Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 18 January 2012

No Other The Story chapter 14

No Other The Story
Chapter 14

HANGENG’S DIARY
CHAPTER 14
YOU 2
SUB DIARY: SIWON’S

                Aku senang dengan keadaan restoran sekarang. Setelah dua tahun restoran dibuka, usaha kami terlihat maju. Kupikir ada baiknya mama ke Beijing dan membantu baba disana saja, karena aku yakin aku bisa menjaga restoran ini dengan baik. Dengan 8 pelayan saja, sekarang aku tidak perlu khawatir kekurangan tenaga. Apalagi dengan hadirnya Meifen. Ternyata dia sangat cekatan bekerja disini. Selain insidennya dengan Wonnie waktu itu, sejauh ini kinerjanya baik.

                “Oppa… Donghae oppa, Zhoumi oppa dan kedua temanku datang.”

                Aku menoleh dan melihat wajah Meifen di lubang kecil tempat kami menyorongkan pesanan.

                “Oh… mereka datang! Oke, aku akan keluar,” kataku.

                Aku memerintahkan teman kokiku untuk melanjutkan masakanku, lalu keluar dapur. Di meja untuk berenam, duduklah kedua sahabatku, Hae dan Mimi, lalu Xili, dan seorang gadis imut lain yang tidak kukenal. Aku menghampiri mereka.

                “Hyung!!!” panggil Hae bersemangat.
                “Tumben kalian keluar bersama begini. Lagi santai?”
                “Iya, hyung. Ah ya, kami kenalkan ini satu-satunya gadis yang belum dikenal hyung yang tinggal di apartemen kami. Mai Yifang. Dia seumuran dengan Wookie.”
                Aku menyambut uluran tangan si gadis berwajah imut yang kukira masih anak High School dan ternyata aku salah perkiraan, “Hangeng. Senang mengenalmu.”
                “Mai Yifang,” ucapnya dengan suaranya yang juga imut.
                “Tunggu. Rasanya aku pernah mendengar suaramu dimana deh.”
                Mimi tertawa, “dengar partner siaran Hyuk? Yifang inilah si May.”
                “Hah? Apa? Wuah… hebat. Rupanya begitu. Kau announcer. Keren. Hangul-mu sangat lancar.”
                “Aku harus belajar mati-matian koq, oppa,” ujarnya merendah.
                “Tapi kau hebat. Xili, bagaimana dengan tes masuk ke Inha University-nya?”
                “Ah, aku diterima disana, oppa. Gomawo untuk perhatiannya,” jawab Xili, tersenyum, terlihat cantik.
                “Baguslah kalau begitu.”
                “Hei hyung, mau tidak besok tutup resto sehari? Kami berencana panjat gunung nih,” ajak Donghae.
                “Wah, sudah lama juga sih kita tidak ngumpul begitu. Apa semuanya mau ikut?”
                “Yang di apartemen semua sudah mau, Henry dan Hyuk juga ikut. Oh ya, Wonnie juga.”
                “Wow, seru sekali. Boleh saja sih.”
                “Tapi tidak tau Heechul hyung mau ikut tidak. Wonnie sih bilang boleh saja kalau salon tutup sehari besok,” ujar Mimi.
                “Meifen, kesini dong.”

                Meifen langsung datang setelah kupanggil.

                “Ya, oppa?” tanyanya.
                “Besok kau ikut kami panjat gunung kalau begitu. Kita libur sehari.”
                “Hah? Benarkah? Wah… sepertinya asyik.”
                “Pastinya asyik dong. Mudah-mudahan saja Manshi juga bisa ikut,” celetuk Yifang.

                Donghae sedang memaparkan rencana ke gunung ketika sebuah SMS masuk ke ponselku. Aku melihat wajah dan nama Heechul hyung di layar ponselku. Aku membaca SMS-nya, rupanya dia memesan paket makan siang untuk karyawannya hari ini.

                “Ah, ini Heechul hyung memesan paket makanan. Biar aku saja yang antar sekalian aku Tanya apa dia mau ikut kita panjat gunung besok,” usulku.
                “Ah, bagus juga tuh usulnya hyung,” kata Donghae setuju.
                “Nah, kalian baik-baik tunggu aku disini yah. Aku pergi dulu.”
                “Eh… itu…”

                Aku yang tadinya sudah berdiri sekarang memandangi Xili.

                “Aku… boleh ikut oppa? Aku bisa membantu oppa… sekalian melihat salon tempatnya Manshi bekerja,” pinta Xili.

                Aku melihat Yifang dan Meifen, juga Donghae memandangi Xili. Xili sekarang menundukkan kepalanya.

                “Kalau membantu Hangeng oppa, seharusnya aku dong,” kata Meifen.
                “Ah tidak, Meifen, kau dibutuhkan di resto,” tolakku.
                “Ehm… apa Yifang onnie mau ikut juga?” Tanya Xili, nada yang dikeluarkannya agak aneh.

                Yifang mempertimbangkannya cukup lama sebelum menjawab, “tidak, mei. Onnie lapar. Onnie kepingin makan saja disini.”

                “Ya sudah, Xili, kau boleh ikut. Nanti kusuruh yang lain memasakkan menu kalian yah,” ucapku memutuskan.
                “Oke hyung!” ujar Mimi.

                Menyiapkan paket makanan untuk 10 orang di salon tidak butuh waktu lama, hanya 20 menit, lalu aku memasukkan semuanya ke mobil Mercedez hitam hasil keuntunganku dari restoran ini. Xili juga ikut mengangkut beberapa paket. Sesudah semuanya masuk, aku membukakan pintu untuknya.

                “Gomawo oppa,” katanya lalu masuk dalam mobil.

                Aku juga masuk dan mulai mengendarai Mercedez-ku. Salonnya Heechul hyung tidak begitu jauh, kira-kira hanya memakan waktu 15 menit perjalanan.

                “Oh ya, Xili, sudah terbiasa dengan kehidupan di Seoul?” tanyaku, menoleh padanya.
                “Sudah lumayan sih, oppa, Cuma aku masih belum berani keluar sendirian. Kadang-kadang Yifang onnie menemaniku keluar, tapi Cuma akhir pekan saja, kalau hari lainnya dia sibuk dengan laptopnya.”
                “Sayang ya sekarang Meifen juga sibuk. Aku juga tidak bisa menemanimu, aku selalu di resto. Kurasa anak-anak apartemen semuanya sibuk?”
                “Iya, oppa. Tapi kadang-kadang Donghae oppa juga mengajakku keluar.”
                “Hae? Oh, baguslah kalau begitu. Tadi kalian ada sebut Manshi. Dia siapa sih? Kerja dengan Heechul hyung?”
                “Iya, dia juga sahabat kami, tapi sudah tinggal lebih lama di Seoul. Dia jadi Make Over Leader di salon itu, oppa.”
                “Wah, hebat dong jadi Leader. Soalnya Heechul hyung termasuk sangat selektif untuk memilih orang masuk di salonnya. Ah… ini dia salonnya.”

                Aku melihat beberapa mobil dan motor yang diparkir di areal parkir SHe Salon. Sepertinya walaupun baru dibuka belum sampai dua bulan, salon ini sudah ramai. Seperti biasa, usaha Wonnie tidak pernah ada yang gagal, apalagi dia pintar memilih Heechul hyung sebagai GM disini. Heechul hyung sangat cocok di bidang ini. Aku juga memarkir mobilku di areal yang masih kosong.

                “Xili, bisa bantu ambilkan beberapa? Nanti tunggu saja di dalam ya.”

                Xili mengangguk dan ikut denganku mengambil paket di bagasi mobil. Dia mengangkut sekaligus tiga paket, aku mengambil lima. Kami sama-sama memasuki salon yang ramai, beberapa dicuci rambutnya, ada yang gunting rambut, keriting, rebonding, ada yang duduk mengantri, ramai sekali.

                “Kita ke tempatnya Heechul hyung yuk.”

                Xili mengikutiku memasuki salon ke bagian dalam ke ruangannya Heechul hyung. Pada saat itu kami melewati sebuah ruangan di sebelah kanan kami, ruangan luas yang berplakat Make Over Section. Pintunya kebetulan terbuka. Aku bisa melihat ada dua orang pelanggan disana, lalu ada tiga gadis yang sepertinya pegawai salon sedang melakukan perawatan pada kedua orang itu, dan ada satu lagi gadis yang membelakangi pintu, memandangi mereka semua bekerja.

                “Manshi!”

                Gadis yang membelakangi pintu itu menoleh. Meski badannya agak gemuk, tapi dia lumayan tinggi dan selera fashion-nya luar biasa uniq dan bagus. Kombinasi pakaian dan aksesoris yang tidak biasa, yang rasanya hanya akan kulihat dipakai Heechul hyung kalau dia menyamar sebagai gadis. Dia tersenyum dan menghampiri kami.

                “Xili! Sudah lama tidak melihatmu! Kau bawa apa itu? Wangi sekali! Makanan? Kau sekarang kerja di resto?” tanyanya nyaris dalam satu tarikan nafas.
                “Aku juga kangen padamu! Iya, ini makanan, dipesan oleh Heechul oppa, kan? Bukan aku yang kerja di resto, tapi malah si Aqian. Aku hanya membantu Hangeng oppa.”
                “Hangeng oppa?”
                “Iya. Ini dia yang namanya Hangeng oppa. Dia pemilik resto ZhongHan House yang di dekat apartemen kita itu lho.”

                Saat itu aku baru sadar. Aku pernah melihat gadis ini. Bukan hanya melihatnya, tapi aku pernah mengenalnya. Walau itu sepuluh tahun yang lalu, dia nyaris tidak berubah. Wajahnya masih sebulat ini, dan selera fashion ini sebenarnya sudah terbentuk dari saat itu. Dia teman bermainku di lapangan tempat anak-anak berkumpul tidak jauh dari rumahku. Hanya saja, aku lupa namanya.

                “Hangeng? Hei! Rupanya kau pemilik resto itu! Aku pernah sekali dua kali ke resto itu, tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu yah?”
                “Ehm… Manshi? Ini benar-benar kau? Yang dulu main di lapangan itu, kan?” tanyaku setengah tak percaya.
                “Iya! Ini aku! Ya ampun, rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu, ya! Kau berubah banyak, Geng! Jadi sangat tampan! Meskipun dulu kau sudah tampan sih sebenarnya!”
                “Kau pernah ke restoku? Aku jadi koki disana, jadi aku jarang keluar. Kau tetap uniq seperti dulu yah!”
                “Bilang saja aku tetap gemuk seperti dulu. Jangan sungkan begitu.”
                “Aku tidak bilang kau gemuk lho.”

                Kami tertawa bersama. Aku ingat sekali dulu sering dijahili si Manshi ini, meski umurnya lebih muda dariku. Dan sejak dulu, dialah satu-satunya anak yang lebih muda dariku yang tidak memanggilku dengan sebutan gege. Makanya aku selalu mengingatnya.

                “Kalian… saling kenal?” Tanya Xili kebingungan.
                “Iya. Kami dulu teman bermain lho, Xili, di Beijing. Sebelum kau pindah ke Seoul, mungkin, Geng?” Tanya Manshi padaku.
                “Iya. Tapi sekarang babaku sudah kembali ke Beijing lho, buka resto cabang disana,” jawabku.
                “Hei… kalian malah mengobrol disini ya. Yang dua mengantarkan makanan, yang satu pegawaiku malah asyik mengobrol. Bagus yah.”

                Kami menoleh bersama, melihat Heechul hyung melipat kedua tangannya di dada, memandangi kami sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Hari ini rambut agak panjangnya dibiarkan terurai, dan sepertinya dia baru saja mem-blow rambut pirangnya itu.

                “Hahaha… mianhae, oppa,” kata Manshi, tapi jelas tidak ada nada menyesal dalam suaranya.
                “Kau belum pernah kubunuh sepertinya. Ngomong-ngomong, kalian benar-benar teman sepermainan waktu kecil, begitu?” Tanya Heechul hyung.
                “Iya. Ternyata Seoul kecil sekali yah. Atau memang berjodoh, jadi bertemu lagi?” tebakku, sedikit terpana.
                “Dunia ini memang aneh, seperti sudah ada yang mengatur. Ngomong-ngomong paket itu dimasukkan ke kantorku dulu deh. Aku sudah lapar tau.”
                “Hahaha… mianhae, hyung. Ayo, Xili.”

                Kami memasukkan paket makanan ke dalam kantor Heechul hyung yang tertata rapi, lalu kupinta Xili untuk menungguku saja disana sementara aku mengambilkan sisa dua paket lagi di mobil. Begitu semua paket sudah di kantor Heechul hyung, dia menyuruh semua pegawai untuk beristirahat sejenak, menikmati waktu makan siang.

                “Oh ya hyung, besok Hae dan Mimi ada usul untuk panjat gunung. Katanya semua anak apartemen ikut, Henry, Hyuk dan Wonnie juga ikut. Hyung mau tutup salon? Wonnie sudah memberi izin sih.”

                Heechul hyung mendongakkan kepalanya dari makan siangnya, menelan makanannya lalu sibuk berpikir.

                “Kau juga ikut, Geng?” tanyanya.
                “Ya. Aku juga menutup resto.”
                “Hmm… boleh juga sih kalau begitu. Kau ikut kan, Manshi?”
                “Panjat gunung? Tentu aku mau ikut!” jawab Manshi.
                “Asyik. Kita bisa berkumpul lagi. Yifang onnie dan Aqian juga ikut lho, Manshi,” kata Xili.
                “Baguslah kalau begitu. Hae bilang besok jam 7 pagi kita bertemu di depan restoku,” ucapku.
                “Oke, aku akan kesitu,” setuju Heechul hyung.

                Setelah mengobrol lagi selama 15 menit, aku dan Xili-pun pulang. Aku pernah mengira Xili sulit diajak bicara atau dia pendiam, tapi ternyata perkiraan aku itu salah. Xili gampang diajak bicara, dan kelihatannya dia sama cerianya seperti Manshi. Punya teman-teman baru memang selalu membuatku bersemangat, juga bertemu kembali dengan sahabatku yang lama membuatku lebih senang lagi. Mudah-mudahan persahabatan kami juga bisa semakin erat. Semakin ramai, semakin menyenangkan, kan?

没有什么能够改变我爱你的自由
Nothing can change my rights to love you
我只想握你的手,和你分享所有美梦
I want to hold your hands and share all the dreams with you
想要陪伴着你, 在你孤单时候
I wish to stay with you in times you are lonely
擦掉你的眼泪,付出我的
Wiping your tears with my tenderness
不管有什么我也不感觉寂寞
No matter what, I won’t feel lonely
没有你等于永远偏离了重心
Without you is the same as moving away from the heart forever
让我这样捧着你,在你手中
Let me hold you in your hands
让我望着你看着你爱着你的笑容
Let me hope for, look at, love, your smile
我会让你,只要我,只为我而
I will make you wish for me, cry for me

Dear Diary,

            Apa juga kubilang, kan? Kehadiran Yifang, Xili, dan si gadis menyebalkan Meifen sepertinya agak mencurigakan. Tiba-tiba bilang tersesat di Seoul dan muncul di depan apartemen KRYSD, apalagi mereka tidak mengenal KRYSD, rasanya agak aneh. Si Yifang bekerja di toko music, tidak mungkin tak mengenal mereka. Ketika mendengar ceritanya dari Hangeng hyung, aku sudah merasa curiga.

            Rupanya benar kan, kemarin Hangeng hyung cerita denganku, katanya Kibummie tak sengaja mengetahui semuanya. Pada malam sebelumnya, Kibummie ingin mengambil pakaiannya yang dipinjam Hae di kamarnya Hae, dan waktu itu dia melihat Yifang ketiduran di mejanya Hae. Dia memindahkan Yifang ke ranjangnya Leeteuk hyung, lalu menyadari laptop Yifang masih dalam keadaan menyala. Kibummie bermaksud mematikannya, tapi rupanya dia dikejutkan oleh lembaran Microsoft Word yang terbuka di laptop itu. Isinya curhatan Yifang. Kurang lebih sih dia menulis dia khawatir apa tanggapan kami semua kalau kami tau mereka sengaja datang ke Seoul untuk tinggal bersama KRYSD, melakukan semua kebohongan dan acting supaya kami percaya. Dia takut suatu hari kami mengetahui semuanya, apakah kami akan memaafkannya. Dia menyesal menyetujui dan menjalankan rencana iseng dari Xili. Kibummie yang melihat itu langsung memberitau Yesung hyung, yang rupanya langsung marah besar. Mereka semua langsung berkumpul, tanpa diketahui Yifang dan yang lainnya. Bahkan menurut Hangeng hyung, di antara mereka terjadi perdebatan. Leeteuk hyung dan Umin, mereka membela Yifang, dkk, karena menurut mereka, apapun motif di balik kedatangan mereka, sebenarnya merekapun tidak mengganggu KRYSD. Kyu dan Yesung hyung yang paling marah, mereka merasa dibohongi. Wookie, Hae, Mimi dan Kibummie memilih tak banyak bicara. Kalau opini Hangeng hyung sih, dia berada di posisi netral, karena katanya bagaimanapun mereka memang tidak mengganggu KRYSD, hanya saja menurutnya ada baiknya mereka tanyakan ini baik-baik pada Yifang, dkk, supaya mereka memang paham apa maksud sebenarnya di balik kedatangan mereka. Cih! Kalau aku sih sudah tau apa maksud mereka datang. Mereka kira bisa berakting dalam suatu drama, begitu, pura-pura tidak mengenal KRYSD, lalu mereka bisa bersahabat dengan KRYSD dan berharap salah satu atau semua personel KRYSD bisa jatuh cinta pada mereka karena mereka sudah tinggal lama bersama-sama dengan mereka. Jangan mimpi deh. Taktik seperti itu tidak akan berhasil. Dan jujur saja, aku tidak suka mereka sama sekali, apalagi semenjak tau hal ini. Aku sih tidak mau banyak ikut campur, toh semuanya tidak berhubungan langsung denganku dan bukan aku yang tinggal di apartemen.

            Plus lagi, aku membenci si gadis menyebalkan Meifen itu. Sepertinya dia masih ingat pertemuan pertama kami, dan masih berusaha seketus mungkin dalam setiap pertemuan kami. Aku berharap aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Melihat wajahnya selalu membuatku naik darah, entah mengapa aku benar-benar tidak menyukai sikap angkuhnya itu. Tapi Hangeng hyung selalu membelanya. Cih! Aku tidak peduli. Mungkin juga setelah ini nasib mereka tidak akan sebaik dulu ketika tinggal bersama KRYSD. Iya, kan?

Siwon (July)

1 comment:

  1. wah wah...marah besar itu siwon dan yesung nya...hahahaha...jangan marah2 nanti cepet tua wkwkwkwk :p

    ReplyDelete