Brand New It’s Magic
Chapter 9 part 10
MAY’S POV
Hari-hari berlalu begitu cepat. Ahh, sebentar lagi aku akan
latihan dengan Yesung oppa. Annie tak cerita apa-apa tentang
latihan kemarin. Dia, Junki,
Thia, Chun dan Vani yang mendapatkan kesempatan pertama latihan. Chun, Thia dan
Junki agak pucat tadi pagi aku
ketemu mereka di kampus. Vani Cuma bilang latihannya mengasyikkan dan aku juga
pasti suka. Sebenarnya kenapa yah?
May mengeluh, “astaga, Ryeowook!”
Rupanya suara cemeti itu suara Teleport
Ryeowook tepat di balkon
kamarku.
“Aku mengagetkanmu, May?” Tanya
Ryeowook.
“Sangat!!”
“Mian… kupikir kau harus lebih membiasakan
diri.”
Ryeowook masuk lewat pintu balkon.
“Kenapa, Ryeowook?”
“Koq kenapa? Kau dan Rin kan akan latihan hari
ini. Jadi ada baiknya aku menjaga Jiro ge. Berkumpullah di depan aula kampus. Youngsaeng
hyung sudah menjemput Clara.”
“Ahh ya benar, kau dapat giliran patroli.
Kau mau ngapain saja sama
Jiro ge?”
“Latihan nyanyi, mungkin? Dan main game?”
“Hahahah… patroli yang asyik yah.”
Ryeowook tersenyum sejenak. Vampire yang
satu ini cakep, fansnya di kampus banyak, tapi dia rada pelit senyum, meskipun
aku tau hatinya sangat baik. Buktinya dia tak membunuh Hyunjoong oppa meski nyawanya terancam…
“Ahh, Ryeowook.”
Ryeowook menoleh kembali sebelum keluar
dari pintu kamarku.
“Yah”
“Gomawo…”
“Hah?
Buat apa? Hari ini kan memang
waktu patroliku?”
“Bukan. Yang waktu itu.”
Ryeowook tampak berpikir. Lalu wajahnya
menjadi merah. Atau itu Cuma
halusinasiku? Aku ingat dia memelukku dan ikut menangis untukku. Bagiku itu
sangat berharga.
“Well, yang penting sekarang kau sudah baik.”
“Iya.”
Aku menyusul Ryeowook yang berjalan menuju
kamar Jiro ge, sedangkan aku ke kamar Rin. Rin sudah siap dengan kostum bepergian.
Rin bertanya, “sekarang, jie?”
“Iya. Ayo, Rin.”
Kami keluar dari pintu depan rumah dan aku
membawanya terbang. Kami menuju aula kampus, tempat yang menjadi spot
perkumpulan sebelum latihan. Aku sudah melihat Saengie oppa dan sosok Clara yang imut.
“Riiin…” sapa Clara.
Rin menyahut, “hai Clara. Eh, Kyujong oppa pasti cemburu yah tak bisa ikut latihan?”
“Apa boleh buat. Katanya Kyujong oppa dan
Calvin ge ke rumah Aaron ge, mau main atau begadang gitu.”
“Oh
ya. Hyunjoong juga gabung
dengan mereka katanya, abis mini market tutup,” ucap Saengie oppa, “mungkin Hyunjoong mau
sekalian menjaga mereka.”
“Latihannya seperti apa yah? Penasaran…”
“Mereka tidak ngomong apa-apa, beberapa pucat, beberapa lagi senang. Aneh deh,” ujarku.
Rin berujar, “akhirnya kita harus mencobanya sendiri.”
Aku menoleh begitu melihat pusaran warna
di depan kami. Itu pasti Yesung oppa. Dia memasang senyum manisnya.
Yesung oppa bertanya, “oke, sudah siap?”
“Asal latihannya tak aneh, hyung,” jawab Saengie oppa.
“Latihannya agak aneh. Tapi kalian akan
terbiasa. Ayo, kita berlima bergandengan tangan. Aku akan membawa kalian ke
lokasi latihan.”
Aku menggandeng tangan kanan Yesung oppa,
disusul Saengie oppa di kananku, Rin, dan Clara yang menggandeng tangan Rin dan
Yesung oppa. Kami membentuk lingkaran. Tiba-tiba aku merasa hangat. Kami berpendar warna-warni,
tepatnya sih Yesung oppa yang berwarna-warni. Aku dan Clara sama-sama memancarkan cahaya hijau, Saengie oppa
memancarkan warna hijau dan putih bergantian dan Rin memancarkan cahaya putih.
Lalu kami membuka mata. kami ada di padang rumput yang luas. Jauh di depan kami
ada pepohonan, dan karena malam, pepohonan itu serasa mengancam. Rasanya ada
hal-hal gaib yang tersembunyi
di baliknya. Well, hidupku sudah
cukup aneh, jadi hal-hal gaib
mungkin sudah tidak terlalu asing lagi untukku.
Saengie
oppa bertanya waspada, “ini dimana, hyung?”
“Benteng
alam, bisa dibilang begitu,” jawab Yesung oppa, “ini suatu tempat yang
kuciptakan sendiri. Kalian tentu tau aku sangat mengandalkan kekuatan alam.
Makanya aku menciptakan ilusi ini. Sebenarnya ini bangunan tua tak terpakai di
suatu tempat di Taiwan, bangunannya cukup luas, jadi aku memutuskan menggunakan
ilusi untuk menjadikannya alam bebas, dan kita akan latihan disini.”
“Jadi ini Cuma ilusi?” Tanya Rin.
“Yap.”
Aku
memuji, “wow… ini keren. Benar-benar tampak
seperti aslinya. Berarti alam ini ada batasnya?”
“Cukup jauh juga batasannya. Aku sengaja
menciptakan ini nampak tidak
berbatas. Cuma kupikir kalian juga tidak akan menemukan batasnya. Kita akan latihan dengan ilusi. Kalian harus
siap.”
Clara bersorak, “sepertinya asik!”
“Clara, kau… harus latihan dengan baik.”
“Tentu. Jangan ragukan aku.”
“Kau itu Warriors’ Helper yang kuat. Tunggu
kekuatanmu penuh, nanti juga
akan nampak.”
Aku memandang sosok mungil Clara yang
bersemangat. Clara… akan jadi kuat! Wow!
“Jadi… mana ilusinya?” Tanyaku.
“Siapkan senjata, bagi yang punya!”
Yesung
oppa tampak cerita sekali. Aku juga jadi bersemangat.
Rin berseru, “Luna Bow!”
“Dragon Bow!” teriakku.
Clara berseru, “Horizon Spear!”
“Nah… Clara,” panggil Yesung oppa, “Horizon Spear milikmu adalah Tombak terkuat di jagad raya ini, sejauh
pengetahuanku. Posisi pemegang tombak adalah di middle line, jadi kau harus
melindungi teman-teman di
depan maupun belakangmu. Untuk latihan pertama hingga kuanggap kau lulus, kau
harus melatih teknikmu dulu. Kenai sasaran dengan tepat. Kau berdiri disana,
Clara.”
Clara berjalan sekitar sepuluh meter ke
kanan, Horizon Spear siap di kedua tangannya.
“Disini?”
“Iya. Aku akan memberimu batasan hanya dalam
bidang seluas 8x8 meter, habisi ilusiku. Tapi jangan lupa, kau bisa terluka kalau kau tidak bisa menang dari mereka. Paham?”
Clara mengangguk, “hmm… iya…”
“Lawan mereka!”
Jelas sekali Clara kaget melihat lima
tengkorak yang muncul di hadapannya. Tengkorak-tengkorak itu memegang pedang tipis, benar-benar mirip tengkorak asli! Apa itu benar2 Cuma
ilusi? Dan Clara mulai melawan serangan-serangan para tengkorak dengan Horizon Spear, agak
kewalahan menghadapi sekaligus 5 tengkorak.
“Hyung, itu tak kebanyakan buat Clara?” Tanya Saengie
oppa, “dia Cuma anak high school loh…”
“Oh, jangan khawatir, Youngsaeng. Aku Cuma
mau melihat sejauh mana dia bisa bertahan. Kalau dia terluka, aku bisa menyembuhkannya. Aku juga
bisa Heal, meski tidak
seefektif Heal dari Julie. Jangan khawatir.”
Kami menonton Clara berjuang, sementara
aku melihat tabir transparan tempat batas yang dimaksud Yesung oppa. Kurasa itu
sejenis tembok, dan akan memantul kalau menabrak tembok itu.
“Menontonnya lain kali saja. Nah, May, Rin, kebetulan kalian berdua sama-sama pemanah, kan? Dragon Bow milik May,
mungkin kalian sudah pernah
dengar, adalah panah terbaik sejagad raya, disusul Frost Bow milik Yunhwa… dan disusul Luna Bow.”
Rin bertanya, “benarkah?”
“Iya. Jadi, jangan remehkan panahmu itu,
Rin. Teknik dan konsentrasi adalah dua skill utama yang harus dimiliki pemanah.
Jadi kalian berdua akan kuberi latihan malam ini, untuk membidik sasaran dengan
tepat. Tabir kalian dipisah, tapi tugas kalian sama: membidik dengan tepat, oke?
May, kau ke arah kiri sepuluh meter, dan Rin, kau ke arah belakang, sepuluh
meter.”
Aku dan Rin memisahkan diri dari Yesung
oppa dan Saengie oppa. Terdengar dentang-dentang logam saat Clara menangkis serangan tengkorak-tengkorak ganas yang menginginkan nyawanya.
“Aku berikan lokasi 5x5 meter, itu cukup. Dan
panah semua sasaran ini dengan tepat, kalau kalian mau keluar dari sana. Tetap berdiri di
lingkaran kecil yang bercahaya, tembaklah dari sana, oke? Lawan ilusiku!”
Aku kaget melihat sasaran tembak yang seperti papan bulat-bulat biasa itu, muncul banyak sekali di hadapanku. Tak tau ada berapa gitu, ada yang dekat, ada yang jauh.
Banyaknya!!
“Selesaikan itu malam ini, May. Atau kau akan begadang disana.”
Hueeeeee… oppa jahat! Saengie oppa gimana
yah?
“Aniyo, May, perhatikan kerjaanmu dulu!”
Aaah dasar si oppa… sekarang aku harus
menembak sasaran ini tepat di titik tengah, kalau tidak sepertinya aku beneran akan disuruh begadang deh…
***
Yesung tersenyum berhadapan dengan Youngsaeng.
Youngsaeng berucap, “aku tak bersenjata.”
“Chun dan Junki kemarin juga tidak bersenjata loh. Tapi mereka pagi ini pucat
kan?”
“Hyung main-main dengan kami yah?”
Mata
Youngsaeng menyipit curiga.
“Tidak juga. Heheh… ini kan untuk melatih
kalian?”
Youngsaeng memandang Clara yang berhasil
merobohkan satu tengkorak dengan bunyi keretakan. Peluh memenuhi wajahnya yang
pucat.
“Kau kan bisa Fly, Youngsaeng? Makanya aku
ingin melatihmu, selama dan sejauh apa kau bisa terbang, mengelilingi tabirku,
10x10 meter. Ayo ke depan sana, 10 meter, oke?”
Youngsaeng kebingungan, tapi mengikuti apa
yang dikatakan Yesung. Tiba-tiba Youngsaeng merasa terkurung. Jelas dia ada di dalam tabir.
“Sampai berapa lama aku harus terbang?”
“Biar kulihat… sampai mereka bertiga selesai menyelesaikan tugas
mereka. Kalau kau gagal, Youngsaeng,
aku pastikan besok kau ikut latihan lagi.”
Youngsaeng terbang tanpa perlu disuruh
lagi. Youngsaeng ingin tau sejauh mana tabir itu, dan dia membal seperti
menabrak bantal-bantal tebal
jika sudah mendekati tepian
tabir. Yesung tertawa melihatnya. Yesung memperhatikan May, dari 15 sasaran
tembak, May sudah
menyelesaikan 6. Jauh lebih cepat dari yang dibayangkan Yesung. Rin, masih
belum menyelesaikan satupun sasaran. Yesung duduk dengan manis di salah satu
batu besar, menonton dengan santai. Yesung melirik arlojinya. Sepuluh menit sudah berlalu.
Clara berseru, “sudah!!”
Yesung menoleh dan kaget melihat Clara
telah membantai habis kelima tengkorak, berarti hanya dalam jangka waktu 20
menit. Clara menderita luka-luka di wajah dan tangannya. Dia langsung jatuh berlutut begitu Yesung membuka
tabirnya.
“Wow, Clara… kau benar-benar luar biasa. Ayo, duduk dulu sebelum
kusembuhkan lukamu. Proses Heal-ku akan membuatmu mengantuk, jadi tunggu kau sudah di rumah aku baru akan
menyembuhkanmu.”
Clara bertanya, “apa aku sudah lulus dan
bisa mencoba latihan lain?”
“Belum. Itu kurang banyak. Coba lagi melawan
yang lebih banyak di latihan-latihan berikutnya.”
Keduanya memandang May. Mereka mendengar
May mengumpat. May masih belum menyelesaikan 9 sasarannya dari tadi. Yesung
menggelengkan kepalanya sekaligus tertawa geli. Sebaliknya Rin, akhirnya berhasil
menembak 1 dari 15 sasaran tembak. Masih ada 14 artinya. Youngsaeng masih
berputar-putar di tabirnya.
“Apa Youngsaeng oppa tak pusing?”
“Belum. Tunggulah sebentar lagi. Youngsaeng
akan pusing.”
“Oppa… teganya dirimu.”
May mengumpat karena rupanya menembak
sasaran tak bergerak saja segitu susahnya. Leader macam apa dia
ini?? Setengah jam sudah
berlalu dari awal waktu mereka latihan. Kali ini May menembak tiga sasaran
lagi, tinggal enam sasaran yang lumayan jauh. Rin, akhirnya berhasil menembak
tiga sasaran, tinggal 11 sasaran lagi. Youngsaeng memandang keduanya dengan
cemas.
“Youngsaeng
sudah mulai pusing. Mudah-mudahan dia tak perlu datang lagi besok.”
“Gyaaah… ayo Rin, ayo May jie…”
Tiga perempat jam berlalu… May total telah
menembak 10 sasaran, Rin menembak 6 sasaran. Kecepatan terbang Youngsaeng tidak seperti tadi lagi. Satu jam berlalu…
May menjerit, “iya! Aku sudah muak!!”
Yesung melepaskan tabir di sekitar May.
“Bagus. Satu jam… hmm… rekormu payah, May,”
cela Yesung, “kau benar-benar masih harus latihan.”
“Gimana dengan Rin?”
“Sudah tujuh. Berarti tinggal delapan.”
May memperhatikan Youngsaeng dengan mata
terbelalak. Youngsaeng masih terbang berputar-putar.
“Oh
ya, itu… Youngsaeng harus terus terbang sampai Rin menyelesaikan tugasnya.”
“Kurasa Saengie oppa sudah pusing, oppa, bisakah…?”
“Tidak bisa. Mari kita lihat berapa lama lagi Rin harus
menyelesaikannya.”
May memandang Rin cemas, begitu juga
Clara. 15 menit kemudian Rin kembali menembak dua sasaran, jadi total telah
sembilan sasaran. Youngsaeng mulai pucat dan sekali-sekali melirik Rin khawatir. 15 menit lagi berlalu, Rin
berhasil menembak tambahan 1 lagi. Masih ada 8 sasaran. Youngsaeng terengah… 15
menit lagi berlalu… masih tersisa 7 sasaran… latihan telah berlangsung selama
dua jam, Clara bahkan lupa luka-lukanya terasa pedih. Rin masih menyisakan 5 sasaran… Rin sendiri berkeringat… Youngsaeng
masih sanggup bertahan… 15 menit lagi berlalu, tapi Rin tampaknya sudah terlalu lelah untuk bisa menembak
dengan tepat… dua setengah jam berlalu, Rin masih menyisakan 3 sasaran… dan Youngsaeng
terjatuh… Yesung melambaikan tangannya, Youngsaeng jatuh lembut di
rerumputan setinggi satu meter dan lebat.
“Ups… kupikir Youngsaeng harus latihan lagi
besok.”
“Saengie oppa…”
Youngsaeng mengumpat, “wah… sial deh!”
“Dui bu qi, ini salahku…” sesal
Rin.
Yesung memerintah, “selesaikan itu, Rin.”
Mungkin karena melihat Youngsaeng yang
menderita karenanya, Rin berhasil menembak 3 sasaran terakhir. Clara menguap.
Rin bergabung dengannya, Yesung, May dan Youngsaeng.
“Kelompok kemarin berhasil menyelesaikan
latihan mereka dalam satu setengah jam loh. Berarti rekor kalian kalah.”
“Yah…” keluh May.
“Padahal ada di antara kalian yang punya
abilty lebih. Kalian harus lebih cepat menguasainya, oke?”
Clara mencibir, “iya deh oppa…”
“Oh
yah, May, aku mau minta pendapatmu. Kupikir kita perlu menambahkan satu
bantuan, tepatnya satu orang dalam tim kita.”
“Warriors’ Helper baru?” Tanya May.
“Namanya bisa itu, bisa juga bukan. Aku mau
meminjamkan sedikit kekuatanku padanya, mudah-mudahan dia bisa membantu cukup efektif. Kita kan butuh
secepatnya melakukan kudeta.”
“Kalau menurut oppa itu bagus, maka lakukanlah oppa.”
Youngsaeng bertanya, “tapi maksudnya gimana?”
“Yah, ini hanya kekuatan sementara, aku
akan berbagi dengannya, mengurangi kekuatanku untuk ditambahkan untuknya. Hanya
sampai Pangeran Iblis tersegel dengan aman.”
Rin bertanya, “siapa yang akan oppa beri kekuatan? Aaron ge? Jiro ge?”
“Alend.”
Ketiga gadis dan Youngsaeng saling
berpandangan heran.
“Alend?” Tanya May heran.
“Iya. Dia terlibat cukup jauh. Kupikir ada
gunanya membagi kekuatan ke dia.”
“Tapi kan ada banyak orang yang juga
terlibat? Misalnya Fennie dan Kyujong oppa?”
“Ada alasan tertentu aku tak bisa membagi kekuatanku pada mereka.
Tapi kau setuju kan, May?”
“Yah… tetap saja setuju.”
“Dia akan latihan dengan rombongan besok.
Sekarang ayo pulang, kita istirahat. Youngsaeng, kau harus kumpul lagi besok,
oke?”
Youngsaeng menjawab,“baiklah…”
Mereka berlima kembali membuat lingkaran
seperti waktu mereka tiba tadi, dan mereka langsung muncul di depan aula
sekolah.
“Lukaku pedih nih…” keluh Clara.
Yesung memutuskan, “aku akan langsung men-Teleport Clara. Kalian bertiga bisa pulang bersama?”
“Iya. Gomawo, oppa,” ucap May.
“Jaga diri.”
Yesung menggandeng Clara dan mereka
menghilang. Youngsaeng, Rin dan May saling berpandangan, heran karena Alend
dipilih untuk dibagi kekuatannya.
“Ngomong-ngomong Saengie oppa, besok oppa akan latihan dengan Hyunjoong oppa, Stella, Amelz, Kimbum dan Alend. Ehm… aku agak khawatir
dengan Stella dan Alend. Mereka kan… yah, yang satu ceroboh dan yang satu
kurang pengalaman. Kalau oppa
gagal bertahan lagi…”
Youngsaeng berkata, “oppa pikir Yesung hyung menikmati bermain-main dengan kita. Huh… mudah-mudahan oppa lebih tahan besok. Doakan yah…”
“Tentu, oppa,” setuju Rin, “mian yah yang tadi…”
“Gwaenchana… Yuk, kita pulang, badan oppa pegel-pegel.”
Akhirnya mereka bergandengan tangan
bertiga, dengan Rin di antara May dan Youngsaeng, dan mereka terbang bersama,
mencari ketinggian yang aman untuk pulang dan beristirahat setelah mengalami
keanehan dan kelelahan malam ini… gara-gara Yesung…
No comments:
Post a Comment