Love Arrived
Chapter 9 part 4
Pesta malam tahun baru akan diadakan di rumah Gisela. Seperti biasa, rombongan LI LIANG, HUA XIANG ditambah David akan hadir. Ketiga anggota HUA XIANG sudah hadir sejak jam 5 sore untuk membantu Gisela menyiapkan rumahnya. Alex pulang kembali ke rumah mamanya untuk membawakan hadiah tahun baru dan masakan Quiny yang disukai mamanya.
“Ma… ini ada masakan Quiny jie dan baju baru untuk mama.”
Setelah meletakkan makanan di dapur, Alex masuk ke kamar dimana mamanya sedang duduk santai di ranjang. Alex memberikan beberapa kantong baju.
“Xie xie, bao bei (sayang),” kata Zhou Mama sambil menarik Alex mendekat padanya.
Zhou Mama memeluk anaknya.
“Xiang Chen, kau sekarang sudah dewasa sekali. Berapa umurmu sekarang?”
“21, ma. Masa mama lupa?” Alex bertanya balik.
“Kenapa kau masih belum mau punya pacar lagi? Masih belum bisa melupakan Julia? Atau karena papa?”
Alex melepaskan pelukan mamanya.
“Keduanya. Mama tahu kan, Julia nggak suka aku jadi artis. Papa juga… papa…” Alex tersendat, “meninggal tiba-tiba… aku harus membahagiakan mama.”
“Sayang, lupakan Julia. Mama juga sudah cukup bahagia seperti sekarang.”
“Ma, aku takut cewek lain juga nggak bisa menerima keadaanku, sebagai artis. Aku nggak bisa memberikan perhatian penuh pada pacarku,” jelas Alex, matanya sekarang berkaca-kaca, “dan mama juga udah terlantar karena aku. Aku harus membayar lunas semua hutang pengobatan papa dan aku mau mama lebih bahagia lagi sekarang.”
“Xiang Chen, harusnya kau tidak boleh berpikiran sempit seperti itu. Mama juga ingin punya menantu.”
Alex mengusap air matanya dan tertawa bersama Zhou Mama.
“Mama serius, Xiang Chen. Mei-Mei gadis yang baik, lho.”
“Ma, jangan mulai…”
“Mama harus mulai. Mama tidak tahu dia artis kalau beberapa hari yang lalu mama tidak lihat dia di infotainment. Kau belum kasih tahu mama, ingat, kan?” kata Zhou Mama, “dia terlihat seperti gadis biasa. Tangannya juga tidak halus, hidupnya pasti tidak mudah di Indonesia. Wajahnya bulat, dia gadis yang beruntung dan ceria. Dia ramah, mama suka sifatnya, Xiang Chen.”
“Mama yakin dia begitu?”
“Sangat. Kau boleh mempertimbangkan dia, Xiang Chen. Kemarin Wang Mama telepon dan ngobrol dengan mama. Mereka tetanggaan dengan Mei-Mei, kan?” lanjut Zhou Mama, “dia juga bilang Mei-Mei sangat baik. Tampaknya dia juga berharap Mei-Mei jadi menantunya.”
Zhou Mama jelas melihat Alex menjadi tegang.
“Makanya, sayang, kau tidak mau melihat Mei-Mei pacaran dengan Ming-Ming, kan? Mama tidak akan memaksamu,” ucap Zhou Mama sambil membelai kepala anaknya, “mama juga ingin kau bahagia. Mama Cuma ingin kau mempertimbangkan dia.”
“Baiklah, ma. Aku akan mempertimbangkannya.”
“Xie xie, sayang.”
“Ma, dui bu qi, aku harus pergi. Malam ini kita pesta tahun baru di rumah Mei-Mei.”
“Tunggu. Kembalikan ini pada Mei-Mei. Bajunya yang basah kemarin. Berikan ini juga padanya.”
Alex menerima dua kantong sekaligus dari mamanya. Alex membuka kantong kedua dan menemukan syal hijau rajutan mamanya.
“Hadiah tahun baru untuk si imut. Kalau dia memang tidak bisa jadi menantu mama, mama harap bisa menganggapnya sebagai adikmu.”
“Akan kuberikan padanya.”
Alex berjalan menuju pintu dan seketika berhenti dan berbalik sebentar, tepat di ambang pintu.
“Ma, aku baru ingat. Mei-Mei membuatkan kue tart tiramisu coklat yang sangat enak untukku sebagai hadiah natal. Dia juga memberiku ini.”
Alex menarik handphone-nya dan menunjukkan gantungan bintang yang tergantung di sana.
“Aku udah membelikan balasannya dan aku akan memberikannnya malam ini juga. Ma, zai jian.”
Zhou Mama tersenyum melihat Alex pergi dengan ceria. Dalam hatinya dia yakin, akan ada sesuatu yang menyatukan anaknya yang tercinta dengan Gisela, gadis baik yang disukainya.
*******
“Mei-Mei, belnya bunyi! Mungkin mereka udah datang!”
“Quiny jie, tolong dong bukakan dulu pintunya. Aku lagi ngangkat minuman kaleng,” terdengar balasan suara Gisela dari lantai dua rumah.
Quiny yang sedang membersihkan ruang tamu langsung membukakan pintu. Wajah keempat cowok ganteng LI LIANG muncul di balik pintu. Mereka tampak segar dan ceria.
“Bagus, masuk! Makan malam baru aja selesai dimasak. Kita tinggal menunggu Ming-Ming.”
“Apa kita harus toleransi pada Ming-Ming? Aku udah lapar, nih,” protes Albert sambil mengenyakkan diri di sofa empuk.
“Aku telepon dia, deh,” kata Alex.
Gisela dan Moniq muncul dari lantai dua, mengangkat satu kotak besar berisi minuman kaleng.
“Hei cewek, hati-hati! Xiao Wei, kita aja deh yang angkat!”
Alex yang sudah mengomeli David di telepon, mengambil alih urusan mengangkat barang bersama Michael. Tak lama kemudian David muncul dan mereka langsung makan malam. Makan malam kali ini adalah kreasi bersama Gisela dan Quiny. Setelah makan, Michael, Nathan dan Gracia berenang. Albert, David, Moniq dan Quiny mengambil alih ruang keluarga dan nonton film horor. Sekadar melarikan diri daripada diajak nonton film horor, Alex membantu Gisela membereskan piring-piring.
“Oh ya, QQ mana?”
“Wah, sepertinya dia masih di kamarku. Tadi dia tiduran, sih,” jawab Gisela sambil mengingat-ingat.
“Aku pengen lihat QQ. Aku juga belikan makanan anjing yang enak untuknya, nih.”
“Oh, oke. Yuk ke atas.”
Alex mengikuti Gisela naik ke kamarnya di lantai dua. Gisela sempat melirik dua kantong agak besar yang dibawa Alex. Kamar Gisela tidak begitu rapi, hanya meja belajar dan ranjang saja yang rapi, tapi lantai tampak berantakan. Alex mendengus.
“Jangan ketawain aku. Aku tahu kamarku nggak rapi.”
“Dui bu qi.”
Gisela masih cemberut saat menggendong QQ yang tadinya lagi tiduran di keranjang di lantai ke pangkuannya dan Alex mengikuti Gisela duduk di pinggir ranjang. QQ menggoyangkan ekornya saat melihat Alex.
“Hei, kau masih ingat majikanmu yang satu ini juga, ya? Lihat, aku bawakan makanan enak untukmu.”
Alex mengeluarkan bungkusan kecil dari saku celana jeans-nya.
“Ada wadah nggak?”
Gisela membuka lemari dekat ranjangnya, Alex mengintip, berantakan sekali, dan mengeluarkan mangkuk kecil. Alex membuka bungkusan dan menuangkan biskuit anjing yang langsung dimakan QQ dengan lahap. Gisela dan Alex duduk di kanan-kiri QQ di lantai, bersandar pada ranjang. Alex mengelus-elus bulu putih QQ.
“Ehm… Mei-Mei, xie xie hadiah natalnya kemarin, ya.”
“Aduh, kok ge ge ngomong gitu lagi. Rasanya udah berkali-kali, deh. Aku kan ikhlas memberi kadonya.”
“Oh ya, ini baju kamu kemarin yang basah. Udah kering.”
“Oh, aku hampir lupa. Xie xie.”
“Dan ini… dari mamaku.”
Gisela menerima kantong lainnya dengan heran. Dia menarik keluar syal rajutan berwarna hijau.
“Dari Zhou Mama?”
“Iya. Dia rajutkan spesial untukmu, lho. Dia bilang, sepertinya kau nggak tahan dingin.”
“Ge ge… gimana aku membalas kado Zhou Mama?”
“Mudah aja, kok… dia senang makan. Quiny jie baru memasakkan makanan untuknya tadi pagi. Kau juga boleh masakkan sesuatu,” jawab Alex.
“Oke, deh. Aku akan masak yang banyak dan enak.”
Setelah itu suasana sunyi, sementara Gisela memasukkan pakaian dan syal ke dalam lemari dan kembali duduk di sebelah Alex. Alex sudah menambahkan porsi kedua biskuit untuk QQ.
“Mei-Mei, ini untukmu. Kado tahun baru.”
Alex mengeluarkan kotak segi empat kecil berwarna hijau dari saku celananya.
“Aduh, kenapa repot-repot begini?”
“Buka. Aku harap kau suka.”
Gisela dengan gemetar membuka kotak itu dan melihat di dalamnya: kalung emas putih dengan liontin bintang, di tengahnya ada batu kecil berwarna hijau. Batu jade!
“Ge ge, ini… aku tahu ini! Ini produk unlimited dari Diamond Accessories, yang Cuma dijual dua buah per satu jenis kalung di seluruh dunia! Ini jade… jade…”
“Jade Princess.”
“Tapi ini… ini kan, mahal. Nggak sebanding dengan kue tart dan gantungan HP yang kuberikan.”
“Tolong jangan dilihat harganya, Mei-Mei. Aku ingin kau tahu makna batu jade ini. Batu jade sejak dulu menggambarkan kejujuran, kedamaian dan harapan,” jelas Alex, mengambil kalung dari tangan Gisela, “aku ingin menjadi semua itu dalam hatimu.”
Alex memakaikan kalungnya ke leher Gisela.
“Wah, udah kuduga kalung ini cocok untukmu! Nah, kita sekarang punya bintang yang mirip. Aku harap kau juga bisa bersinar,” Alex mengeluarkan handphone-nya dan menunjukkan gantungan bintangnya pada Gisela, “seterang Jade Princess, di hati semua orang.”
Gisela tersenyum, tapi tanpa terasa, air mata menetes dari matanya. Alex langsung geragapan.
“Mei-Mei, kau kenapa? Kau nggak suka? Atau kau marah? Aku…”
“Bukan, ge ge… aku… aku sangat senang.”
Alex menghapus air mata di wajah Gisela. Tapi Gisela masih tersenyum setengah menangis. Alex menariknya ke pelukannya. Gisela yang masih juga belum pulih dari keterkejutannya, sekarang jadi lebih terkejut lagi.
“Mei-Mei, wo… wo… (aku…)”
Gisela merasakan jantungnya berdetak kencang sekali. Xiang Chen ge… apa dia… sekarang, dia… Gisela masih juga belum tenang saat Alex melepaskannya dan memandangnya dengan pandangan yang tak pernah dilihatnya, selain di film, saat Alex akan… Alex makin mendekatkan wajahnya, Gisela memejamkan matanya, tak berani berpikir… segalanya gelap… otaknya macet berpikir…
“Mei-Mei, Xiang Chen, kalian di mana?”
Alex mundur dengan lembut dan Gisela membuka matanya. Wajah Alex terlihat merah dan dia memalingkan wajahnya dari Gisela.
“Kami… di kamar,” jawab Alex, suaranya terdengar serak.
“Udah hampir jam dua belas, ayo kita mulai pesta kembang apinya,” suara Moniq terdengar dari arah tangga.
“Oke, ayo kita mulai. QQ, ayo ikut!” Gisela mendorong QQ.
Alex membuka pintu kamar dan Moniq menunggu mereka dekat tangga. QQ berjalan ceria mendahului mereka, Moniq mengejarnya dengan senang. Detak jantung Gisela masih belum normal saat dia berjalan di samping Alex. Alex mengambil inisiatif untuk menggandeng Gisela. Tangannya terasa hangat.
Beberapa detik sebelum dan sesudah jam 12 malam, dalam malam tahun baru, Albert, Alex, Michael, Nathan, Gisela, David, Gracia, Moniq dan Quiny membakar banyak sekali kembang api. Tak lupa, Gisela berdoa menyampaikan doa permohonan tahun barunya. God… all I wish… kuingin bisa terus begini dengan Xiang Chen ge… jika Engkau mengizinkan, biarkan kami terus begini, selamanya…