Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 6 January 2012

No Other The Story chapter 12


No Other The Story
Chapter 12

DONGHAE’S DIARY
CHAPTER 12
MIRACLE 2
SUB DIARY: RYEOWOOK’S
               
                Aneh tapi nyata, itulah rasanya kehidupanku di apartemen sekarang. Dengan kedatangan Yifang, Xili dan Meifen, apartemen kami jadi berwarna. Tapi jujur saja, saat ini ada dua hal yang kupikirkan. Satu, aku heran mereka bertiga, termasuk teman mereka yang satu lagi yang mengaku sudah tinggal di Seoul selama setengah tahun, Manshi, tidak mengenal siapa kami sebenarnya. Yang kedua, aku khawatir tentang mereka tinggal di apartemen kami ini diketahui orang perusahaan kami. Karena kami seorang idola, jelas tidak ada boleh wanita yang tinggal di asrama kami. Tapi, aku ingin mereka disini. Selain tadi kataku, apartemen jadi ramai, Xili adalah salah satu alasan aku ingin mereka disini. Meskipun Yifang sangat enak diajak bicara, mungkin karena selisih umur kami yang Cuma satu tahun, aku merasa Xili adalah gadis yang berbeda. Tapi… entahlah. Aku sedikit was-was, berharap perusahaan tidak tau apa yang tengah kami lakukan.

                “Kita ada jadwal apa hari ini?” tanyaku sambil mengunyah nasi goreng yang jujur saja, meski aku lumayan sering makan, tetap saja terasa enak.
                “Tidak ada. Kau mau ikut kami tidak? Aku dan Wookie mau main bilyard,” ajak Yesung hyung.
                Aku menggelengkan kepalaku, “lagi tidak mood. Aku boleh pinjam laptop hyung tidak? Yifang dan Xili sepertinya masih tidur, aku tidak mau masuk kamar sana dulu.”
                “Boleh saja.”
                “Aku juga off hari ini. Aku pinjam laptopmu yah, Wookie,” pinta Leeteuk hyung.

                Yah, beginilah, semenjak Yifang dan Xili tidur di apartemen kami, aku dan Leeteuk hyung tidur di kamar Yesung hyung dan Wookie.

                “Boleh saja hyung,” kata Wookie.
                “Nah, aku sudah selesai makan. Aku ke kamarmu dulu hyung,” pamitku pada Yesung hyung dan yang lainnya.

                Aku mendengar mereka menggumam. Kutinggalkan piring kosongku, biasanya Wookie dan Yesung hyung yang akan mencucinya, dan aku masuk ke kamar Yesung hyung dan Wookie. Kamar mereka termasuk salah satu kamar yang rapi, maklum, Wookie tiap hari membereskan kamar ini, ada atau tidak ada jadwal. Aku melihat peliharaan Yesung hyung, tiga kura-kura pacific-nya mulai bergerak-gerak dalam aquarium yang diletakkan di antara ranjangnya dan ranjang Wookie. Aku mendekati aquarium itu dan memberi mereka makan. Setelah memandangi mereka yang mulai makan, aku menuju laptop Yesung hyung yang berwarna merah dan mulai main game online. Tapi jujur pikiranku sedang tidak disitu. Entah kenapa, aku merasa agak lesu, ingin keluar jalan-jalan, tapi tidak tau juga mau kemana. Entah sudah berapa lama aku duduk, Leeteuk hyung juga masuk kamar.

                “Hei Hae, kau kelihatan lesu. Kenapa tidak keluar jalan? Aku dan Heechul baru ada rencana keluar ke game center. Tadi juga ketemu Yifang, dia sudah bangun, aku mengajaknya keluar juga,” ajak Leeteuk hyung.
                “Ng… entahlah, aku tidak tau juga mau ngapain hyung. Apa hyung melihat Xili?” aku balik bertanya padanya.
                “Tidak. Yifang bilang dia sudah bangun. Mungkin selisih jalan sama kita yah, soalnya tadi aku sempat keluar sebentar mencari si ahjussi.”
                “Ooh…”
               
Ingin rasanya curhat dengan Leeteuk hyung soal kecurigaan yang terus mengganggu pikiranku, tapi karena Yifang ada di apartemen juga, aku takut dia tidak sengaja mendengar. Setelah beberapa kali nyaris mati, kupikir lebih baik aku keluar saja. Sayang juga kalau karakter game online-ku mati, soalnya levelnya sudah tinggi.
               
“Hyung, aku mau keluar jalan saja, mungkin ke restonya Hangeng hyung. Jam berapa hyung mau keluar?”
                “Tunggu Yifang siap. Mau pakai mobilku? Kami keluar dengan mobil Heechul.”
                “Oh, bolehlah hyung.”

Aku mengambil kunci Ford dari Leeteuk hyung dan keluar apartemen. Hangeng hyung buka restoran tidak jauh dari sini, dan aku sering di dapur membantunya memasak. Aku suka melihatnya memasak, sama seperti aku suka melihat Wookie memasak. Tapi ilmu memasakku tidak pernah bisa menyamai mereka. Ford Leeteuk hyung diparkir di basement apartemen, dan aku mengendarai si putih itu keluar. Sekejap saja aku sudah sampai di ZhongHan House. Seperti biasa, resto itu selalu ramai. Untung masih ada areal parkir yang tersisa untuk Ford ini.

“Halo, Donghae. Sedang santai hari ini?”

Aku langsung disambut senyum dan sapaan ramah dari mamanya Hangeng hyung yang berjaga di balik kasir. Hangeng hyung lumayan mirip mamanya, terutama rambut lurus dan matanya, khas Chinesse sekali. Aku balik tersenyum padanya.

“Iya, ayi. Hangeng hyung ada, kan?” tanyaku membalas sapaannya.
“Ya, dia sibuk di dapur,” jawabnya.
“Mianhae… aku… aku tidak bawa dompet…”
“Apa? Tapi nona, bagaimana Anda bisa membayar pesanan Anda?”

Rasanya aku mendengar suara gadis yang kukenal dan aku menoleh ke arah sumber suara itu. Ternyata aku benar-benar melihat Xili berdiri di dekat salah satu meja, sedang berbicara dengan seorang pelayan pria. Dia beberapa kali membungkukkan badannya. Lalu, Hangeng hyung keluar dari dapur, menghampiri Xili dan si pelayan.

“Ada apa?” tanyanya.
“Nona ini tidak bawa uang,” jawab si pelayan dengan tampang bingung.
“Mianhae… bagaimana kalau aku sekarang pulang ambil uangku? Aku tadi buru-buru dan lupa bawa dompet,” sesal Xili.

Ah, sekarang aku tau masalahnya. Aku langsung mendekati mereka bertiga.

“Aku saja yang bayarkan pesanan dia, hyung,” kataku.
Hangeng hyung langsung menoleh, “ah… kau rupanya, Hae. Eh… kau mau bayarkan pesanan gadis ini?”
“Iya. Dia temanku.”
“Ah, oke. Sebenarnya sih tadi kalau kau tidak datang aku juga tidak akan mempersulit gadis ini koq.”

Aku mengambil bill dari tangan si pelayan pria, melihat total bayarannya, mengeluarkan dompetku dan membayarnya.

“Sisanya untukmu.”
“Kamsahamnida, Lee Donghae-sshi,” ucap si pelayan pria sambil menundukkan kepalanya.

Aku tersenyum. Setelah itu pandanganku teralih pada Xili. Tampangnya kebingungan, memandangku dan memandang Hangeng hyung bergantian. Aku tersenyum sekali lagi.

“Ah ya, kebetulan sekali bisa ketemu kau disini, Xili. Seoul terlalu kecil rupanya. Hyung, ini Huang Xili, untuk beberapa alasan tertentu sekarang dia tinggal di apartemen kami, dia dari Guangzhou; dan Xili, ini Hangeng, koki sekaligus pemilik restoran ini.”

Rasanya perkenalanku sudah cukup jelas, tapi Xili masih memasang tampang bingung, kali ini memandangi Hangeng hyung. Hangeng hyung sudah menjulurkan tangannya.

“Kau… pemilik restoran ini?” Tanya Xili kebingungan.
“Iya. Sekali lagi perkenalan kalau begitu. Aku Hangeng,” ujar Hangeng hyung, tangannya masih terjulur.
“Tapi… katamu tadi kau koki utama.”
“Koki sekaligus pemilik sih.”
“Ooh… ooh begitu.”
“Kau tidak mau menyambut uluran tanganku?”
“Ah… mianhae. Aku Huang Xili. Tapi… bagaimana… Hangeng-sshi dan Donghae oppa bisa saling kenal? Hangeng-sshi orang Chinesse, kan?”
“Kami teman dari kecil, Xili,” aku yang menjawab.
“Ooh… begitu.”
“Kau bisa duduk sebentar menungguku, Xili? Aku mau ke dapur dengan Hangeng hyung.”
“Ehm… oke.”
“Dan untuk ke depannya kau boleh memanggilku gege atau oppa, seperti kau memanggil Hae. Kita sekarang sudah teman juga,” pinta Hangeng hyung ramah.
“Baiklah.”

Aku menarik Hangeng hyung ke dapur, meninggalkan Xili yang kelihatannya masih setengah bingung, duduk kembali di mejanya.

“Bagaimana apartemen kalian sekarang menerima gadis?”
“Sebenarnya ini ide Leeteuk hyung. Waktu itu mereka datang karena tersasar, salah satu dari mereka sakit, jadi Leeteuk hyung pikir tidak apa-apa menolong mereka. Lagipula, mereka tidak tau identitas kami,” jawabku, “oh ya, yang kumaksud mereka adalah Xili dan dua temannya, semuanya gadis.”
“Tidak tau identitas kalian? Mana mungkin!!! Apa mereka datang dari kutub selatan? Padahal katamu mereka orang Guangzhou?”
“Aku juga agak heran sih, tapi memang begitu kenyataannya, hyung.”
“Tapi kalian sudah terbiasa dan akrab dengan mereka?”
“Ya. Kalau ada waktu luang datang main ke apartemen kami deh hyung, biar bisa lebih akrab dengan mereka. Yang namanya Yifang malah enak diajak ngobrol. Hangul mereka semua bagus lho.”
“Oke deh, aku akan ke tempat kalian kapan-kapan.”
“Hyung, aku pesan menu biasa yah. Aku akan ngobrol dengan Xili.”
“Ya. Kau tunggu saja yah.”

Aku tersenyum dan menepuk bahu Hangeng hyung. Aku keluar dapur dan duduk di samping Xili.

“Koq kau bisa kesini, Xili?”
“Ah, tadi aku Cuma jalan-jalan, tapi mencium bau yang enak dari resto ini, jadi aku masuk. Tapi aku tidak bawa dompet, benar-benar memalukan. Kalau tidak ada Donghae oppa aku tidak tau mau bagaimana tadi,” curhat Xili, pipinya kemerahan.
“Hangeng hyung pasti akan memberikanmu gratisan juga koq. Dia sangat baik, jadi kau tidak perlu khawatir.”
“Aku tidak menyangka kalian ternyata bersahabat.”
“Kau tidak tau, Xili, kami sebenarnya bersahabat antar 15 orang. Yah, 8 di antaranya itu di apartemen, dan kau juga sudah kenal Heechul hyung dan Hangeng hyung.”
“15? Bagaimana bisa sebanyak itu?”
“Ada yang kenal dari sekolah, ada yang tetangga, pokoknya panjang sejarahnya. Rata-rata kami sudah bersahabat 8-10 tahun.”
“Wow… keren. Kapan aku bisa berkenalan dengan mereka semua, oppa?”
“Ada kalanya kami ngumpul bareng, tapi karena sekarang kebanyakan sibuk dengan aktivitas masing-masing, jadi tidak tau kapan ada rencana ngumpul lagi. Tapi aku yakin koq Xili bisa kenalan sama mereka semua,” jawabku, “kalian mau lama kan di Seoul?”
“Nah, pesananmu, Hae,” kata Hangeng hyung yang datang membawa tiga piring makanan dan dua mangkuk nasi.
“Wuah… padahal aku baru makan, tau-tau aku lapar lagi. Hyung tidak mau makan dengan kami?”
“Tidak bisa sekarang, soalnya resto ramai. Kalian makan dan ngobrol saja yang tenang yah.”
“Gomawo hyung.”

Hangeng hyung tersenyum pada kami sebelum kembali ke dapur.

“Iya, kami mau lama di Seoul. Yifang onnie dan Manshi mau cari kerja, aku dan Aqian mau kuliah,” jawab Xili.
“Aqian? Maksudmu Meifen?”
“Eh… iya. Kami sudah biasa memanggilnya begitu.”
“Ooh… hmm… Manshi sudah dapat kerja, kan? Kata Heechul hyung, dia menawarinya training di salonnya di bagian Make Over. Kalau tidak salah Senin ini trainingnya dimulai.”
“Oh ya? Manshi belum ngomong. Tapi baguslah kalau begitu, mudah-mudahan dia diterima. Dia ada skill make over koq.”
“Iya. Aku lihat Yifang berubah. Dan soal Yifang, apa dia tertarik jadi announcer yah? Soalnya temanku bilang di radio tempatnya kerja ada lowongan.”
“Mungkin saja, oppa. Soalnya Yifang onnie dulu juga kerja di toko music, jadi kupikir dia cukup tertarik di dunia yang ada hubungannya sama music kan?”

Aku menelan daging sapi yang kupesan dengan susah payah. Yifang bekerja di toko music? Kalau begitu ini semakin membuatku curiga. Tidak mungkin mereka tidak mengenal kami!

“Donghae oppa? Oppa?”
“Ooh… oooh mianhae. Ehm… mungkin Leeteuk hyung yang akan memberi tau Yifang nanti. Dan Xili mau kuliah? Sudah dapat universitas?”
“Belum. Itulah masalahnya, oppa. Aku tidak tau mau masuk kampus apa yang bagus.”
“Mungkin aku bisa membantumu. Kau tertarik di jurusan apa? Aku juga masih kuliah lho di Myongji University, jurusan seni tari, semester akhir.”
“Wow, oppa masih kuliah? Hmm… apa di universitas oppa ada jurusan bahasa dan sastra Korea? Aku tertarik dengan jurusan itu.”
“Wah, di universitasku tidak ada. Tapi kau bisa coba di Inha University. Kalau di jurusan itu, kalau tidak salah teman kami Henry juga akan ikut tes masuk ke universitas itu untuk jurusan yang sama denganmu,” jelasku, “tapi aku sih belum Tanya dia lagi. Itu sih keinginannya dua tahun kemarin. Dia High School di Kanada kemarin, dan kabarnya sudah pulang lagi ke Seoul.”
“Jadi aku bisa punya teman kalau aku ke Inha University?”
“Mungkin saja. Aku bisa tanyakan padanya nanti. Xili khawatir sendirian?”
“Ehm… sedikit, oppa. Soalnya aku juga baru pertama kali keluar Guangzhou.”
“Di Inha banyak temanku koq. Wookie, Mimi, Kibum, Umin, Kyu, itu kau sudah kenal semua, mereka juga di Inha. Meski beda jurusan, kau bisa berangkat kuliah dengan mereka kalau waktunya pas.”
“Ooh… baguslah. Apa tes masuknya susah, oppa?”
“Sedikit lebih sulit dari masuk universitasku, sih. Tapi kau Tanya-tanya saja pada mereka itu, siapa tau dapat bocoran soal tesnya.”
“Baiklah, aku akan Tanya mereka.”
“Kau ada rencana ngapain setelah ini, Xili?”
“Ehm… tidak tau juga, oppa. Oppa ketemu Yifang onnie?”
“Kata Leeteuk hyung, dia dan Heechul hyung mengajak Yifang ke game center.”
“Ooh…”
“Mau… ke bioskop? Nonton? Kalau tidak salah ada film Hollywood baru… kalau kau tertarik nonton.”
“Film action?”
“Kau suka film action?”
“Action boleh, romance boleh sih, oppa.”
“Kita bisa pilih nanti. Kalau begitu… sekarang kita pergi?”
“Boleh saja. Tapi… ehm… apa tidak apa-apa kita keluar berdua?”
“Xili tidak mau keluar berdua denganku?”
“Bukan itu sih maksudku. Tapi… apa oppa tidak masalah? Maksudku…”
“Aku tidak punya pacar, Xili, jadi kupikir tidak ada masalah.”
“Ehm… oke.”

Ide yang bagus juga mengajak Xili keluar. Dia gadis yang menyenangkan, meski kadang agak pendiam. Tapi aku benar tentangnya, dia gadis yang berbeda dari gadis-gadis biasanya. Dia membuatku nyaman bersamanya. Mudah-mudahan… ini pertanda yang baik.

我对你的诺言
My promise to you
是我们一起牵手到永远
Is for us to hold hands until forever
无论千年万年
No matter thousand years or ten thousand years
无论天涯海角 都会与你相恋
No mater where in the world, I would fall in love with you
好象新鲜氧气
Like fresh oxygen
我离不开你
I can't leave you
I love you baby, and i'm never gonna stop

Dear Diary,
Aku merasa aneh. Jujur aku tidak yakin Yifang dan yang lainnya itu benar-benar tidak mengenal kami sebagai KRYSD. Tapi aku tidak tau harus mengajak siapa untuk bertukar pikiran. Yesungie hyung, jelas tidak, karena sepertinya dia sangat percaya akhirnya ada juga gadis-gadis yang tidak mengenali kami, jadi dia sangat senang. Tapi lebih baik aku juga tidak terlalu memikirkannya. Bagiku mereka mengenalku atau tidak itu tidak penting, yang penting adalah aku dan mereka saling kenal dari kepribadian masing-masing, itu sudah cukup. Benar tidak, Diary?

Tadi Yifang pulang dari game center, sepertinya dia cukup senang. Sayang sekali aku tidak ikut ke game center, karena terlanjur janji menemani Yesungie hyung main bilyard. Kurasa… ada baiknya suatu hari aku ajak Yifang keluar. Selama dia tidak tau aku siapa, itu masih aman, kan? Tapi… berapa lama lagi dia pasti akan tau identitas kami. Tadi aku menawarinya pekerjaan jadi announcer itu dan dia tertarik. Setelah itu dia pasti akan tau aku siapa. Dan apakah setelah itu hubungan kami akan berubah? Memang aku tidak banyak bicara dengannya, seperti dia bicara dengan Yesungie hyung atau Leeteuk hyung, tapi aku berharap… dia juga bisa menganggapku sama seperti mereka. Mungkinkah, Diary? Sepertinya aku memikirkannya… entah apa alasannya, akupun tak tau…

Ryeowook (June)


No comments:

Post a Comment