Love’s Arrived
Chapter 9 part 3
Gisela kini disibukkan dengan fungsinya sebagai spokeperson handphone Original. Dia dan Michael menjalani sejumlah pemotretan, syuting iklan, bahkan sejumlah promo di berbagai kota di Taiwan. Untungnya, ujian semester pertama sudah lewat dan Gisela tinggal menantikan hasilnya. Michael mengajari Gisela cukup banyak, terutama selagi mereka menunggu acara promo dimulai atau di sela-sela syuting iklan. Setidaknya Gisela agak lega karena syuting Memories of The Heart belum dimulai dan Alex tetap akrab seperti biasa dengannya.
Sebentar lagi natal tiba dan Gisela yang sangat menyukai natal dibanding hari besar lainnya, tak tahan untuk diam di rumah satu malampun. Suasana di Taipei sudah dihiasi ornamen natal, mulai dari pohon-pohon jalannya yang digantungi ornamen natal ataupun lampu warna-warni, pertokoan juga mulai memajang pohon natal dalam berbagai ukuran. Sudah dua-tiga malam terakhir Gisela berjalan kaki saja, karena menurutnya, dengan naik mobil, dia tidak bisa terlalu menikmati pemandangan yang ada. Beberapa fans mengenalinya, tapi syukurlah sejauh ini dia tidak mendapat ‘serangan’ fans.
Gisela kembali berjalan di pertokoan yang agak jauh dari rumahnya, rumah LI LIANG ataupun rumah HUA XIANG, karena Gisela ingin melihat Taipei yang lebih jauh. Gisela mencapainya dengan naik bus tadi. Wah… toko ini memajang kado-kado natal. Rasanya aku ingin beli beberapa, deh. Gisela masuk ke toko itu. Toko aksesorisnya didominasi warna merah, hijau, perak dan emas khas natal. Wah… lihat, ada Rudolph mini. Kayaknya ini cocok sama Xiao Li, deh. Beli, ah… Gisela sibuk memasukkan berbagai hadiah ke dalam kantong belanja, sudah merencanakan setiap kado akan diberikan kepada siapa saja. Ketika keluar dari toko, Gisela baru menyadari saat itu sudah larut malam, jam sepuluh malam. Aduh… bus-nya baru aja lewat. Harus nunggu satu jam lagi, deh… mana udah banyak toko yang tutup, lagi… Tiba-tiba hujan turun rintik-rintik, dan semakin lama semakin deras. Aaah!!! Tadi kan, langitnya cerah? Gisela duduk di terminal, menanti bus. Apa aku minta tolong seseorang menjemputku, ya? Ming-Ming ge mungkin mau. Gisela baru akan menelepon saat sadar handphone-nya sudah mati. Komplikasi! Masa baterainya habis? Keterlaluan!!! Sementara hujan turun semakin deras dan Gisela mulai menggigil. Saat itu ada seseorang yang mengendarai motor besar, berhenti tepat di depan Gisela.
“Mei-Mei? Mei-Mei, kan?”
“Xiang Chen ge?” tanya Gisela, menebak-nebak.
Kaca helm dibuka dan ternyata memang benar, Alex-lah yang mengendarai motor itu.
“Mei-Mei, kok kau ada di sini malam-malam?” tanya Alex.
“Aku tadi jalan-jalan dan belanja sedikit. Xiang Chen ge sendiri, kok bisa ada di sini?”
“Rumahku, kau tahu, rumah tempat tinggalku bersama mamaku, nggak jauh dari sini. Jadi aku kebetulan mau pulang ke rumah.”
“Aku masih menunggu bus. Tadi aku telat beberapa menit.”
“Kau sih, kenapa jalan kaki malam-malam begini?”
Alex melihat Gisela menggigil dan menghela nafas panjang. Dia turun dari motornya dan membuka jaket hitamnya yang tebal. Dia menyerahkannya pada Gisela.
“Pakai dan ikut aku pulang ke rumah. Kau nggak mungkin bisa pulang ke rumah dalam keadaan basah begini. Hujannya deras, nih.”
Gisela juga menerima helm dari Alex. Rambutnya tampak berantakan.
“Tapi kan… ini udah malam dan Xiang Chen ge nggak pakai apa-apa, nanti Xiang Chen ge sakit.”
“Makanya karena udah malam, kau ikut aku. Nggak usah cerewet, pakai aja jaket dan helm-nya. Udah menggigil begitu masih cerewet.”
Kalau sudah dikatai cerewet, mau tidak mau Gisela menurut. Jaket dan helm-nya sangat kebesaran. Alex tertawa terbahak.
“Seperti pinguin, deh.”
“Xiang Chen ge!!! Kan ge ge yang suruh aku pakai!”
“Ya udah, cepetan. Nggak usah sok khawatir aku sakit atau gimana, yang penting kau nggak boleh sakit.”
Gisela memeluk Alex dan Alex mengendarai motor dengan ngebut, seperti biasa. Alex membelokkan motornya ke lorong yang lebih kecil. Alex memarkir motornya di halaman rumah yang sederhana. Tidak tampak kemewahan yang berlebihan di rumah itu, mengingat mamanya Cuma tinggal sendirian selama Alex tinggal di rumah LI LIANG. Alex mencari kunci rumah di saku celana panjangnya yang basah dan Gisela membuka helmnya. Kepalanya tidak terlalu basah, tapi rambut di bagian belakang kepalanya terasa basah dan dingin.
“Mei-Mei, duduk dulu sebentar, ya.”
Gisela membuka jaketnya dan badannya seluruhnya kering, hanya bagian bawah tubuhnya yang sangat basah. Keadaannya jauh lebih baik dari Alex yang basah sekujur tubuh dan Gisela melihat dia gemetaran masuk ke bagian dalam rumah. Rumah Alex-pun Cuma tampak lebih mewah sedikit dari rumah Gisela yang ada di Palembang, meskipun tetap sederhana dan tampak bersih sekali.
“Xiang Chen, kenapa kau pulang hujan-hujan begini?”
Gisela menoleh kaget ke pintu di seberang ruang tamu. Seorang wanita setengah baya, seumuran mamanya, Gisela yakin itu mamanya Alex, keluar dari kamarnya. Mamanya Alex berwajah ramah dan perawakannya agak mirip dengan mamanya di Palembang. Mamanya Alex memandang Gisela yang masih berdiri, kebasahan dari atas sampai ke bawah.
“Kamu… bukan Xiang Chen?” tanyanya heran.
“Xiang Chen ge di belakang,” jawab Gisela, suaranya terdengar kecil mencicit.
“Ma… aku pulang. Aku nggak nyangka juga bakal hujan di tengah jalan tadi,” Alex muncul dan telah ganti baju.
Alex memandang bergantian mamanya dan Gisela.
“Oh, ma… ini Gisela Mai Xue Mei. Kami panggil dia Mei-Mei. Mei-Mei, ini mamaku. Yang lain memanggilnya Zhou Mama.”
“Zhou Mama, ni hao (halo, Mama Zhou),” sapa Gisela, sedikit lega Alex sudah mengenalkan dirinya.
“Halo, Mei-Mei. Xiang Chen, kau ini bodoh atau apa!” Zhou Mama tiba-tiba, menjitak kepala Alex.
“Aduh! Kenapa sih, ma?” tanya Alex sengit, menggosok kepalanya tempat dijitak mamanya tadi.
“Kau malah ganti baju duluan. Mei-Mei juga kebasahan. Pinjami dia baju dan suruh dia mandi air panas dulu! Gimana kalau dia sakit?”
“Oh… iya. Dui bu qi, Mei-Mei. Mama benar. Ayo, ikut ke kamarku.”
Gisela agak menunduk dan tersenyum kepada Zhou Mama saat melewatinya. Zhou Mama tersenyum ramah. Gisela mengikuti Alex naik ke lantai dua, ke kamarnya. Kamarnya rapi, mungkin sudah dirapikan Zhou Mama selama Alex tidak ada. Tapi pakaian basah Alex masih ditumpuk asal-asalan di lantai. Alex menyingkirkan pakaiannya.
“Aku siapkan air panas sebentar. Kau duduk saja dulu.”
“Tapi aku basah,” kata Gisela.
“Di lantai. Sebentar saja.”
Alex menghilang ke kamar mandi dan Gisela duduk di lantai. Dia melihat foto Alex kecil di meja belajarnya. Alex kecil yang tampaknya berusia sekitar 10 tahun, sedang berfoto dengan layang-layang berbentuk ikan yang berwarna-warni. Lucu sekali… dia nggak banyak berubah sejak kecil. Lihat, senyumnya masih sama! Tapi dia jadi semakin cute… Gisela tersenyum sendiri memandang foto Alex.
“Hei, jangan lihat itu!”
Alex sudah keluar dari kamar mandi dan menutup pigura foto yang sedang dipandangi Gisela. Gisela langsung berdiri, tapi tetap nyengir.
“Pakai ini dulu.”
Alex meminjamkan kaos putihnya pada Gisela. Gisela masuk ke kamar mandi. Wah… malam ini aku akan pakai shampoo yang sama seperti Xiang Chen ge, sabun yang sama… dan ini handuk dan bajunya! Ya Tuhan… ini bukan mimpi, kan? Alex turun ke dapur, dimana Zhou Mama tampak sibuk memasak sesuatu. Alex langsung menyerang makanan yang ada di meja makan.
“Ma, aku lapar…”
“Makanya mama masakkan sesuatu yang hangat untukmu dan Mei-Mei. Kalian nggak boleh sakit,” ucap Zhou Mama.
“Makanya aku paling sayang mama. Oh iya, hujannya sudah berhenti belum ya? Aku mau antar Mei-Mei pulang.”
“Xiang Chen, kau ini memang bodoh. Suruh dia tidur di sini saja.”
“Lho, kenapa?”
“Nanti dia kedinginan lagi!”
“Tapi dia tidur di mana, ma? Sama mama?”
“Makanya mama bilang kamu itu bodoh. Tentu saja dia tidur di kamarmu.”
“Sama aku?”
“Maunya, ya… mama nggak mau terjadi sesuatu pada Mei-Mei. Kau tidur di sofa depan saja.”
“Mama kok begitu, sih…”
“Cerewet! Panggil Mei-Mei ke bawah dan makan sup.”
Alex baru akan protes, tapi Zhou Mama melotot, jadi Alex hanya menciut. Dia beranjak dari kursinya.
“Kau hutang penjelasan pada mama, ya!”
Tepat waktu Alex masuk kamar, Gisela baru keluar dari kamar mandi. Kaos Alex kebesaran lagi untuk Gisela.
“Xiang Chen ge punya hair dryer?” tanya Gisela, mengusap rambutnya dengan handuk.
Alex menuju lemarinya.
“Duduk sini. Habis itu kita makan dulu. Mama masakkan sup,” pinta Alex, menunjuk tepi ranjang.
Gisela benar-benar terkejut Alex membantunya mengeringkan rambutnya. Setelah itu mereka ke dapur dan ternyata Zhou Mama memasak lumayan banyak makanan yang hangat. Setelah berterimakasih berkali-kali, Gisela meniru Alex yang makan dengan lahap.
“Mei-Mei, karena di luar udaranya masih dingin, kau menginap di sini saja malam ini,” kata Zhou Mama yang duduk di sebelah Gisela.
“Tapi Zhou Mama, nanti aku merepotkan,” jelas Gisela.
“Tidak, sayang, kau tidak merepotkan. Kau tidur di kamar Xiang Chen, biar Xiang Chen tidur di sofa saja.”
Gisela menoleh spontan ke Alex dan Alex tahu dia ingin minta maaf. Alex langsung mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan Gisela dan tersenyum padanya.
“Nggak apa-apa, toh Cuma untuk satu malam, Mei-Mei,” ucap Alex.
Gisela masih merasa semua ini mimpi waktu berbaring di ranjang Alex. Zhou Mama sama menyenangkannya seperti Wang Mama, tapi keduanya selalu memandang Gisela dengan pandangan yang membuatnya ngeri sendiri, seperti pandangan menyelidiki.
*******
Ternyata hujan turun semakin deras malamnya. Gisela yang sudah sempat tertidur lelap, dikejutkan karena bunyi petir yang keras. Tiba-tiba dia teringat pada Alex di ruang tamu sana. Dingin begini, Xiang Chen ge nggak pakai selimut, ya? Aku bawakan selimut aja… Gisela membawa salah satu selimut di ranjangnya dan mengendap turun menuju ruang tamu. Alex yang Cuma memakai kaos tipis, tertidur di sofa sambil meringkuk. Dia pasti kedinginan. Gisela mendekat. Aduh, wajahnya lucu sekali… dia nggak menutup mulutnya waktu tidur, ya? Harusnya aku bawa handycam tadi… Gisela masih tersenyum saat menyelimuti Alex. Alex langsung tidur terlentang kembali di sofa yang sempit. Gisela menggeser sedikit badan Alex, supaya dia tidak jatuh.
*******
Alex menggeliat bangun. Nggak enak juga tidur di sofa. Badanku sakit semua. Alex menguap, berdiri dan merenggangkan badannya. Dengan mata yang masih 5 watt, dia langsung menuju kamar mandi. Setelah gosok gigi dan cuci muka, dia langsung menuju dapur, cacing di perutnya sudah mulai konser.
“Xiang Chen ge, zao an!”
Alex yang sempat lupa Gisela masih di rumahnya, terkejut melihatnya memakai kaos kebesaran Alex yang lainnya dan menumpuknya dengan celemek pink yang biasa dipakai mamanya. Gisela sedang memasak, Zhou Mama sedang duduk dengan santainya di depan sejumlah menu sarapan, sambil minum teh yang wangi sekali.
“Lihat, pemalas! Mei-Mei udah bangun dari tadi dan memasakkan sarapan untuk kita,” cela Zhou Mama, tapi sambil tersenyum.
Alex yang merasa canggung, duduk di sebelah Zhou Mama. Gisela langsung menyerahkan sepiring telur mata sapi dan segelas susu padanya.
“Xie xie,” ucap Alex canggung.
“Anggap saja ucapan terima kasih karena sudah mengizinkanku menginap,” kata Gisela, melepas celemeknya.
Zhou Mama mendekatkan badannya ke Alex.
“Kau tahu, Xiang Chen? Rasanya seperti punya menantu,” goda Zhou Mama.
“Mama! Jangan bilang begitu! Kami nggak ada apa-apa!” hardik Alex, berusaha mengacuhkan pandangan mamanya yang terus menggoda.
“Tapi sejak kapan kau berselimut?”
Alex baru sadar kalau semalam dia memang tidak memakai selimut, tapi waktu bangun, dia menyingkirkan selimut dari badannya. Dia menoleh ke Gisela yang duduk di seberangnya, mengambil sarapan untuk dirinya sendiri. Mei-Mei, wei shen me? (mengapa?)
*******
Pada malam natal, sekitar 60 artis Famous Production diundang ke ITV, stasiun televisi terkenal di Taiwan yang paling banyak memutarkan serial yang dibintangi artis Famous Production. Kru ITV sudah menyiapkan berbagai acara menarik, termasuk mengundi siapa yang menjadi santa claus malam itu. Nathan sial, dia yang bakal memakai pakaian santa claus lengkap dengan perut tiruan. Wajahnya juga akan di-make-up kemerahan. Gisela merasa Nathan lucu sekali kalau bisa segemuk itu aslinya. Nathan sendiri menggerutu image-nya hancur dan dia harus menjelaskan semua ini di website pribadinya besok pagi. Nathan bertugas membagi kado natal yang disiapkan ITV untuk para artis Famous Production. Selain itu, ada lomba memasak (Quiny dan Gisela yang bergabung jadi satu tim berhasil memenangkan lomba), lomba cepat tepat pengetahuan umum (dimenangkan kelompok Michael, David dan Gracia), lomba mendesain kartu ucapan natal (David menang lagi) dan lomba perang bola salju tiruan (dimenangkan Alex dan Albert, setelah di final mengalahkan Moniq dan Sonya Hua). Gisela sendiri tidak peduli sebenarnya saat itu mereka direkam beberapa kamera, Gisela juga gila-gilaan bersama yang lainnya. Di sela-sela acara, Gisela sendiri membagikan kado natalnya untuk Albert, David, Michael, Nathan, Gracia, Moniq dan Quiny. Hanya Alex yang belum mendapat kadonya, karena Gisela merasa harus memberikannya di tempat pribadi.
Akhirnya lomba yang ditunggu Nathan tiba: lomba makan.
“Xiang Chen, kurasa aku harus memilihmu jadi partner. Dan… Crystal, minta tolong padamu, ya.”
Crystal Hui yang cantik dan imut, tak pernah disangka Gisela ternyata merupakan omnivora yang sama ganasnya dengan Nathan dan Alex. Sudah bisa ditebak hasilnya, kelompok mereka menang setelah menghabiskan 10 menu makanan dalam waktu setengah jam. Nathan yang makan paling banyak dan cepat. Alex sedang duduk di dekat pintu keluar studio, memegangi perutnya dan sesekali mengerang kesakitan. Apa sekarang waktu yang tepat, ya? Tapi mau nggak mau harus kuberikan sekarang… Gisela mendekati Alex.
“Eh, Mei-Mei? Duduk sini.”
Alex bergeser supaya Gisela bisa duduk.
“Terlalu kenyang atau sakit perut, nih?” tanya Gisela, tersenyum geli.
“Kayaknya Cuma kenyang. Kalau aku tadi makan sebanyak Ming Jun, baru bisa sakit perut,” jawab Alex.
“Ada sesuatu yang mau kuberikan… tapi… bisa nggak kita keluar sebentar?”
“Hah? Sepribadi itukah? Oke, ayo kita keluar. Aku butuh udara segar.”
Mereka keluar studio dan duduk di gazebo tak jauh di belakang gedung. Suasana sangat dingin, Gisela merapatkan syal di lehernya. Gisela menyerahkan kantong yang dipegangnya untuk Alex.
“Apa ini?”
“Buka saja.”
Alex sangat terkejut karena di dalam kantong itu ada kotak persegi, dan begitu dibuka ternyata isinya…
“Kue tart!”
“Kue natal… untuk Xiang Chen ge. Aku udah mencicipi, kok, jadi dijamin nggak berbahaya. Tapi aku nggak tahu rasanya enak atau nggak,” kata Gisela ragu, “tapi ge ge lagi kenyang, kan? Harusnya jangan kuberikan sekarang.”
“Nggak ada kata kenyang untuk kue tart, Mei-Mei.”
Alex mengambil garpu dan pisau plastik yang sudah disiapkan Gisela di pinggir kue.
“Hiasannya bagus sekali. Aku jadi nggak tega makannya.”
“Konsepnya natal. Warna putih berarti salju. Aku coba buat boneka saljunya, tapi hasilnya nggak bisa terlalu detail karena terlalu kecil,” jelas Gisela, menunjukkan aneka hiasan di kue tart-nya, “ada pohon natal dan Rudolph-nya juga.”
“Baiklah, karena ini hadiah dan aku harus menghargai, aku akan jadi manusia tega.”
Alex memotong kue dan melahap sepotong kecil. Dia merasakan isi kue meleleh dalam mulutnya. Rasa ini nggak asing. Kuenya…
“Tiramisu coklat?”
“Sebenarnya aku nggak tahu ge ge suka sama coklat atau nggak… jadi aku coba…”
“Aku suka coklat, kok! Tebakanmu bagus sekali! Dan kuenya enak sekali, Mei-Mei!”
“Syukurlah kalau ge ge suka…”
Lalu Gisela merogoh sesuatu dari tas kecilnya. Dia memberikan gantungan handphone kecil berbentuk bintang yang berwarna hijau.
“Aku berharap ge ge bisa tetap bersinar, seperti bintang ini.”
“Mei-Mei, ini bagus sekali!”
Alex langsung mengeluarkan handphone Sony Ericsson seri W terbarunya dan memasang gantungan itu. Gisela girang sekali.
“Tapi aku nggak punya sesuatu untuk Mei-Mei.”
“Nggak apa-apa. Aku nggak minta balasan apa-apa, kok. Lihat ge ge suka dengan hadiahku, aku udah puas.”
Gisela tersenyum dan dia tampak imut sekali. Mei-Mei, kau ini sederhana sekali… mengapa kau nggak pernah menuntut apa-apa? Apa semua ini udah cukup untukmu?
*******
No comments:
Post a Comment