Love’s Arrived
Chapter 8 part 2
Setelah tiga jam penuh syuting, Gisela, Michael, Nathan dan David kembali ke rumah LI LIANG. Albert tadi menelepon Nathan dan kedengarannya sedang panik. Mereka langsung menuju kamar Albert di lantai dua. Wajah Albert terlihat kusut sekali dan dia membaca kertas-kertas skenario.
“Semua, tolongin aku dong…”
“Kenapa, Wen Chun ge? Kok muka ge ge begitu?” tanya Gisela, mengira Albert sakit.
“Aku harus syuting adegan ini nggak lama lagi. Masalahnya, aku sama sekali nggak bisa nangis,” jelas Albert.
Gisela menerima skenario dan membacanya bersama yang lainnya. Gisela mengangguk pada David.
“Wen Chun ge, lihat, kita praktekkan, nih.”
Gisela duduk di tepi ranjang, David mendatanginya dengan tampang marah, padahal sedetik sebelumnya dia baru tersenyum pada Albert.
“Xiao Lin, apa maksud SMS yang kau kirimkan?” tanya David dengan nada marah, benar-benar menyeramkan.
Gisela menoleh ke arah David dengan dramatis, rupanya wajahnya sudah dibanjiri air mata.
“Wo men fen shou ba (kita berpisah saja).”
“Ni shuo shen me? (kau bilang apa?)”
“Kau kemarin sudah melihatku jalan dengan cowok lain.”
“Apa dia pacarmu?”
“Bu shi! Wo… (Bukan! Aku…)”
“Jadi kau sudah nggak mencintaiku lagi?”
“Bukan begitu! Aku…”
“Wo hao ai ni… hao ai ni, Xiao Lin… (aku sangat mencintaimu, sangat mencintaimu)”
David memeluk Gisela dan keduanya menangis berderai air mata. Nathan, Michael dan Albert bertepuk tangan. David dan Gisela tersenyum meski air mata buaya masih menetes dari mata mereka.
“Mei-Mei, Ming-Ming, keren sekali!” puji Nathan sambil memberikan tissue pada keduanya.
“Masalahnya, aku bisa marah tapi nggak bisa nangis,” keluh Albert.
“Berarti kau lelaki berhati batu.”
Albert tidak membalas hinaan Nathan, dia kembali bertampang kusut.
“Nah, coba kita latihan nangis. Kurasa kita perlu nangis bersama supaya Wen Chun bisa dapat sense nangis,” usul Michael.
Keempatnya duduk di ranjang berhadapan dengan Albert. Dalam hitungan di bawah 30 detik, Gisela menangis tersedu-sedu, disusul Nathan dan Michael yang berselesih waktu beberapa detik dan berikutnya David, air mata membasahi pipinya, tapi dia terlihat makin cakep. Albert kebingungan teman-temannya cepat sekali menangis, sedangkan dia sama sekali nggak berkeinginan menangis.
“Tunggu! Kenapa sih kalian cepat sekali nangis?” protes Albert.
“Aku ini aslinya cengeng. Cuma pembawaan aku aja yang biasanya ceria. Kalau ada masalah, aku pasti nangis,” jelas Gisela, “tapi aku nggak pernah nangis tersedu-sedu seperti di film, kok.”
“Kalian sama sekali belum bisa nolongin aku…”
Seketika handphone Gisela bergetar dan wajah serta nama Gracia Li muncul di layar handphone.
“Wei…”
“Wei, Mei-Mei. Lagi ngapain?” tanya Gracia, suasana di belakangnya terdengar ramai.
“Wo zai LI LIANG de jia li. (Lagi di rumah LI LIANG.) Lagi bantuin Wen Chun ge latihan akting, nih.”
“Tapi nggak ada kerjaan lain, kan? Kita lagi liatin Xiang Chen syuting, nih. Datang ke sini aja, ramai-ramai.”
“Aku tanyain yang lain dulu, jie.”
gisela mengalihkan telepon sebentar.
“Gracia jie ajak kita lihat syutingnya Xiang Chen ge, nih.”
“Oh, kalau nggak salah, Xiang Chen lagi syuting di dekat kampus kita,” celetuk David.
“Boleh juga, sih,” kata Nathan, setuju.
Yang lainpun mengangguk dan menggumamkan persetujuan. Gisela kembali berbicara pada Gracia di telepon.
“Oke jie, kita ke sana sekarang,” ucap Gisela.
*******
Kelimanya tiba di lokasi syuting Alex dengan menumpang mobil David. Ketiga anggota HUA XIANG berdiri di bawah payung besar dan tersenyum menyambut mereka.
“Kita lagi nyantai nih, hari ini,” jelas Quiny, “mumpung dikasih liburan, jadi mau lihat perkembangan syuting serial yang lain, deh.”
“Mana Xiang Chen?” tanya David.
“Hei, semua!”
Alex datang dengan penampilan yang keren. Karena di film ini dia berperan sebagai eksekutif muda, dia memakai kemeja putih panjang dengan dasi hitam yang elegan. Gisela jadi pangling. Xiang Chen ge… cocok juga berpenampilan begini… cakep sekali…
“Aku surprise kalian semua datang!” kata Alex sambil tersenyum.
“Jie jie HUA XIANG lagi nyantai, ngajak kami ke sini,” jelas David, “kita sih setuju aja untuk ngisi waktu luang. Sekalian lihat aktingmu, deh.”
“Aktingku selalu keren lah, seperti biasa.”
Seketika Alex baru menangkap kehadiran Gisela disana. Anehnya, Alex tersenyum gugup sekali padanya dan segera berpaling untuk ngobrol dengan Moniq. Tak lama kemudian syuting dimulai. Lawan main Alex di serial ini adalah Patrice Liu, gadis manis yang juga di bawah manajemen Famous Production. Albert berhasil menculik dua buku skenario dari dua cewek pemain figuran, yang sudah disogok Albert dengan senyumnya yang charming. Kedua cewek itu langsung memerah wajahnya. Gisela, Moniq dan Nathan menyerbu skenario yang dipegang Albert.
“Wah, timingnya bagus sekali. Xiang Chen mau akting kissing, nih,” celetuk Albert, disambut tepukan gembira Moniq.
Kissing… Xiang Chen ge mau mencium cewek… kissing… Alex dan Patrice mengucapkan kalimat dialog dan Alex memeluk Patrice yang bertubuh mungil. Aura romantis langsung terasa dan Gisela benci melihat tampang Alex yang sangat menjiwai perannya. Cara Alex memandang mata Patrice… Aku mau!!! Kenapa dia harus begitu dengan cewek lain? Aku tahu semua ini Cuma akting, tapi… tapi… jangan cium dia!
“Cut!” teriak Mr. Sun, sang sutradara, “ada masalah apa, Xiang Chen?”
“Ehm…” Alex melepaskan pelukannya kepada Patrice dan tersendat.
“Kau nggak bisa mencium Patrice yang manis?”
“Bukan begitu, aku…”
“Tarik nafas dan coba lagi.”
Alex mendesahkan nafas panjang. Gisela menangkap wajah Alex yang lambat dan ragu mendekat ke wajah Patrice. Saat adegan ini diulang, Alex melakukan kesalahan yang lebih parah. Wajahnya jelas-jelas tidak menunjukkan perasaan cinta. Gisela yang tegang dan geram sekaligus, menggenggam tas tangannya dengan kelewat kencang dan membuat telapak tangannya menjadi putih karena aliran darahnya nggak lancar. Gracia menoleh pada Gisela dan membandingkannya dengan perilaku Alex. Kalau perkiraanku nggak salah… Gracia merancang berbagai perkiraan dalam otaknya sambil tersenyum misterius.
“Xiang Chen! Kita sudah mengulang adegan ini lima kali!”
Alex memasang tampang menyesal dan minta maaf pada Patrice yang meskipun memaafkannya, tampaknya cukup terguncang karena Alex tidak bisa menciumnya.
“Mei-Mei, temani jie jie ke toilet!” seru Gracia tiba-tiba, memecah keheningan.
“Yah… adegan serunya belum lewat, Gracia,” Moniq mengingatkan.
Tapi Gracia sudah menarik paksa Gisela. Aku nggak sanggup lihat adegan tadi, sih… mungkin ada baiknya aku dibawa pergi Gracia jie… Gracia menghabiskan waktu lima menit di dalam toilet, entah apa yang dilakukannya di dalam sana. Setelah itu mereka kembali ke lokasi syuting. Ternyata timingnya tidak pas, saat itu Alex sedang mencium Patrice dengan mesra dan lembut, benar-benar jauh dari perkiraan karena tampangnya yang macho. Oow… timingnya nggak pas, nih… begonya aku… kutuk Gracia dalam hatinya.
“Bagus, Xiang Chen! Kita sudah mengambil dua kali take untuk adegan ini… Ulangi lagi dua kali supaya kita bisa mendapatkan gambar dari sudut lain!” seru Mr. Sun, puas dengan hasil kerja Alex.
Alex kembali menoleh gugup pada Gisela yang menjatuhkan tas tangannya.
*******
“Kau belum pernah ke sini, kan?”
Sorenya, David membawa Gisela dan QQ, anjing pudelnya, mengunjungi taman di sekitar kompleks perumahan mereka. Tamannya sangat asri dan ada kolam di tengah taman. Beberapa pasang kekasih duduk di kursi putih taman, tampak bermesraan. Gisela membawa QQ berkeliling taman.
“Ehm, Mei-Mei, kau nggak sehat, ya?” tanya David.
“Emang kenapa?” Gisela balik bertanya.
“Tadi mulai dari lihat syutingnya Xiang Chen sampai sekarang, mukamu pucat sekali. Mamaku aja mengira kau sakit.”
“Nggak, kok, aku Cuma…”
Gisela merasa tak mungkin menjelaskan bahwa dia cemburu pada apa yang sudah dilakukan Alex. David tidak boleh tahu perasaannya terhadap Alex.
“Kau bad mood. Kau nggak tersenyum sama sekali dari tadi.”
“Wo mei you… (Aku nggak…)”
“Ayo, aku akan ajak kamu keliling, supaya bad mood-mu hilang. Habis itu makan malam di rumahku. Mamaku masak sup wortel-gingseng yang enak sekali,” tegas David, “cuaca lagi nggak bersahabat, sedangkan kita sibuk. Kita nggak boleh sakit.”
David mengajak Gisela berlari, tertawa dan berteriak. Perasaan Gisela sudah jauh lebih baik ketika mereka duduk di rerumputan dekat kolam. QQ duduk membelakangi keduanya, sepertinya ikut menikmati keindahan kolam.
“Gimana persiapan pesta ultah ge ge besok?”
“Udah siap semuanya. Sebenarnya tahun ini diadakan besar-besaran karena permintaan mama. Ya udah, aku undang semua artis deh, malam ini.”
“Semuanya?”
“Iya. Mei-Mei punya idola?”
“Tentu! Jay Zhou, Fahrenheit, Lee Hom…”
“Jay Zhou nggak bisa datang, dia ada konser di China. Mudah-mudahan Fahrenheit dan Lee Hom jadi datang.”
“Kalau mereka datang, kenalin ke aku, ya.”
“Pasti deh. Apa sih yang nggak buat Mei-Mei?”
QQ sepertinya menemukan sesuatu yang menarik dan berlari ke arah kolam.
“QQ! Jangan kesana! Nanti kau tercebur!”
Tapi QQ tidak mendengar Gisela dan melompat ke kolam. Gisela dan David langsung panik, tapi David langsung terjun juga ke kolam untuk menyelamatkan QQ. Karena David cepat dan sigap, QQ hanya kebasahan di sekujur badannya. Dia mengibas-ngibaskan tubuh dan ekornya sendiri supaya dia kering.
“QQ… kau nggak dengerin aku, sih. Ming-Ming ge, xie xie.”
“Nggak masalah. Ayo, bawa QQ ke rumahku, kita harus cepat keringkan dia. Dia masih anak anjing, takutnya dia nanti sakit.”
******
Malamnya, Michael mengundang Gisela ke rumahnya. Di mobil waktu pergi ke lokasi syuting Alex, Gisela cerita bahwa dia agak kesusahan menangkap pelajaran Pengantar Sastra Mandarin, jadi Michael, yang diakui semuanya sebagai cowok yang paling pintar di antara mereka, bersedia mengajar Gisela. Michael menelepon Gisela untuk mengambil catatannya di rumah LI LIANG. Dia bilang dia tidak bisa keluar. Begitu sampai di rumah LI LIANG, Gisela melihat kamar Alex yang gelap gulita. Dia belum pulang. Baguslah, sepertinya aku belum sanggup ketemu dengannya. Gisela langsung menuju kamar Michael.
“Jin lai (masuk),” perintah Michael saat Gisela mengetuk pintunya.
Gisela masuk ke kamar Michael yang rapi. Dia langsung menoleh ke meja belajar Michael, ternyata tempat pensilnya dipakai. Michael sedang berbaring di ranjangnya.
“Mei-Mei, aku udah menunggumu. Ambil aja catatannya di meja belajarku. Aku udah menambahkan beberapa penjelasan penting dengan pena warna lain dan beberapa menggunakan bahasa Inggris juga.”
Gisela mengambil buku catatan yang tebal berjudul “Pengantar Sastra Mandarin Semester 1 dan 2” Catatan Michael sangat rapi. Gisela yakin dia akan terbantu sepenuhnya. Dia heran Michael tidak bangun dari ranjangnya.
“Xiao Wei, kau kenapa?” tanya Gisela curiga.
“Nggak kok… Cuma… pinggangku agak sakit.”
“Lho? Kenapa bisa sakit?”
“Waktu kecil, aku pernah terjatuh waktu main basket dan pinggangku keseleo. Aku udah pernah operasi dua kali, tapi masih belum sembuh,” jawab Michael membuat Gisela membelalakkan matanya, “jadi kata dokter, aku nggak boleh terlalu capek, atau sakitku bisa kambuh.”
Gisela cepat-cepat duduk di tepi ranjang.
“You shen me shi wo ke yi bang mang? (Ada yang bisa kubantu?)”
“Aduh Mei-Mei, nggak perlu sampai begitu. Ini udah biasa, kok. Aku tinggal berbaring aja beberapa jam, biasanya langsung sembuh.”
“Kemana yang lain? Kenapa nggak bantuin kamu?”
“Yang lain pergi lagi. Mereka kan sibuk.”
Michael mencoba duduk, tapi usahanya gagal. Dia berbaring kembali, wajahnya kesakitan, kedua tangannya memegang pinggangnya.
“Xiao Wei!”
Gisela menggandeng tangan kiri Michael dan membantunya duduk.
“Kali ini ada deh yang bisa kau bantu. Bantuin aku ke toilet.”
Gisela menggandeng Michael ke toilet dengan sabar dan lembut. Michael sangat senang Gisela bersedia membantunya, Gisela pun sebaliknya. Michael menuju toilet dan Gisela kembali membantunya begitu dia sudah keluar.
“Mei-Mei, kau baik sekali. Beruntung sekali cowok yang bisa jadi pacarmu.”
“Xiao Wei, wo hai mei you you ai ren. (aku belum punya pacar, kok)”
“Belum punya pacar?”
Mereka berdiri di jalanan antara toilet dan kamar Michael. Michael memandang Gisela dengan pandangan yang tidak dimengerti Gisela, membuatnya gugup. Saat itu suara ramai terdengar dari luar rumah dan dalam beberapa menit, Albert, Alex dan Nathan masuk sambil tertawa. Mereka terdiam begitu melihat Gisela dan Michael. Alex pun memandang Gisela dengan pandangan aneh, lalu memandang Michael dan mereka saling berpandangan. Albert dan Nathan berpandangan gugup.
“Ah… qin ai de Mei-Mei (Mei-Mei ku tercinta), apakah kau rindu padaku jadi kau datang ke sini?” tanya Albert, langsung memeluk Gisela.
“Wen Chun ge… please…”
“Kau kenapa, Xiao Wei?” tanya Nathan, “jangan-jangan pinggangmu sakit lagi, ya?”
“Ehm, Ming Jun ge, tolong ya jagain Xiao Wei, aku harus pulang. Aku mau makan sup di rumahnya Ming-Ming ge. Xiao Wei, xie xie ya, bukunya,” kata Gisela, “cepat sembuh, ya. Zai jian.”
“Eeh…”
Nathan heran Gisela pergi begitu saja, berlari di antara dia dan Alex. Bibir itu… bibir itu mencium cewek lain… bukan aku…
******
“Mei-Mei!”
Albert berlarian menyambut Gisela yang baru turun dari mobilnya di hotel tempat David menyelenggarakan pestanya. Dari mobil Albert, turun ketiga rekan segrupnya. Gisela merentangkan tangannya di depan dadanya, di antara dia dan Albert, mencegah Albert memeluknya.
“Nanti make-up ku rusak,” kata Gisela.
“Kayaknya ini pertama kalinya kau ditolak cewek, Wen Chun,” Quiny turun dari mobilnya Moniq, “what a pity.”
Albert langsung membuat gerakan ‘kau menyakiti hatiku’ dan mereka semua tertawa.
“Yuk masuk, nanti Ming-Ming marah kalau kita telat,” ajak Alex, tidak menoleh pada Gisela sama sekali.
Gisela bersama-sama Gracia dan Michael, masuk ke ruang pesta paling belakang dari rombongan. David yang memakai tuxedo hitam dan tampak super keren, menyambut mereka semua.
“Mei-Mei! Cuuuuuute!” puji David.
Mereka duduk di meja yang memuat sepuluh orang, David menemani mereka dan ngobrol dengan seru. Sejumlah wartawan datang mendekati David.
“David Wang, boleh kami wawancara sebentar?” tanya salah seorang wartawan cowok.
“Oh, dan ran ke yi. (boleh saja.)”
Gisela diajak Gracia berkeliling ruangan, berharap ketemu artis-artis favoritnya.
“Apa harapanmu di umurmu yang ke-21 tahun ini?”
“Dalam karir, aku tentu mau prestasi yang lebih bagus. Aku juga berharap main di film layar lebar. Aku juga berharap bisa wisuda tahun depan,” jawab David sambil tersenyum, “yang pasti, aku ingin membanggakan mamaku dan teman-temanku.”
“Apa kau sudah punya pacar?” tanya seorang wartawan cewek.
“Masih seperti sebelumnya, aku masih jomblo. Aku terakhir kali pacaran umur 18 sebelum aku jadi artis.”
“Apa di tahun ini punya target untuk punya pacar?”
“Sepertinya iya…”
Rupanya jawaban malu-malu David ini disambut hangat oleh para wartawan. Mereka mulai tidak teratur mengajukan pertanyaan. David berusaha meredakan mereka.
“Tipe cewek yang kusuka? Oh, sebenarnya sederhana saja. Aku dan mamaku suka dengan cewek ceria, agak agresif dan royal terhadap sahabatnya. Untuk ukuran fisik, aku suka cewek yang berisi,” jelas David, “yang pasti, umurnya harus lebih muda dua tahun atau lebih daripadaku.”
“Apa kau sudah menemukan seseorang yang tepat?”
sepertinya kriteria cewek yg di sebutkan itu adalah si gisela deh...dan sepertinya juga david itu suka sama gisela.....>>sotoy banget deh lu>>
ReplyDelete