Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 30 December 2011

Another Vampire Story Prolog


Another Vampire Story
Prolog

Tahukah Anda, di balik dunia manusia, berjayalah dunia kegelapan. Namun dunia kegelapan itu tidak berarti dunia yang penuh dengan kejahatan. Dulu, ketika Lucifer sang raja setan memimpin dunia kegelapan, memang benar dunia itu penuh dengan kejahatan dan para penghuni dunia kegelapan sering memasuki dunia manusia dan menjadikan manusia mangsa mereka. Suatu ketika, tepatnya di tahun 1810, Clan Vampire yang sudah tidak tahan dengan kekejaman Lucifer mengadakan kudeta di seluruh dunia kegelapan. Satu persatu kerajaan Lucifer runtuh… yang pertama Rumania, disusul Italia, Inggris, Amerika, China, Korea dan disusul daerah lainnya. Lucifer menyembunyikan diri di tempat yang tidak diketahuinya. Sejak Clan Vampire memimpin, rakyat dunia kegelapan lebih tertib… Rakyat yang mengincar manusia secara fisik tidak boleh melewati perbatasan antar dunia, tapi mereka (terutama rakyat dari Clan Devil) boleh memangsa manusia secara mental, disini dalam arti jika manusia tersebut tidak cukup kuat imannya dan tergoda bisikan setan, itu adalah kesalahan mereka sendiri. Hingga saat ini, dunia kegelapan masih dalam keadaan damai… namun siapa yang bisa menjamin, apakah Lucifer tidak mengincar kesempatan untuk kembali ke tahtanya? Tidak… tidak ada siapapun yang tau…

May's Christmas Present chapter 3


May’s Christmas Present
Chapter 3

May mengambil kado berikutnya.

“Itu untuk Stella,” kata Rupert.
“Stella… Stella mei-mei? Rupert, Rufus, cepat! Aku nggak mau dia mengganggu mei-mei ku!” desak May.

May masuk ke kamar Stella lewat jendela. Benar seperti yang dikatakan Rupert dan Rufus, si iblis sudah menunggu May.

“May, jangan sampai dia menyerang Stella ataupun kadonya! Kalau nggak, semua kado dan cerita tentang Santa akan menghilang untuk selamanya!” Rufus memperingatkan.

May meletakkan kadonya di kaki ranjang Stella yang sedang tertidur, dan berdiri di antara si iblis dan ranjang Stella.

“Nggak akan kubiarkan kamu menyentuhnya!”
“Dan aku semakin semangat bermain-main denganmu, May!” kata si iblis, tertawa keji.

Si iblis mengacungkan trisulanya dengan bersemangat. May menghindar, tapi si iblis lebih cepat.

“Aduh!!!!!!” teriak May.

May merasakan sesuatu yang hangat mengalir keluar lengan kirinya. Darah.

“Aaaah… darah yang segar. Darah anak-anak yang baik selalu segar dan membuatku haus.”

Sekali lagi si iblis menyerang, kali ini dia menusuk kaki kiri May.

“AAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH!” May berlutut menahan perih di kakinya.
“Dan anak manis ini jadi milikku…” bisik si iblis, mendekati Stella.
“Jangan sentuh dia!!! Holy Ring!”

Lingkaran putih keluar dari tongkat May, mengenai mata di dahi si iblis dengan telak.

“Aaaaaaaah!!!!!”

Si iblis hancur menjadi abu, dan seketika abu itu menghilang. Stella mulai bergerak-gerak. May bangkit…

“Hmm? Siapa?” tanya Stella, melihat jendelanya terbuka.

Stella beralih ke kado yang diletakkan di bawah kaki ranjangnya. Dia membuka kadonya. Pohon natal mini. Dia membaca kartunya.

Dear Stella,
kamu anak yang baik
selama kamu menyalakan lampu di pohon natal ini
semua orang yang ada di sekitarmu, semua yang berinteraksi denganmu
akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan
Regards, Santa Claus

“Santa… yang barusan Santa kah? Kenapa suaranya… suara cewek?”

***

“May, kamu masih bisa melanjutkan?” tanya Rupert, khawatir melihat darah yang keluar dari luka May.

Tangan kiri May terluka, begitu juga paha kirinya dan telapak kaki kanannya.

“Tinggal… satu lagi… kan? Aku akan… menyelesaikannya…” tegas May, merasakan perih yang sangat pada tangannya.
“Tinggal sepuluh menit lagi. Tolong cepat,” pesan Rufus.

May bahkan lupa apa yang ditulisnya, karena pikirannya tidak lagi bekerja dengan normal, begitu juga matanya yang mulai berkunang-kunang. Dia hanya ingat dia harus melompati cerobong asap lagi. May melompat dengan lemah, badannya sakit sekali saat menyentuh dasar cerobong. May berjalan tertatih-tatih menuju kamar seseorang, yang dia tidak ingat namanya. Dia membuka pintu kamar, menemukan pohon natal kecil. Matanya baru fokus dan indranya baru bekerja dengan baik saat melihat siapa yang tertidur di ranjang: Da Dong.

“Da Dong…” bisik May lemah.

May terjatuh, tangan kanannya tetap memegang kado Da Dong. Da Dong bergerak, May terlalu lemah untuk berlari menjauh… Da Dong bangun dan melihat May.

***

Siapa dia? Kenapa dia mengenakan pakaian Santa? Dia cewek… tapi kenapa dia menjadi Santa?

Da Dong bergerak mendekati May. Dia baru menyadari tangan dan kaki May penuh darah. Da Dong berlutut di hadapan May, menyibakkan rambut yang menutupi wajah May dengan lembut dan memandang wajahnya dengan seksama.

Aku… pernah melihatnya… dia…

Seketika air mata merebak dari mata May, May menangis terisak.

“Zen me la? Ni mei shi ma? (kenapa? Kamu nggak apa-apa?)”
“Wo… (aku…)”
“Hen tong ma? Rang wo bang ni… (Sakitkah? Biarkan aku membantumu…)”
“Bu yong le. Ni yi jian dao wo le. Santa shuo, wo bu ying gai gen ren he ren jian mian. Wo pa... wo hao pa… (nggak berguna. Kamu sudah bertemu denganku. Kata Santa, aku seharusnya nggak boleh ketemu dengan seorangpun. Aku takut… sangat takut…)”
“Bu yong pa. zhe li you wo… (jangan takut. Di sini ada aku…)”
“May, cepat!”

Da Dong menoleh dan terkejut melihat kereta rusa, dengan rusa paling depan yang berbicara. Suara si rusa seperti anak kecil. May terisak dan membuka bungkus kado Da Dong yang berwarna hijau. May mengeluarkan topi dan memakaikannya ke kepala Da Dong.

“Wo… hen gao xing… hui gen ni jian mian… (aku… bahagia sekali… bisa bertemu denganmu…)”

Da Dong menyadarinya. Menyadari gadis di hadapannya ini…

“Zai meng li… wo zai meng li… yi jing jian dao ni… (di mimpi… aku di mimpi… sudah bertemu denganmu…)”
“Zen de ma? (benarkah?)”
“Bu yao li kai wo, qiu ni… bu yao li kai wo… wo ai shang le ni! (jangan tinggalkan aku, kumohon, jangan tinggalkan aku… aku mencintaimu!)”

Da Dong memeluk May yang masih terus menangis. Selewat beberapa menit, Da Dong melepaskan pelukannya, menarik wajah May mendekati wajahnya… dan… May menghilang. Da Dong memeluk udara kosong. Da Dong merasakan kesedihan yang teramat sangat di dalam hatinya. Dia mulai menangis. Dan Da Dong meraih kartu yang tergeletak di dekat bungkusan kadonya…

***

“Hmm?”
“May…”
“Santa? Apa ini? Silau sekali…”
“Tidurlah, May. Terima kasih atas bantuanmu. Kamu anak baik… kamu akan mendapatkan kado yang paling kamu inginkan…”
“Aku… boleh tidur?”
“Tidurlah… dan semua rasa sakitmu akan hilang… tidurlah, May… sampai ketemu lagi…”

***

May terbangun.

Apakah yang semalam itu Cuma mimpi?

May bangkit dan berjalan menuju cermin. Dia masih mengenakan pakaian Santa, tapi pakaiannya bersih sekali. Dia melihat ke lengan dan kakinya, tidak ada luka. May tersenyum, tapi seketika dia ingat Da Dong. May duduk dengan lesu di ranjangnya.

Da Dong… aku ingin tahu lebih banyak… apakah benar… dia melihatku dalam mimpinya? Dan dia mencintaiku?

May baru menyadari ada kado berwarna ungu diletakkan di sebelah kaos kaki di mejanya. May meraihnya. Kado itu kecil sekali. May membuka kado itu perlahan. Sesuatu yang kecil jatuh ke pangkuannya. Gantungan handphone, dengan inisial DD. Masih belum paham maknanya, serpihan-serpihan kecil berwarna pink muncul dari kotak kado. May meraih serpihan-serpihan itu, dan di tangan May, serpihan itu bersatu, membentuk hati berwarna pink… May menangis… dan mulai paham isi kado ini…

***

Dear Da Dong,
ini tulisan May
aku menyuruh May yang menuliskannya
dan dia mengantarkan kado itu untukmu
di topimu, ada inisial MF kan?
Itu inisial May…
Dan aku sudah memberikan May untukmu, dengan mempertemukan kalian…
Kalian akan segera bertemu lagi…
Semua itu hanya awal…
Dan cinta kalian berdua, adalah kado terbaik untuk kalian berdua
Regards, Santa Claus

********************

Merry Christmas o^0^o

(When Our Dreams Come True) The Unfulfilled Promises chapter 6

When Our Dreams Come True
The Unfulfilled Promises
Chapter 6

Pesta barbeque diadakan di rumah Stella mulai jam 2 siang di hari Minggu. Kesembilan sahabat plus Han ahjussi berkumpul. Lao Ou juga diajak Stella nimbrung dalam keramaian ini. Han ahjussi membeli jagung dan sosis untuk dipanggang bersama. Tapi toh kebanyakan Lao Ou yang memanggang dan Han ahjussi yang makan XDD

Stella: “Mwo” 0.0
Jun Ki: “Hyung akan SMP di Guang Zhou?” 0.0
Aaron: “Ye.” ^^
Je Woo: “Kita akan kangen pada oppa.” ><
Aaron: “Gapapa… kita akan tetap berhubungan, okey?”
Hyo Kyung: “Kalo udah jadi pianis terkenal, hyung jangan melupakan kami yah.” ><
Aaron: “Beres. Untuk ke depannya kau yang jadi ketua kelompok yah, Hyo Kyung. Kau kan yang paling besar.” XDD
Hyo Kyung: “Beres hyung!”

Aaron memandang Mugung yang diam ajah, tanpa reaksi.

***

Hari2 berlalu. Stella yang tadinya merasa kesepian udah merasa terbiasa jarang bermain bersama teman-temannya. Tapi mereka semua berkumpul ke rumah Stella tiap hari Minggu. Menjelang ujian akhir, anak2 belajar giat, terutama Aaron. Dan saat2 yang dinantikanpun tiba. Jun Ki, Mugung dan Stella menjadi juara umum dari peringkat 1-3 di kelas 3, sedangkan Aaron memperoleh nilai terbaik di sekolah, terbaik di seluruh SD di Seoul, nomor 8 di seluruh SD di Korea dan nomor 5, untuk ujian masuk SMP tujuannya. Han ahjussi bangga dan senang luar biasa dengan prestasi anaknya. Dan Stella, merasa berat untuk berpisah dengan Aaron yang udah dianggap oppanya, berharap hari kepergian Aaron gak kunjung datang >< Tapi hari itu tiba juga. Sahabat2 Aaron termasuk Stella mengantar kepergian Aaron di airport. Aaron memandangi sahabat2 kecilnya. Hyo Kyung udah lebih dewasa dibandingkan sebelumnya, Eun Jin-Je Woo-Sang Hee, ketiganya menangis berpelukan melepas kepergian Aaron, Yong Hee tersenyum, berharap Aaron pergi juga dengan senyuman, Jun Ki memeluk Aaron, Stella matanya berkaca-kaca dan menggenggam tangan Mugung, yang seperti biasa, diam tanpa reaksi yang berarti. Seakan kepergian Aaron gak memberinya pengaruh apa2.

Sang Hee: “Oppa… kami akan menghubungi hape oppa begitu kami dibelikan hape.” T.T
Aaron: “Ye. Minta pada Stella, ntar kalo oppa ganti nomor hape juga, oppa akan mengabari Stella.”
Yong Hee: “Liburan akan pulang kesini?”
Aaron: “Itu belum bisa kupastikan. Soalnya belajar disana akan sibuk sekali, aku juga akan mendalami ilmu piano selama yang aku bisa. Tapi aku akan usahakan pulang dan menengok kalian.” ^^
Jun Ki: “Hyung, jaga diri.”
Aaron: “Kau juga, Jun Ki. Dan jaga Stella, juga Mugung. Stella, jangan menangis…”
Stella: (mengusap air mata) “Anio… Stella akan mengantar oppa dengan senyuman terbaik Stella.” ^^
Aaron: “Baguslah.” ^^

Terdengar pengumuman bahwa pesawat yang akan dinaiki Aaron dan Han ahjussi akan segera tinggal landas.

Yong Jin: “Ayo, Yong Sun.”
Eun Jin: “Oppa, ahjussi, sampai bertemu.” ><

Aaron tersenyum manis dan melambai pada sahabat2nya. Dia berbalik dan menarik sendiri kopernya. Saat itu sosok Aaron terlihat benar2 remaja. Mugung seakan ingin berlari mengejarnya, tapi dia mengurungkan niatnya itu.

Jun Ki: “Mugung, kupikir hyung ingin mendengar kau mengucapkan sesuatu.”
Mugung: “Tapi segala yang ingin Mugung katakan udah Mugung sampaikan.”
Stella: “Benar2 gak ada yang lain? Ingat… gak tau kapan kita bisa bertemu dengannya lagi, Mugung.”

Mugung bimbang, sementara sosok Aaron berjalan makin jauh…

Mugung: “Yan Ya Lun!” *berteriak*

Aaron menoleh dan kaget begitu tau yang memanggilnya barusan adalah Mugung.

Aaron: “Xiao Mai?” ^^
Mugung: “Mugung… akan mengirim email padamu. Tunggu sampai Mugung beli hape yah.”
Aaron: “Aku akan menunggu.” ^^

Aaron melambai dan melangkah dengan lebih pasti. Mugung, entah mengapa, merasa lebih lega setelah mengatakan apa yang ingin disampaikannya. Setidaknya dia gak akan pernah menyesal…

***

Waktu berlalu cepat, bagaikan terbang. Anak2 kecil itu kini beranjak remaja. Hyo Kyung telah lulus dengan nilai pas2an XDDD tapi dia berhasil masuk SMP favoritnya, masih di Seoul. Kini Stella, yang sekelas dengan Mugung dan terpisah dari Jun Ki dan yang lainnya, kelas 6 SD. Stella tumbuh menjadi gadis jangkung, Mugung, gak banyak perubahannya, paling Cuma bertambah 15 cm dari ukuran tubuhnya waktu kelas 3 SD XDDD tapi tubuh Jun Ki sama tingginya dengan Stella. Jun Ki juga baru2 ini membeli hape dari hasil jualan lukisannya, dan dia tampak senang sekali. Tapi pagi ini, di waktu istirahat, anak2 yang berkumpul di bawah pohon cemara, yang kini tinggal 7 orang, tampak cemas.

Sang Hee: “Aku bingung mau masuk SMP mana.” ><

Ya. Anak2 SD ini diberikan formulir untuk mengisi nama SMP tujuan mereka. Selain itu juga dibagikan setumpuk kertas selebaran mengenai SMP2 dari yang dalam negri sampai luar negri. Mereka udah konsultasi pada orangtua mereka, tapi ada juga yang kurang setuju dengan pilihan orangtua mereka.

Yong Hee: “Aku dan ortu udah setuju masuk SMP ini.” *menunjuk selebaran*
Stella: “Wow… ini kan SMP terbaik se-Seoul?” 0.0
Yong Hee: “Makanya aku mau giat belajar.”
Jun Ki: “Somebody help me!! Aku harus masuk mana?”
Mugung: “Ini. Katanya klub melukisnya sangat terkenal.” (memberikan selebaran ke Jun Ki)
Jun Ki: “Tapi biaya sekolahnya mahal.” ><
Mugung: “Pabho. Kau kan pasti dapat beasiswa?”
Jun Ki: “Aaargh… gimana kalo ditolak Park sonsaengnim?”
Eun Jin: “Kupikir gak mungkin. Jun Ki kan terbaik di sekolah.”
Je Woo: “Mugung gimana?”
Mugung: “Entah. Aku belum pikirkan.” (mengedikkan bahu)
Stella: “Jangan2 Mugung mau nyusul Aaron oppa ke Guang Zhou yah?’ XDD
Sang Hee: “Loh?? Aaron oppa kan mau SMA di Singapore katanya.”
Jun Ki: “Hyung mau keliling dunia yah…” =.=”
Yong Hee: “Kalo gitu Mugung menyusul dong ke Singapore.” XDDD
Mugung: “Apaan sih? Siapa juga yang mau ikut Aaron. Aku Cuma mau pikir2 sekolah yang klub olahraganya bagus.”
Eun Jin: “Stella tenang banget. Udah menentukan pilihan?”
Stella: “Mungkin aku bakal masuk ke SMP yang sama dengan Yong Hee.”
Yong Hee: “Asik juga kalo ada teman.” XDD

***

Jun Ki menghela nafas memandangi formulir di depan mejanya. Masih gak ada inspirasi. Dia takut beasiswanya gak disetujui Mr. Park. Padahal teman2nya udah mendesaknya untuk menemui Mr. Park dan coba menanyakan tentang SMP yang merekomendasikan beasiswa2 juga.

Jun Ki: “Loh? Koq aku pusing?”

Mata Jun Ki serasa berkunang-kunang. Ahh… mungkin aku terlalu pusing memikirkan ini… apa aku bobo yah… pikir Jun Ki, yang langsung berbaring di ranjangnya. Baru ajah Jun Ki memejamkan mata, hapenya berbunyi. Ada SMS masuk. Dari nomor asing yang gak dikenalnya.

[From: +62139018962]

Anyong Jun Ki… ini Aaron J

Jun Ki kaget bukan main.

Jun Ki: “Aaron hyung???”

Jun Ki segera mengirim balasan ke Aaron, dan gak lama kemudian Aaron kembali membalas.

[From: Aaron Yong Sun hyung]

Aku minta nomormu dari Mugung. Ngomong2, hari Minggu besok aku akan pulang seminggu ke Seoul, sekalian liburan menjelang ujian akhir. Appaku mau bertemu denganmu. Bisa luangkan waktu sebentar?

Jun Ki, tentu ajah ingin sekali bertemu Aaron. Dia penasaran dengan tampang Aaron yang udah mau masuk SMA.

[From: Aaron Yong Sun hyung]

Bagus kalo gitu. Kau bisa ke resto Jepang yang ada di dekat rumahku? Jam tujuh malam. Pastikan penampilanmu rapi dan keren. Tapi datang sendirian ajah, soalnya appaku mau mengenalkanmu pada seseorang.

Jun Ki dengan bersemangat kembali mengirimkan balasan. Rupanya Aaron juga membalasnya dengan bernafsu XDD

[From: Aaron Yong Sun hyung]

Rahasia… hahah… tapi kau pasti suka. Mugung, yah… mungkin aku akan menemuinya secara pribadi. Tapi kau jangan ngomong aku mau pulang yah. Aku mau kasih surprise ke Mugung dan yang lainnya, okey? Sampai bertemu… ehm 5 hari lagi J

Jun Ki: “Aku mau diajak ketemu siapa yah???” @.@

***

Seperti yang dijanjikan hari Minggu, Jun Ki memasuki resto yang Aaron maksud. Dia celingukan dan akhirnya matanya berhenti pada tiga orang yang tengah duduk di satu meja bundar untuk lima orang. Tiga kursi di antaranya tentu ajah, udah diduduki. Yang pertama, ada ahjussi sekitar umur 35 tahun… Jun Ki gak tau pasti, tapi wajah ahjussi itu bulat dan kulitnya agak hitam. Yang di sampingnya, hati Jun Ki melonjak, sangat dikenalnya. Itu Han ahjussi, gak banyak berubah, kecuali sekarang dia menumbuhkan kumis yang tebal dan berwarna hitam. Dengan gak sabar Jun Ki mengalihkan pandangannya ke sebelah kanan Han ahjussi. Itu Aaron. Tampang cakepnya sangat manis, gayanya berkelas dan rambutnya agak panjang, poninya menutupi dahinya sepenuhnya, dan rambut itu tampak lembut. Senyum Aaron yang manis terpasang begitu melihat Jun Ki, dan melambai padanya.

Aaron: “Jun Ki! Itu kau kan?”
Jun Ki: *menghampiri meja* “Tentu ini aku. Hyung, kau tambah tampan.”
Aaron: “Kau yang tambah tampan. Benar kan appa?”
Jun Ki: “Han ahjussi.” ^^
Yong Jin: “Omona Jun Ki… ahjussi benar2 telah menebak bahwa wajahmu akan tampak begini, udah hampir remaja, eh?”
Jun Ki: “Gomawo, ahjussi.”
Ahjussi: “Inikah anak yang kau maksud, Yong Jin?”
Yong Jin: “Aaah…. Jun Ki. Kenalkan, ini Kang Ji Mun, sahabat ahjussi.”
Jun Ki: “Ahjussi, choui irumun Lee Jun Ki imnida.” (bangkit dan menundukkan kepala)
Ji Mun: “Aaah… Jun Ki. Duduklah. Biarkan ahjussi melihat wajahmu dengan jelas.”

Semuanya diam sementara Kang ahjussi memperhatikan wajah Jun Ki. Jun Ki merasa agak malu.

Ji Mun: “Mata sipit yang punya pandangan tajam… oooh bentuk matamu sungguh indah. Hidung dan bibirmu, juga wajahmu… sempurna! Yong Jin, kupikir gak berlebihan kalo kau memujinya!”
Yong Jin: “Kau tertarik menjajal kemampuannya, Ji Mun?”
Ji Mun: “Tentu ajah.”
Jun Ki: “Mianhamnida… ada apa sebenarnya?” 0.0
Aaron: “Hahahah… kau akan diorbitkan menjadi aktor oleh Ji Mun ahjussi.”
Jun Ki: “Mwo????” 0.0
Yong Jin: “Ji Mun adalah seorang sutradara. Dia sekarang berkarir di Jepang. Dia tertarik begitu melihat rekaman parodimu beberapa tahun yang lalu.”
Jun Ki: “Tapi ahjussi, itu kejadian beberapa tahun yang lalu.”
Ji Mun: “Tapi wajahmu sangat menarik dan menjual, Jun Ki. Baiklah aku memberimu kesempatan. Besok sepulang sekolah kau mampir ke rumah Yong Jin. Aku akan memberimu skenario dan melihat bakat alammu langsung.”
Jun Ki: “Tapi… Jun Ki akan masuk SMP tahun ini…”
Ji Mun: “Justru itu yang bagus. Sekalian kau bersekolah di Tokyo. Akan kami pilihkan sekolah terbaik untuk menunjang karirmu.”
Jun Ki: “Sungguh, ahjussi?”
Aaron: *berbisik* “Kau pernah bilang ingin mencari ortumu kan? Ini kesempatan yang bagus Jun Ki. Kalo kau terkenal, bukannya menemukan mereka lebih gampang?”
Jun Ki: “Hyung benar. Ahh… ahjussi, kamsahamnida.” *menundukkan kepala*
Ji Mun: “Ya… yang penting besok kau datang yah. Hahahaha…”

***

Aaron memandang dari kejauhan Lee’s Mie. Seperti yang terakhir kali diingatnya, kedai ini selalu ramai. Dan dia merindukan rasa mie disini. Meski Aaron sering makan mie China di Guang Zhou, tetap gak ada yang rasanya sama dengan mie disini. Makanya Aaron datang… merindukan semangkuk mie favoritnya… juga merindukan gadis kecil yang selalu dipikirkannya…

Mugung: *menundukkan kepala* “Selamat datang.”
Aaron: “Xiao Mai?”
Mugung: *mengangkat kepala* “Ya Lun?” 0.0
Aaron: “Ye. Ini aku.”
Mugung: “Gimana kau bisa…?”
Aaron: “Ayo kita ke padang rumput sebentar. Aku mau bicara denganmu.”
Mugung: “Omma… aku keluar sebentar, boleh?”
Lee ahjumma: *melirik Aaron dan terpana akan ketampanannya* “Ye.”
Aaron: “Permisi, Lee ahjumma. Aku akan meminjam Xiao Mai sebentar.”
Lee ahjumma: “Ye..”
Ha Kyo: “Ya~ onny, siapa dia?”
Lee ahjumma: “Apa pacar Xiao Mai? Dia tampan…”
Ha Kyo: “Benar. Beruntungnya Xiao Mai…”

***

Love's Arrived chapter 9 part 4


Love Arrived
Chapter 9 part 4

Pesta malam tahun baru akan diadakan di rumah Gisela. Seperti biasa, rombongan LI LIANG, HUA XIANG ditambah David akan hadir. Ketiga anggota HUA XIANG sudah hadir sejak jam 5 sore untuk membantu Gisela menyiapkan rumahnya. Alex pulang kembali ke rumah mamanya untuk membawakan hadiah tahun baru dan masakan Quiny yang disukai mamanya.

“Ma… ini ada masakan Quiny jie dan baju baru untuk mama.”

Setelah meletakkan makanan di dapur, Alex masuk ke kamar dimana mamanya sedang duduk santai di ranjang. Alex memberikan beberapa kantong baju.

“Xie xie, bao bei (sayang),” kata Zhou Mama sambil menarik Alex mendekat padanya.

Zhou Mama memeluk anaknya.

“Xiang Chen, kau sekarang sudah dewasa sekali. Berapa umurmu sekarang?”
“21, ma. Masa mama lupa?” Alex bertanya balik.
“Kenapa kau masih belum mau punya pacar lagi? Masih belum bisa melupakan Julia? Atau karena papa?”

Alex melepaskan pelukan mamanya.

“Keduanya. Mama tahu kan, Julia nggak suka aku jadi artis. Papa juga… papa…” Alex tersendat, “meninggal tiba-tiba… aku harus membahagiakan mama.”
“Sayang, lupakan Julia. Mama juga sudah cukup bahagia seperti sekarang.”
“Ma, aku takut cewek lain juga nggak bisa menerima keadaanku, sebagai artis. Aku nggak bisa memberikan perhatian penuh pada pacarku,” jelas Alex, matanya sekarang berkaca-kaca, “dan mama juga udah terlantar karena aku. Aku harus membayar lunas semua hutang pengobatan papa dan aku mau mama lebih bahagia lagi sekarang.”
“Xiang Chen, harusnya kau tidak boleh berpikiran sempit seperti itu. Mama juga ingin punya menantu.”

Alex mengusap air matanya dan tertawa bersama Zhou Mama.

“Mama serius, Xiang Chen. Mei-Mei gadis yang baik, lho.”
“Ma, jangan mulai…”
“Mama harus mulai. Mama tidak tahu dia artis kalau beberapa hari yang lalu mama tidak lihat dia di infotainment. Kau belum kasih tahu mama, ingat, kan?” kata Zhou Mama, “dia terlihat seperti gadis biasa. Tangannya juga tidak halus, hidupnya pasti tidak mudah di Indonesia. Wajahnya bulat, dia gadis yang beruntung dan ceria. Dia ramah, mama suka sifatnya, Xiang Chen.”
“Mama yakin dia begitu?”
“Sangat. Kau boleh mempertimbangkan dia, Xiang Chen. Kemarin Wang Mama telepon dan ngobrol dengan mama. Mereka tetanggaan dengan Mei-Mei, kan?” lanjut Zhou Mama, “dia juga bilang Mei-Mei sangat baik. Tampaknya dia juga berharap Mei-Mei jadi menantunya.”

Zhou Mama jelas melihat Alex menjadi tegang.

“Makanya, sayang, kau tidak mau melihat Mei-Mei pacaran dengan Ming-Ming, kan? Mama tidak akan memaksamu,” ucap Zhou Mama sambil membelai kepala anaknya, “mama juga ingin kau bahagia. Mama Cuma ingin kau mempertimbangkan dia.”
“Baiklah, ma. Aku akan mempertimbangkannya.”
“Xie xie, sayang.”
“Ma, dui bu qi, aku harus pergi. Malam ini kita pesta tahun baru di rumah Mei-Mei.”
“Tunggu. Kembalikan ini pada Mei-Mei. Bajunya yang basah kemarin. Berikan ini juga padanya.”

Alex menerima dua kantong sekaligus dari mamanya. Alex membuka kantong kedua dan menemukan syal hijau rajutan mamanya.

“Hadiah tahun baru untuk si imut. Kalau dia memang tidak bisa jadi menantu mama, mama harap bisa menganggapnya sebagai adikmu.”
“Akan kuberikan padanya.”

Alex berjalan menuju pintu dan seketika berhenti dan berbalik sebentar, tepat di ambang pintu.

“Ma, aku baru ingat. Mei-Mei membuatkan kue tart tiramisu coklat yang sangat enak untukku sebagai hadiah natal. Dia juga memberiku ini.”
Alex menarik handphone-nya dan menunjukkan gantungan bintang yang tergantung di sana.
“Aku udah membelikan balasannya dan aku akan memberikannnya malam ini juga. Ma, zai jian.”

Zhou Mama tersenyum melihat Alex pergi dengan ceria. Dalam hatinya dia yakin, akan ada sesuatu yang menyatukan anaknya yang tercinta dengan Gisela, gadis baik yang disukainya.

*******

“Mei-Mei, belnya bunyi! Mungkin mereka udah datang!”
“Quiny jie, tolong dong bukakan dulu pintunya. Aku lagi ngangkat minuman kaleng,” terdengar balasan suara Gisela dari lantai dua rumah.

Quiny yang sedang membersihkan ruang tamu langsung membukakan pintu. Wajah keempat cowok ganteng LI LIANG muncul di balik pintu. Mereka tampak segar dan ceria.

“Bagus, masuk! Makan malam baru aja selesai dimasak. Kita tinggal menunggu Ming-Ming.”
“Apa kita harus toleransi pada Ming-Ming? Aku udah lapar, nih,” protes Albert sambil mengenyakkan diri di sofa empuk.

“Aku telepon dia, deh,” kata Alex.

Gisela dan Moniq muncul dari lantai dua, mengangkat satu kotak besar berisi minuman kaleng.

“Hei cewek, hati-hati! Xiao Wei, kita aja deh yang angkat!”

Alex yang sudah mengomeli David di telepon, mengambil alih urusan mengangkat barang bersama Michael. Tak lama kemudian David muncul dan mereka langsung makan malam. Makan malam kali ini adalah kreasi bersama Gisela dan Quiny. Setelah makan, Michael, Nathan dan Gracia berenang. Albert, David, Moniq dan Quiny mengambil alih ruang keluarga dan nonton film horor. Sekadar melarikan diri daripada diajak nonton film horor, Alex membantu Gisela membereskan piring-piring.

“Oh ya, QQ mana?”
“Wah, sepertinya dia masih di kamarku. Tadi dia tiduran, sih,” jawab Gisela sambil mengingat-ingat.

“Aku pengen lihat QQ. Aku juga belikan makanan anjing yang enak untuknya, nih.”
“Oh, oke. Yuk ke atas.”

Alex mengikuti Gisela naik ke kamarnya di lantai dua. Gisela sempat melirik dua kantong agak besar yang dibawa Alex. Kamar Gisela tidak begitu rapi, hanya meja belajar dan ranjang saja yang rapi, tapi lantai tampak berantakan. Alex mendengus.

“Jangan ketawain aku. Aku tahu kamarku nggak rapi.”
“Dui bu qi.”

Gisela masih cemberut saat menggendong QQ yang tadinya lagi tiduran di keranjang di lantai ke pangkuannya dan Alex mengikuti Gisela duduk di pinggir ranjang. QQ menggoyangkan ekornya saat melihat Alex.

“Hei, kau masih ingat majikanmu yang satu ini juga, ya? Lihat, aku bawakan makanan enak untukmu.”

Alex mengeluarkan bungkusan kecil dari saku celana jeans-nya.

“Ada wadah nggak?”

Gisela membuka lemari dekat ranjangnya, Alex mengintip, berantakan sekali, dan mengeluarkan mangkuk kecil. Alex membuka bungkusan dan menuangkan biskuit anjing yang langsung dimakan QQ dengan lahap. Gisela dan Alex duduk di kanan-kiri QQ di lantai, bersandar pada ranjang. Alex mengelus-elus bulu putih QQ.

“Ehm… Mei-Mei, xie xie hadiah natalnya kemarin, ya.”
“Aduh, kok ge ge ngomong gitu lagi. Rasanya udah berkali-kali, deh. Aku kan ikhlas memberi kadonya.”
“Oh ya, ini baju kamu kemarin yang basah. Udah kering.”
“Oh, aku hampir lupa. Xie xie.”
“Dan ini… dari mamaku.”

Gisela menerima kantong lainnya dengan heran. Dia menarik keluar syal rajutan berwarna hijau.

“Dari Zhou Mama?”
“Iya. Dia rajutkan spesial untukmu, lho. Dia bilang, sepertinya kau nggak tahan dingin.”
“Ge ge… gimana aku membalas kado Zhou Mama?”
“Mudah aja, kok… dia senang makan. Quiny jie baru memasakkan makanan untuknya tadi pagi. Kau juga boleh masakkan sesuatu,” jawab Alex.
“Oke, deh. Aku akan masak yang banyak dan enak.”

Setelah itu suasana sunyi, sementara Gisela memasukkan pakaian dan syal ke dalam lemari dan kembali duduk di sebelah Alex. Alex sudah menambahkan porsi kedua biskuit untuk QQ.

“Mei-Mei, ini untukmu. Kado tahun baru.”

Alex mengeluarkan kotak segi empat kecil berwarna hijau dari saku celananya.

“Aduh, kenapa repot-repot begini?”
“Buka. Aku harap kau suka.”

Gisela dengan gemetar membuka kotak itu dan melihat di dalamnya: kalung emas putih dengan liontin bintang, di tengahnya ada batu kecil berwarna hijau. Batu jade!

“Ge ge, ini… aku tahu ini! Ini produk unlimited dari Diamond Accessories, yang Cuma dijual dua buah per satu jenis kalung di seluruh dunia! Ini jade… jade…”
“Jade Princess.”
“Tapi ini… ini kan, mahal. Nggak sebanding dengan kue tart dan gantungan HP yang kuberikan.”
“Tolong jangan dilihat harganya, Mei-Mei. Aku ingin kau tahu makna batu jade ini. Batu jade sejak dulu menggambarkan kejujuran, kedamaian dan harapan,” jelas Alex, mengambil kalung dari tangan Gisela, “aku ingin menjadi semua itu dalam hatimu.”

Alex memakaikan kalungnya ke leher Gisela.

“Wah, udah kuduga kalung ini cocok untukmu! Nah, kita sekarang punya bintang yang mirip. Aku harap kau juga bisa bersinar,” Alex mengeluarkan handphone-nya dan menunjukkan gantungan bintangnya pada Gisela, “seterang Jade Princess, di hati semua orang.”

Gisela tersenyum, tapi tanpa terasa, air mata menetes dari matanya. Alex langsung geragapan.

“Mei-Mei, kau kenapa? Kau nggak suka? Atau kau marah? Aku…”
“Bukan, ge ge… aku… aku sangat senang.”

Alex menghapus air mata di wajah Gisela. Tapi Gisela masih tersenyum setengah menangis. Alex menariknya ke pelukannya. Gisela yang masih juga belum pulih dari keterkejutannya, sekarang jadi lebih terkejut lagi.

“Mei-Mei, wo… wo… (aku…)”

Gisela merasakan jantungnya berdetak kencang sekali. Xiang Chen ge… apa dia… sekarang, dia… Gisela masih juga belum tenang saat Alex melepaskannya dan memandangnya dengan pandangan yang tak pernah dilihatnya, selain di film, saat Alex akan… Alex makin mendekatkan wajahnya, Gisela memejamkan matanya, tak berani berpikir… segalanya gelap… otaknya macet berpikir…

“Mei-Mei, Xiang Chen, kalian di mana?”

Alex mundur dengan lembut dan Gisela membuka matanya. Wajah Alex terlihat merah dan dia memalingkan wajahnya dari Gisela.

“Kami… di kamar,” jawab Alex, suaranya terdengar serak.
“Udah hampir jam dua belas, ayo kita mulai pesta kembang apinya,” suara Moniq terdengar dari arah tangga.
“Oke, ayo kita mulai. QQ, ayo ikut!” Gisela mendorong QQ.

Alex membuka pintu kamar dan Moniq menunggu mereka dekat tangga. QQ berjalan ceria mendahului mereka, Moniq mengejarnya dengan senang. Detak jantung Gisela masih belum normal saat dia berjalan di samping Alex. Alex mengambil inisiatif untuk menggandeng Gisela. Tangannya terasa hangat.

Beberapa detik sebelum dan sesudah jam 12 malam, dalam malam tahun baru, Albert, Alex, Michael, Nathan, Gisela, David, Gracia, Moniq dan Quiny membakar banyak sekali kembang api. Tak lupa, Gisela berdoa menyampaikan doa permohonan tahun barunya. God… all I wish… kuingin bisa terus begini dengan Xiang Chen ge… jika Engkau mengizinkan, biarkan kami terus begini, selamanya…