May’s Christmas Present
Chapter 1
You better watch out
You better not cry
Better not pout
I'm telling you why
Santa Claus is coming to town
You better not cry
Better not pout
I'm telling you why
Santa Claus is coming to town
In the name of Father, Son, and Holy Spirit, Amen
Ya Tuhan, aku bersyukur aku boleh mencapai malam natal tahun ini… terima kasih aku boleh memiliki tahun yang indah… dan aku siap menyambut kedatangan-Mu kembali tahun ini… Tuhan, dimana kado natalku? Meskipun aku gak pernah melihat Santa… tapi aku percaya Santa itu ada… Santa akan memberikan kadonya untuk semua anak yang baik… oke, mungkin aku sudah 21 tahun dan aku terlalu tua untuk kado… tapi kado kan gak hanya dalam bentuk benda, tapi bisa juga yang lain… jadi, mana kadoku, Tuhan?
“Hhhhhhh……..”
May bergidik. Dia menoleh memandang ke jendela di belakangnya. Tak ada sesuatu di sana , padahal sedetik yang lalu dia mendengar suara nafas.
Hiiiiy… ini kan malam natal? Masa sih ada yang horor di malam ini? Ah… mungkin aku ngawur karena udah mulai ngantuk… hooooooooaaaaammmmm…
TIK! TIK! PLUK! TIK!
“Apaan sih???”
May tidak tahan juga dan beranjak ke jendela. May membuka pintu jendela, langit pada malam natal sangat cerah. Angin sepoi-sepoi bersahabat menerpa wajah May yang mulai mengantuk.
Sumpah aku mendengar sesuatu…
“Excuse me, won’t you?”
“What???”
May menyingkir tepat waktu saat sesuatu yang gendut berwarna merah meluncur melewati jendela dan mendarat dengan mulus di ranjang May. May mengusap-usap matanya, tak percaya pada apa yang baru saja dilihatnya.
“Santa?”
“Ah… kamu sudah mengenaliku rupanya. Senang bertemu denganmu, May.”
Santa Claus, lengkap dengan perut gendutnya, jenggot putihnya yang lebat dan kacamata yang bertengger di hidungnya yang besar, duduk dengan agak berantakan di ranjang May. Dia memasang kembali topinya dengan benar dan tersenyum dengan agak malu pada May.
“Maaf pendaratanku tidak mulus. Ini mungkin karena aku mulai tua.”
“Tapi tunggu dulu! Santa? Apa aku benar-benar bertemu dengan Santa?”
“Well, kamu bisa mengintip ke depan.”
May ragu-ragu sejenak sebelum beralih ke jendelanya.
“Jesus!”
May melihat kereta rusa yang dipakai oleh Santa. Di atas kereta ada sebungkus besar kado. Kereta ditarik oleh 8 rusa, dan rusa yang paling depan berhidung merah.
“Rudolph!”
“Hai May…” sapa si Rudolph.
“Rudolph bisa bicara!”
“Ya, kurasa yang satu ini nggak masuk dalam penggalan lagu, ya?” kata si Rudolph ramah.
May kembali beralih ke Santa.
“Santa mau memberikan kado untukku? Mana? Mana kadonya?” tanya May dengan maruk, menyelidiki setiap sisi tubuh Santa.
“Well, aku minta maaf May, aku datang bukan untuk memberikan kado untukmu,” ucap Santa Claus dengan menyesal.
Raut kekecewaan muncul di wajah May.
“Jadi apa tujuan Santa ke sini?”
“May, aku mau minta bantuanmu. Kamu lihat kan di depan kadonya banyak sekali? Aku harus selesai membagikan kado sebelum jam 5 pagi, jadi maukah kamu membantuku membagikan beberapa kadonya?” tanya Santa.
May berpikir cukup keras.
“Hmm… ada berapa kado yang harus kubagikan?”
“Sekitar… 14 kado?”
“Oke. Kurasa ini ide yang seru untuk mengisi malam natalku. Ada instruksi lain, Santa?”
“Oh, May… kamu memang anak baik. Baiklah, aku akan membagi kado yang jadi tanggung jawabmu ke bungkusan yang lain. Rudolph, lemparkan bungkusannya ke sini.”
May tidak sempat mengintip bagaimana Rudolph melemparkan bungkusan kado Santa, tapi yang jelas bungkusan itu melayang dengan anggunnya ke pangkuan Santa. Santa mengayunkan sebuah tongkat kayu kecil dan muncullah sebuah kantong lagi dari udara kosong. Santa memindahkan 14 kado ke dalam kantong yang baru.
“Kamu harus mengantarkan semua kado ini sebelum jam 5 pagi dan jangan sampai dilihat oleh manusia, ok?”
“Itu saja?”
“Ya. Instruksi berikutnya akan disampaikan oleh Rupert dan Rufus. Ayo, kukenalkan mereka padamu.”
May mengikuti Santa menuju jendela. May terkejut, ada satu kereta rusa lagi di sebelah kereta Santa, juga ditarik oleh 8 rusa. Anehnya, semua rusa ini berhidung merah.
“Rupert dan Rufus adalah pemimpin kereta rusamu. Mereka yang paling depan.”
“Hai May, aku Rupert,” kata rusa yang tanduknya berwarna merah juga.
“Dan aku Rufus. Mungkin kamu heran mengapa kami semua berhidung merah. Kami adalah sepupu Rudolph,” jelas Rufus, suaranya seperti anak-anak, “dan kamu butuh kekuatan ekstra karena kamu bukan Santa yang sesungguhnya. 8 hidung merah akan sangat membantumu.”
“Terima kasih,” kata May sambil tersenyum.
“Oh ya, sebelum pergi… kamu sebaiknya memakai kostum ini,” ucap Santa Claus.
Santa mengayunkan tongkat kayunya ke arah May. May melihat perubahannya di cermin. Dia memakai topi Santa dan pakaian Santa. Tapi pakaiannya berupa rok mini, dilengkapi bot putih yang cantik. May tampak sangat imut dalam kostum Santa itu.
“Dan ini untukmu. Kalau kamu perlu melakukan sesuatu.”
Santa menyerahkan tongkat kayu yang lainnya pada May.
“Baiklah May, sekarang sudah jam 12, sebaiknya kita berangkat. Sukses untukmu… dan… terima kasih, May.”
“Kamu bisa mengandalkanku, Santa.”
May duduk di kereta rusanya.
“Kemana kita akan pergi?”
“Tarik saja satu kado dari dalam bungkusanmu. Kami secara otomatis akan membawamu ke tempat tujuan,” jawab Rupert.
May mengambil satu kado berwarna hitam dengan corak bintang dan meletakkan ke pangkuannya.
“Sementara kami mengantarmu ke sana , kamu ambil kartu yang ada di sebelahmu dan tulis pesan dari Santa. Kami akan membacakan pesannya,” perintah Rufus.
May mengambil pena emas dan kartu bergambar pohon natal di sampingnya.
“Baik. Apa pesannya?” tanya May, siap mencatat.
“Dear Thia, ini adalah kado yang kamu inginkan selama ini. CD album ketiga Fahrenheit, lengkap dengan tanda tangan mereka berempat. Regards, Santa Claus,” dikte Rufus.
“Hei, bisakah nggak secepat itu?”
“Kamu ini lambat sekali,” kutuk Rufus.
“Lebih baik kado ini buat aku. Aku juga mau album ketiga Fahrenheit,” protes May.
“Nggak bisa, May. Itu punya Thia. Aku akan mendiktekannya lagi,” kata Rupert dengan sabar.
Sepanjang perjalanan, May menulis pesan Santa untuk Thia di kartu natal.
“Baiklah, ini rumah Thia. Kamar Thia ada di lantai dua, kamu masuk lewat jendelanya. Kami akan mendekatkan diri ke jendela, kamu buka jendela dengan ayunan tongkatmu. Ingat, jangan sampai terlihat, ya!” pesan Rufus.
Kereta rusa mendekat ke jendela kamar Thia. May mengeluarkan tongkat kayu dari sakunya dan melambaikannya ke jendela. Seketika jendela kamar terbuka. May melompat dengan ringan. Thia tertidur pulas di ranjangnya. May melirik kesana-kemari, tapi tidak menemukan pohon natal ataupun kaos kaki.
Baiklah, kuletakkan di meja samping ranjangnya saja.
Setelah meletakkan kadonya, May tersenyum pada Thia yang masih tertidur pulas. May kembali ke kereta rusa.
“Kemana kita berikutnya?”
“Oke, kado yang kamu ambil itu untuk Annie. Ayo kita ke rumahnya,” ajak Rufus.
May sampai di rumah Annie. Karena kamar Annie juga di lantai dua rumahnya, May kembali masuk lewat jendela. Annie tertidur pulas di ranjangnya, dengan tampang yang sedikit berantakan.
“Hmm… Junki…” gumamnya dalam tidurnya.
May tersenyum, meletakkan kado dan memperbaiki selimut Annie. May kembali ke kereta rusanya.
Dear Annie,
ini semua DVD serial Junki yang kamu cari selama ini
terima kasih telah menjadi anak yang baik.
Regards, Santa Claus
***
May sampai ke rumah berikutnya.
“Rupert, Rufus, apa benar ini rumah Xiah Junsu?”
“Tentu saja benar. Memangnya kenapa?” Rufus bertanya balik.
“Junsu tampan sekali,” celetuk May.
“Sekarang ingat tugasmu, May. Sudah hampir jam satu, nih. Kali ini kamu harus melompat lewat cerobong asap. Kamar mereka di lantai satu,” kata Rupert.
May berdiri di mulut cerobong asap, melirik ke bawah dengan ragu. Di bawah sana hitam dan tak terlihat apa-apa.
Aku mau sekalian lihat Junsu dan Junho. Harus nekad nih…
Dengan keberanian yang sudah dibangun, May melompat meyusuri cerobong asap.
Aaaaaaaaaaaaaaaah…
Dan jatuh berdebam, menyebabkan debu-debu beterbangan.
Sial, kenapa nggak bisa lewat pintu saja, sih?
May berdiri dan membersihkan debu yang lengket di pakaian dan wajahnya. May menemukan pohon natal besar di ruang keluarga Jun Su. May meletakkan dua kado sekaligus di sana .
Ahaaa… aku mau melihat mereka berdua dulu, ah…
May mengendap ke kamar terdekat. Kamar yang dipilihnya benar, rupanya itu kamar Jun Su dan Jun Ho. Keduanya tidur di ranjang yang berbeda.
Hei… mereka mirip sekali… keduanya sama-sama cakep…
Keasyikan memandang wajah Jun Su dan Jun Ho, May jadi lupa waktu. Rupert dan Rufus meringkik di kejauhan. May dengan enggan meninggalkan Jun Su dan Jun Ho.
Dear Junsu dan Junho,
ini dua kado untuk kalian
sudah lama kalian tidak membeli kaos yang sama, kan?
Jadi kaos kembar ini untuk kalian berdua
Tetap kompak, ya
Regards, Santa Claus
***
Menuju perhentian keempat, rumah Clara. May bersyukur kamar Clara ada di lantai dua, jadi dia bisa masuk lewat jendela lagi. Clara sedang tertidur pulas, dan kaos kaki besar tergantung di belakang pintu kamarnya. May mengendap ke sana dan meletakkan kado yang lumayan besar.
“Clara, mudah-mudahan kamu suka dengan kadonya ya…”
Dear Clara,
ini gaun yang bisa kamu pakai waktu pesta ulang tahunmu nanti
aku tahu kamu bingung saat memilih gaun kemarin di toko
jadi aku hadiahkan yang terbaik dan yang cocok untukmu
Regards, Santa Claus
christmas story.. ^^
ReplyDelete