Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Sunday, 18 December 2011

Love's Arrived chapter 9 part 2

Love’s Arrived
Chapter 9 part 2

Gisela yang tidur paling ujung di tenda, sebelahan dengan Gracia, bangun karena ada nyamuk yang menggigiti pipinya. Idih… nyamuk ini pasti jantan deh, jadi genit… Gisela mengambil botol airnya dan melirik arlojinya. Jam dua dini hari. Udaranya dingin namun menggoda. Gisela baru sadar dia masih memakai dua rangkap jaket, jaket Alex melapisi jaketnya. Bau Xiang Chen ge… Gisela mencium bau khas Alex di jaketnya dan dia jadi tersenyum sendiri. Katanya selain di gunung dan taman, pemandangan langit di pantai juga bagus. Coba keluar, ah… Gisela keluar tenda dan menggeliat. Dia terkejut melihat sosok punggung Alex membelakangi tenda, duduk di tikar yang digelarnya agak dekat dengan laut. Kepalanya mendongak ke langit. Langit cerah, penuh bintang dan bulan purnama bulat sempurna di langit. Kejutin, ah… Gisela berjalan mengendap di belakang Alex.

“Xiang Chen ge!!!” panggil Gisela sambil menepukkan tangannya ke punggung Alex.
“Aduh, Mei-Mei… mati, deh… aku kirain…” sendat Alex, mencengkeram jantungnya.

Gisela nyengir jahil dan duduk di sebelahnya.

“Kalau jantung aku berhenti berdetak dan mati, kau harus tanggung jawab sama semua fansku, Mei-Mei…”
“Tapi ge ge kan nggak mati…”
“Tapi kan jantungku sakit… nih… detaknya jadi nggak teratur…”

Alex menyambar tangan Gisela dan meletakkannya ke jantungnya yang memang berdetak kencang. Sesaat Alex tak menyadari apa yang dilakukannya dan Gisela merasakan sejuta rasa dalam hatinya saat tangannya yang dingin menyentuh dada bidang Alex yang hangat. Setelah sadar, Alex langsung melepaskan tangan Gisela.

“Ehm… kok kau bisa keluar malam-malam? Nggak bisa tidur?”
“Ada nyamuk genit gigitin pipiku.”

Gisela menunjukkan pipi kirinya yang ada bengkak kecil berwarna merah. Alex mengambil salep dari kantung celana pendeknya.

“Pakai ini. Bengkaknya langsung kempis dan besok bekasnya langsung hilang.”
“Xie xie…”

Gisela mengembalikan salep pada Alex setelah memakainya.

“Aku senang suasana pantai, jadi dari tadi sebenarnya tidur nyenyak…”
“Sama dong. Aku kepingin punya rumah di pinggir pantai nanti.”
“Kita tetanggaan, ya…”
“Boleh…” ucap Alex sambil tersenyum, “aku selama ini suka ke pantai malam-malam. Langitnya juga cerah sekali kalau di pantai.”
“Oh, tadi aku kepikiran begitu juga jadi aku keluar tenda.”
“Kebetulan banget, ya…”

Gisela merasakan jantungnya berdetak kencang, baru pertama kali dia merasa debaran jantung yang begini hebat. Sebelum ini dia merasakan debaran yang mirip saat dia bertemu Alex untuk pertama kalinya. Alex masih mendongak menatap langit.

“Xiang Chen ge, Xiao Wei bilang… cara menikmati langit yang paling oke itu dengan berbaring. Coba, deh…”

Gisela berbaring. Xiao Wei…? Alex bertanya dalam hatinya. Tapi akhirnya dia ikut berbaring juga.

“Xiang Chen ge tahu rasi bintang?” tanya Gisela.
“Yang itu Crux, ya?” Alex menunjuk salah satu rasi, bertanya balik pada Gisela.
“Bukan. Crux yang di sebelah sana…”

Keduanya menghabiskan malam dengan ngobrol soal rasi bintang. Tapi setelah beberapa lama, mereka diam.

“Mei-Mei… kita sekalian nungguin sunrise aja ya, jadi jangan keti…” Alex menoleh pada Gisela yang matanya sudah terpejam, “…duran… telat, deh. Sepertinya nih anak udah tidur.”

Alex menghadap Gisela yang tidur terlentang, Alex menahan berat kepalanya dengan tangan kanannya. Wajah Gisela terlihat damai, sudah lama dia tidak merasa selega ini. Begitu juga dengan Alex. Dia merasa semuanya berjalan dengan lancar. Seharusnya memang begini… ataukah… seharusnya… Alex merasakan keraguan sejenak dalam hatinya. Dia maju… mendekati wajah Gisela dan mengecup keningnya. Jangan sampai dia bangun, deh… Tapi Gisela tetap tertidur nyenyak. Dia memang sunshine girl, udah pakai pakaian setebal ini, masih kedinginan juga… apa boleh buat, deh… Alex berbaring dan menarik Gisela ke pelukannya. Gisela masih tetap tertidur dan tak menyadari segala yang diimpikannya, terjadi saat ini, di pantai yang tenang dan saat langit yang cerah menjadi saksi…

Shou qian shou yi bu liang bu san bu si bu wang zhe tian
(
Hand in hand step by step watching the sky)
Kan xing xing yi ke liang ke san ke si ke lian cheng xian
(Each star forming a line so dear)
Bei dui bei mo mo xu xia xin yuan
(
Making a wish, just you and I)
Kan yuan fang de xing shi fou ting de jian
(
Watching the faraway stars, hoping they can hear)
Ta yi ding shi xian
(
The wish will come true)

(Xing Qing-Starry Mood by Jay Zhou)

“Mei-Mei…”

Gisela merasa badannya digerak-gerakkan. Kekuatannya besar.

“Mei-Mei, bangun… nanti ketinggalan lihat sunrise-nya…” sepertinya itu suara Alex.

Gisela membuka matanya. Memang Xiang Chen ge! Dengan sigap Gisela langsung duduk, memandang ngeri pada Alex, berpikir jangan-jangan dia sudah tidur di pelukan Alex tadi. Tapi Alex sudah bangun duluan, dia berjongkok membangunkan Gisela.

“Xiang Chen ge bilang sunrise tadi… memangnya ini sudah jam berapa?” tanya Gisela, berdeham sedikit karena suaranya terdengar serak.
“Jam lima. Ayo, bantu aku bangunkan yang lainnya.”

Gisela menuju tenda HUA XIANG, sedangkan Alex ke tendanya dan David duluan. Quiny yang paling mudah dibangunkan, berikutnya Gracia, tapi untuk membangunkan Moniq, perlu usaha bersama mereka bertiga. Gisela berteriak memanggil namanya, Quiny menggoncangkan badannya dan Gracia memukul badannya dengan bantal. Akhirnya mereka semua berhasil bangun dengan Moniq yang masih menggeliat. Selain Alex, Nathan-lah yang terlihat paling segar. Mereka semua menghadap ke lautan dan mereka berhasil melihat cahaya matahari pertama pagi itu. Udaranya segar sekali. Gisela merasa sangat gugup berdiri di samping Alex. Alex menoleh dan tersenyum padanya. mudah-mudahan memang nggak terjadi sesuatu yang memalukan semalam…

Mereka menghabiskan waktu sepagian dengan bertanding voli, empat lawan empat. Quiny menolak bergabung, dia tidak begitu suka olahraga, tapi dia bersedia jadi wasit mereka. Mereka membuang undi untuk membagi grup secara adil, soalnya yang jago main voli adalah Alex, Nathan, Gisela dan Moniq, dan mereka ngotot ingin jadi satu tim. Hasil undi menunjukkan Moniq, Albert, Alex dan Michael jadi satu tim, melawan tim David, Gisela, Gracia dan Nathan. Akhirnya tim Moniq yang menang, itupun setelah pertandingan berlangsung lama sekali. Saat mereka beristirahat, Quiny dibantu David membuat air kelapa dingin. Gisela heran melihat Gracia menguap lebar sekali dan ada lingkaran hitam di bawah matanya.

“Jie, semalam bisa tidur nyenyak, kan?” tanya Gisela.
“Apa? Tentu saja ti… maksud jie jie, tentu saja tidur nyenyak, Mei-Mei… Memangnya kenapa?” Gracia balik bertanya.
“Ada lingkaran hitam di bawah mata jie jie…”
“Mungkin hari-hari sebelumnya yang kurang tidur, jadi masih berhutang jam tidur, Mei-Mei.”

Menjelang jam sepuluh, mereka mengucapkan selamat tinggal pada pantai indah mereka dan mereka janji akan kembali lagi kesana begitu mendapatkan liburan menyenangkan lagi. Di hutan, terlihat jelas perbedaan saat mereka pergi dan pulang. Alex berjalan berdekatan dengan Gisela dan banyak membantunya supaya tidak menabrak dahan pohon lagi. Gracia menyenggol Nathan yang berjalan di sampingnya, keduanya nyengir.

“Ming Jun, nanti aku ke rumahmu, begitu sempat, oke?”
“Udah dapat tangkapan bagus?” tanya Nathan, masih belum berhenti nyengir.
“Pokoknya TOP bener, deh…”

Alex juga membantu Gisela memasukkan barang-barang ke bagasi mobil Gisela. Segalanya telah kembali seperti semula.

“Eh, gimana kalau kita ke pemandian air panas?” usul Gracia tiba-tiba, “kita kan capek… kita harus mengembalikan kondisi badan kita dulu, deh…”
“Kita syuting akhir jam lima, kan?’ tanya Gisela pada Michael yang mengangguk.
“Oke deh… pergi, yuk…” Michael langsung setuju.
“Ikuti mobilku, ya. Aku ajak kalian ke tempat kami biasa mandi air panas,” pinta Quiny sambil masuk ke mobilnya.

*******

Suasana pemandian air panas sepi pada awalnya, tapi semakin sore semakin ramai, karena itu mereka meminta tempat pribadi. Gisela yang baru pertama kali ke pemandian air panas merasa senang sekali dan dia tahan berendam lama di kolam panas itu. Gracia yang duluan keluar dan menunggu yang lainnya di ruang makan, yang juga sudah dipesan secara pribadi oleh mereka. Seperti yang diharapkannya, Nathan yang duluan bergabung dengannya. Nathan segera menyeruak duduk di sebelahnya.

“Gracia, aku nggak sabar mau lihat tangkapan bagusmu,” Nathan ngomong cepat.
“Makanya aku bawa sekarang,” kata Gracia sambil mengeluarkan handycam-nya.

Terlihat suasana pantai, dari sudut pandang dimana tenda HUA XIANG dan Gisela didirikan, Gracia mengarahkan handycam-nya dan zoom ke arah tepian pantai dan disana terlihat Gisela dan Alex berbaring berdua, suara mereka terdengar samar-samar membicarakan rasi bintang. Agak lama sebelum akhirnya mereka berhenti bicara dan Alex menoleh menghadap Gisela dan akhirnya mengecup keningnya. Nathan mengejang dan tersenyum. Tapi belum sampai situ saja, Alex menarik Gisela ke pelukannya dan rekaman selesai.

“Aku udah bilang, rekamannya TOP, kan?”
“Bocah ini… berani berbuat begitu kalau Mei-Mei udah tidur, ya? Tapi… rencana kita berjalan mulus, kan?”
“Sangat. Mudah-mudahan mereka bisa cepat jadian.”
“Itu sih tergantung usaha Xiang Chen-lah.”
“Usaha Xiang Chen ge kenapa?”

Tiba-tiba Gisela masuk ke ruangan ditemani Moniq. Badan Gisela masih mengeluarkan uap, tapi sepertinya dia tidak kepanasan.

“Kalian nguping pembicaraan kami, ya?”
“Eh… enak aja, Ming Jun. kami baru sampai, kok. Kami Cuma dengar kalian sebut nama Xiang Chen tadi,” elak Moniq, “siapa yang minat dengerin kalian pacaran?”
“Denger ya, Moniq, kita udah cukup pusing sama gosip yang beredar belakangan ini. Kau jangan mulai buat gosip baru ya,” hardik Gracia.
“Udah, deh… jangan ribut. Kita pesan makanan dulu aja, aku lapar,” Gisela menengahi dan menarik daftar menu ke hadapannya.

*******

Kru dan pendukung film Moonlight At Taipei merayakan selesainya syuting film dengan minum sampanye dan makan sepuasnya di restoran mewah dekat lokasi syuting mereka yang terakhir. Gisela, Michael, Nathan dan David duduk di meja yang sama dan seperti biasa. Nathan makan banyak sekali, membuat kru lain yang melihatnya geleng-geleng kepala. Tapi Mr. Dao, sang sutradara, tak tampak batang hidungnya semenjak setengah jam terakhir. Jason, salah satu kru, mendekati meja Gisela, dkk.

“Gisela dan Nathan, kalian dipanggil ke ruang makan pribadi nomor sepuluh,” lapornya.
“Siapa yang manggil kami?” tanya Gisela heran.
“Mr. Dao. Tadi aku lihat di ruangan itu juga ada Mr. Shu, Mrs. Yan dan Alex.”
“Hah? Kok ada Xiang Chen?” tanya Nathan heran, “yuk, Mei.”

Keduanya menuju ruangan makan pribadi nomor 10, agak masuk ke bagian dalam restoran. Benar, di sana, orang-orang yang disebutkan Jason, duduk di satu meja makan. Alex yang melihat kedua sahabatnya, langsung tersenyum girang. Mereka berdua langsung duduk di kanan-kiri Alex.

“Ada apa, sih? Kok tiba-tiba ada Xiang Chen di sini?” tanya Nathan.
“Kau tidak bisa menebak?” tanya Mr. Shu.

Alex dan Nathan berpandangan.

“Jangan-jangan… kami bertiga…” tebak Alex, menunjuk dirinya, Gisela dan Nathan.
“Ya, benar. Kami sudah menemukan job baru untuk kalian, serial baru. Sutradara kalian nanti adalah Mr. Dao ini,” jelas Mrs. Yan, “judul serial adalah Memories of The Heart, Xin Zhong de Hui Yi.”

Belum sempurna mencerna informasi ini, Mrs. Yan langsung memberikan buku skenario pada ketiganya.

“Tentunya kalau kalian bertiga setuju. Aku akan senang bekerjasama dengan Ming Jun untuk yang keempat kalinya,” kata Mr. Dao, “dengan Mei-Mei untuk yang kedua kalinya dan Xiang Chen, untuk yang pertama kalinya.”

Gisela melihat namanya sendiri tercetak paling atas dari daftar pemain.

“Tunggu! Ini berarti aku… namaku…” Gisela tersendat, takut salah lihat.
“Benar, Mei-Mei. Kau akan jadi tokoh utama di serial ini. Lawan mainmu adalah Xiang Chen,” jelas Mr. Shu, “dan Ming Jun, untuk pertama kalinya kami ingin kau mencoba peran tokoh antagonis.”
“Wah, aku suka itu! Tantangan baru untukku!” celetuk Nathan.

Nathan menghela nafas lega panjang sekali. Syukurlah bukan aku yang jadi lawan main Mei-Mei. Kalau sampai harus mencium Mei-Mei, aku gak mungkin bisa. Dia udah kuanggap adikku. Lalu Nathan memandang Alex dan Gisela bergantian. Tampang Alex sulit ditebak, tapi mulutnya agak ternganga saat membaca skenario. Kesempatan yang baik buat mereka berdua. Siapa tahu mereka bisa jadian beneran.

“Kalian tertarik?”
“Ya, Shu ge, aku tertarik,” jawab Nathan cepat, menarik kontrak dari tangan Mr. Shu.
“Bagus, Ming Jun. aku selalu suka semangatmu,” puji Mrs. Yan.

Alex menelan ludah saat melihat Nathan yang sudah membubuhkan tanda tangannya.

“Oke, aku juga bersedia gabung,” katanya akhirnya.

Gisela masih bimbang.

“Nah, Mei-Mei? Kau tidak ingin jadi pemeran utama serial?” tanya Mrs. Yan.
“Aku… bukannya nggak tertarik. Aku merasa aktingku nggak sebagus aktris yang lain…”
“Siapa? Sonya Hua?” tebak Mr. Dao, “itu karena jam terbangnya tinggi, Mei-Mei. Sedangkan kau, pada akting di serial pertamamu ini saja, kau sudah menunjukkan bakat luar biasa. Tunggu kau selesai berakting di serial ini! Aku yakin, popularitasmu akan mengalahkan Sonya.”
“Memang sih, perannya agak bertolak belakang dengan kepribadianmu,” kata Nathan, “di sini kau selalu minder karena kau nggak cantik, dan kau juga menderita karena kehadiran papa tirimu. Tapi dengan bakat akting alamimu, aku yakin, kau bisa menaklukkan yang satu ini.”
“Tapi…” Gisela tersendat.
“Kalau kau ingin jadi aktris yang semakin dikenal orang, mulailah dengan serial ini. Aku suka jalan ceritanya,” papar Mr. Shu, “kupikir kau dan Xiang Chen juga tampak cukup serasi. Penulis skenario ini, Vanessa Wang, sudah menulis banyak sekali serial yang sukses untuk Famous Production.”
“Dan dia sudah melihat aktingmu untuk Moonlight At Taipei, dia meminjam rekamannya langsung dari Mr. Dao. Dia langsung kepincut padamu,” jelas Mrs. Yan, “dia benar-benar berharap kau bisa dipasangkan dengan Xiang Chen di serial ini.”

Kesempatan… katanya kesempatan nggak akan datang dua kali. Gisela menoleh memandang Nathan yang mengangguk dan tersenyum. Ming Jun ge akan membimbingku dan sepertinya akan membunuhku kalau serial yang satu ini kutolak. Gisela balik memandang Alex yang masih membaca skenario. Jadi pasangan Xiang Chen ge… pasangan… meski Cuma dalam serial… harusnya… nggak apa-apa, kan? Aku nggak berharap banyak… ini sudah cukup… asal jangan ada adegan… adegan… aku nggak akan sanggup! Tapi kurasa adegan itu nggak ada, ya?

“Baiklah, aku terima,” kata Gisela akhirnya, membuat Mr. Dao tersenyum lebar sekali.
“Nah, jadwal syuting akan diberikan secepatnya. Aku sudah tidak sabar memulai proyek baru yang satu ini,” kata Mr. Dao, “ayo kembali ke ruang makan utama. Kita masih harus menyelesaikan pesta.”

Gisela dan Nathan akhirnya berpisah dengan yang lainnya. Nathan memandang Gisela yang berjalan sambil membaca skenario.

“Mei-Mei, coba deh, buka halaman 153, scene 32,” kata Nathan, “aku menunggu syuting adegan yang satu itu.”

Gisela langsung membuka halaman 153. tampaknya Gisela akan melakukan adegan mengerikan itu dengan Alex: berciuman!

“Ming Jun ge!!!” teriak Gisela sambil mengejar Nathan yang berkelit gesit, masuk kembali ke ruang makan utama.

*******

No comments:

Post a Comment