Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Tuesday, 13 December 2011

(When Our Dreams Come True) The Unfulfilled Promises chapter 3


When Our Dreams Come True
The Unfulfilled Promises
Chapter 3

Hari ini Mugung gak masuk sekolah. Hanya tersisa Jun Ki dan Stella berdua di bawah pohon cemara, dan meski Mugung selama ini juga diam ajah kalo ada disana, rupanya berpengaruh pula pada kedua sahabatnya yang tiba2 merasa kehilangan satu kaki XDD

Jun Ki: “Sepi yah…”
Stella: “Ye…”
Jun Ki: “Aneh deh, biasanya Mugung gak pernah gak masuk.”
Stella: “Apa dia sakit?’
Jun Ki: “Aaah… masa cwe kayak dia bisa sakit? Mugung kan superwoman.” XDDD
Stella: “Tapi dia tetap cwe, Jun Ki.”
Jun Ki: “Arraso.”
Stella: “Aaaah!” (menepuk tangannya) “Kau tau rumah Mugung, Jun Ki?”
Jun Ki: “Tau. Maksudmu kita kunjungi dia yah?”
Stella: “Bener banget! Gimana kalo sepulang sekolah?”
Jun Ki: “Boleh juga.”

Sepulang sekolah, Stella keluar dari kelas 1-B dan langsung menuju gerbang sekolah, karena katanya Jun Ki akan menunggunya disana. Jun Ki menyandarkan badannya di pagar gerbang, dan tersenyum menyambut Stella.

Stella: “Stella ngomong sama Lao Ou dulu yah.”
Jun Ki: “Kita gak perlu naek mobil. Rumah Mugung dekat koq. Ntar Jun Ki antar kau pulang dengan sepeda. Jadi kita bisa nikmati pemandangan sepanjang perjalanan ke rumah Mugung. Stella gak akan menyesal.” ^^

Dari perkataan Jun Ki yang begitu panjang, Stella hanya menangkap bahwa mereka gak perlu naek mobil, rumah Mugung dekat, pulang… sepeda… menikmati… perjalanan… rumah Mugung… menyesal… dan Stella bertanya-tanya, apa sebenarnya kelengkapan ucapan Jun Ki. Namun melihat Jun Ki tersenyum, sepertinya itu sesuatu yang menyenangkan. Stella menghampiri Lao Ou.

Stella: “Lao Ou, wo hui gen Jun Ki hui qi cha bu duo san dian. Wo men yao qi Mugung jia.” (Lao Ou, aku akan pulang dengan Jun Ki kira2 jam tiga. Kami mau pergi ke rumah Mugung)
Lao Ou: “Bu yong wo song ni men ma, xiao jie?” (apa gak perlu aku mengantar kalian, nona muda?)
Stella: “Bu yong le. Wo gen Jun Ki hao le.” (gak perlu. Aku dengan Jun Ki gapapa)
Lao Ou: “Na xiao xin xiao jie…” (nona muda hati2)
Stella: “Ni fang xin ba.” ^^ (tenang ajah)

Stella kembali menghampiri Jun Ki. Lalu Jun Ki menggandeng Stella berjalan berlawanan arah dari arah biasa Stella pulang. Akhirnya Stella paham potongan2 puzzle ucapan Jun Ki tadi. Pemandangan yang dilihat Stella di sisi kiri jalanan sungguh indah. Hampir setengah perjalanan, yang dilihat Stella adalah hamparan padang rumput dan bukit2 kecil dengan pohon yang beragam.

Jun Ki: “Liat… bagus kan?”
Stella: (mengangguk) “Kedai Mugung rame meski letak kedainya agak pedalaman begini?”
Jun Ki: “Tentu. Ini kan gak terlalu pedalaman. Masih jalan raya nih. Cuma yang di sisi kiri emang padang rumput.”

Jun Ki memandang senyum Stella yang gak kunjung memudar.

Jun Ki: “Stella… kau gak diganggu lagi kan?”
Stella: “Hah?” (bingung)
Jun Ki: “Penggencetan. Gak lagi kan?”
Stella: “Oh eh… mullon animnida.”
Jun Ki: “Syukurlah. Mungkin dugaan Mugung salah.” ^^
Stella: ^^

Setelah berjalan selama 10 menit, di sebelah kanan mereka ada sederetan rumah. Rumah ketiga dari arah mereka berjalan adalah sebuah kedai. Papan merknya tertulis Lee’s Mie, dengan gambar semangkok mie yang diangkat dengan sumpit di sebelah nama kedai itu. Tanpa Jun Ki kasih taupun, Stella tau itu kedai keluarga Mugung.

Jun Ki: (mengendus udara) “Bau mie-nya menggugah selera. Kupikir kita akan dapat gratis beberapa mangkok dari Lee ahjussi.”
Stella: “Beberapa mangkok?” 0.0
Jun Ki: (menarik tangan Stella) “Oh ya, Lee ahjussi orang Korea, tapi Lee ahjumma orang Chinese. Mereka sangat ramah. Dan mudah2an kau ketemu si kecil Ji Hee. Dia imut banget, Mugung dalam ukuran mini.”

Jun Ki telah menarik Stella masuk ke kedai. Stella kaget bukan main kedai itu sangat penuh sesak, padahal kedai itu sempit. Hanya ada empat meja disana, yang masing2 meja dijejali 4-8 orang untuk duduk. Dan semua kursi penuh. Stella memandang kaget pada orang yang sibuk membawa mangkok2 mie. Ada seorang cwe cantik, umurnya sekitar belasan tahun, memakai celemek berwarna hitam bermotif bunga matahari. Lalu ada seorang wanita separuh baya di balik kasir, tampak sibuk melayani pembayaran, rambutnya dijepit rapi di kepalanya, juga memakai celemek yang sama. Dari dalam rumah muncul seorang pria paruh baya, rambut hitamnya masih sangat tebal dan tampak ganteng, mengangkat empat mangkok mie sekaligus dengan nampan.

Cwe: “Mianhae… kedainya penuh. Silakan coba datang beberapa menit lagi.” (menunduk tanpa melihat tamu di depan pintu)
Jun Ki: “Ha Kyo noona, ini Jun Ki.” ^^
Ha Kyo: (mendongak, kaget) “Astaga, Jun Ki! Kupikir tamu!”
Jun Ki: “Yahh… Jun Ki tamu juga kan?”
Ha Kyo: (melirik Stella) “Aku gak pernah melihatnya. Apa dia pacarmu?”
Lee ahjumma: “Omona… Jun Ki yang datang.” ^^
Jun Ki: “Anyong, Lee ahjumma.”
Lee ahjumma: “Siapa ini yang bersamamu?” ^^

Lee ahjumma, mamanya Mugung, tersenyum ramah pada Stella.

Jun Ki: “Dia Stella Lauw, teman baru kami.”
Stella: “Ni hao, ayi.” ^^
Lee ahjumma: “Rupanya Chinese juga. Selamat datang, Stella.”
Ha Kyo: “Benar kan, dia pacarmu, Jun Ki?”
Je Yoo: “Ha Kyo, bawakan pesanan!”
Ha Kyo: “Ye!” (berlari ke dapur)
Jun Ki: “Ahjumma, apa Mugung sakit? Dia gak sekolah hari ini.”
Lee ahjumma: “Iyah. Dia demam tinggi semalam. Tapi tadi pagi udah semangat makan semangkok mie. Langsung ajah ke kamarnya. Dan liat2 tangga, kalo2 ada mainan Ji Hee tergeletak.”
J+S: “Permisi, ahjumma…”

Jun Ki dan Stella masuk melewati dapur. Lee ahjussi tampak lincah memasak mie dalam porsi besar dalam panci setinggi badan Stella kecil dengan sumpit panjang.

Jun Ki: “Lee ahjussi!” ^^
Je Yoo: “Anyong, Jun Ki! Rupanya kau datang dan tadi membuat Ha Kyo bolos sebentar.” (memperhatikan Stella) “Siapakah gadis kecil ini? Orang baru di tempatmu?” ^^
Stella: “Wo shi Stella Lauw. Ni hao, shu2.” ^^
Je Yoo: “Aaah… hao. Ni hao piao liang, Stella.” (Kau cantik sekali)
Jun Ki: “Dia teman baru kami, pindahan dari Taipei.”
Je Yoo: “Oh begitu. Mau mengunjungi Mugung? Dia mungkin lagi tidur.”
Jun Ki: “Ye. Kami naik, ahjussi.”

Jun Ki membuka sebuah pintu yang rupanya di baliknya ada tangga. Setelah Stella menaiki dua anak tangga, Jun Ki menutup pintu di belakangnya dan suara keramaian kedai teredam.

Jun Ki: “Naik ajah. Kamar Mugung pintu pertama sebelah kiri.”

Stella berjalan di tangga yang cukup sempit, tapi untung penerangan cukup jadi Stella gak takut jatuh. Sampai di lantai dua, Stella melihat lorong dan jauh di ujungnya tampak ruangan luas. Stella mengintip ke pintu pertama di sebelah kiri, yang terbuka. Kamar Mugung. Nyaris gak ada isinya, hanya ada ranjang dan meja belajar. Semuanya rapi, tapi perabotan lain nyaris gak ada =.=”

Mugung: “Loh? Stella? Jun Ki?”

Stella dan Jun Ki menoleh ke pintu di seberang pintu kamar Mugung, namun pintunya agak sedikit gak lurus dengan pintu kamar ini. Keduanya mendekati pintu itu dan melihat Mugung duduk di ranjang, dengan seorang gadis kecil yang sedang tidur. Wajah Mugung agak merah.

Jun Ki: “Ji Hee bobo?”
Mugung: “Ye. Daripada dia ganggu Mugung. Mugung jadi gak bisa istirahat.”

Meski berkata begitu cuek, Stella tau Mugung sayang adiknya itu karena Mugung mengelus kepala Ji Hee sekali sebelum keluar dan menutup pintu kamar. Mugung masuk ke kamarnya sendiri, diikuti Stella, dan Jun Ki yang menutup pintu. Mugung duduk di ranjang dan mempersilakan kedua temannya duduk bersamanya.

Jun Ki: “Kau kenapa? Koq bisa demam?”
Mugung: “Aaah… mungkin karena kemarin terlalu cape bantu2 kedai. Ada perusahaan besar yang menjamu belasan karyawannya disini. Jadi kami terpaksa meminjam meja dan sebagian duduk di luar.”

Stella tengah menerjemahkan kata2 Mugung. Terpaksa… meja… duduk…

Stella: “Jadi kau udah sehat?”
Mugung: “Besok yang pasti harus masuk sekolah.”
Stella: “Oh ya… siapa itu Ha Kyo?”
Mugung: “Aaah… dia bibiku, dari pihak appa. Dia digaji disini.”
Stella: “Tadi Jun Ki mengajakku berjalan kaki ke rumahmu. Pemandangannya indah banget.”
Mugung: “He? Kalo kau suka, kita bisa main2 di luar sana sering2.”
Stella: “Geuraeyo? Senangnya…” ^^
Mugung: “Lagian rumah Mugung sempit. Gak pas kalo maen di rumah.”
Stella: “Tapi keluarga Mugung baek koq.” ^^
Jun Ki: “Oh ya Mugung, ntar Jun Ki pinjam sepedamu yah. Jun Ki mau mengantar Stella pulang.”
Mugung: “Ye.”

Akhirnya ketiganya mengobrol dengan seru dan bahagia.

***

Lauw Mama: “Lao Ou.”

Lao Ou kaget bukan kepalang begitu masuk rumah, langsung melihat sosok nyonya Lauw di ruang tamu.

Lao Ou: “Tai tai.”
Lauw Mama: “Kau menjemput Stella kan? Mana dia?’
Lao Ou: “Aah… itu… Stella xiao jie ada tugas kelompok. Dia akan pulang nanti sore.”
Lauw Mama: “Oooh… padahal aku ingin memberinya boneka barbie baru. Ya udah, aku makan siang dulu sambil menunggunya pulang. Jam berapa dia pulang? Kau akan menjemputnya kan?”
Lao Ou: “Ya. Aku akan menjemputnya jam tiga.”

Sambil berharap-harap cemas, Lao Ou bolak-balik rumah-pekarangan, sampe menjelang jam tiga, Lao Ou mengendarai Honda keluarga Lauw dan menunggu Stella pulang di depan pintu kompleks. Bisa gawat kalo tai tai tau xiao jie pergi main… kata Lao Ou dalam hati, resah.

***

Sementara itu Jun Ki, dengan meminjam sepeda Mugung, membonceng Stella pulang ke rumah Stella. Stella yang udah lama gak naik sepeda senang banget, apalagi sambil melihat pemandangan di sekitarnya. Plus lagi, yang memboncengnya adalah sahabatnya Jun Ki, yang sangat baek.

Jun Ki: “Kau senang banget yah? Senyummu gak pernah pudar tuh.” ^^
Stella: “Iyah. Rasanya… benar2 sempurna… Stella senang punya teman kayak Jun Ki dan Mugung…” ^^
Jun Ki: “Begitu juga Jun Ki… dan Mugung…” ^^
Stella: “Kita sering2 maen di padang ini ajah yah…”
Jun Ki: “Gak masalah. Pulang sekolah kita bisa mampir kesini… asal kau senang.”

Akhirnya Jun Ki dan Stella sampai di depan pintu kompleks. Stella mengenali mobil Honda-nya nangkring disana.

Stella: “Lao Ou?”
Lao Ou: “Xiao jie… ni gen wo hui qu. Lauw tai tai zheng zai jia li deng ni.” (Nona, kau harus pulang denganku. Nyonya Lauw menunggumu di rumah)
Stella: “Shen me? Ma ma hui jia le?” *kaget* (apa? Mama udah pulang?)
Lao Ou: “Wo shuo xiao jie qu zuo kong ke. Kuai a~” (aku bilang nona mengerjakan tugas. Cepatlah~)
Jun Ki: “Wae?”
Stella: “Jun Ki, Stella dan Lao Ou akan pulang sama2. Besok ajah Stella ceritakan yah.”
Jun Ki: “Ye. Annyonghi kyeshipshio, Stel.”

Stella bergegas masuk ke dalam mobil. Setelah memandang mobil Stella menjauh, Jun Ki memutar sepedanya dan pulang ke rumah Mugung, perutnya lapar (lagi) dan pengen makan mie (lagi).

***

Mugung, merasa kepalanya masih agak pusing, memaksa dirinya berjalan menuju sekolah. Setidaknya gak separah kemarin… Mugung mengeluh dalam hatinya. Sekolah masih sepi, Mugung jadi mengira dia masuk sekolah di hari Minggu. Tapi beberapa saat kemudian, dia melihat Stella keluar dari kelas 1-B dan berjalan cepat menuju gerbang sekolah. Baru ajah Mugung mau menyapanya, sosok Stella udah menghilang. Yah… dasar berkaki panjang… keluh Mugung. Akhirnya Mugung menguap dan berjalan santai menuju kelas 1-D.

Je Woo: “Kali ini dia bakal kapok.”
Sang Hee: “Kau yakin dia takut yang beginian?”
Je Woo: “Ini kan usulnya Hyo Kyung oppa.”
Hyo Kyung: “Nona besar kayak dia pasti bakal ketakutan dan nangis.”
Je Woo: “Siapa suruh dekat2 sama Jun Ki. Jijik tau… dia pikir dia mau memiliki Jun Ki sendirian.”

Mugung terkesiap waktu lewat kelas 1-B dan bersembunyi di dekat jendela. Dia mengintip dan melihat Je Woo dan Sang Hee, dua cwe kelas 1-B dan Hyo Kyung, cwo kelas 2-E tengah mengerumuni tempat duduk Stella.

Hyo Kyung: “Semua anak Chinese harus dikerjain.” XDDD

Mugung menahan amarahnya dan menunggu saat yang tepat.

***

Stella, terengah-engah setelah kembali lagi ke kelas 1-B. tadi ada tugasnya yang tertinggal di mobil, untung Lao Ou belum pulang, jadi dia sempat mengambil kembali tugasnya. Dia melihat di kelasnya, baru ada 8 teman sekelasnya yang datang, termasuk si ketua kelas yang tampan, Yong Hee, yang tampaknya baru datang.

Yong Hee: “Anyong, Stella.” ^^

Stella kaget disapa Yong Hee, tapi balas tersenyum ramah. Yong Hee emang sering membantu Stella, mungkin karena kapasitasnya sebagai ketua kelas. Stella duduk di kursinya dan menyimpan buku tugasnya ke dalam tas. Tapi begitu memasukkan tangannya ke dalam tas, Stella merasa ada sesuatu yang menggeliat. Begitu Stella menarik tangannya, cacing2 menggeliat di tangannya.

Stella: “Kyaaaaaaaaaa!!”
Yong Hee: “Wae, Stella haksaeng?”
Stella: (mengibas-ngibaskan tangannya) “Cacing!!” ><
Yong Hee: (menghampiri Stella) “Darimana cacingnya?”
Stella: “Di dalam tas.” (menunjuk tas dengan ketakutan)

Tanpa sepengetahuan yang lain, Je Woo dan Sang Hee tertawa-tawa dan berjalan keluar kelas. Sementara Yong Hee dan salah satu teman Stella yang lain, Eun Jin, mengerumuni Stella. Stella mulai menangis. Dia benci cacing.

Je Woo: “Hyo Kyung oppa benar2 hebat. Taktiknya berhasil.”
Sang Hee: (masuk pelataran WC) “Sayang oppa gak liat. Katanya sih terlalu mencurigakan kalo oppa ada disana.”

Je Woo mengikuti Sang Hee masuk ke pelataran WC. Di dalam WC itu ada tiga bilik WC, sementara kedua gadis kecil itu sedang berkaca.

Sang Hee: “Jun Ki itu cwo favorit kita. Sejak ada Stella, dia jadi jarang ngobrol dengan kita. Padahal dulu waktu baru ada Mugung dia gak separah ini.”
Je Woo: “Biar dia tau dan kapok. Padahal waktu itu juga udah kita kerjain dua kali.” XDD
Sang Hee: “Sekarang kita liat keadaan di kelas yuk.”

Waktu Sang Hee ingin membuka pintu pelataran WC, pintu itu gak mau terbuka.

Sang Hee: “Loh? Apa terkunci?”

Tapi pintu itu gak terkunci. Je Woo coba membuka pintu itu juga, kalo2 pintu itu rusak. Tapi tetap gak terbuka.

Je Woo: “Ada yang mengunci kita dari luar!” *panik*
Sang Hee: “Seseorang, tolong kami!!”
Mugung: “Baru tau sekarang rasanya eh?”
Je Woo: “Siapa itu di depan?”
Mugung: “Lee Mugung Hwa. Ada masalah?”
Sang Hee: “Mugung, tolong bukakan pintunya!” *menggedor pintu*
Mugung: “Wonchi anssumnida!”
Sang Hee: “Wae?”
Mugung: “Masih tanya kenapa! Kalian udah mengerjai Stella! Kalian dan si sok keren Hyo Kyung! Kalian pikir Mugung bakal maafin kalian?”
Je Woo: “Kau salah paham Mugung…”
Mugung: “Salah paham? Mugung melihat kalian masukin cacing ke tas Stella! Kalo kalian pengin temenan dengan Jun Ki, lakukan dengan usaha kalian sendiri! Bukan malah ngerjain Stella!” *nada meninggi*
Sang Hee: “Tapi dia Cuma mau main dengan kau dan Stella! Pangeran kami itu!”
Mugung: “Pangeran kalian? Dia itu bukan pangeran yang kalian bayangkan! Kalian gak tau apa2 soal Jun Ki!”
Je Woo: “Bukain pintu!”
Mugung: “Wonchi anssumnida!”

Mugung berjalan menjauh, meninggalkan Je Woo dan Sang Hee yang menangis. Di kelas 1-B, Eun Jin telah memanggil Jun Ki dan Jun Ki bergabung dengan Eun Jin dan Yong Hee, menenangkan Stella yang tengah menangis. Mugung menghampiri dan memeluk Stella.

Stella: “Mugung… kenapa bisa begini?” T.T *menangis sedih*

Melihat Stella yang menangis, hati Mugung resah. Dia menarik Stella.

Stella: “Mugung? Kita mo kemana?” T.T
Mugung: “Meminta keadilan!” *ketus*
Jun Ki: “Mugung!”
Eun Jin: “Apa gapapa liat Mugung semarah itu?”
Jun Ki: “Menurut Jun Ki itu pertanda buruk.”
Yong Hee: “Ayo kita susul mereka!”

Eun Jin agak ketinggalan mengejar langkah cwo2 yaitu Jun Ki dan Yong Hee, sementara Stella yang tangannya rada sakit ditarik Mugung akhirnya berhenti di depan kelas 2-E, kelas paling ujung di lantai satu. Mugung melepaskan tangan Stella, dan berdiri di ambang pintu kelas. Semua orang menoleh melihat Mugung.

Mugung: “Park Hyo Kyung haksaeng! Keluar!”

Mereka kaget mendengar Mugung berteriak. Well, semua orang, kecuali Stella, udah tau reputasi Mugung. Di balik sikap cueknya dan tampangnya yang manis, tersimpan kekuatan yang Stella gak pernah sangka2. hyo Kyung kaget, tapi dia menenangkan dirinya dan keluar. Mugung udah berdiri di sebelah Stella, dan ketiga teman mereka yang menyusul telah sampai dengan agak terengah. Mugung berkacak pinggang. Hyo Kyung berdiri agak menjulang tepat di depan Mugung.

Mugung: “Apa maksudmu menggencet Stella heh?”
Hyo Kyung: “Hyo Kyung gak ngerti kau ngomong apa, anak kecil.”
Mugung: “Kau!! Mugung melihat kau dengan Sang Hee dan Je Woo, melihat apa yang kalian lakukan tadi pagi!”
Hyo Kyung: “Mana buktinya? Kau Cuma mengarang!”

Tiba2 Je Woo dan Sang Hee, berkeringat, datang mendekati mereka berdua.

Je Woo: “Ya, dia mengarang! Dan dia mengurung kami!”
Mugung: (kaget melihat dua cwe itu udah keluar dari WC) “Heh, siapa yang bukain pintu untuk kalian?”
Cwo: “Aku.”

Semua mata memandang ke satu jurusan, dan semua mata itu bulat dan membesar. Ada cwo bertampang imut yang lumayan tinggi dibanding Hyo Kyung. Rambutnya hitam dengan poni menutupi dahi, alisnya tebal, hidungnya mancung dan bibirnya terlihat imut. Wajahnya tirus, juga kulitnya putih.

Mugung: “Han Yong Sun!” *kaget*

Stella, yang selain melihat si Yong Sun ini imut, gak ngerti kenapa semua orang melotot ketakutan kayak gitu. Si cwo bertampang dingin. Stella mencuil Jun Ki dan memasang tampang bertanya.

Jun Ki: “Han Yong Sun, kelas 4-C, anak salah satu petinggi yayasan yang mendirikan SD kita. Dia pintar, jago olahraga dan musik. Dia pianis termuda Korea yang mewakili Korea di ajang kejuaraan pianis junior sedunia.”
Stella: “Pintar… musik… pianis? Mewakili… kejuaraan… sedunia?” @.@ “Tapi dia imut!!” ><
Jun Ki: “Mugung benci padanya.”
Stella: “Hah? Wae?”
Mugung: “Mugung harap tuan muda gak ikut campur.”
Yong Sun: “Justru aku perlu ikut campur kalo terjadi kekacauan di sekolah. Pelajaran udah hampir dimulai. Segera pulang ke kelas semuanya.”
Mugung: “Mwo? gampang sekali kau ngomong gitu! Mereka udah menggencet Stella! Dari rok Stella yang kena cat merah, baju olahraga yang sobek, sampai ke cacing yang ada di dalam tasnya! Mugung mau balas dendam!”
Yong Sun: “Kau punya bukti, Lee Mugung Hwa?”
Hyo Kyung: “Ye. Dia ngomong tanpa bukti!”
Mugung: “Mugung… Mugung… gak punya hape! Mugung gak bisa merekam peristiwa itu!”

Mr. Park, Miss Yoon dan beberapa guru menghampiri kerumunan itu.

Mr. Park: “Astaga, Lee yang. Apa yang membuatmu berteriak seperti itu?”
Mugung: “Tanya mereka, sonsaengnim!” *tunjuk rombongan Yong Sun*
Mr. Park: “Han Yong Sun? Ottoke?”
Sang Hee: “Sonsaengnim, Mugung mengurung kami di WC, dan dia menuduh Sang Hee, Je Woo dan Hyo Kyung oppa menggencet Stella!” ><
Mr. Park: “Benarkah itu, Lee yang?”
Yong Sun: *mengangkat tangan* “Fine. Aku akan mempercayaimu kalo kau bisa mengalahkanku.”
Mugung: “Basket!!”

Jun Ki kaget bukan kepalang.

Jun Ki: “Mugung, kau gak akan bisa… jangan…”
Mugung: “Kalo kau kalah, Je Woo, Sang Hee dan Hyo Kyung harus bersih2 sekolah dan minta maaf pada Stella. Kalo Mugung kalah, Mugung akan menjadi budak Yong Sun seumur hidup!”
Jun Ki: “Aigo Mugung!” ><
Yong Sun: “Ayo kita selesaikan.”

Semua orang berbisik antusias saat mengikuti Mugung dan Yong Sun ke lapangan basket indoor. Mr. Park gak berani berkomentar karena yang berbicara adalah putra atasannya. Yong Sun mengambil bola basket dan menunggu Mugung di tengah lapangan, sementara Mugung melepas roknya.

Stella: “Mugung, kau gak perlu melakukan ini untuk Stella. Sungguh. Stella gapapa.” ><
Mugung: “Kau bodoh, Stel. Diamlah.”
Jun Ki: “Ya~ Lee Mugung Hwa, jangan macam2!”
Mugung: “Pangeran Lee Jun Ki, sampai kapan kau mau jadi pangeran hah?”
Jun Ki: “Maksudmu?”
Mugung: “Je Woo dan Sang Hee mengira kau adalah pangeran, karena sikapmu itu! Semuanya berhak tau… dan gak ada yang perlu ditutupi dari kenyataan itu! Jujurlah, Jun Ki!”

Stella memandang Jun Ki penuh tanya, tapi Jun Ki terlalu shock untuk bicara. Mugung udah turun ke lapangan. Yong Sun melemparkan bola ke Mugung.

Yong Sun: “Lima belas menit untuk pertandingan kita. Ladies first.”
Mugung: “Jangan merendahkan Mugung!” *melempar balik bola*
Yong Sun: “Jangan main2!” *mengoper balik ke Mugung*

Mugung naik pitam.

Stella: “Anu… Jun Ki, apa Mugung jago main basket? Badannya kecil gitu…”
Jun Ki: “Ye, dia jago. Tapi Jun Ki gak tau apakah dia bisa menang lawan Yong Sun yang tinggi dan lebih jago lagi.”

Membayangkan Mugung yang akan kalah dan jadi budak Yong Sun, Stella gemetar dan diam2 menitikkan air matanya. Semuanya hanya karena dia yang terlalu cengeng. Jun Ki yang menyadari Stella menangis, merangkul Stella.

Jun Ki: “Tenang ajah. Jun Ki gak akan biarkan Mugung kalah.” ^^

Meski Stella gak tau gimana Jun Ki melakukannya, tapi yang jelas senyum Jun Ki agak melegakannya. Di lapangan, Mugung melawan Yong Sun dengan gencar, bahkan Yong Hee menghitung, skor sekarang 9-2, Mugung unggul.

Eun Jin: “Ayo, Mugung!”
Yong Hee: “Aiiish, diam, Eun Jin. Nanti kau digencet juga.”

Namun nafas Mugung terputus-putus, dan berturut-turut, Yong Sun memasukkan bola ke ring sebanyak 4 kali. Skor udah 9-11. mugung agak kelelahan. Jun Ki tau ini saatnya dia bertindak.

Jun Ki: “Double!” *merebut bola dari Yong Sun*
Hyo Kyung: *ikut turun ke lapangan* “Ya, double!”
Mugung: “Jun… Ki…”

Stella, tegangnya bukan main. Dia meremas-remas tangan Eun Jin dengan cemas, sedangkan Yong Hee terus menerus menghitung skor.

Yong Hee: “11-11… 15-13… 15-17…”

Skor saling kejar mengejar. Mugung yang badannya kecil dan notabene cwe, ternyata bermain semangat bersama Jun Ki, yang tingginya dengan Hyo Kyung sama. Yong Sun gak tampak kelelahan sedikitpun meski keringat mengucur dari wajahnya, dan tinggi badannya menjulang. Stella melirik arlojinya. Hampir 10 menit! Tinggal 5 menit lagi… dan skor sekarang 22-17… kalo begini Mugung dan Jun Ki akan menang…

Eun Jin: “Lima belas menit!”

Mugung menyandarkan badannya pada Jun Ki, Hyo Kyung terduduk kelelahan, namun Jun Ki dan Yong Sun cukup cool dengan hanya terengah-engah dan mengusap keringat mereka.

Yong Hee: “43-31… Mugung-Jun Ki menang!”
Stella + Eun Jin: “Hore!!”
Mugung: “Gomawo, Jun Ki.” ^^

Yong Sun maju dan menyalami Jun Ki dan Mugung.

Yong Sun: “Arraso, aku kalah. Sesuai kesepakatan tadi, Je Woo, Sang Hee dan Hyo Kyung harus minta maaf dan bersih2 sekolah.”
Hyo Kyung: “Tapi kami gak melakukan apa2, Yong Sun hyung!”
Yong Sun: *melotot pada Hyo Kyung* “Mugung gak akan bicara sembarangan, aku tau itu bukan tipenya!”
Je Woo: “Tapi… Yong Sun oppa…”
Yong Sun: “Lakukan!” *melotot*

Je Woo, Sang Hee dan Hyo Kyung menundukkan kepala mereka di depan Stella yang kebingungan.

J+S+H: “Stella mianhae…” ><
Stella: “Ah… eh… chonmayo…”
Yong Sun: “Bagus kalo gitu. Mugung, Jun Ki, kapan2 kita harus bertanding basket lagi. Kalian benar2 lawan yang menyenangkan.” *beralih ke Mr. Park* “Sonsaengnim, Mugung akan menjelaskan pada sonsaengnim peristiwa yang mungkin akan membuat sonsaengnim kaget. Hukuman berikutnya untuk yang bersalah, sonsaengnim-lah yang menentukan.”
Mr. Park: “Arraso. Lee yang, kedua Kim yang, Park ssi, ikut sonsaengnim ke kantor!”

Yong Sun dengan coolnya berjalan menuju pintu keluar lapangan basket.

Mugung: “Yong Sun a~”

Yong Sun menoleh.

Mugung: “Apa kau tau semua ini bukan hanya iseng? Mereka mengerjai Stella karena dia Chinese. Seperti yang mereka lakukan pada Mugung dulu. Hanya ajah dulu Mugung cukup tegar dan Jun Ki banyak membantu Mugung. Apa Yong Sun mau semua ini terulang lagi? Gak bisakah Yong Sun tegas? Yong Sun kan anak dewan yayasan?”
Yong Sun: “Rasis?”
Mugung: “Ya. kau pasti sedih kan? Karena kau juga Chinese, Aaron Yan Ya Lun!”

Yong Sun membelalakkan matanya. Terdengar gumaman disana-sini, termasuk Mr. Park yang tampak kebingungan. Yong Sun tersenyum.

Aaron: “Ternyata kau benar2 cerdas Li Xiao Mai. Tapi darimana kau ingat identitasku? Seingatku aku telah menutup rapat semuanya. Padahal kau Cuma anak kelas 1.”
Mugung: “Appamu Chinese. Ommamu bercerai dengannya waktu kau masih sangat kecil, jadi Aaron mengganti kebangsaan Aaron menjadi Korea begitu omma Aaron menikah dengan Han sonsaengnim. Omma Mugung dulu adalah tetangga kalian, sebelum Mugung lahir!”
Aaron: “Jadi kaukah bayi yang lahir… tepat sebelum aku pindah ke Korea?”
Mugung: “Ya. kau pikir siapa lagi?”

Aaron menghela nafas dan tersenyum manis sekali.

Aaron: “Ya. aku Chinese, itu benar banget. Aaron Yan Ya Lun, yang mengubahnya menjadi nama Korea Han Yong Sun. kalo benar yang dikatakan bahwa ada praktek rasis disini, aku akan melaporkannya pada appa… ahh… appa tiriku. Terima kasih, Xiao Mai.”

Mugung, tanpa sadar, wajahnya bersemu merah. Stella melihat hal itu.

Jun Ki: “Oh ya, Je Woo, Sang Hee… Jun Ki dengar dari Mugung kalian menyebut Jun Ki pangeran. Jun Ki bukan pangeran.” *menggelengkan kepala* “Mungkin bagi kalian Jun Ki sempurna, Jun Ki anak orang kaya ato semacamnya.”
Sang Hee: “Jun Ki?”
Jun Ki: “Jun Ki masuk ke sekolah ini lewat mahasiswa, sama kayak Mugung. Jun Ki tinggal di panti asuhan, dan Jun Ki bukan pangeran yang kalian maksud.” ^^ “Ayo kita semua berteman.”

Stella kaget bukan kepalang. Rupanya Jun Ki adalah anak yang tinggal di panti asuhan. Mungkin itulah sebabnya saudaranya banyak. Tapi Jun Ki maupun Mugung belum pernah ngomong tentang ini padanya. Jun Ki yang ceria… rupanya nasibnya lebih tragis daripada dia. Gak punya orangtua… Stella selama ini mengeluh orangtuanya gak memperhatikannya, tapi setidaknya dia masih punya ortu. Tapi Jun Ki? Dimana orangtuanya? Tidakkah dia merasa sedih?

Eun Jin: “Stella… Stella haksaeng!”

Eun Jin menyenggol tubuh Stella dan membuatnya tersadar dari lamunannya.

Stella: “Eun Jin haksaeng?”
Eun Jin: “Jun Ki haksaeng menunggumu di luar.”

Ah… rupanya udah istirahat… kata Stella dalam hati. Stella keluar kelas dan menghampiri Jun Ki yang menunggunya di ambang pintu.

Jun Ki: “Lee ahjussi tadi datang dengan tampang marah.”
Stella: “Mwo? Kenapa Lee ahjussi marah? Dan kenapa dia dipanggil? Apa Mugung bakal dikasih hukuman?”
Jun Ki: “Wow… tenang, Stella. Gak mungkin Mugung kena hukum. Dia kan gak bersalah.”
Stella: “Mengurung Je Woo dan Sang Hee?”
Jun Ki: “Ahh… yang itu…” =.=” “Ya… mudah2an Mugung gak dapat masalah.”

Jun Ki dan Stella bersama-sama berjalan menuju taman belakang sekolah.

Stella: “Jun Ki… kau gak pernah kasih tau Stella… tentang… keluargamu…”
Jun Ki: “Oh, kau benar. Mianhae Stella… Jun Ki… hidup di panti asuhan. Kami semua hidup bagai keluarga, Jun Ki, kedua hyungku dan ketiga dongsaengku, gak ada ikatan darah. Kami dirawat seorang yang bermarga Lee yang udah kami anggap omma sendiri. makanya marga kami semua Lee.” ^^

Dia masih bisa tersenyum seperti ini… pikir Stella.

Stella: “Lukisan itu…?”
Jun Ki: “Jun Ki merasa harus melakukan sesuatu untuk meringankan beban panti yang semakin lama semakin besar, jadi Jun Ki berniat melakukan sesuatu, seperti kedua hyung. Jun Ki pikir Jun Ki punya bakat di melukis, jadi Jun Ki banyak melukis supaya lukisan itu bisa dijual.”
Stella: “Orangtuamu yang sebenarnya…?”
Jun Ki: *mengedikkan bahu* “Omma yang merawat kami bilang Jun Ki ditinggalkan begitu ajah di depan pintu panti asuhan. Waktu itu Jun Ki berusia satu bulan, yah… ortu Jun Ki meninggalkan secarik kertas yang menuliskan tanggal lahir Jun Ki. 17 April. Waktu itu 17 Mei. Tepat satu bulan. Hahah…”

Jun Ki tertawa garing. Stella jadi gak enak hati.

Stella: “Stella… selalu mengeluh ortu Stella sibuk. Tapi kau… sama sekali gak pernah bertemu ortumu…”

Jun Ki menoleh dan mendapatkan Stella menangis.

Jun Ki: “Loh Stel? Koq nangis?”
Stella: “Stella… sedih…”
Jun Ki: “Pabho! Kau sedih untuk Jun Ki? Gak perlu Stel, Jun Ki udah terbiasa. Ayo, kau keliatan jelek loh…”

Jun Ki menghapus air mata di wajah Stella dan tersenyum.

Jun Ki: “Jun Ki udah janji suatu saat akan mencari mereka kembali. Kau harus memberiku semangat yah.”
Stella: “Hmm… hwaiting, Jun Ki.” ^^

***

No comments:

Post a Comment