Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Saturday, 3 December 2011

No Other The Story chapter 9

No Other The Story
Chapter 9

YIFANG’S DIARY
CHAPTER 9
AT LEAST I STILL HAVE YOU

                Manshi menarikku memasuki toilet, baru melepaskan tanganku saat aku sudah di depan cermin wastafel. Aku memandangi pantulan bayanganku dengan sedikit tidak percaya. Rambutku yang selalu panjangnya sepinggang dan poni panjang, sekarang panjangnya sebahu dengan potongan shaggy dan berponi pendek hingga alis; aku memakai baju terusan berwarna biru muda tanpa lengan, roknya di atas lutut; sepatu high heels-ku, 7 cm sepertinya, berwarna cokelat. Apa ini aku?

                “Hahaha… hasil karyaku keren kan?” Tanya Manshi, sedikit nada narsis terdengar dari suaranya.
                “Apa roknya tidak terlalu pendek?” aku balik bertanya.
                Manshi menggelengkan kepalanya, “kau ini. Kau harus tau, karena kau pendek, maksudku tidak terlalu tinggi… semua yang serba mini akan lebih cocok untukmu. Ayo, kita mulai saja make-up-nya. Rasanya sudah kepingin ke apartemen KRYSD.”

                Manshi mulai mengeluarkan peralatan make-up dari tas backpack-nya. Bagaimana mungkin dia membawa sebanyak itu peralatan make-up, padahal dia sendiri tidak begitu banyak ber-make-up? Dia mulai menyambar wajahku, membersihkannya, mengoleskan foundation, bedak, beralih ke mataku, memberi eyeliner…

                “Manshi, jangan terlalu tebal!”
                “Tenang saja, aku tau kau takkan cocok dengan make-up tebal. Aku hanya akan memberi yang minimalis.”

                Untunglah, eyeliner-nya tidak tebal. Dia menyapukan eye shadow berwarna pink lembut, menjepit bulu mataku hingga lentik, menyapukan blush-on, lalu mengoleskan lip gloss warna senada.

                “Selesai, kan?”

                Tidak!!! Ini pasti bukan aku!

                “Imut, kan? Sekarang kau benar-benar 16 tahun! Anak high school yang pergi ke pesta ulang tahun temannya, hahaha…”

                Aku masih memandangi bayanganku, yang ternyata jauh lebih enak dilihat dari biasanya. Manshi berdecak tak sabar, memasukkan semua peralatan make-upnya kembali, lalu menarik tanganku keluar. Kuperhatikan, makin banyak orang yang memperhatikanku, benar-benar membuatku salah tingkah.

                “Ya~ Yifang… kau berubah!” teriak Aqian dengan suara keras.

                Xili juga tak henti-hentinya tersenyum melihat penampilan baruku ini. Aku jadi merasa seluruh tubuhku panas, dan pasti telingaku mengeluarkan uap sekarang. Manshi masih tersenyum puas.

                “Yuk jalan. Kita lihat reaksi si Yesung,” ajaknya.

                Dia yang berjalan paling depan keluar restoran, Aqian menyusul di belakangnya, sedangkan aku dituntun Xili, karena aku kelihatannya enggan mendongakkan kepalaku. Aku masih tidak terbiasa jadi pusat perhatian orang seperti ini, malah merasa ada yang aneh pada diriku. Aqian yang memanggil taksi dan menyampaikan alamat kami. Di taxi, Manshi duduk di kursi depan dan kami bertiga di belakang. Ketiganya asyik mengobrol, tapi aku tidak ikutan. Aku masih membayangkan kalau harus bertemu Yesung nanti.

                “Yifang, sudah sampai.”

                Aku turun dari taxi dengan kaki gemetaran. Huh, berlebihan sekali aku!

                “Kalian lagi! Apa masih jadi pasien Park Jungsu?” Tanya si paman penjaga apartemen.
                “Kurang lebih begitu, ahjussi, tapi kami punya ini,” jawab Xili sambil mengambil dan menunjukkan kunci ID punya Donghae.

                Disitu tertulis jelas tulisan timbul berwarna emas: 707. Si paman jadi ternganga. Lucu juga yah melihat keadaan jadi begini, padahal semalam kami baru diburunya.

                “Kami duluan, ahjussi,” pamit Aqian sambil tersenyum puas.

              Begitu kami berjalan maju beberapa langkah lagi, aku melihat sosok Yesung berjalan tak jauh di depan kami. Yesung? Aku mulai kaku lagi. Manshi mendorongku maju.

                “Kebetulan sekali dia pulang. Hahaha… asyik,” katanya, sepertinya menikmati keadaan sekarang.

                Yesung-ku eh… Yesung menekan lift, dan kami menunggu dengan tertib di belakangnya. Begitu lift tiba, dia masuk ke dalam, dan kami menyusulnya. Dia menunggu untuk menekan tombol lift lagi.

                “Kalian mau ke lantai berapa?” Tanya Yesung, menoleh pada kami.

                Yesung… bicara pada kami!!! Suaranyaaaaaaa…

                “Lantai tujuh,” jawab Aqian.

                Tanpa banyak bicara, Yesung menekan angka 7. Perjalanan yang Cuma satu menit itu bagiku terasa begitu lama. Aku membayangkan terlalu banyak hal indah, namun… apa mungkin di antara aku dan Yesung akan terjadi kisah cinta? Aku terlalu banyak mengkhayal pastinya. Sekalipun aku bisa satu apartemen dengannya, lalu apa yang bakal terjadi? Kalau dia tidak memperhatikanku, aku bisa apa? Bodohnya aku…

                “Kalian sebenarnya mau kemana?”

                Aku kaget mendengarnya bertanya lagi, soalnya kami sudah tepat di depan kamar 707. Dia menoleh menghadap kami dengan pandangan bingung sekaligus curiga. Aku tau. Dia pasti mengira kami fansnya dan mau mengikutinya pulang.

                “Kau gadis yang tadi di café, kan? Gadis berputar?”
                “Gadis berputar?” tanyaku heran, ketika dia menunjukku.
                “Ya, di M.Chinno. yang berputar dua kali.”

                Manshi tertawa lepas. Sial, ini kan karena kerjaan Manshi! Yesung malah semakin bingung, dan aku yang jadi malu.

                “Di dalam saja ngobrolnya,” usul Manshi.
                “Di  dalam?”

                Xili tersenyum dan menunjukkan kartu ID seperti dia tunjukkan pada si paman tadi.

                “Bagaimana kalian bisa…?”
                “Bukannya sebaiknya kita Tanya pada yang sudah tau ceritanya saja?” Xili balik bertanya, ada nada menang dalam suaranya.

                Yesung masih kebingungan, tapi akhirnya membuka pintu. Begitu pintu dibuka, kami bisa melihat Kyuhyun, Heechul oppa, Sungmin, dan seorang pria yang tidak kukenal sedang duduk di selembar tikar besar, semuanya sedang tertawa, menonton acara reality show. Tepat pada saat itu Heechul oppa menoleh.

                “Ah~ Yesungie, akhirnya kau pulang. Eh? Bisa sama-sama Yifang dan yang lainnya? Kalian sudah saling kenal?” sapa Heechul oppa yang malah jadi bertanya.
                “Justru aku mau Tanya kalian, mereka ini siapa?” Yesung balik bertanya, menutup pintu di belakang kami.
                “Siapa?” Tanya Sungmin kaget begitu melihat kami.
                “Biar gampang, sekalian semuanya saja kenalan. Ryeowook hyung, bisa kesini?” panggil Kyuhyun.

                Apa? Siapa yang dia panggil? Ryeowook? Wookie? Dia ada disini? Sekarang? Tanganku otomatis beralih ke rambutku, merapikannya, lalu ke dress-ku, menarik roknya dan berharap rok itu akan jadi panjang, tapi sia-sia saja. Lalu dari arah dalam, orang yang dipanggil datang.

                “Ah, Yesungie hyung sudah pulang~” sapanya ceria, “dan ada tamu? Baguslah. Aku baru masak camilan kentang nih.”
                “Bukan tamu, hyung. Mereka untuk sementara tinggal disini.”
                “APA?” teriak Yesung, Sungmin dan seorang pria yang tidak kukenal bersamaan.

                Kyuhyun berdiri dan menempatkan dirinya di antara aku dan Xili.

                “Di kananku, Huang Xili, di sebelahnya Qian Meifen, di kiriku Mai Yifang, dan… aku belum kenal yang satu lagi.”
                “Oh, dia teman kami, Cai Manshi,” ujarku.
                “Tapi, bagaimana bisa…?” Tanya pria yang tidak kukenal itu terbata-bata.
                “Nah, kalian belum kenal mereka, kan? Ini Lee Sungmin (menunjuk Sungmin yang wajahnya imut); Kim Jongwoon, kami memanggilnya Yesung (menunjuk Yesung); yang ini Zhoumi, kami biasa memanggilnya Mimi (menunjuk pria berwajah manis yang tidak kukenal); dan ini dongsaeng kesayangan kami, Kim Ryeowook-Wookie,” kata Heechul oppa mengenalkan.
                Lalu tanpa aba-aba, Ryeowook langsung maju dan menjulurkan tangannya padaku, “hai, salam kenal. Aku Ryeowook.”

                Dan dia tersenyum. Senyum paling manis dan paling nyata yang bisa kulihat sekarang, dari seorang Kim Ryeowook. Aku pasti masih bermimpi. Atau mimpiku baru saja dimulai.

如果全世界我也可以放弃
If I can give up the whole world
至少还有你值得我去珍惜
At least there is still you for me to treasure
而你在这里
And you are here
就是生命的奇迹
That is the miracle of life
也许全世界我也可以忘记
Maybe I can forget the whole world
就是不愿意失去你的消息
But I won't be willing to lose news about you
你掌心的痣
The mole on your palm
我总记得在那里
I always remember it is there

                Dengan gemetaran aku menyambut uluran tangannya, tangannya hangat, menjabatnya, dan berharap ini benar-benar kenyataan. Dia benar-benar ramah, karena dia juga menjabat tangan yang lainnya sambil kembali menyebutkan namanya.

                “Kalian tidak keberatan kan mereka tinggal disini? Leeteuk hyung dan Donghae hyung sudah setuju. Lagian mereka kasihan sekali, tidak punya tempat tinggal, tersesat, iya kan?” Kyuhyun bercerita, “tadi Donghae hyung sudah menceritakannya padaku.”
                “Tapi… ini. Ini teman yang kami cari itu,” kataku sambil menepuk bahu Manshi.
                “Hah? Ini dia? Jadi kalian akan pindah ke tempat tinggalnya?”
                “Oh, tidak!” jawab Manshi cepat sambil menggelengkan kepalanya, “apartemenku jelek dan kecil. Aku malah berharap bisa pindah dari sana.”
                “Tidak apa-apa koq kalian disini dulu,” ucap Ryeowook, “iya kan, hyung?”

                Entah kenapa, aku merasa ada nada membujuk dalam suara Ryeowook. Yesung tersenyum dan mengacak rambut dongsaeng-nya itu. Ya ampun, mereka akrab sekali! Aku senang kedua orang yang aku sukai memiliki hubungan yang seperti ini!

                “Yesung hyung, hyung saja yang cerita pada Kibum yah nanti. Atau Zhoumi hyung? Soalnya aku malas mengulang-ulang cerita,” pinta Kyuhyun.
                “Tidak masalah. Tapi kau jelas harus cerita dulu kenapa cewek-cewek cantik seperti mereka bisa tinggal disini bersama kita. Cerita lengkap, oke?” tuntut Zhoumi, tapi sambil tersenyum.
                “Kalian duduklah, cewek-cewek. Di sini, sama kami,” ajak Heechul sambil menepuk areal luang di sampingnya.
                “Ya. Sambil menikmati camilanku yah. Aku ambil di dapur,” ujar Ryeowook.

                Manshi menyenggolku. Aku menoleh dan memandanginya heran. Manshi mengerutkan dahinya.

                “Bantu dia, ke belakang,” katanya tanpa suara, tapi mulutnya bergerak-gerak.

                Tapi… Manshi melotot padaku. Aku bodoh juga kalau melewatkan kesempatan ini! Sebelum menghilang ke belakang, aku melihat Manshi duduk di antara Heechul oppa dan Kyuhyun, Aqian dan Xili duduk di antara Sungmin dan Zhoumi, sedangkan Yesung duduk di antara Zhoumi dan Heechul oppa, mereka jadi membentuk semacam lingkaran. Aku menuju dapur dan melihat Ryeowook memakai celemek hijau muda, celemek yang sama seperti yang dipakai Donghae tadi pagi.
               
“Ah, Yifang? Ada apa?”
                “Err… aku mau membantumu. Kalau boleh?” tanyaku, kedengaran bodoh.
                “Sebenarnya aku bisa sendiri sih. Tapi tak apa-apa, dengan begini aku tidak perlu dua kali jalan. Di situ ada dua piring kentang goreng, kau tolong bantu bawakan yah.”

No comments:

Post a Comment