Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Thursday, 8 December 2011

(When Our Dreams Come True) The Unfulfilled Promises chapter 2


When Our Dreams Come True
The Unfulfilled Promises
Chapter 2

Keesokan harinya pada jam istirahat, ketiga sekawan ini kembali berkumpul di markas mereka. Sekarang Jun Ki lebih terbuka dan membiarkan Stella melihatnya menggambar. Sedangkan Mugung tampak seperti biasa, mengulum permen lollipop dan memejamkan matanya.

Stella: “Hei Mugung, Stella ingin tau lebih banyak tentangmu dan Jun Ki. Coba cerita.”
Mugung: (membuka matanya) “Boleh juga.” “Jun Ki, Stella mau tau tentang kita nih. Siap cerita?”
Jun Ki: (berhenti menggambar) “Kenapa kau gak suruh dia cerita dulu, sekalian kau terjemahkan untuk Jun Ki.”
Mugung: “Aisssh… yah Stella, coba kau ceritakan dulu tentang kau. kenapa kau bisa ada di Seoul, padahal Stella sama sekali gak bisa Hangul.”

Jun Ki ikut duduk di rumput. Mereka bertiga duduk membentuk lingkaran.

Stella: (menghela nafas) “Papa dan mama Stella dipindahtugaskan dari perusahaan di Taipei untuk mengepalai cabang perusahaan di Seoul. Perusahaan tekstil. Mungkin kalian tau… itu perusahaan terbesar di Taiwan dan KorSel.”
Mugung: “Hah?? Perusahaan itu? wow… kau pasti kaya, Stel. Dimana rumahmu?”
Stella: “Kompleks villa Four Clover.” (nama ngarang)
Mugung: “Hah?? Jangan2 kau tinggal di rumah besar itu yah?”
Stella: (mengangguk-angguk)
Jun Ki: “Mugung, terjemahkan!”
Mugung: “Jun Ki, si Stella ini ortunya dipindahtugaskan dari Taipei untuk mengepalai cabang perusahaan tekstil mereka di Seoul. Tau gak, itu loh, perusahaan tekstil terbesar disini. Truz Stella tinggal di rumah besar di kompleks Four Clover.”
Jun Ki: “Wow… Stella kaya. Pasti senang yah tinggal di rumah besar?”
Mugung: “Jun Ki benar. Stella, ni yi ding hao xing fu o~”
Stella: “Xing fu?”

Stella terdiam dan tersenyum masam.

Mugung: “Punya berapa sodara?”
Stella: (menggeleng)
Mugung: “Tinggal sendirian di rumah sebesar itu? papa dan mamamu pasti sibuk kan?”
Stella: ^^
Mugung: “Segala yang kau inginkan pasti dibelikan yah?”
Stella: (mengangguk)
Mugung: “Jun Ki, Stella hebat. Dia benar2 tinggal sendirian disana, dan apa ajah yang dia mau dibelikan loh.” (mengguncang tubuh Jun Ki dengan gregetan)
Jun Ki: “Asiiiiknya…”
Stella: “Stella kesepian.”
Mugung: “Shen me?”
Stella: “Hen ji mo.” (sangat kesepian) “Gak ada yang mengajak Stella bicara di rumah. Stella jarang bertemu papa-mama. Yang ada Cuma guru privat Hangul, itupun Cuma datang dua jam tiap harinya. Dan Stella gak pernah keluar rumah selain ke sekolah. Stella blom tau apa2 tentang Seoul. Dan Stella gak punya teman di sekolah. Semuanya karena Stella beda dari mereka.”

Stella menundukkan kepalanya. Jun Ki dan Mugung merasa prihatin melihatnya sedih. Gadis yang masih kecil ini… mengalami hal2 yang gak menyenangkan… padahal mereka pikir jadi orang kaya pastilah bahagia. Mugung menepuk punggung Stella.

Mugung: “Jun Ki, Stella kesepian. Dia sendirian ajah di rumahnya. Dan dia gak ada teman di sekolah. Tentu ajah  Mugung pikir selain kita berdua.”
Jun Ki: “Don’t worry Stella, we’re friend.”
Stella: ^^
Mugung: “Gimana kalo kapan2 kau ajak kami ke rumahmu, kami akan menemanimu.”
Stella: “Gomawo…” ^^

Stella merasa bersyukur dan terharu memiliki sahabat seperti kedua temannya ini.

Stella: “Gimana dengan Mugung?”
Mugung: (tersenyum pada Jun Ki) “Dia tanya tentang Mugung.” “Keluarga Mugung biasa ajah. Mugung punya adik cwe, umurnya 5 taon jadi sekarang dia TK. Keluarga Mugung buka kedai bakmi China. Jadi rumah Mugung dan kedai Mugung jadi satu tempat. Sempit banget.”
Stella: “Tapi pasti selalu rame yah?”
Mugung: “Mugung bersyukur kedai gak pernah sepi.”
Jun Ki: “Kau akan sering liat Mugung jadi pelayan kalo ke sana loh.”
Mugung: “Aiiiish, Jun Ki!” (memukul Jun Ki)
Stella: “Hah? Apa?”
Mugung: “Gak ada apa2.” (beralih ke Jun Ki) “Jun Ki, tentang kau, apa Mugung yang ceritakan?”
Jun Ki: “Tentu. Siapa lagi? Kan Stella gak ngerti kalo Jun Ki ngomong Hangul?”
Mugung: “Stella, rumah Jun Ki sangat rame. Dia punya dua kakak dan tiga adik. Tepatnya dua ge ge dan tiga mei mei.”
Stella: “Stella ingin punya keluarga besar seperti itu.”
Mugung: “Kau gak tau betapa ributnya disana.”
Stella: “Kalian keliatan akrab. Udah kenal lama?”
Mugung: “Udah dua taon. Mugung gak sengaja ketemu Jun Ki, waktu itu dia jatuh di taman tempat Mugung sering main. Mugung masih ingat waktu itu dia juga bawa buku gambar. sejak itu Mugung temenan sama dia.” XDDDDD
Stella: “Senangnya…”
Mugung: “Sekarang kau bagian dari kami. Ya kan, Jun Ki?”
Jun Ki: “Hah?”

Mugung akhirnya naik pitam.

Mugung: “Listen to me, both of you!”

Mugung, ngomong dengan jelas dan tegas dalam bahasa Inggris. Ini kemampuan yang belum dikuasai Jun Ki dan Stella. Keduanya tersentak.

Mugung: “If we want to be friends, I guess Jun Ki must learn Mandarin and then Stella must learn Hangul. Let me teach you. You guys really make me angry. I don’t want to be a translator anymore, okey!”
Stella: “Yes… I… want to learn Hangul…”
Jun Ki: (mengangguk ketakutan)
Mugung: “Bawa keperluanmu besok, Stella!” “Dan kau juga, Jun Ki, harus bawa buku2 untuk belajar Mandarin besok. Aku harus pastikan setidaknya dalam sebulan kalian udah bisa ngomong!”

Stella dan Jun Ki berpandangan. Keduanya ketakutan.

***

Dengan demikian, keesokan harinya pada jam istirahat, Jun Ki dan Stella belajar dari Mugung. Meski masih kecil, Mugung bisa mengajar Jun Ki dan Stella dengan baik. Waktu jam pulang sekolahpun, mereka sempatkan belajar di kelas 1-B, kelasnya Stella. Seketika Stella tersentak.

Stella: “Ya ampun… udah jam dua!”
Mugung: “Emangnya kenapa?”
Stella: “Lao Ou menunggu Stella di luar. Dia pasti kebingungan.”
Jun Ki: “Apa?”
Mugung: (melotot) “Stella udah mau pulang. Eh… apa kita ke rumah Stella, Jun Ki?”
Jun Ki: “Boleh juga, Mugung.”
Mugung: “Stella, kami ke rumahmu boleh?”
Stella: “Boleh. Ayo, ke rumah Stella.” ^^

Stella memimpin Jun Ki dan Mugung berjalan menuju mobil Honda-nya diparkir dan Lao Ou menunggu disana.

Stella: “Lao Ou, ini teman Stella, Jun Ki dan Mugung. Mereka berdua mau main ke rumah.”
Lao Ou: “Baik. Silakan masuk, Jun Ki shao ye dan Mugung xiao jie.” ^^
Mugung: “Dipanggil nona muda.” XDDD

Ketiga anak kecil itu duduk di belakang, dengan Jun Ki duduk di antara Mugung dan Stella. Mereka diam sepanjang perjalanan menuju rumah Stella yang menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit. Akhirnya mereka tiba di rumah Stella. Mobil diparkir di halaman rumah.

Stella: “Koq diam?”
Mugung: “Stel… Mugung gak pernah kesini sebelumnya.” (kagum)
Jun Ki: “Jun Ki pernah dengar tentang kompleks ini sih, tapi gak pernah main ke sini sebelumnya.” (kagum)
Stella: “Ayo, masuk.” ^^

Mugung dan Jun Ki ber-“wah” ato “ou” menyaksikan keindahan rumah Stella. Stella sih udah bosan dengan rumahnya. Dia malah senang kedua sahabatnya mau menemaninya di rumah. Stella memperkenalkan bagian2 rumah pada mereka. Dan akhirnya mereka sampai di taman belakang rumah.

Mugung: “Kolam renang!”
Stella: (melihat Mugung yang bersemangat) “Iyah ada sih… tapi Stella jarang berenang…”

Tapi tanpa mendengarkan Stella, Mugung langsung meletakkan tasnya, membuka pakaian seragamnya, yang di dalamnya rupanya Mugung pake kaos tipis tanpa lengan, mencopot roknya, di dalamnya juga udah dipakai celana ketat hitam, dan melemparkan seragamnya begitu ajah… berikutnya Jun Ki dan Stella melihat Mugung udah di kolam renang.

Stella: “Mugung, kau gak perlu buru2 gitu kan? Stella punya banyak baju renang koq.”
Mugung: (berkecipak) “Senang banget rasanya. Udah lama gak berenang. Ayo kita semua berenang.”
Stella: “Okey, Stella ganti baju renang dulu yah.”

Stella masuk ke dalam rumah dan dalam tiga menit udah kembali dengan memakai baju renang berwarna oranye. Seperti Mugung, Stella melompat girang ke dalam air. Hanya Jun Ki yang terpaku di tempatnya.

Mugung: “Ayo Jun Ki!”

Jun Ki menggeleng.

Stella: “Jun Ki, come on, swimming.” ^^
Jun Ki: “I… I can’t…”
Mugung: “What?”
Jun Ki: “I can’t swimming!” ><

Mugung dan Stella saling berpandangan. Kompak mereka berdua tertawa ngakak. Mugung keluar dari air, seluruh badannya basah dan menghampiri Jun Ki.

Mugung: “Arraso.” ^^
Jun Ki: “Gapapa kalian berenang ajah, Jun Ki disini nunggu.”
Mugung: “Maksud Mugung ya udah, kami ajarin berenang!” XDDD

Mugung mendorong Jun Ki ke dalam kolam. Jun Ki kaget dan berkecipak, benar2 nyaris tenggelam. Lalu Stella, sambil tertawa, menangkap Jun Ki. Mugung ikutan terjun ke air dan akhirnya bersama Stella mengajari Jun Ki berenang. Mereka menertawakan usaha2 Jun Ki. Tapi setidaknya Jun Ki mampu mengapung, sambil tangannya berpegangan pada tepian kolam ato pada Stella dan Mugung. Dari kejauhan, Lao Ou memperhatikan Stella yang tertawa girang.

Lao Ou: “Stella xiao jie… sudah lama aku tidak melihatnya sebahagia ini. Sejak umur 3 tahun, lao ye dan tai tai sibuk dengan pekerjaan, jadi Stella xiao jie selalu bermain sendiri. Meski xiao jie punya teman2 tetangga, tapi teman2 itu bermain dengan perasaan segan. Baru kali ini, ada yang tidak segan dengan Stella xiao jie. Dan senyum ini… senyum yang selama ini tersimpan… jauh di dalam diri xiao jie.”

Setelah berenang selama setengah jam dan kelelahan, plus basah, ketiga anak kecil itu tertawa-tawa masuk ke kamar Stella. Stella mempersilakan Mugung mandi duluan, sementara dia dan Jun Ki mengeringkan diri dengan duduk di lantai marmer kamar Stella. Kamar Stella dihias dengan warna2 hijau soft, mulai dari cat dinding sampai perabotannya. Jun Ki masih sibuk mengagumi keindahan kamar Stella. Koleksi boneka dan mainan Stella juga sangat banyak, ada di salah satu lemari khusus mainan.

Jun Ki: “You said that you’re alone… but you have a lot of toys. You must be happy.”
Stella: (menggeleng) “No. I think you’re happier than me. You have a lot of brothers and sisters.”
Jun Ki: (tersenyum tipis) “It’s not like that. At least you have both of your parents.”
Stella: “What do you mean?”

Saat itu Mugung udah keluar dari kamar mandi dengan rambut basah tapi tampak senang. Dia meminjam kaos hijau Stella yang agak kebesaran untuknya. Stella gak mendapat jawaban dari Jun Ki karena Jun Ki gantian masuk untuk mandi.

***

Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu. Jun Ki udah menghasilkan tiga lukisan, yang siap dijual. Stella senantiasa menemani Jun Ki dalam diam, ato kadang memberikan usul atas lukisan Jun Ki bila diminta. Perlahan tapi pasti, Jun Ki udah bisa ngomong Mandarin dan Stella udah menguasai sedikit Hangul. Stella belakangan selalu berbicara dengan Hangul, dan Jun Ki juga Mugung sangat senang mendengarnya. Mugung, kalo gak sedang mengajari mereka, biasanya tidur, seperti biasa, di bawah pohon cemara. Pagi itu, dengan ceria Stella datang ke sekolah. Dia masuk ke kelasnya, kelas 1-B dan duduk dengan girang di kursinya. Tapi saat itu senyum Stella lenyap. Dia merasa roknya basah. Stella kontan berdiri, dan melihat ada genangan berwarna merah di kursinya. Bau cat air. Dan celakanya, cat itu menempel di rok Stella. Stella menoleh kesana kemari dengan panik, tapi rupanya beberapa teman sekelasnya tampaknya gak memperhatikannya. Gimana ini… aku gak mungkin keluar kalo begini… Mugung, Jun Ki… aku harus gimana… tanya Stella dalam hatinya dengan panik. Seakan menjawab Stella, Mugung tiba2 lewat di depan kelas 1-B dengan gaya cueknya seperti biasa.

Stella: (memberanikan diri) “Mugung!” ><
Mugung: (menoleh) “Eh, Stella…” ^^

Mugung melihat wajah Stella yang pucat pasi dan merasa ada yang gak beres. Mugung masuk dan menghampiri sahabatnya. Stella masih duduk, gak berani bergerak.

Mugung: “Wae?”
Stella: “Wo… wo de qin zi…” (aku… rokku…)
Mugung: “Zen me la?” (kenapa?)

Stella hanya memejamkan matanya, gak berani ngomong.

Mugung: “Stella, shuo hua! Ni zen me la?” (Stella, ngomong! Kau kenapa?)

Mugung yang gak sabaran akhirnya menarik lengan Stella untuk berdiri. Seketika Mugung melihat rok Stella yang terkena cat merah. Mata Stella memerah, seakan mau menangis.

Mugung: (melepas roknya) “Pake ini.”

Anak2 kelas 1-B bergumam melihat tindakan Mugung, tapi rupanya Mugung, seperti biasa, selalu memakai celana ketat di dalamnya.

Mugung: “Ganti di toilet. Sini aku temani.”

Mugung menarik tangan Stella menuju toilet. Karena cepat, gak ada yang memperhatikan Stella yang aneh. Begitu sampai di toilet, Stella merasa lega luar biasa.

Mugung: “Ni xian chuan wo de qin zi. Ran hou wo jie qin zi cong lao shi.” (kau pakai rokku dulu. Ntar aku pinjam rok dari guru)
Stella: “Mugung, xie xie ni o~” ><
Mugung: “Bu ke qi.” ^^ (gapapa) “Sekarang Mugung mau ambilkan kursi untukmu. Tapi kenapa sih Stella gak liat2 dulu sebelum duduk tadi?’
Stella: (mencerna kata2 Mugung) “Stella… Stella gak nyangka ada cat…”
Mugung: “Arraso, chonmayo. Lain kali ati2 yah.”

Stella memandang sosok Mugung yang berlalu. Dalam hatinya Stella merasa sangat bahagia ditolong Mugung.

***

Stella: “Loh? Mana seragam olahraga Stella?”

Stella panik bukan main. Hari ini pada jam pelajaran kedua dan ketiga, ada jam olahraga. Stella ingat benar dia udah membawa seragam olahraganya dan dimasukkan dalam tasnya. Tapi sekarang, setelah semua isi tasnya dikeluarkan, ternyata gak ada seragam olahraga sama sekali disana.

Yong Hee: “Stella, kita udah mau ngumpul di lapangan basket loh.”
Stella: “Ye. Ntar aku menyusul.”

Teman2 sekelasnya telah pergi. Kini tinggal Stella sendirian panik di kelasnya. Dia belum diizinkan punya hape, jadi dia gak bisa menghubungi rumahnya.

Stella: “Kalo bolos… kena marah gak yah?” ><

Stella masih mencari-cari seragamnya, hingga ke bawah meja, tapi hasilnya nihil. Tiba2 Stella kaget melihat Mr. Shin muncul di ambang kelas 1-B. Mr. Shin ini adalah guru olahraganya.

Mr. Shin: “Lauw, kau gak ikut olahraga?”
Stella: “Sonsaengnim, mianhamnida. Seragam olahraga Stella tertinggal.” ><
Mr. Shin: “Kenapa bisa begitu?”
Stella: “Stella… Stella pikir Stella membawanya. Tapi mungkin Stella benar2 lupa. Mianhamnida.”

Mr. Shin menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mr. Shin: “Kalo gitu kau… tunggu, apa ini?”

Mr. Shin mendekati tempat sampah yang ditaruh di dekat pintu masuk kelas. Disana dia melihat kain berwarna ungu tua. Dia berjongkok dan mengambil kain itu.

Mr. Shin: “Stella Lauw… ini seragammu kah? Kenapa bisa robek2 begini?”

Stella kaget dan berlari menghampiri tempat sampah. Mr. Shin menyodorkan… benar. Seragam olahraga Stella yang berwarna ungu tua. Ada nama Stella Lauw disana, dan seragam itu robek2.

Stella: “Kenapa bisa ada disini?’
Mr. Shin: “Entah. Apa yang terjadi?”

Stella juga kehabisan ide. Akhirnya Stella hanya di pinggir lapangan selama jam olahraga, Mr. Shin juga gak menghukumnya karena jelas2 Stella mengalami keanehan. Lalu waktu istirahat, Stella menceritakan kejadian aneh itu pada Jun Ki dan Mugung saat mereka lagi makan siang.

Mugung: “Mwo? Ada kejadian seperti itu?”
Stella: “Stella gak tau kalo Stella udah membuang…”
Mugung: “MEMBUANG? ITU SIH NAMANYA DIBUANG! AYO!”
Stella: “Ap… apa? Kenapa, Mugung? Kemana?’
Mugung: “Cepat!”

Mugung menarik tangan Stella dan Jun Ki bersamaan. Jun Ki memandang iba pada kotak makanannya yang masih tersisa banyak makanan, tapi dia tau Mugung serius dan gak ada gunanya menolak Mugung kalo Mugung lagi berangasan kayak gini. Mugung masuk kelas 1-B dengan bising. Seperti biasa, ada anak2 yang menyapanya.

Mugung: “Aku datang buat urusan penting.”

Mugung langsung menghampiri kotak sampah dan menyelidiki seragam Stella. Jun Ki juga berjongkok di sampingnya.

Jun Ki: “Ini… jelas dirobek-robek dengan gunting ato benda tajam semacamnya…”

Mugung tiba2 berdiri dan memandang anak2 kelas 1-B. mugung melotot, wajahnya keliatan mengerikan.

Mugung: “Jangan buat Mugung marah, tau!”

Anak2 kelas 1-B tersentak, tapi gak ada yang mencoba membantah Mugung. Dengan emosi tinggi, Mugung meninggalkan kelas. Stella memandang penuh tanya pada Jun Ki.

Jun Ki: “Mugung menduga Stella digencet.”

Penggencetan… kenapa aku korbannya… tanya Stella lirih.

***

No comments:

Post a Comment