Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Saturday, 10 December 2011

Noona, I Love You (expansion NC 21) chapter 1


Warning: forbidden for readers under 21! skip this, easy, eh?

Noona, I Love You
No Children 21 Story
Chapter 1

Aku tidur tidak tenang. Kutarik selimut dan kurapikan lagi di atas tubuhku. Tapi aku sekarang gelisah sekali. Rasanya aku mendengar suara… entah suara apa… samar-samar… aku melirik ponselku. Jam 10 malam… dan 1 SMS… 5 missed calls… dan kusadari yang tadinya suara samar itu rupanya bunyi bel apartemenku. Siapa yang datang begini malam? Aku langsung saja bangkit dari ranjangku dan membuka pintu apartemenku. Mataku terbelalak ketika melihat siapa yang datang, terlebih lagi keadaannya.

“Daein… aku sudah menunggumu… lama sekali…”
“Heechul! Masuk!”

Dia masih tetap tampan seperti biasanya, malahan dia terlihat makin tampan dengan pakaian musim dinginnya yang berlapis-lapis plus syal cokelat tebalnya, tapi yang membuatku terkejut adalah butiran salju di rambutnya. Dan ketika memasuki apartemenku, dia terlihat gemetar. Apa dia sudah lama menungguku di depan? Mungkin tadi aku ketiduran dan tidak mendengar bunyi bel… aku merasa bersalah. Aku lupa tadi aku merasa kecewa dengannya. Aku mengambil selimut tebal dan membalut tubuhnya dan menaikkan suhu pemanasku lagi. Tanpa banyak bicara, aku langsung ke dapur kecilku dan membuatkan susu hangat untuk Heechul, lalu segera menyerahkan untuknya.

“Daein… gomawo,” ujar Heechul, suaranya bergetar.
“Heechul, kenapa…”
“Pertama-tama aku mau minta maaf. Tadi siang aku… punya kegiatan yang sangat padat jadi aku tinggalkan ponselku. Aku baru melihat pesanmu sekitar dua jam yang lalu dan aku langsung ke Handel & Gretel. Ternyata kau sudah tidak disana,” jelas Heechul, dia menenggak sedikit susu yang kubuatkan, “dan SMSku tidak kau balas. Aku langsung saja ke apartemenmu dan kau tidak menjawab teleponku. Aku menekan belmu dan kau juga tidak merespon. Aku sudah mengecek restoran dan kembali lagi kesini…”

Pikiranku kacau sekarang. Heechul… bersedia bolak-balik hanya untuk mencariku? Jadi dia berlumuran salju seperti ini…

“Kenapa? Untuk apa begitu panic?”
“Bagaimana aku tidak panic? Aku takut terjadi sesuatu denganmu. Aku meminta nomor Sunmi dari restoran dan setelah menghubunginya, aku tau kau di apartemenmu, hanya saja aku tetap khawatir… kukira kau kenapa-kenapa di dalam sini…”
“Kau tidak perlu begitu, Heechul, kau tau aku bisa menjaga diri.”
“Hanya karena kau lebih dewasa dariku? Aku tetap tidak yakin kau bisa menjaga diri, noona. Kau membutuhkan namja di sampingmu, noona.”

Kenapa tiba-tiba dia bicara seperti ini? Kenapa tiba-tiba pandangannya begitu menusukku?

“Apakah kau marah padaku, Daein? Mianhae… maaf aku tidak bisa berada di sisimu ketika kau memintaku. Aku benar-benar… minta maaf. Marahlah kalau kau ingin, Daein.”

Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak bisa marah padanya… dan aku tidak berhak melakukan itu. tangannya yang memegang cangkir itu masih gemetar… dan aku dibuat semakin berdebar oleh pandangannya itu… aku meraih tangannya dan merasakan tangannya yang begitu dingin.

“Aku tidak bisa marah padamu. Aku terharu… karena demi aku, kau rela kedinginan begini…”
“Demi kau, tentu saja aku rela melakukan apapun.”
“Kenapa?” tanyaku, suaraku tercekat.
“Masih perlukah aku mengatakan alasannya?”
“Aku ingin, karena aku tidak ingin mempercayai apa yang sebenarnya terjadi sekarang…”
“Saranghaeyo.”

Kini aku diam mematung. Tidak mungkin… tidak mungkin… otakku masih menolak untuk mempercayainya… dia… baru saja… dan tanpa kusadari, kini aku ada di pelukannya. Pelukannya terasa hangat dan… dia tidak terlihat seperti dongsaengku kalau seperti ini. Ternyata tubuhku muat di dekapannya. Dia… juga namja dewasa.

“Mulai sekarang, kau berhak atas aku, Daein. Jangan simpan segalanya sendirian, kecuali kau tidak mencintaiku. Jujurlah. Katakan kau juga mencintaiku. Arasso?”
“Kenapa kau begitu arrogant?”
“Karena aku mencintaimu. Itu saja.”

Aku terdiam. Kalau boleh jujur, tentu saja aku juga mencintainya. Tapi dia lebih muda dariku…

“Dan Daein, selamat ya atas diterimanya komikmu. Sekarang yang kita perlukan hanya larisnya komik itu di pasaran. Kita bisa terus berdoa.”
“Gomawo, Heechul. Kalau bukan karena bantuanmu… mungkin aku tidak bisa mewujudkannya…”
“Sesungguhnya yang berbakat itu kau. Aku tidak melakukan apapun.”
“Kau memberiku semangat, itu yang terpenting,” tukasku.

Lalu kami terdiam, canggung sekali rasanya. Tapi aku teringat ucapan Sunmi… apakah benar Heechul menyembunyikan sesuatu dariku?

“Heechul…”
“Hmm?”
“Apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?”

Aku menunggu Heechul menjawab dengan jantung berdebar-debar.

“Tidak.”
“Bisakah aku mempercayaimu?”
“Lebih dari apapun.”

Tanganku sendiri bergerak secara naluriah untuk mendekapnya lebih erat. Hangat… pelukannya lebih hangat dari penghangat ruanganku. Bolehkah aku membuka hatiku untuknya? Mulai sekarang… bolehkah aku menyerahkan masa depanku untuknya?

***

“Daein, penghangat ruanganmu terlalu hangat.”
“Tapi tubuhmu kedinginan kan? Apa kau sakit, Heechul?” tanyaku.

Aku melepaskan pelukanku dan meletakkan telapak tanganku ke dahinya dan kaget merasakan suhu tubuhnya yang naik.

“Aigo, Heechul, pulanglah, kau harus istirahat atau kau benar-benar akan sakit.”
“Aku ingin disini sebentar lagi.”
“Kalau begitu aku akan menurunkan suhunya.”

Aku beranjak ke meja kecilku dimana kuletakkan remote penghangat ruangan dan mengatur suhunya lagi. Tidak apalah aku sedikit dingin daripada Heechul sakit… dan aku kaget ketika merasakan Heechul memelukku dari belakang. Dia melingkarkan tangannya di sekitar leherku dan meletakkan dagunya di bahuku. Jantungku berdetak semakin kencang seakan tak lama lagi keluar dari dadaku. Kenapa dia… memelukku begini?

“Daein, aku tidak butuh penghangat ruangan. Yang aku butuhkan itu kau.”

Kurasakan hembusan nafasnya di leherku yang membuatku bergidik. Aku tidak berani bergerak ataupun merespon ucapannya. Tidak… aku bisa gila kalau dia terus memelukku begini… Dan dengan lembut, Heechul membalikkan tubuhku dan memberi jarak tertentu antara tubuh kami. Kusadari puncak kepalaku berada tidak cukup jauh dari dagunya. Aku tidak berani memandang wajahnya, aku merasa otakku tersendat. Sah saja bagiku untuk mendorong tubuhnya menjauh selagi memungkinkan, tapi rupanya aku tidak sanggup melakukannya… atau aku sendiri menginginkan yang lebih daripada ini? Pasti aku sudah gila. Tiba-tiba saja wajahnya menunduk hingga sejajar denganku dan dia meletakkan kedua tangannya di bahuku. Hembusan nafasnya menyapu wajahku ketika matanya dan mataku terpancang. Garis matanya yang tegas dan dalam itu membiusku… sekaligus membuatku penasaran ingin menyelami kedalaman bola matanya yang hitam kelam. Heechul… aku jatuh ke dalam hatimu. Ketika bibirnya mengunci bibirku, otakku sudah kosong. Aku tidak ingin lagi memikirkan apapun selain berada di dekapannya, mengikuti permainannya, menyerahkan segalanya… Selagi bertukar kecupan denganku, tangannya bergerak melucuti satu-persatu pakaian yang melekat di tubuhku… sweater-ku… berikutnya piyamaku… dan setiap sentuhannya di tubuhku terasa hangat dan membakarku. Kurangkul lehernya, kutekan kepalanya agar kami bisa berciuman lebih dalam. Heechul menjilati bibir atasku, aku geli dan membuka mulutku… dan seketika lidahnya masuk menjelajahi rongga mulutku. Kuhisap lidahnya dan saliva kami bertukar dalam proses ini. Kulepaskan syal-nya, berikut jaketnya, lalu kaosnya… lapis pertama… lapis kedua… Ketika aku melepasnya, ciuman kami berhenti sejenak. Dia masih memandangiku dengan begitu serius, dan jantungku makin berdebar kencang.

“Daein, karena kau noona-ku, kali ini kau yang harus mengajarkannya padaku.”
“Jangan bercanda, aku tidak pengalaman soal ini,” bisikku tidak nyaman.
“Tetap saja, aku kan dongsaengmu. Setidaknya kau sudah membaca atau menonton lebih banyak kan? Hei, kau itu komikus, noona-ku…”

Wajahku memerah memandangi senyumnya yang mematikan itu. Sial, aku benar-benar menyerah di tangannya…

“Noona, beritau aku, harus dari bagian mana aku memulai?”

Bisikannya membuatku merinding. Sudahlah, aku memutuskan untuk meninggalkan sikap malu-maluku atau Heechul pasti akan menertawakanku. Kupandangi matanya dengan tidak kalah seriusnya dan kuarahkan tangannya ke leherku.

“Mulai dari sini, dongsaeng…”

Dia tersenyum sejenak sebelum benar-benar mengarahkan wajahnya menuju leherku. Kali ini aku merinding sepenuhnya, rupanya Heechul cukup pintar. Dia sekarang menggigiti leherku dengan lembut, seperti digigit semut rasanya… dia pasti bohong kalau dia tidak tau apa-apa soal ini… dia melakukannya tidak hanya di satu tempat, tapi hampir di seluruh leherku, berikut bahuku…

“Heechul…”
“Hmm? Kau suka, noona?” tanyanya, nadanya nakal.
“Kau hebat…”
“Tapi kurasa yang ini mengganggu, iya kan?”

Heechul melepaskan pengait bra-ku dan menarik bra-ku lepas. Aku nyaris terpekik oleh perlakuannya yang begitu berani, tapi tidak sempat karena dia mengelus payudaraku lembut.

“Oh… seperti ini bentuknya… noona, kau merawatnya dengan cukup baik ya… ukurannya seksi sekali, pas untuk tubuhmu…”
“Berhenti meledekku, Heechul, sekarang la… aaaash… Hee… Chul…”

Kupejamkan mataku sementara tanganku meremas bagian mana saja dari tubuh Heechul yang bisa kuraih. Dia sudah menghisapi nipple-ku bergantian, lalu menjilatinya dengan ujung lidahnya. Kepalaku benar-benar kosong dan kurasakan cairan keluar dari vaginaku membasahi underwear-ku. Sial… aku sudah terangsang! Tapi perlu kuakui kalau serangan Heechul hebat, kuremas lengannya kuat-kuat dan aku mulai meracau tidak jelas.

“Heechul… ah… a… aku… lelah…”
“Lelah karena berdiri? Ayo noona, kita cari tempat yang nyaman saja,” ajaknya.

Detik berikutnya yang aku tau, dia sudah memeluk dan mengangkatku. Sambil berjalan perlahan sekali, dia masih menjilati nipple-ku, dan aku meneruskan kegiatan meracauku. Perlahan, dia membaringkan tubuhku di ranjangku yang kecil, dan tangannya sudah mulai melepaskan celana panjangku. Tidak berhenti sampai disitu, underwear-ku pun dilepaskannya. Akhirnya dia berhenti menyiksaku dan sekarang memandangi tubuh naked-ku.

“Noona… kau seksi sekali. Sungguh…”
“Heechul! Kau masih saja meledekku! Jangan pandangi aku!”
“Jadi sekarang, bolehkah aku bermain dengan yang ini?”

Sambil bertanya begitu, dia langsung menyentuh vaginaku dengan jari-jarinya.

“Ng…”

***

AUTHOR’S POV
Sentuhan jari-jari Heechul di vagina Daein membuat Daein merinding lagi. Perlahan, dia membuka selangkangannya dan mempermudah Heechul untuk mengeksplorasi daerah itu. Dengan jari telunjuknya, Heechul menggesek klitoris Daein yang basah, membuat keringat bercucuran dari wajah cantik si yeoja. Kini Heechul menambahkan dua jari dalam permainannya, dia mulai menusuk vagina Daein dan mengocok isi vagina Daein juga menyentuh G-spot-nya dengan intens.

“Hee… Heechul… kau… kau… membuatku…”
“Nyaman?” tebak Heechul, suaranya setenang biasanya.

Daein meremas seprainya dan cairan orgasmenya keluar sekali lagi. Heechul menarik jari-jarinya yang basah, memandanginya sejenak sebelum mengoleskan cairan itu ke payudara Daein, yang sukses membuat Daein menggelinjang lagi.

“Ouch… noona, celanaku sesak…”
“Babo ya! Kau seharusnya sudah naked juga! Juniormu tersiksa, tau!”

Heechul memanyunkan bibirnya.

“Kalau begitu, bantu aku dong, noona.”

Daein bangun dan berlutut sejajar dengan Heechul, lalu dia menunjuk ranjang untuk memerintahkan Heechul yang sekarang gantian berbaring. Heechul menurut saja, dia berbaring dan kini Daein bisa memandangi tubuh si namja dengan jelas walau hanya dengan bantuan sedikit saja penerangan. Rupa-rupanya tubuh Heechul cukup kekar, garis dadanya tampak jelas sementara sebentuk ringan abs-abs-nya mulai tampak di perutnya yang datar. Daein melepaskan celana panjang Heechul dan tersipu malu melihat underwear abu-abu Heechul terlihat sesak.

“Tuh kan… dia sudah bangun.”
“Bebaskan dia, noona,” pinta Heechul, ada sedikit nada memohon dalam suaranya yang biasanya tegas.

Daein melepas underwear Heechul dan kaget melihat ukuran junior Heechul yang ternyata cukup besar. Juniornya sudah tegang, sebenarnya Daein tidak perlu melakukan pemanasan apa-apa lagi dan langsung saja melanjutkan ke sesi berikutnya tapi dia ingin balas dendam ke Heechul. Senyum evil muncul di wajah Daein dan dia meraup junior Heechul dengan kedua tangannya. Daein merasakan tubuh Heechul yang sedikit tersentak, tapi Daein tidak peduli dan melanjutkan kegiatannya. Daein mulai mengocok junior Heechul dengan gerakan pelan-cepat bergantian, membuat nafas si empunya junior tidak teratur. Daein makin menikmati menyiksa Heechul (yang mati-matian menahan desahannya) hingga Heechul orgasme untuk yang pertama kalinya.

“Ingin lagi?”
“Masih ada cara yang lain?”

Daein mendekatkan mulutnya ke junior Heechul dan menggigitnya.

“Aaaah… Daein!”

Daein tersenyum. Dia gigiti perlahan junior Heechul mulai dari twins ball-nya, berikutnya batangnya, digigitnya hampir setiap inchi secara melingkar maju menuju kepala juniornya, lalu setelah sampai di kepala juniornya, Daein menjilati dan menusukkan lidahnya di lubang di kepala junior Heechul itu. Heechul berteriak tertahan, tangannya memukuli bantal yang ditidurinya dengan keras. Untuk kedua kalinya, sperma Heechul menyemprot keluar dan kali ini Daein terlambat menghindarinya dan sebagian mengenai wajah Daein.

“Pelajaran yang cukup untukmu, dongsaengku…” goda Daein, membersihkan wajahnya dengan punggung tangannya.
“Kalau begitu, sekarang kita lanjutkan!”
“Kyaaa~”

Heechul memutar tubuh Daein dengan cepat dan membaringkannya di ranjang, lalu menciumi Daein dengan lembut. Sekali lagi Daein terlena oleh ciuman itu dan tidak menyadari bahwa Heechul sedang mengambil ancang-ancang untuk menembus keperawanannya…

“Yaaaaaaaah… Heechul!”
“Lho? Kenapa masih belum masuk?”

Daein mengintip bagian tubuh mereka yang akan bersatu dan dia meringis merasakan tekanan itu di dalam vaginanya. Rupanya baru setengah saja dari junior Heechul yang memasuki tubuhnya.

“Dorong lagi.”

Dengan sekali hentakan lagi, Heechul behasil mendorong juniornya masuk sempurna ke dalam tubuh Daein. Daein memukul dada Heechul.

“Ya! Babo ya! Sakit tau…” jerit Daein.
“Mian noona, tapi katanya setelah ini rasanya akan nikmat.”
“Kau benar-benar sok tau. Atau kau memang berpengalaman?”

Heechul hanya menjawab pertanyaan Daein dengan senyuman, lalu tiba-tiba mulai menggoyangkan pinggulnya. Daein melihat junior Heechul yang keluar-masuk tubuhnya dan darah keperawanan Daein mengalir di batang juniornya itu. Namun yang ada di pikiran Daein dan Heechul sama: pikiran mereka dan fisik mereka hanya dikuasai oleh perasaan nikmat luar biasa… setiap junior Heechul bergerak menyentuh dinding vagina Daein, mereka mendesah… setiap junior Heechul diremas dengan kuat oleh karena sempitnya vagina Daein, mereka juga mengerang… keringat menetes di tubuh keduanya, Daein menarik Heechul untuk tidur menimpanya, sementara Heechul masih menggerakkan pinggulnya dengan tenaga yang tidak berkurang sedikitpun, hingga akhirnya…

“Heechul… Heechuuuuuuuul!” jerit Daein, mencakari punggung Heechul.
“Panggil aku oppa! Daein, panggil aku oppa!”
“Hee… Heechul oppa… Heechul oppppppppaaaaaaaa!!!”

Cairan sperma Heechul keluar membasahi rahim Daein yang juga mengeluarkan cairan vaginanya. Keduanya terengah-engah sekarang.

“Jujur saja, Daein… ini… benar-benar yang pertama… untukku…”
“Kau hebat, Heechul…”
“Jangan bilang kau akan mengakhiri ini sampai disini saja.”
“Maksudmu?”
“Ayolah, Daein, lanjutkan. Aku belum lelah. Aku menginginkanmu… aku masih menginginkanmu…”
“Yaaah… kau ini!”

Tapi senyum evil kembali terukir di wajah Daein. Dengan sekali hentak, Daein berhasil memutar posisi, kini Heechul yang tertidur di ranjang, dan Daein di atasnya.

“Oke, kalau begitu, Heechul, sekarang aku yang pegang kendali,” putus Daein.
“Silakan saja, noona…”

Heechul menggerayangi tubuh Daein dengan tangannya, memilin kedua nipple Daein dan membuat Daein kembali menggelinjang.

“Tadi kan… kau… yang… menyuruhku… me… manggilmu oppa…”
“Hanya ketika aku ingin.”
“Kau… hhh… tunggu saja…”

Tanpa menunggu balasan Heechul, Daein langsung bergerak. Dari tadi memang kontak tubuh keduanya belum terputus dan Daein bergerak melingkar, membuat junior Heechul berputar di dalam vagina sempit Daein. Keduanya mulai mengerang-erang lagi, namun Heechul tampaknya masih punya tenaga lebih untuk meremas payudara Daein kencang-kencang. Merasakan kenikmatan sekaligus di payudara dan vaginanya membuat Daein mulai menjerit. Heechul bangkit untuk memeluk tubuh Daein dan menyerang leher Daein. Kali ini Heechul membuat kissmark yang lebih jelas dari sebelumnya, Daein merasa daerah lehernya sakit oleh gigitan Heechul di banyak tempat.

“Sekarang, panggil aku oppa!”
“Heechul… Iiichullie… oppa…” desah Daein lelah, cairannya sudah keluar.
“Gomawo… Daein…”

Heechul menarik tubuh Daein untuk tidur menyamping bersamanya. Heechul meletakkan tangan kirinya untuk ditimpa kepala Daein, sementara tangan satunya mencari selimut untuk melapisi tubuh mereka. Junior Heechul tetap tertanam di dalam vagina Daein, dan setiap Heechul bergerak, Daein masih menggelinjang begitu saja.

“Daein, aku suka sekali mendengarmu memanggilku Iiichullie oppa… maukah kau terus memanggilku begitu?”
“Tapi kenyataannya aku noona-mu.”
“Ayolah, jagiya…”
“Kau memanggilku apa?”
“Daein jagiyaaaaaa…”
“Hei, kau bisa manja-manja juga!”
“Ya? Ya? Panggil aku Iiichullie oppa? ya? Ya?” mohon Heechul, wajahnya sekarang seperti anak kecil.
“Neeee… sesukamu saja, oppa…”
“Gomawo jagi…”
“Ber… hmmph… berhenti… hmmmph… HEECHUL! Berhenti menciumiku kenapa? Aku lelah sekali! Asssssh…”
“Kan besok kau off, boleh dong aku mengerjaimu lagi?”
“Kau gila, ya… SEKARANG JANGAN SERANG DAUN TELINGAKU!”
“Kau lucu sekali, jagi…”

***

7 comments:

  1. OMG...sudah sejauh itu hubungan mereka ....parah....parah....ckckckck....

    ReplyDelete
  2. katanya dd gak mau baca yg beginian...
    kenapa dibaca? -_______-"

    ReplyDelete
  3. wahahaha aku ga bisa comment panjang banget dh kyaknya eon klo cerita full NC gini.. wkwk :p
    yah jelas ini HOT banget eon, DAEBAKK lah pokoknya yah.. haduhh heechul kecil kecil tapi otaknya udah mesuk aja #Plakk~ ga nyangka progress hubungan mereka segini cepetnya loh eon.. aku kiranya mah mereka paling cuma foreplay aja nantinya yah #polos, eh taunya mereka beneran sampe yadongan.. haduhh manteb dh manteb banget ini.. ahh tapi itu eon, katanya dua ronde kan?? tapi ko itu ronde keduanya cuma gtu doangan eon? dikit amirr itu mah :p ayoo dong eon panjangin lagi rondenya #plakk
    ahhh yang jelas aku suka deh eon XD ehh itu ko heechulnya foto yg itu cakep yah eon, yg di editannya juga cakep yah eon #ganaksir ko :p ehehe klo poto yg chap 1 sama 2 kn keliatan seremnya kayak vampire gtu nah tpi klo yg ini kyaknya cakepnya beda gtu loh eon #plakk #gapen~
    yang jelas kapan ini lanjutannya eon?? kaga sabar aku #ditendang :p

    ReplyDelete
  4. wow, ternyata yg ini yg expansion, hihihih

    ReplyDelete
  5. *mungutin sampah Cena*
    kurang panjang ya ronde keduanya?
    pssst... nanti masih ada expansion chapter 2, yg ini jamin lebih hot
    yaah, Heechul kan namja juga, uda 23 tahun, wajar dong uda mesum
    *dilirik Jungchullie*
    ditunggu aja ya XD

    Yenny
    hahaha, ajaib ya, tiba2 ada expansion-nya XD

    ReplyDelete
  6. "prok prok prok" *tepuk tangan* kagum... dgn authornya maupun keberanian (dan otak mesum) jung heechul..

    awalnya kupikir daein bakal nolak permainan heechul tapi, pikiranku salah rupanya....
    padahal heechul sdg ga enak badan tapi, staminanya seakan2 ga habis2..
    alur permainannya kompleks sekali jie.. daebak!

    selebihnya aku ga bisa komentar apa-apa lg jie.. cuma bs pasang wajah tercengang

    -teph

    ReplyDelete
  7. expansionnya aduhai banget xDDD
    Eitz, Jungchulnya ngak pengalaman tapi ahli (?) xDDDD

    Keknya Daeinnya lbh napsu dari Jungchul (?) lmao

    -Julie-

    ReplyDelete