Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Saturday, 3 December 2011

(When Our Dreams Come True) The Unfulfilled Promises chapter 1


When Our Dreams Come True
The Unfulfilled Promises
Chapter 1

WHEN OUR DREAMS COME TRUE

SECOND STORY
THE UNFULFILLED PROMISES

Cast: Stella (tokoh utama wanita), Lee Jun Ki (tokoh utama pria, the one who appear in my dream), Lee Mugung Hwa (friend), Aaron (friend)
Location: Seoul and Taipei

Present:
Stella Lauw (7 tahun): putri tunggal sebuah keluarga berada
Lee Jun Ki (7 tahun): kelas 1 SD
Aaron / Han Yong Sun (10 tahun): kelas 4 SD
Lee Mugung Hwa (7 tahun): kelas 1 SD

PROLOG

Aku memakai topeng. Mereka melihat aku yang begitu sempurna. Melihat aku yang seakan bahagia di sepanjang hidupku. Ya, aku memang bahagia, setidaknya aku pernah bahagia. Tapi begitu aku tau keadaan ini... bagaimana aku bisa lagi bahagia? Aku mencintainya dan ingin bersama-sama dengannya selamanya. Tapi mampukah aku memenuhi janji2 itu? Biarkan aku... hanya mengingat senyummu ajah... sampai mataku tertutup...

***

Di suatu pagi yang cerah. Keluarga Lauw sedang menjadi topik perbincangan hangat di salah satu sudut perumahan terindah di Seoul. Maklum, rumah luar biasa luas yang mereka tempati telah lama kosong karena harga rumah yang lumayan tinggi. Bayangkan, rumah dua tingkat ditambah taman seluas 5 hectare yang mereka tempati itu bisa dijadikan taman kota! Apalagi ditambah gosip bahwa keluarga itu hanya punya seorang putri. Seorang putri yang manis dan masih sangat muda. Namanya adalah Stella.

Lauw Mama: “Stella, besok adalah hari pertama Stella masuk SD. Papa dan mama telah mendaftarkan Stella di SD terbaik di Seoul.” ^^
Stella: “Tapi mama… apa mama juga akan menemani Stella ke sekolah?”
Lauw Mama: “Stella sayang, kamu tau kan kalo itu gak mungkin?”
Stella: “Kenapa, ma?”
Lauw Mama: “Mama dan papa akan sibuk bekerja. Tenang ajah… ada Lao Ou yang akan menungguimu di sekolah. Dia akan mengantarmu dan menunggu sampai kau selesai sekolah.”
Stella: “Tapi ma…”
Lauw Mama: “Kau juga akan dijaga baik disana, karena mama dan papa udah bertemu dengan kepala sekolahnya. Jangan khawatir.” ^^

Stella kecil tentu ajah khawatir. Ini Seoul, bukan Taipei. Selama ini mereka tinggal di Taipei, cukup jauh dari Seoul. Papa dan mama Stella dipindahtugaskan untuk mengepalai perusahaan tekstil terbesar di Seoul, yang pusatnya ada di Taipei. Akibatnya Stella kecil akan menjalani masa SD-nya di Seoul. Selain itu, Stella khawatir dia kurang diterima oleh teman2 lainnya, karena dia Chinese. Diapun gak bisa berbahasa hangul. Plus… dia selalu merasa kesepian. Selain sarapan pagi, bahkan termasuk jarang juga, dia bisa bertemu papa dan mamanya. Namun Stella cukup mengerti bahwa dia harus menuruti apa yang diperintahkan papa dan mamanya, bahwa dia harus menjadi anak yang penurut. Pelayan yang banyak dan supir selalu siap mematuhi keinginan Stella. Apa yang Stella mau semuanya ada. Hanya ada satu yang dia gak punya… dan rumah inipun, meski indah, bukanlah yang Stella sukai…

***

Lao Ou, salah seorang supir keluarga Lauw dan termasuk supir pribadi Stella telah mengantarkan Stella sampai ke SD-nya. Stella turun dari mobil Honda seri terbarunya.

Lao Ou: “Xiao jie masuk saja, nanti bawaannya biar saya yang bawakan.”
Stella: (menggeleng) “Gak, Lao Ou. Biar Stella bawa sendiri. Xie xie.”

Karena melihat Stella berkeras, Lao Ou membiarkan Stella masuk ke pagar sekolah sambil membawa sendiri tasnya. Lao Ou masuk kembali ke mobil, menunggu nona mudanya selesai bersekolah nanti. Sekolah ini sangat luas. Di hadapan Stella terbentang lapangan rumput yang luas, dan gedung sekolah yang gak kalah luasnya terlihat begitu jauh bagi Stella kecil. Anak2 cwo dan cwe berlari riang di sekitarnya. Semuanya berkelebat putih-ungu tua, seragam musim panas SD ini. Stella melihat anak2 dengan beragam tinggi badan, tentu ajah karena anak2 SD kelas 6 biasanya jangkung2. Stella terpaku di tempatnya, gak mampu bergerak. Dia terlalu takut. Semuanya berbahasa hangul. Kemana dia harus berjalan sekarang? Ke gedung yang jauh di depannya itukah? Tiba2 ada yang menabrak Stella hingga terjatuh.

Cwo: “Aaaah… mianhae.”

Stella masih terduduk di rerumputan, dan memandang gak ngerti pada si cwo. Si cwo punya mata sipit dan cara memandang yang tajam, hindungnya mancung dan bibirnya kecil kemerahan. Kulitnya yang putih membuatnya tampak manis. Dia mengulurkan tangan dan membantu Stella berdiri. Ternyata tinggi keduanya sama. Rupanya si cwo jangkung, seperti Stella, dibanding anak2 umur 7 tahun lainnya. Si cwo juga mengambilkan tas punggung Stella yang berwarna hitam dan menyodorkannya pada Stella.

Cwo: “Kamu kelas berapa? Mianhae Jun Ki menabrakmu.”
Stella: “Hah?”
Cwo: “Koq hah? Aku tanya kau kelas berapa?”
Stella: “Aku gak ngerti…”
Cwo: “Hah? Kau ini ngomong apa? JUN KI TANYA KAU INI KELAS BERAPA?” (menunjuk-nunjuk gedung sekolah)
Stella: “I… I am…” T.T

Tau2 Stella menangis. Dia kira dia dimarahin si cwo. Stella, dalam keadaan panik, susah berbicara dalam bahasa Inggris, lagian juga dia jarang mempraktekkan bahasa Inggrisnya. Plus si cwo juga berbicara dalam bahasa yang gak Stella mengerti. Si cwo jadi panik, teramat sangat. Jadi si cwo menoleh kesana kemari mencari bantuan. Tiba2 dia melihat seorang cwe.

Cwo: “Mugung Hwa… ya~ Mugung!”

Stella mengusap-usap matanya, dan mengintip dalam ketakutannya. Si cwo rupanya telah memanggil temannya. Cwe yang mungil, tingginya hanya mencapai bahu si cwo. Cwe itu punya mata yang bulat dan rambut panjang, kontras dengan Stella yang rambut hitamnya pendek. Kalo gak salah Stella dengar nama cwe itu… siapa? Hwa? =.=”

Mugung: “Lee Jun Ki ya~~ pagi2 teriak, kebanyakan tenaga yah!!”
Jun Ki: “Mianhae…”
Mugung: (melirik Stella) “Ya~~ kau buat cwe manis nangis! Kau ini!!”
Jun Ki: “Anio…”
Mugung: “LEE JUN KI BUAT…” (teriak)

Jun Ki tiba2 menutup mulut Mugung dengan tangannya. Mugung megap2, wajahnya memerah. Mau gak mau Stella tersenyum melihat semua ini. Mugung memukul tangan Jun Ki cukup keras, dan Jun Ki melepas bekapan tangannya.

Jun Ki: “Kau ini kupanggil untuk meredam masalah, bukannya buat masalah. Jun Ki… bukan bermaksud buat dia nangis. Tapi Jun Ki gak ngerti tadi cwe ini ngomong apa. Jun Kipikir mungkin dia mau ngomong dengan jelas kalo ketemu sesama cwe.”

Jun Ki dan Mugung melirik ke Stella, yang daritadi senyum2. Merasa diperhatikan, Stella menyimpan senyumnya lagi.

Mugung: (tersenyum) “Ya~ senyumnya manis sekali. Anyonghaseyo, choui irumun Lee Mugung Hwa imnida.” (membungkuk)

Anyonghaseyo… ya… Stella tau ini.

Stella: “An… an… anyong… haseyo…” (membungkuk kaku)
Mugung: “Siapa namamu?” ^^
Stella: “Hah?”
Jun Ki: “Tuh kan… dia begitu terus daritadi. Emang kita ngomongnya gak jelas yah?” =.=”
Mugung: “Can you speak in English?”
Stella: “Ye… yes… maybe…”
Mugung: “Chamkkamman, Jun Ki.”

Mugung meneliti wajah Stella. Dia maju dan mendekati Stella. Wajahnya mendongak memandang wajah Stella dari dekat. Tiba2 matanya yang sudah bulat, membesar seolah mengerti.

Mugung: “Ni shi hua ren, dui bu dui?” (kau orang Chinese ya?)
Stella: (kaget) “Shi… shi de…” (benar)
Mugung: “Aaaah… wo ming bai le. Wo shi Mugung. Wo de zhong wen ming zi shi Li Xiao Mai…” ^^ (aaaah… aku mengerti. Aku Mugung. Nama mandarinku Li Xiao Mai)
Stella: “Dui bu qi… wo bu ming bai han guo hua…” (maaf, aku gak ngerti bahasa Korea)
Mugung: “Ni fang xin ba. Zhe li you wo.” (kau tenang ajah. Disini ada aku)
Stella: “Wo shi Stella Lauw.” (aku Stella Lauw)

Jun Ki, memandang kedua cwe ini ngobrol dan tersenyum, jadi merasa dicuekin. Jun Ki paham, akhirnya, bahwa Mugung dan cwe ini ngomong dalam bahasa Mandarin. Bahasa yang sering banget digumamkan Mugung untuk mencela Jun Ki. Bahkan didengar Jun Ki setiap kali Jun Ki mampir ke rumah Mugung.

Jun Ki: “Dia orang Chinese yah Mugung?”
Mugung: “Ye, Jun Ki. Stella, apa kau baru di Seoul?”

Stella mengangguk. Tampak sangat imut.

Mugung: “Jadi kau belum tau kelasmu… dan gak tau harus kemana?”

Stella mengangguk lagi.

Mugung: “Ayo. Mugung dan Jun Ki akan mengajakmu ke ruang kepala sekolah.” (beralih ke Jun Ki) “Jun Ki, ayo kita ajak Stella ke ruang kepala sekolah. Dia anak baru.”
Jun Ki: “Oooh… Stella…”

Jun Ki menoleh memandang Stella dan bengong. Mugung gak sabaran dan menarik Jun Ki dengan tangan kirinya, dan Stella dengan tangan kanannya. Dengan cepat dan pasti, Mugung membawa Stella ke ruang kepala sekolah.

Mugung: “Jangan khawatir, kau bisa ngomong bahasa Mandarin dengan Park sonsaengnim. Dia bisa bahasa Mandarin dan Inggris.”
Stella: “Mugung… xie xie…”
Mugung: “Mudah2an kita bisa ketemu lagi yah. Zai jian, Stella.” ^^

Jun Ki, yang belum sempat ngomong apa2, langsung ditarik Mugung pergi. Stella menghembuskan nafas panjang dan masuk ke ruang kepala sekolah setelah mengetuk pintunya yang tertutup. Terdengar gumaman dalam Hangul, dan Stella berpikir mungkin dia dipersilakan masuk. Stella membuka pintu dan melihat bapak2 umur 35 taon, berpakaian rapi, duduk di balik meja besar. Dia tersenyum ramah. Stella menutup pintu dan berdiri dengan kikuk.

Mr. Park: “Silakan duduk, anakku.”

Stella mengerjapkan matanya kebingungan. Mr. Park menunjuk kursi di hadapannya dan seketika tersadar.

Mr. Park: “Oh… kau pasti Stella Lauw, putri dari Simon Lauw xian sheng, kan? Ya… ya… silakan duduk.”

Stella lega mendengar Mr. Park ngomong Mandarin. Setidaknya Mugung gak bohong padanya. Stella duduk dengan tegang.

Mr. Park: “Meski kau belum bisa Hangul, bapak dengar kau akan segera mendapat guru privat Hangul yang akan mengajarimu setiap hari. Kau akan cepat mengerti, karena Hangul gak susah. Lagipula Stella, disini juga banyak murid Chinese. Kau gak akan kesepian. Ditambah lagi di sekolah ini semua pelajaran diajarkan dalam bahasa Inggris yang di mix dalam Hangul juga. Kau gak perlu khawatir…”
Stella: (mengangguk)
Mr. Park: “Kelasmu ada di 1-B, dua ruangan sebelah kiri dari sini. Perlu bapak antar?”
Stella: (menggeleng) “Gak, Park xian sheng, Stella bisa sendiri.” ^^
Mr. Park: “Cari bapak kalo butuh bantuan yah. Wali kelasmu udah bapak kabari tentangmu.” ^^

Stella keluar dari ruangan kepala sekolah. Dia menghitung ruangan yang dilewatinya. Sekarang sekolah udah sangat sepi, mungkin karena pelajaran udah dimulai. Akhirnya dia sampai ke kelas 1-B. Dia mengintip kelas itu. anak2 duduk dengan rapi. Sementara itu, guru cwe yang berdiri di depan kelas memperhatikan Stella.

Miss Yoon: “Stella? Please come in.”

Stella kaget, tapi rupanya Miss Yoon berbicara dalam bahasa Inggris yang dipahami oleh Stella. Stella benar2 dibuat lega. Dia masuk dan kelas menjadi sunyi. Semuanya tampak memperhatikan gerak-gerik Stella. Stella jadi kikuk.

Miss Yoon: (memegang bahu Stella) “Anak2… ini Stella Lauw. Dia seorang Chinese, jadi dia belum bisa Hangul. Tapi bagaimanapun ibu berharap kalian tetap mengajaknya bermain. Untuk sementara, berkomunikasilah dengan bahasa isyarat, atau bahasa Inggris, pokoknya, anggap dia teman kalian sendiri. Mengerti?”
Anak2: “Arraso Yoon yang.”
Miss Yoon: “Stella, I’m Yoon. I’m the guardian class of 1-B. If you have some trouble, you must talk to me, okey? Now you sit in that chair. Alone, it’s not the problem, yeah?” (menunjuk kursi paling belakang di kelas)

Stella mengangguk. Dia melihat ke sekeliling kelas. Ternyata gak ada Mugung atopun Jun Ki. Stella mendesahkan nafasnya, menebak-nebak apa yang bakal terjadi dengannya dan duduk menyendiri di bangku paling belakang kelas.

***

Stella mendesahkan nafasnya dengan lelah. Masih begini, di hari kedua sekolahnya. Kemarin dia gak sempat ketemu mama dan papanya. Padahal Stella pengin banget cerita pertemuannya dengan Jun Ki dan Mugung. Selain itu juga, dia ingin mengeluh, karena pada jam istirahat, gak ada yang mengajaknya bicara dan bermain. Dia makan bekal sendirian, padahal kepingin makan bekal dengan rombongan2 yang lain. Stella menguatkan dirinya, berharap itu hanya karena kemarin hari pertama dia bersekolah, dan berharap hari ini keadaan jadi lebih baik. Tapi beginilah… untuk yang kedua kalinya Stella mendesahkan nafasnya hari ini. Dia bersiap makan bekal sendirian. Semua orang di kelas berbicara dalam Hangul. Dia gak ngerti. Dia kesepian. Stella memandang kotak bekalnya yang berwarna hijau, dan dalam hati merasa sangat sedih.

Cwe: “Loh? Stella?”

Stella mendongakkan kepalanya. Dan seketika hatinya girang dan hangat. Dia melihat Mugung, rambutnya diurai seperti yang terakhir Stella ingat, berdiri di depan pintu kelas 1-B, tengah mengulum sesuatu di mulutnya dengan gayanya yang cuek. Stella gak tau pasti apa yang Mugung kulum, karena hanya bisa melihat batang putih yang lumayan panjang keluar dari bibir kecil Mugung.

Cwo: “Hei Mugung! Sini, gabung sama kita!”

Stella menoleh dan melihat rombongan cwo di pojok kelas berseberangan dengan tempat dia duduk, memanggil Mugung. Mugung menoleh pada mereka yang lagi bersorak, tersenyum manis.

Mugung: “Mian… ada keperluan bentar…”

Stella kaget Mugung menghampirinya. Mugung masih tersenyum, dan memegang batang permen di mulutnya. Rupanya itu lollipop, dalam ukuran mini, ato mungkin jadi segitu kecil karena udah lama dijilat Mugung.

Mugung: “Koq sendirian, Stel?”
Stella: “Mungkin… karena Stella gak bisa Hangul?”
Mugung: “Aaah dasar mereka itu yang gak suka bergaul. Sebagian karena kita Chinese sih Stel.”
Stella: “Kau kan Chinese, Mugung?”
Mugung: “Iyah. Tapi Mugung bisa Hangul. Dan muka Mugung gak ada Chinese2nya.”

Stella sekali lagi memperhatikan wajah Mugung. Mugung benar juga, wajahnya gak ada Chinese2nya.

Mugung: “Kupikir kau kelas tiga. Kau jangkung sih. Makanya Mugung kaget waktu liat Stella disini.”
Stella: “Stella umur 7 koq.”
Mugung: “Sama dong.”

Mugung menoleh kesana-kemari, tapi Stella gak tau apa yang Mugung cari.

Mugung: “Mulai besok, kau ke taman belakang sekolah ajah. Agak jauh di belakang, ada pohon cemara besar banget. Mugung dan Jun Ki sering ngumpul disana. Lebih sering pas istirahat, tapi kadang2 waktu pulang sekolah juga gitu. Kita bisa makan bekal bareng. Mugung lihat bekal Stella lengkap.”

Stella melirik kotak bekalnya yang besar. Mugung benar, bekalnya sangat lengkap dan sehat. Semuanya disiapkan koki kelas atas yang kerja di rumah Stella.

Stella: “Kau benar2 mengajak Stella?”
Mugung: “Hahah… kalo bukan Mugung yang ajak, truz siapa lagi? Anak2 di kelas ini?”

Mugung tertawa dan Stella merasa bebannya terangkat.

Stella: “Kalo Jun Ki?”
Mugung: “Oooh dia pasti setuju… datanglah besok yah.” ^^

Mugung berbalik, menyapa anak2 kelas dan bersiap keluar kelas…

Stella: “Mugung, kau kelas berapa?”
Mugung: (menoleh) “Aku dan Jun Ki di 1-D. Cari kami kalo butuh bantuan yah.” ^^

Stella benar2 merasa lega, dan untuk pertama kalinya, berharap hari esok tiba lebih cepat. Hal pertama yang diinginkannya setelah dia menginjakkan kakinya di Seoul.

***

Hari ketiga kedatangan Stella di Seoul. Stella kecil menenteng buntalan berisi kotak bekal makannya. Dia meminta koki rumahnya memasakkan tambahan dua bekal lagi, karena akan dibagikannya pada Mugung dan Jun Ki. Jam istirahat berlangsung cukup lama, setengah jam, namun Stella terburu-buru berjalan ke taman belakang sekolah. Taman itu lebih luas lagi dari halaman depan sekolah. Stella, yang takut sendirian, mulai panik, tapi dia ingat kata2 Mugung untuk mencari pohon cemara yang besar. Stella segera menemukan pohon itu, agak jauh. Stella berjalan cepat dengan kakinya yang panjang. Setelah setengah perjalanan, dia melihat dua sosok duduk di bawah pohon itu, berlindung di bawah rindangnya cemara. Seorang cwe, rambut panjangnya tertiup angin, menyandarkan tubuhnya di batang pohon dan memejamkan matanya. Mulutnya mengulum sesuatu, ada batang mencuat lagi dari bibirnya. Seorang cwo, jangkung, terlihat dari arah samping oleh Stella, sedang sibuk dengan kanvasnya yang besar. Cwo itu memegang pensil dan menggoreskan sesuatu disana. Stella mengenali mereka sebagai Mugung dan Jun Ki. Stella mempercepat langkahnya dan menghampiri mereka berdua. Namun dia agak terengah, begitu sampai di kerindangan pohon. Konsentrasi Jun Ki terpecah.

Jun Ki: “Oooh… Stella?”
Stella: “Anyong, Jun Ki.” ^^

Jun Ki membalas senyum Stella dengan senyumnya yang sangat manis. Stella gak percaya kalo Jun Ki punya senyum semanis itu. Mugung membuka matanya. Dia menarik keluar lollipop dari mulutnya.

Mugung: “Stella, kupikir kau lupa.”
Stella: “Gak mungkin Stella lupa. Kalian udah makan siang?”
Mugung: “Blom… males ke kantin.”
Stella: “Nah, kebetulan… Stella bawa bekal untuk kalian.”

Jun Ki bengong melihat kedua temannya ngomong pake bahasa Mandarin.

Mugung: “Stella bawa bekal untuk kita.”
Jun Ki: “Geuraeyo?”

Jun Ki duduk di rumput bersama Stella dan Mugung. Stella mengeluarkan kotak bekal dari buntalannya dan memberikan masing2 satu kotak bekal untuk Mugung dan Jun Ki. Mereka membuka bekal makanan dan kaget dengan isi kotak bekal itu.

Mugung: “Omona… ada cumi2.” ><
Jun Ki: “Ikaaaaaannnn…”
Stella: “Dimakan ajah.” ^^

Mugung dan Jun Ki yang menerima sumpit dari Stella, langsung makan bekal dengan lahap. Stella senang melihat temannya makan seperti itu. XDDD

Stella: “Tiap hari  Stellabawakan yah.”
Mugung: “Wow… xie xie, Stel…” (penuh makanan di mulut)
Jun Ki: “Apa katanya?”
Mugung: “Katanya dia bakal bawain kita makanan tiap hari.”
Jun Ki: “Oh wow… gomawo Stella…” (beberapa butir nasi muncrat dari mulut)
Stella: “Go… mawo?”
Mugung: “Xie xie maksudnya.”

Setelah 10 menit penuh kebisingan, akhirnya makan siang selesai. Mugung dan Jun Ki bersandar kelelahan di batang pohon, mungkin lebih tepatnya lelah karena kekenyangan XDDD sedangkan Stella melihat-lihat pemandangan di sekelilingnya. Pandangan matanya jatuh ke kanvas Jun Ki. Stella maju dan melihat kanvas itu lebih dekat.

Jun Ki: “Anio!! Jangan diliat! Jelek!!”

Jun Ki langsung berdiri dan menutupi kanvas dengan tubuhnya. Stella yang gak ngerti masih berusaha mengintip kanvas itu.

Jun Ki: “Duuuh… no, Stella…”
Stella: “Why?”

Mugung merasa dua temannya itu berisik. Dia berdiri dan mendorong Jun Ki. Sekarang Stella bisa melihat apa yang digambar Jun Ki. Pemandangan taman belakang sekolah dan gedung sekolah dari belakang. Meskipun masih berupa sketsa, lukisan itu terlihat bagus.

Stella: “It’s beautiful…”
Mugung: “Tuh kan… apa juga kubilang. Dasar Jun Ki gak pede. Hei Jun Ki, did you hear that? She has said that your painting is beautiful.”
Jun Ki: “Really?”

Stella masih memandangi kanvas itu.

Stella: “Kenapa Jun Ki menggambar ini?”
Mugung: “Dia ingin menjualnya. Membantu yang membutuhkan.” ^^

Stella berpikir… membantu yang membutuhkan… bukankah hal ini juga bisa dilakukannya? Membantu yang mebutuhkan… dengan uang hasil kerja keras orangtuanya yang banyak dan berlebih?

***

No comments:

Post a Comment