Appa tau Jun Ki membenci appa. Tapi appa terpaksa meninggalkanmu… appa benar2 menyesal… appa pantas kau benci…”
Jun Ki: “Mianhamnida ahjussi, mungkin yang kau maksud adalah Jun Ki yang lain.”
Pria: “Kau adalah Jun Ki-ku…”
Jun Ki merasa kepalanya luar biasa pusing. Dia lupa makan obat2an hari ini. Tiba2 tubuhnya lemas dan ambruk ke pelukan pria itu.
***
Jun Ki membuka matanya. Ada kompres di dahinya. Dia ada di kamar apartemennya.
Pria: “Jun Ki, udah sadar?”
Jun Ki: *kaget* “Kenapa ahjussi ada disini?”
Pria: “Kau pingsan di pelukan appa. Dan appa mencari tau apartemenmu. Dari kunci di sakumu, appa tau kau tinggal di apartemen ini.”
Jun Ki: “Ahjussi, Anda salah sangka. Aku bukan anakmu.”
Pria: “Lee Jun Ki, lahir 17 April 1984 di Seoul.”
Jun Ki: “Semua orang tau identitasku yang itu.”
Pria: “Kau ditinggalkan di Seoul Youth Foundation pada tanggal 17 Mei di tahun yang sama.”
Jun Ki: “Itu…”
Pria: “Aku appamu, Lee Sang Seok. Mian Jun Ki, maafkan appa. Appa bukannya mau meninggalkanmu.”
Pria itu menangis. Jun Ki bangkit dan memeluknya.
Jun Ki: “Appa…”
Sang Seok menangis terharu mendengar anaknya menyebutnya appa.
Sang Seok: “Jun Ki tidak membenci appa?”
Jun Ki: “Mana mungkin seorang anak membenci appanya sendiri.”
Sang Seok: “Oh… Hyo Ra… coba kau lihat anak kita… dia punya kepribadian yang baik. Dia tidak membenciku…”
Jun Ki: “Hyo Ra… apakah dia omma?”
Sang Seok: “Ye.”
Jun Ki: “Tapi bisakah appa cerita… kenapa appa meninggalkan Jun Ki di panti asuhan?”
Sang Seok: “Sebenarnya… appa dan omma-mu waktu itu belum menikah. Umur kami baru 20 tahun. Setelah tau hamil, kami berdua kabur dari kejaran orangtua kami dan pada saat itu ommamu kelihatan tidak sehat. Ternyata setelah melahirkanmu, keadaan Hyo Ra semakin memburuk. Dan dia… didiagnosa menderita kanker… otak. Stadium lanjut. Karena tidak berani pulang dan tidak punya uang, kami terus melanglang buana. Sampai pada suatu saat… Hyo Ra…”
Tanpa Sang Seok melanjutkan kata2nya, Jun Ki udah menitikkan air matanya. Omma… sakit… kanker… meninggal… omma…
Sang Seok: “Hyo Ra mengusulkan Jun Ki dititipkan di panti asuhan, jadi appa bisa kabur dengan lebih leluasa. Kami sedih Jun Ki, tapi kami terpaksa. Dan setelah meletakkanmu dengan aman di pintu panti, kami melanjutkan perjalanan… hanya empat hari berselang, Hyo Ra meninggal…”
Sang Seok menangis. Jun Ki memeluk appanya lagi.
Jun Ki: “Appa… sekarang appa gak sendirian. Sekarang udah ada Jun Ki. Kita akan hidup bersama dan menjadi keluarga lagi…”
Sang Seok: “Jun Ki… appa merindukanmu. Dan Jun Ki tumbuh menjadi pria yang sangat tampan…”
Jun Ki: “Apakah appa menyimpan… foto omma?”
Sang Seok: “Ye… ini omma-mu, Jun Ki, Kim Hyo Ra…”
Sang Seok mengeluarkan selembar foto dari saku kemeja usangnya. Foto itu sama usangnya, seakan sering dilihat dan berwarna hitam-putih. Ada seorang gadis disana, rambut hitamnya panjang lurus, sedang menggendong seorang bayi yang sipit. Gadis itu punya senyum yang manis, mata yang besar dan sepasang lesung pipi. Sangat cantik.
Jun Ki: “Omma… omma… Jun Ki merindukan omma… kenapa omma pergi tanpa menunggu untuk melihat Jun Ki dewasa?? Omma…” T.T
Sang Seok ikut menangis bersama Jun Ki.
***
Umur 17 tahun, Stella. Stella menghela nafas panjang. Semalam dia memimpikan Jun Ki. Jun Ki dalam ukuran dewasa, seumur dengannya. Jun Ki sangat tampan, namun wajahnya bersedih. Dia jelas ingin menyampaikan pesan pada Stella, tapi dia hanya memeluk Stella. Stella terus menunggu kabar dari Jun Ki. Sebenarnya Stella yakin Jun Ki gak akan hilang begitu ajah. Tapi dimana Jun Ki sebenarnya?
Sang Hee: “Stella!!”
Stella menoleh ke ambang pintu dan melihat Sang Hee muncul sambil agak terengah. Di tahun kedua SMA ini, mereka gak sekelas. Sang Hee kelihatannya membawa majalah. Melihat Stella, Sang Hee semakin bergegas menghampirinya.
Sang Hee: “Liat ini! Ini! Bukankah ini Jun Ki?”
Stella terbelalak mendengar kata Jun Ki disebut. Stella mengambil majalah dari tangan Sang Hee dan melihat cover majalah tersebut. Seorang cwo cakep, matanya yang sipit memandang tajam. Cara pandang itu… hidung itu… bibir itu…
Sang Hee: “Li Zhun Ji. Bukannya ini Jun Ki kita? Jun Ki yang kita cari2?”
Stella: “Jun… Ki…”
Yong Hee: “Apaan sih?”
Eun Jin: “Ye. Rame banget pagi2.”
Sang Hee: “Yong Hee, Eun Jin, coba kalian liat. Ini Jun Ki bukan?”
Yong Hee dan Eun Jin memandang cover majalah dengan seksama dari balik bahu Stella.
Yong Hee: “Li Zhun Ji, dalam Hangul mungkin benar Lee Jun Ki.”
Eun Jin: “Omona… kupikir ini benar2 Jun Ki kita. Gak mungkin ada orang kayak gini mirip dengannya di seluruh dunia ini! Lagian ini di Taiwan, gak jauh kan? Disini tertulis dia adalah aktor terkenal asal Korea…”
Yong Hee: “Bukannya Jun Ki emang mau jadi artis? Aah, ini benar2 dia! Lihat di bawah fotonya… ditulis bahwa dia telah menemukan ayah yang dulu meninggalkannya di panti asuhan. Sekarang mereka hidup bahagia.”
Mendengar semua itu, Stella hanya diam. Dia memandang cover majalah itu begitu lama. Matanya panas. Jun Ki… panggil Stella dalam hati… apakah kau ingin melupakanku? Kau dan Mugung? Kalian meninggalkanku… dan kau membawa senyumku pergi… sementara kau pasti bahagia… keinginanmu bertemu appamu terkabul… Stella berkata lirih.
Sang Hee: *mengguncang Stella* “Stel, ini Jun Ki loh! JUN KI!”
Stella: “Arraso…”
Sang Hee: “Bukannya kau selama ini selalu mencari dia? Ini dia kembali! Kau bisa menemuinya!”
Stella: “Menemuinya? Apa hakku? Dia gak pernah menghubungi aku. Kupikir dia ingin melupakanku dan semua kenangan tentang kita di Seoul.”
Sang Hee: “Jun Ki gak mungkin gitu kan?”
Stella: “Ye. Dia begitu. Dia udah melupakanku, dan aku juga akan melupakannya.”
Eun Jin: “Kau bilang gitu, Stella, tapi kau sama sekali gak bisa melupakannya… ato emang gak mau melupakannya? Kau gak pernah lagi tersenyum kayak dulu semenjak gak ada Jun Ki.”
Yong Hee: “Eun Jin benar. Itu semua karena kau memikirkan Jun Ki. Dan kini kau telah melihatnya… terserah padamu mau menemuinya ato gak. Tapi… lebih baik jangan bohongi hatimu sendiri.”
Stella terdiam… apakah Jun Ki yang ini… masih sama dengan Jun Ki yang dulu?
***
Kang ahjussi membuka pintu kantornya. Dan tepat seperti dugaannya, dia bertemu dengan Lee Sang Seok. Sekretarisnya telah mengatakan bahwa Mr. Lee menunggunya di kantor.
Ji Mun: “Sang Seok…”
Sang Seok: “Ahh Ji Mun.”
Ji Mun: “Ada masalah?”
Sang Seok: “Aku berharap sebenarnya gak ada masalah. Tapi… sebenarnya apa yang terjadi pada Jun Ki? Apa kau tau?”
Ji Mun: “Kenapa dengan Jun Ki?”
Sang Seok: “Belakangan ini dia mengeluh kepalanya sering sakit. Apa karena jadwalnya terlalu padat?”
Ji Mun: “Harusnya kau konsultasikan itu pada managernya. Aku udah sarankan Jun Ki untuk mengurangi jadwalnya, tapi sekarang sedang masa2 jayanya Jun Ki dan kau tau… anak itu sedikit ambisius. Dia gak mau menampik satupun tawaran yang datang padanya.”
Sang Seok: “Untuk karir dia emang agak keras kepala.”
Ji Mun: “Sang Seok, sebenarnya ada yang mau aku tanyakan padamu. Tentang kesehatan Jun Ki.”
Sang Seok: “Apa tentang kepalanya yang pusing?”
Ji Mun: “Sebenarnya… ahh, Sang Seok, mian. Harusnya aku memberitaumu lebih cepat, tapi aku gak tau bagaimana menyampaikannya padamu. Dia… apakah punya riwayat penyakit kanker?”
Sang Seok duduk tegang di kursinya. Gak mungkin… ini pasti mimpi buruk…
Sang Seok: “Hyo Ra… ommanya… meninggal karena kanker otak.”
Kang ahjussi terenyak di kursinya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ji Mun: “Jun Ki menderita kanker otak. Sebenarnya sejak pertama dia sampai di Tokyo dan waktu terjadi kecelakaan yang membuat separuh ingatannya hilang, kami udah tau tentang itu. tapi dokter bilang kemungkinan kankernya bisa sembuh dengan makan obat2an.”
Sang Seok: “Setelah itu, apakah kalian memeriksanya lagi?”
Ji Mun: “Gak. Jun Ki gak suka rumah sakit. Dia gak pernah mau menginjakkan kakinya ke rumah sakit. Aku benar2 khawatir, tapi dengan alasan membantu ingatannya pulih, kami menambah dosis obat2annya.”
Sang Seok: “Tapi kepalanya lebih sering pusing dibanding sebelumnya.”
Ji Mun: “Apakah kau bisa membujuknya ke rumah sakit?”
Sang Seok: “Tapi… bukankah itu sama ajah dengan kita menghancurkan impiannya? Jun Ki… kalo dia tau ini… apakah dia akan tetap sama kayak Jun Ki yang kita kenal?”
Ji Mun: “Sang Seok, dia adalah anakmu. Kaulah yang bisa menentukan, mana yang terbaik untuknya.”
***
omg....junki terkena kanker otak....kasihan sekali dy...dan pasti sangat sdih banget ituklo junki dan teman2 nya smpe tw klo dy kena kanker otak...trmasuk stella....
ReplyDeletekenapa ga melakukan operasi aja ya >>sok tau deh lu>>