Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Sunday, 4 December 2011

Noona, I Love You chapter 1








Noona, I Love You
Chapter 1

This story was made special for my love JUNG HEECHUL’S 23th birthday o^0^o I love, love, love, love, love, love you, jagiyaaaaaaah~

Noona, I Love You
Cast: Jung Heechul and another ZE:A member

Disclaimer: I don’t own ZE:A member, they’re belong to their family, but I do own the other cast, they’re my imaginary cast

Chapter 1

AUTHOR’S POV
Kim Daein menghela nafas memandangi seisi restoran fast food tempatnya bekerja. Restoran itu penuh seperti biasa, restoran ini tengah naik daun. Tapi sayangnya gaji pegawai tetap tidak meningkat seramai ataupun sesepi apapun restoran. Daein melirik jam dinding, sekarang sudah jam 11 kurang empat menit, sebentar lagi dia akan selesai shift sore. Plakat “close” sudah dipasang di pintu depan. Daein yang hari ini bertugas sebagai kasir sudah bisa meninggalkan pos penjagaannya. Dia menuju ruang locker dan mengambil pakaian gantinya di locker 39. Karena ruangan sepi, Daein nekad saja mengganti pakaiannya disana, lagipula ruangan ini khusus untuk pegawai wanita. Dengan gerak cepat, Daein berhasil mengganti seragamnya.

“Aish, cepat sekali kau sudah ganti baju, Daein.”

Daein menoleh saat sahabat kentalnya Lee Sunmi memasuki ruang locker. Sunmi tidak langsung ganti pakaian, dia duduk bermalas-malasan dulu di kursi panjang. Daein memandangi wajah imut temannya yang tampak lelah.

“Ayolah, Sunmi, cepat. Aku ingin pulang cepat nih,” desak Daein.
“Ya~ ya~ tunggu sebentar, kakiku sudah kram nih. Kenapa kau mau pulang cepat, ada janji kencan?” selidik Sunmi.
“Kau tau, Sunmi, aku tidak pernah berniat kencan dan semacamnya.”
“Hati-hati kau akan jadi gadis tua, eonni.”

Ledekan Sunmi itu berakibat pukulan ringan di kepala Sunmi. Daein menghela nafas. Terkadang dia iri pada Sunmi yang lebih muda dua tahun dari dirinya. Dia melarang Sunmi memanggilnya eonni, menurutnya itu akan membuatnya tampak tua, tapi mau tidak mau Daein harus menyadari umurnya sekarang memang 25 tahun. Tak apa bagi Sunmi untuk jomblo sekarang, tapi Daein juga jomblo. Usia 25… belum punya pacar…

“Aish, Sunmi, kau memang minta dihajar.”
“Hahaha… mian. Kenapa kau buru-buru? Ada job lain? Atau tentang komik?”
“Yang kedua. Harusnya hari ini aku menerima kabar tentang komik yang sudah kukirim dua minggu yang lalu.”
“Langsung kabari aku kalau sukses ya… tapi kurasa kali ini kau akan berhasil, Daein. Ceritamu yang kali ini benar-benar bagus,” yakin Sunmi.
“Mudah-mudahan deh.”

Keduanya keluar dari restoran bersamaan dengan pegawai lainnya. Besok Daein masih akan shift sore, jadi dia bisa memanfaatkan waktu paginya untuk mengerjakan side job-nya. Daein dan Sunmi naik bus yang sama, tapi hanya 1 stasiun, Sunmi sudah turun. Daein masih terus hingga 5 stasiun setelahnya. Daein memasuki apartemen tempat dia tinggal sendirian di Seoul, di lantai tiga. Daein hanya memiliki seorang eomma dan eomma-nya itu tinggal di kota kelahiran Daein di Incheon. Daein semenjak kuliah sudah berkelana sendirian di Seoul demi mendapatkan pendidikan lebih layak dan uang yang lebih banyak pula. Begitu memasuki apartemen satu ruangannya, Daein langsung melempar backpack-nya ke atas ranjang dan menyalakan laptopnya. Setelah internet menyambung, dia membuka e-mail-nya dan menemukan penantiannya… nihil. Daein menutup window e-mail-nya dengan kecewa. Ini sudah yang keempat kalinya Daein gagal. Sebagai kerja sampingan, menyalurkan bakat dan hobinya, Daein membuat komik. Dia sudah mengajukan setidaknya 5 komik, dan ini komik keenamnya yang ternyata sudah ditolak empat kali. Daein makin merasa putus asa.

“Mungkin… sebenarnya ini bukan talentaku…” keluh Daein.

Merasa menangispun tak akan banyak membantunya, Daein langsung saja merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti pakaian. Andaikan dia bisa melakukan sesuatu untuk membahagiakan eomma-nya… menjadi komikuslah seharusnya profesinya. Tapi rasanya impian itu terasa begitu jauh…

***

Daein memutuskan menjelajahi Seoul mulai jam 1 siang untuk menyegarkan otaknya. Dia tau dia harus memikirkan ide untuk komiknya yang baru dan berhenti memaksakan komiknya yang lama untuk diterbitkan. Komik itu hanya akan jadi tumpukan barang tak berguna di sudut apartemennya. Daein melangkah menuju taman favoritnya tak begitu jauh dari apartemennya, duduk di salah satu kursinya dan mengeluarkan buku sketsanya. Perhatiannya terpusat pada seorang gadis kecil yang bermain di tengah taman. Gadis itu berwajah sangat imut, mengingatkan Daein pada  versi mini dari Sunmi. Pensil Daein mulai bergerak menggambar gadis itu beserta pemandangan di sekitarnya. Gadis imut dan balon merahnya… Daein membuat versi anime dari gadis itu… dan seketika balon gadis itu terbang, si gadis berlari mengejar balonnya… lalu gadis itu terjatuh karena tersandung bebatuan di taman itu. Tangisan si gadis membuat Daein kaget dan berlarian menghampirinya.

“Adik kecil, jangan menangis… cup cup…” bujuk Daein.
“Eonni… balonku terbang… aku tidak punya balon lagi…” rengeknya.
“Tunggu sebentar ya.”

Daein menggoreskan pensilnya dengan cepat lalu merobek lembaran sketsanya.

“Ini hadiah untukmu… lihat, kalau kamu tersenyum, cantik kan? Jangan menangis ya…”

Si gadis mengerjapkan matanya melihat gambar yang disodorkan Daein. Gambar si gadis yang tersenyum sambil membawa balon yang tiba-tiba punya mata, mulut dan sepasang sayap kecil. Dia jadi melongo, lupa kalau tadinya menangis. Melihat reaksi si gadis, Daein jadi ikutan bingung.

“Gambarnya eonni tidak bagus ya?”
“Balonmu.”

Si gadis kecil dan Daein kaget ketika sebuah tangan menyodorkan balon ke hadapan si gadis kecil. Daein kini memandangi sang pemilik tangan, seorang namja. Namja berambut pirang kecoklatan dengan alis mata yang tebal dan tegas, dengan hidung mancung dan bibir tipis, kulit putihnya sangat menyolok. Daein akan lebih suka menyebut namja itu patung andaikan dia tidak barusan berbicara dengan suaranya yang terkesan unik, yang tidak tau bagaimana sebaiknya Daein gambarkan. Si gadis kecil bersorak dan mengambil balon merah dari tangan namja itu.

“Oppa, gomapda…” seru si gadis kegirangan.

Si gadis langsung berdiri dan berlari memunggungi kedua orang dewasa di hadapannya. Daein masih bengong karena karyanya sama sekali tidak ditanggapi si gadis. Tapi sedetik kemudian, si gadis menoleh lagi.

“Eonni… gomapda untuk gambarnya… Damin suka…”

Pujian si gadis membuat Daein tersenyum.

“Sketsamu bagus.”

Daein baru sadar si namja masih berdiri di hadapannya. Daein langsung berdiri dari posisi berjongkoknya dan kali ini bisa melihat dengan jelas wajah si namja yang tidak terlalu berbeda tinggi badan dengannya. Senyum tipis sekarang terukir di wajah tampan si namja dan Daein berdebar melihatnya.

“Bisa gambarkan aku satu? Perlu kubayar berapa? Apa kau pelukis jalanan?” Tanya si namja bertubi-tubi.

Daein masih bengong, tidak tau mau berkata apa, hanya memandangi wajah indah di hadapannya. Ketika si namja berdeham, kesadaran Daein perlahan kembali.

“Err… ng… tidak, aku tidak mengambil bayaran. Tapi jika Anda ingin sebuah gambar… aku akan membuatnya. Gambar apa?” Tanya Daein.
“Gambarku, tapi bukan versi anime. Aku ingin sketsa wajahku.”

Daein menelan ludah dengan susah payah. Ini akan menjadi kesenangan sekaligus tantangan untuknya, menggambar namja setampan patung ini.

“Boleh saja. Kita… sambil duduk?”

Daein dan si namja akhirnya duduk di kursi yang tadinya ditempati Daein sendirian. Hanya tersisa sedikit sekali space kosong di kursi itu ketika harus diduduki dua orang. Kini Daein bisa mencium parfum si namja yang menyegarkan seperti bau air laut. Daein mulai membuat sketsanya, matanya berkelana dari buku sketsa ke wajah si namja, terus-menerus, pensilnya pun tak pernah berhenti bergerak, hingga akhirnya sketsanya jadi.

“Nah… err… ini…”

Daein merobek kertas sketsa itu dan menyerahkannya pada si namja. Si namja memperhatikan buah karya Daein. Senyum terukir di wajah tampannya.

“Aku suka. Gomawo,” ujarnya singkat.
“Ng… kalau begitu… aku bisa permisi? Aku harus pergi kerja… ng… sampai jumpa.”

Tanpa berlama-lama lagi Daein langsung kabur begitu saja dari hadapan si namja. Si namja hanya memperhatikan punggung Daein yang berlalu tanpa bisa dicegahnya.

“Bahkan aku belum Tanya namamu…”

Tapi si namja tersenyum sedetik setelahnya karena menemukan Daein menulis namanya di sudut karyanya. Kim Daein.

***

Hari ini Daein dan Sunmi bertugas sebagai pelayan dan seperti biasanya restoran tetap ramai. Daein berdiri di samping tamu berikutnya yang memesan makanan di kasir, siap membawakan makanan pesanan.

“Oh, kau disini, Daein-sshi.”

Daein yakin jantungnya tadi sempat berhenti berdetak ketika dia mendengar suara yang dia yakin, hanya milik seorang namja. Daein mendongakkan kepalanya dan benar sekali, dia mendapati sosok namja yang kemarin ditemuinya di taman, si namja setampan patung.

“A… anda…” gagap Daein.
“Bisa minta waktumu setelah kau selesai bekerja?”
“Ah… err… baiklah.”

Si namja tersenyum setelah Daein mengantarkan pesanan ke meja yang didudukinya. Sunmi menyenggol Daein setelah keduanya mengantri di dekat kasir.

“Daein, itu temanmu? Namja tampan itu?” Tanya Sunmi.
“Belum bisa disebut teman sih. Nanti deh aku cerita sejarah pertemuanku dengannya.”
“Kau tau? Rasanya aku pernah melihatnya dimana… gitu…”
“Atau karena ketampanannya yang menyerupai artis?”
“Bisa jadi…”

Sunmi masih kelihatan sibuk berpikir selama sisa malam itu, sementara Daein tidak peduli. Sunmi memang terobsesi dengan dunia KPop, idola utamanya adalah Super Junior, tapi Sunmi juga mengikuti perkembangan boyband lainnya. Beda dengan Daein yang tidak begitu peduli dengan dunia KPop. Dia cukup suka mendengar beberapa lagu, tapi terkadang dia bahkan tidak bisa mengingat siapa penyanyi ataupun judul lagu yang sedang didengarkannya. Daein nyaris lupa kalau si namja bilang akan menunggunya, jadi ketika Daein dan Sunmi keluar dari restoran, mereka kaget melihat si namja menyandarkan dirinya di tembok tepat di sebelah pintu restoran.

“Kim Daein,” panggilnya singkat.
“Ah… ng…” Sunmi bingung sekaligus kaget mendengar suara unik si namja.
“Boleh aku pinjam Daein, Lee Sunmi?”
“Bo… boleh saja. Daein, sampai jumpa.”

Sunmi langsung kabur secepat yang dia bisa meninggalkan Daein dan si namja.

“Darimana Anda tau namaku?” Tanya Daein.
“Sketsamu kemarin,” jawab si namja.

Daein menepuk dahinya. Dia lupa dia selalu punya kebiasaan untuk mencantumkan namanya di setiap sudut sketsanya.

“Dan nama Sunmi…?” Tanya Daein.
“Di seragam kalian tadi, kan?”

Daein menepuk dahinya lagi. Si namja ini teliti rupanya.

“Dan nama Anda…?”
“Heechul saja.”

Daein menyambut uluran tangan si namja bernama Heechul itu.

“Rupanya Seoul kecil juga, aku bisa menemukanmu dengan cukup mudah.”
“Ng… yah… mungkin.”
“Sketsamu bagus sekali. Kenapa tidak berpikir untuk jadi komikus atau pelukis saja?”
“Aku memang ingin jadi komikus, tapi… nasib belum berpihak padaku. Tapi… kenapa kau begitu peduli, Heechul-sshi?”
“Oh, sebenarnya aku penggemar komik,” jawab Heechul singkat, “jadi kau sudah mencoba membuat komik?”
“Sudah beberapa. Benarkah kau penggemar komik? Bisakah aku memintamu jadi editorku?”

Tiba-tiba Daein jadi bersemangat. Selama ini dia hanya mengharapkan Sunmi yang menjadi editornya, tapi kemampuan Sunmi masih agak diragukan untuk menjadi editor yang sesungguhnya. Tapi Daein sadar, akan sangat aneh sekali meminta orang yang baru dikenalnya menjadi editor baginya, apalagi untuk karyanya yang tidak bagus seperti itu, hanya karena namja tampan ini adalah penggemar komik.

“Tentu saja, kenapa tidak? Dimana komik-komik itu?”
“Di apartemenku.”
“Kuantar pulang saja.”

Sepanjang perjalanan dalam mobil Heechul, Daein dan Heechul membicarakan tentang berbagai komik, dan sepertinya Daein tau dia menemukan orang yang tepat untuk dijadikannya editor. Ketika sampai di depan pintu apartemen, Daein ragu untuk membukanya.

“Ng… Heechul-sshi, apartemenku kecil dan berantakan… err…”
“Tidak apa, apartemenku juga begitu koq.”

Daein membuka pintu apartemennya dan Heechul ikut masuk bersamanya. Heechul berdiri di depan pintu sementara Daein buru-buru ke sudut kamarnya untuk mengeluarkan beberapa naskah komiknya. Dia membersihkan sedikit debu yang menempel di naskah itu, lalu menyerahkannya pada Heechul.

“Boleh kubawa pulang dulu? dan supaya lebih gampang untuk pertemuan berikutnya, aku bisa meminta nomor ponselmu?” Tanya Heechul.

Akhirnya keduanya bertukar nomor ponsel dan itulah awalnya Daein dan Heechul mulai berhubungan…

***

Hari ini adalah hari off Daein, tapi tidak seperti biasanya, Daein hanya menetap di apartemennya saja. Namun kali ini dia tidak sendirian, Heechul menemaninya. Keduanya duduk di lantai berhadapan dengan meja yang penuh naskah komik Daein. Daein sedang mengusahakan komik baru, sementara Heechul menjadi editornya. Daein tak pernah menyangka kalau Heechul benar-benar peka terhadap komik mulai dari alur ceritanya hingga detail gambarnya. Daein merasa lebih dari beruntung bisa mengenalnya. Daein mengalihkan matanya dari kertasnya dan memandangi wajah tampan Heechul lagi. Heechul tampak serius meneliti selembar halaman komik. Daein lupa dia nyaris tidak mengenal Heechul bahkan setelah setengah bulan mereka berteman.

“Heechul?”
“Ya?”
“Apa pekerjaanmu?”

Heechul mengalihkan padangannya dan balas memandang Daein.

“Aku berkuliah semester akhir di Seoul Art University, di jurusan vocal. Kegiatanku yang lain… aku hanya suka berkumpul dengan sahabat-sahabatku,” jawab Heechul.
“Kelihatannya kau santai sekali. Aku iri padamu.”

Heechul tertawa.

“Kau sendiri, kenapa tinggal sendirian, Daein?”
“Eommaku tinggal di Incheon. Aku ke Seoul untuk memperoleh lebih banyak uang dan kau tau sendiri, urusan jadi komikus akan lebih gampang kalau kulakukan di Seoul, jadi sejak kuliah aku sudah disini.”
“Kalau begitu kau sangat mandiri.”
“Kau orang Seoul?”
“Bukan. Aku juga tinggal sendirian, keluargaku di Jeju.”
“Kenapa kau tidak bilang? Kau juga mandiri kalau begitu! Ah, kapan kau akan mengenalkanku dengan teman-temanmu? Aku jarang sekali punya banyak teman.”
“Lain kali. Ah ya, Daein, kau bisa mengedit yang bagian ini…”

Dalam hati, Daein merasa semakin kagum pada namja yang lebih muda darinya ini, ternyata namja muda sepertinya sudah cukup mandiri juga. Jika saja Heechul tidak lebih muda darinya… tapi apa yang dia pikirkan sebenarnya? Apa yang dia inginkan? Daein menggelengkan kepalanya dan menghilangkan pikiran tidak-tidaknya tadi.

***
From: Heechul
Mian, Daein, aku tidak bisa menemuimu hari ini. Aku janji akan ke apartemen di hari off-mu hari Selasa nanti. Ngomong-ngomong aku sudah mengedit naskahmu yang terakhir, akan sekalian kubawakan.

Daein memasukkan kembali ponselnya ke saku seragamnya dan menghela nafas panjang. Sudah seminggu lamanya dia tidak bertemu Heechul. Tadinya Daein menyangka kehidupan Heechul cukup santai, tapi buktinya dia tampak sibuk akhir-akhir ini. Sekarang dia merasa kehilangan sosok Heechul.

“Kau merindukan Heechul-sshi, kan?” tebak Sunmi tepat sasaran.

Daein baru sadar sekarang dia sedang di bus dan duduk bersama Sunmi. Daein menggelengkan kepalanya.

“Tidak, koq,” sangkal Daein.
“Berhenti membohongiku. Kita sudah bersahabat dua tahun lamanya. Kau mencintainya.”
“Aniyo!”
“Jangan menyangkal lagi, Daein. Yang membuatmu ragu pastilah usianya. Memangnya kenapa kalau dia lebih muda darimu sih?”
“Sunmi, aku tidak mencintainya, jadi jangan pikirkan hal yang aneh-aneh lagi.”
“Ya sudah, terserah padamu saja. Dan aku masih yakin aku pernah melihat wajahnya entah dimana. Apa kau tidak merasa dia terlalu familiar, Daein?”
“Ah, tidak koq, Sunmi… kau saja yang berprasangka, aku kan sudah bilang, mungkin dia mirip artis.”
“Bagaimana kalau dialah artis itu?”
“Heechul seorang artis? Tidak mungkinlah… kelihatannya dia santai. Mana mungkin dia artis.”
“Tapi belakangan dia sibuk kan?”

***

Mau tidak mau Daein jadi memikirkan perkataan Sunmi. Bagaimana kalau Heechul seorang artis? Tapi sejauh hubungan mereka yang masih bersahabat… kenyataan seperti apapun tidak akan mempengaruhi Daein. Namun Daein tidak ingin menyangkal hatinya, bahwa sebenarnya dia memikirkan Heechul lebih dari sekadar sahabat. Dan jika dia harus mencintai seorang artis… Daein merinding membayangkannya. Tidak… dia tidak ingin menjalin hubungan dengan orang yang berprofesi seperti itu… dia tidak akan tahan menghadapi fans si artis yang mengamuk… Daein juga lebih menyukai ketenangan daripada hingar bingar karena berhubungan dengan artis. Mereka tidak akan cocok…

“Daein?”

Daein mengerjapkan matanya. Jantungnya seketika berdebar secepat dua kali kecepatan normal ketika merasakan sentuhan ringan di lengannya. Dia menyadari sentuhan itu berasal dari Heechul yang mengendarai mobil. Heechul memandangi Daein dengan tampang khawatir.

“Kau gugup, Daein?” Tanya Heechul.
“Ehm… yah, sedikit…” aku Daein.
“Perlu kutemani ke dalam?”
“Ah, tidak, Heechul, kau bukannya bilang ada urusan penting sejam lagi? Aku takut kau tidak keburu kesana.”
“Baiklah kalau begitu. Daein, sukses untukmu. Dan jika kau berhasil… kau akan memastikan aku orang pertama yang tau kan? Aku juga orang pertama yang akan merayakannya bersamamu kan?”
“Itu terlalu cepat, Heechul. Aku tidak punya rasa percaya diri sebesar itu.”
“Setelah memiliki aku, kau masih tidak percaya diri?”

Daein merasakan pandangan Heechul yang menusuk. Mata itu… mengucapkan berbagai hal tanpa kata-kata padanya. Otak Daein menolak kata-kata itu. Dia mengira dia hanya mengkhayalkan itu saja. Heechul lebih muda darinya. Tidak mungkin kan…

“Daein, hwaiting.”

Daein tersenyum pada Heechul sebelum turun dari mobil. Dengan berbekal naskah komik di pelukannya, Daein menghela nafas panjang dan melangkahkan kakinya memasuki gedung penerbit…

***

Daein kaget dan gelagapan ketika merasakan ponselnya bergetar hebat di sakunya ketika sibuk membersihkan meja. Daein hari ini nyaris tidak bisa beristirahat, restoran ramainya minta ampun di hari Minggu siang, bahkan pelayan yang jumlahnya limapun tidak cukup rasanya. Dia ingin mengabaikan ponsel itu, tapi sebaiknya dia melihat dulu siapa yang menelepon. Dia meraih ponselnya, dari nomor tidak dikenal. Daein mengerutkan keningnya, namun akhirnya memutuskan untuk menerimanya.

“Yoboseyo… ne… Kim Daein-imnida… ne… mworago? Geu… geuraeyo? Ah… kamsahamnida… ne… ne… saya akan kesana sore ini…”

Setelah menutup ponsel, Daein memekik pelan dan rasanya ingin melompat saat itu juga. Dia menoleh ke Sunmi yang sibuk sebagai kasir. Sunmi mencuri pandang ke Daein, pandangannya penuh tanda Tanya. Tapi Daein mengalihkan pandangannya. Godaannya untuk langsung berbagi ke Sunmi seketika berubah haluan. Dia harus memenuhi janjinya. Orang pertama yang harus tau tentang ini adalah… Daein sekali lagi meraih ponselnya. Heechul… dia menekan tombol “dial” di nama Heechul di phonebook-nya. Tapi dering menunggu terus saja berbunyi… tidak diangkat. Daein mencoba lagi… kedua kalinya… ketiga kalinya… dan saat keempat kalinya, nomor itu tidak aktif lagi. Daein memandangi layar ponselnya dengan kecewa. Wallpaper ponselnya adalah wajah tersenyum dirinya bersama Heechul… dan dia merasa hatinya sakit sekarang. Heechul sendiri yang memintanya untuk menjadi yang pertama, tapi dia sendiri yang tidak bisa dihubungi sekarang. Tapi bukankah… harusnya Daein tidak perlu merasa resah seperti ini? Heechul punya dunianya sendiri… dia tidak seharusnya marah karenanya… Dan ujung-ujungnya, Daein menyambut Sunmi yang masuk ke ruang locker dengan senyum lebar.

“Apa? Daein, kenapa kau senyum-senyum sendiri?”

Daein tetap mempertahankan senyumnya, membuat Sunmi penasaran. Sunmi langsung menghampiri Daein dan mengguncang tubuh sahabatnya.

“DAEIN! JANGAN BUAT AKU PENASARAN!” jerit Sunmi.

Daein masih bergeming dan membuat Sunmi frustasi. Dalam hati, Daein sangat menikmati mengerjai Sunmi. Dia cukup mengenal Sunmi sahabatnya yang gampang dibuat penasaran ini.

“Daein… apa diterima? Komikmu?”

Daein tersenyum makin lebar dan membuat matanya yang sipit itu hilang. Yang berteriak bukan dia, tapi kini Sunmi. Sunmi melompat dan makin keras mengguncang tubuh Daein.

“Daein, daebak! Akhirnya… akhirnya berhasil! Kita berhasil! Ah bukan… kau dan Heechul akhirnya berhasil! Kalian hebat sekali!”

Senyum Daein sedikit menghilang.

“Kau sudah memberitau Heechul?”
“Hmm… tadi aku meneleponnya, tapi dia tidak mengangkat…”
“Mungkin dia lagi sibuk. Ayolah, Daein, tinggalkan pesan saja di ponselnya dan kita rayakan kesuksesanmu! Traktir, Daein!”
“Nanti. Temani aku ke gedung penerbit dulu.”
“Beres, Daein. Ayo, kita pergi sekarang, kajja,” desak Sunmi, menyeret Daein pada tangannya.

To: Heechul
Heechul, kita berhasil ^^ ayo, rayakan bersamaku dan Sunmi… kami menunggumu di Handel & Gretel jam enam sore ini.

***

DAEIN’S POV
“Kemana si Heechul?”

Pertanyaan Sunmi menyuarakan keresahanku. Sudah satu jam kami menunggu Heechul, tapi dia masih juga belum datang. Kami memandangi Handel & Gretel yang penuh dengan pengunjung, yang menurut Sunmi, 90%nya pastilah ELF. Tiba-tiba aku merasa kesepian.

“Dia tidak membalas SMSmu? Apa SMSmu sudah delivered?”
“Sudah delivered, tapi dia tidak membalas.”
“Ini memang membuatku curiga. Sungguh. Heechul ini pasti menyembunyikan rahasia.”
“Kau selalu berpikir begitu, Sunmi.”
“Dan kita akan menunggu sampai kapan, Daein? Lihat, kau saja sampai murung begitu.”

Aku memandang pantulan wajahku di ponselku dan Sunmi benar. Lama-kelamaan, senyum menghilang dari wajahku. Rasanya aku lupa kenapa aku bisa begitu bahagia beberapa jam yang lalu. Rasanya kebahagiaan itu tidak nyata. Tidak nyata tanpa kehadirannya… tapi kenapa aku begitu peduli? Kenapa? Aku harus menyingkirkan pikiran ini… aku tidak boleh…

“Kita pulang saja deh, Daein. Lihat, salju pertama sudah turun hari ini. Besok sih hari off-mu, tapi aku shift sore jadi aku kepingin tidur panjang nih… kajja.”

Aku berdiri dan mengeluarkan uang dari dompetku, tapi Sunmi merebut uang-uang itu dari tanganku.

“Aku saja yang membayar,” putus Sunmi sambil nyengir.

Aku tau maksudnya. Jelas saja Sunmi mau membayar karena ingin dekat-dekat dengan si pemilik café yang member Suju itu, namanya siapa aku tidak ingat. Sudahlah, biarkan saja dia senang-senang, sedangkan aku… entahlah. Aku keluar dari café sambil menunggui Sunmi. Salju sudah turun dan aku merapatkan jaket biru tebalku. Perasaanku selalu berubah melankolis setiap melihat salju, entah mengapa. Sunmi keluar dari café dan merapikan topi woll-nya.

“Ah… salju begini pasti enak kalau dibawa tidur saja… kajja, kita cari kehangatan di apartemen.”

Aku dan Sunmi masuk ke bus jurusan kami yang biasa, yang untungnya di dalam bus cukup hangat. Di luar sana, salju turun semakin deras. Daripada memikirkan banyak hal yang meresahkanku, lebih baik aku tidur saja. Lupakan sajalah soal Heechul, dia kan hanya anak kecil… dia tidak punya hubungan apapun denganku… Aku menghempaskan diriku di ranjang setelah menyalakan pemanas ruanganku. Meski aku berusaha melupakannya, tapi aku tidak bisa. Kemana Heechul? Dia sebelumnya tidak pernah menghilang begini… apa aku memang sebenarnya peduli padanya? Maksudku… menyukainya? Aku memandangi ponselku lagi. Apa aku perlu menghubunginya? Tapi… ah, lupakan sajalah. Biarkan Heechul dengan dunianya sendiri…

***

8 comments:

  1. Dia melarang Sunmi memanggilnya eonni, menurutnya itu akan membuatnya tampak tua.
    [*] LMAOXD lucu juga ini. klo saya malah suka2 ajah dpanggil onnie 8D

    25 tahun ama 23 tahun, beda dkid, sama2 jomblo, gpp kali O_O wkwk

    Aww~ saya membayangkan adegan di taman itu sweet dan beautiful (?) *O*
    dari mulai adegan ama anak kecil itu sama yg ama jungchul juga x3

    Namja berambut pirang kecoklatan dengan alis mata yang tebal dan tegas, dengan hidung mancung dan bibir tipis, kulit putihnya sangat menyolok. Daein akan lebih suka menyebut namja itu patung andaikan dia tidak barusan berbicara dengan suaranya yang terkesan unik, yang tidak tau bagaimana sebaiknya Daein gambarkan.
    [*] OK BGD! PAS BGD DESKRIPISANNYA XD TERUTAMA BAGIAN SUARA UNIK LOLXD
    karna jungchul anak jeju, jd logat'a ketara bgd 8D

    wooo :O menarik. sunmi kek pernah lyat si jungchul, jungchul dsini peran'a artis juga kah? :O penasaran. x3

    ... si namja menyandarkan dirinya di tembok tepat di sebelah pintu restoran.
    [*] Aww~ membayangkan pose'a, pasti ganteng abis nie gaya'a *O* wkwk

    heh. si namja tau2 ajah nama lengkap sunmi juga xD

    'Heechul saja ...' lmao. ada 'saja'nya 8D

    Sunmi yang menjadi editornya, tapi kemampuan Sunmi masih agak diragukan untuk menjadi editor yang sesungguhnya.
    [*] 'msh diragukan' xD kasian sunmi xD

    whoah! saya suka ini hubungan komikus ama editor'a 8D

    Daein merinding membayangkannya. Tidak… dia tidak ingin menjalin hubungan dengan orang yang berprofesi seperti itu… dia tidak akan tahan menghadapi fans si artis yang mengamuk… Daein juga lebih menyukai ketenangan daripada hingar bingar karena berhubungan dengan artis.
    [*] saya sependapat. u___u

    “Setelah memiliki aku, kau masih tidak percaya diri?”
    [*] DEG!!!! -ngebayangin-

    wooo~ sunmi dkacangin, karna mao ngasih tahu heechul duluan, sedih jg si sunmi xD tp stelah gk bs dhubungi si heechul'a, nyesek juga si daein. u___u apalagi tiba2 dy nyamperin sunmi msh tetep senyum2, kesan'a lbh tragis ajah si daein. x3

    heechul pasti artis ;______; dy pasti sbuk gtu ;______; tragis! D:
    lebih tragis lg dgr heechul dbilang 'anak kecil' =='
    yaelah sekecil apa sie si heechul, beda brp taun si ama daein, gk masalah kali x3 -emosi- XD

    lanjut. lanjut. 8D

    -Stella :)

    ReplyDelete
  2. kemana..kemana...kemana...
    ku harus mencari kemana...
    namja q tercinta tak tau dimana...
    lama tak datang kerumah....


    >>mungkin kata kata itu yang cocok bwt si Daein untuk si Heechul>> :p

    ReplyDelete
  3. Tadinya agak bingung sama pilihan namanya. Kirain Daein itu cowok terus Sumin itu sekilas dibaca Sungmin x___x

    Kkkkkkk

    Wah, sih Daein itu komikus yah? Penasaran sama gambar2nya >< tapi ditolak terus? Kasian =|

    Kirain yang ditaman itu sih gadis kecilnya bakal gak ngucapin terimakasih gara2 sih namja misterius yang dapetin balonnya =)) ternyata dia ingat xD kkkkk jadi, namja itu namanya Heechul? XD

    Cieeeeeee~

    Udah jadi kebiasaan yah buat ditulis namanya sendiri? Kayaknya itu emang ciri khas dari seorang komikus yah? =| tapi untunglah akhirnya sih Heechul bisa ketemu lagi sama sih Daein u,u

    Jadi editor komik? Hahaha. Makin dekatlah mereka \(^▿^)/

    Sih Sumin kayaknya lebih peka yah... Dia bisa nyadar kalau ada yg disembunyiin Heechul dari mereka. Keliatannya santai, tapi belakangan super sibuk =))

    Aha! Congrats Daein \(^▿^)/
    Akhirnya komiknya diterima ^^
    Tapi sih Heechul ditelpon kagak diangkat =^=
    Padahal dia sendiri itu yang minta biar jadi orang pertama yang dihubungin sih Daein. Ckckck

    Jadi ketemuan di tempatnya Yeppa, yah? Datang gak tuh sih manusia brondong =3

    Hahaha ditunggu next chapternya :)

    ReplyDelete
  4. pelit sekali yg punya rumah makan siap saji itu.. rumah makannya selalu ramai, tapi gaji pegawai ga di naikkin..

    aku suka scene yg gadis kecil, balonnya, dan heechul itu di taman..
    si gadis kecil mungkin terkesima dgn heechul yg bawa balonnya, tapi akhirnya dia ingat gambar yang dibuat daein :)

    heechul teliti sekali, sampe nama pegawai restoranpun diingatnya..

    selamat daein, komiknya diterima... ^^
    sayang... heechul ga jadi orang pertama yang tau..

    heechul sibuk sekali pasti, sampai telepon ga diangkat.. kalau gt kenapa ga dimatiin aja HPnya? biar orang yg telepon ga diberi harapan palsu oleh "nada tunggu" *dihajar*
    kesalahan heechul jg ga langsung bilang profesinya ke daein..

    i'm waiting for the next chapter, jie~~

    -teph-

    ReplyDelete
  5. Stella mei
    eh? deskripsinya pas ya? syukurlah XD
    "heechul saja" kalo dipikir-pikir ngakak juga jie XD
    yakin si Jungchullie artis? kkk~
    lha, koq pembaca yg emosi si Jungchullie dipanggil anak kecil? XD

    dd Tita
    hahahaha~

    Amelz beib
    Sunmi, beib, emang mirip Sungmin namanya XD
    si berondong gak datang beib T___T

    Teph mei
    iya, yg punya resto pelit *getokin*
    hahaha itu hapenya ketinggalan dalem tas, terus dimatiin sama staff karena bunyi terus
    *ngarang seenaknya*

    btw saya memang suka scene anak kecil itu...
    paling kebayang ya disitu xp
    lanjut~

    ReplyDelete
  6. eonni~ maap yah aku baru sempet komen skrng.. hiks hiks #nangis sendirian
    aihh cerita awalnya kasian amat si daein yah.. udah cukup umur tapi blom punya pacar juga #plakk :p udah gtu juga udah kirim komik tapi blom lolos juga .. aigooo sedihnya~
    aku ko ngerasa ada nada harap harap cemas dh yang novelnya bakalan keterima trus diterbitin.. amiiin :D
    adegan di taman itu sumpah suka banget.. aihh itu romantis gimana gtu deh eon..wkwk
    ahh tapi sayang kenapa daeinnya cepet banget peginya.. haduhhh~ tapi emank klo jodoh kyaknya ga kmana masa itu namja gampang banget nemuin daein yah.. wkwk :p
    udah gtu deketnya gampang banget sumpah itu yang aku ga habis pikir eon.. ahaha mana udah jadi editornya pula itu si ichul.. aigoo udah gtu maen ke apartemennya daein pula.. aigooo aigoo aigooo yah eon #gilaaaa #abaikan

    ya ampun ada yang kangen ceritanya ciee ciee ciee #apadah :p
    ahh ichul baik banget sih selalu ada buat daein dan nyemangatin daein.. aku juga mau dong #plakk
    ahh kalimat yang paling kusuka eon "setelah memiliki aku, kau masih tidak percaya diri?" ya ampun serasanya gimana banget gtu deh eon.. wkwk:p
    ciee daein diterima komiknya.. nanti eonni juga diterima novelnya.. amiiin :D
    wahh ichulnya kemana pula itu sih =='
    ahh gatau apa daeinnya udah kangen.. ahh itu si sunmi mau ngedeketin yesung nih ceritanya?? andwaeeee!!! yesung itu TTManku tersayang :P

    ReplyDelete
  7. Cena
    hahaha, love at the first sight jadi jalannya cepat XD
    tenang dah... Yesung cuma jadi cameo, gak muncul2 lagi (?) *dicium Yesung*
    kkk... AMIN saeng :)

    ReplyDelete
  8. awal2nya kirain daein ngak bisa gambar lho xDDDD ~ plak
    Eh, ngak taunya si Jungchul malah tertarik hbz wat digambarin xDD

    Daein ngak suka pacaran ma artis...
    Ehem...*toel2Jungchul* gimana ini? xDDD

    si Jungchul susah banget wat dihub. .____.
    udh pasti artis ini mah xDD

    -Julie-

    ReplyDelete