Their Birthday Wishes
Chapter 3
Inilah kelompok Chun, Fennie, Lissa
dan May. Mereka baru saja keluar dari dalam hutan.
“Chun, kenalkan… aku Lissa, ini
Fennie dan…”
“Aku tau. Dia May,” kata Chun sambil
tersenyum.
“Sebenarnya ini aneh sekali,” keluh
Fennie, “tadinya kami datang untuk menghadiri acara jumpa fans kalian tapi
kenapa akhirnya kita malah jadi ksatria?”
“Nasib…”
“Tunggu sebentar,” pinta May yang
berjalan paling depan.
May mendengar suara berkeretak yang
bisa membuat bulu kuduk berdiri. Itu dia: tak jauh di depan mereka ada pasukan
tengkorak. Tidak tahu ada berapa banyak, yang pasti mereka benar-benar kerangka
utuh yang berjalan, membawa pedang sebagai senjata mereka.
“Arrrrrrrrrgh!” teriak Lissa seru.
“Ambil posisi!” perintah Chun dan May
pada saat yang bersamaan.
May yang membawa Tornado Sword dengan
gagah berani maju, disusul di belakang Fennie dengan Earth Spear dan Lissa
dengan Earth Chain, dan Chun dengan Electric Fan beraksi paling belakang.
Ini aneh dan mengerikan… tapi entah mengapa rasanya aku memang harus
melakukan ini…
May menyabet pasukan tengkorak dengan
gagah berani, membuat para tengkorak jadi onggokan tulang tak berguna. Fennie
menusuk kesana-kemari, senang karena senjatanya panjang jadi tidak perlu
terlalu dekat dengan musuh.
“Ah! Yang itu ada tanduknya!” seru
Lissa saat melihat musuhnya.
“Ingat, potong tanduknya dulu!” pinta
Chun.
“Senjataku sulit mengena tepat di
tanduknya…”
“Biar aku aja,” ucap May gak sabaran.
May maju dan memotong tanduk
tengkorak yang dimaksud Lissa. Begitu tanduknya dipotong, mereka bias melihat
sekelebat bayangan putih keluar. Itu pastilah roh yang sudah dihisap
sebelumnya.
“Bantai mereka!!!” seru Fennie,
tampak perkasa setelah mahir menggunakan Earth Spear.
***
Sedangkan di kelompok lainnya, ada
Thia, Stella, Ya Lun dan Yi Ru. Mereka kini ada di jalanan yang sepi dan gelap.
“Apa itu yang terang di ujung?” Tanya
Yi Ru, matanya sulit melihat terlalu jauh.
“Minggir cepat!!!” teriak Ya Lun.
Keempatnya merapat ke tepian jalan
tepat pada waktunya, karena barusan ada bola-bola api yang dilempar ke arah
mereka.
“Aku tau mereka itu!” seru Thia,
“namanya Gog, mereka iblis yang melempar api!”
Thia benar. Iblis itu berukuran
setengah meter, mereka berwarna kuning dan memiliki ekor, dan tangan mereka
memproduksi api yang tak ada habisnya. Tawa mereka terdengar mengerikan.
“Hoho… gak semudah itu kalian bisa
melukai kami!” seru Stella, mengambil posisi dan mulai mengipasi kumpulan Gog
dengan Light Fan.
Melihat Stella maju dengan gagah
berani, Yi Ru mengambil posisi di sampingnya dan mengipas juga dengan Water
Fan. Thia tau posisinya haruslah di sebelah mereka karena Lightning Magical
Stick bisa menyerang jarak jauh. Melihat dia yang satu-satunya punya senjata
jarak dekat, Ya Lun maju menyerang dengan Inferno Sword.
“Kipasi api-api yang akan mengenai Ya
Lun! Kita harus melindunginya!” perintah Yi Ru.
Kipasan Water Fan-nya Yi Ru lebih
bermanfaat karena api-api yang dilemparkan Gog langsung padam begitu terkena
serangan Yi Ru. Lagi asyik-asyiknya menyerang rombongan Gog, ada yang berteriak
dari belakang rombongan Gog.
“Tolong!!!”
“Selamatkan cewek itu dulu, Ya Lun!”
pinta Thia.
Ya Lun melompati beberapa Gog dengan
lincahnya, sejenak menghilang dari pandangan, lalu kembali dengan menggendong
seorang cewek. Dia meletakkannya dengan aman di belakang rombongan. Stella dan
Thia mengenali sosoknya.
“Rin???” mereka bertanya bersamaan.
“Stella? Thia?” Tanya Rin
kebingungan.
“Bukannya kamu di Seoul?” Tanya
Stella, mengipasi rombongan Gog dengan masa bodoh.
Tapi beberapa Gog terpental terkena
kipasan itu.
“Aku gak tau juga… begitu bangun
tidur, aku muncul di tengah jalan,” cerita Rin, “siapa mereka?”
“Ya Tuhan, kamu gak mengenalnya?
Mereka ini personel Fahrenheit: Ya Lun dan Yi Ru,” jawab Thia gak sabaran.
“Nanti aja ngobrolnya, selesaikan
dulu mereka!” seru Ya Lun yang sudah kembali maju ke depan.
***
Beralih ke Da Dong, Amelz, Finda dan
Julie. Mereka masuk ke tengah kota. Kota tampak sepi, tapi suasananya terasa
angker.
“Bulu kudukku berdiri,” keluh Julie,
merapat ke Da Dong.
“Ada yang gak beres,” tegas Amelz.
“Hi… hi… hi…”
“Jangan bilang… itu… hantu…” sendat
Da Dong.
Namun Da Dong benar. Dari dalam
toko-toko yang gelap, berseliweranlah bayangan-bayangan abu-abu, mereka hantu
pria ataupun wanita, dengan leleran darah di wajah ataupun tubuh mereka,
transparan, melayang-layang sepanjang jalanan. Beberapa bertanduk.
“Kalian membuatku naik darah!!!” seru
Finda, menyerang dengan Fire Magic Stick.
“Aaaargh!” seru Julie, tanpa sengaja
menyabetkan Water Sword ke hantu yang mendekatinya.
Setelah melihat sang hantu musnah,
Julie baru percaya bahwa seharusnya dia maju melawan, bukannya ketakutan. Da
Dong mulai maju menyerang dengan Wind Spear. Amelz juga menyerang dengan
Electric Sword dan maju paling depan bersama Julie. Hantu yang bertanduk mereka
hancurkan tanduknya terlebih dahulu sebelum dimusnahkan. Da Dong menyerang
rombongan hantu sampai ke jalan yang agak jauh. Saat itu dia melihat dua sosok
terbaring di jalan, beberapa hantu sedang mengerumuni mereka.
“Hei! Pergi sana jauh-jauh!” hardik
Da Dong dengan Wind Spear.
Syukurlah tampaknya para hantu belum
sempat menghisap roh mereka. Da Dong menepuk pipi kedua cowok yang rasanya
pernah dilihatnya entah dimana.
“Hei… kalian gak apa-apa?”
Cowok pertama yang tampak cantik
membuka matanya dan terkejut melihat Da Dong.
“Dimana aku?” tanyanya
bingung.
Tapi Da Dong tidak mengerti kata yang
diucapkannya.
“Hangul? Kamu ngomong hangul ya? I am
the one who must ask you, why are you lying here? Those ghost almost kill you
and your friend!”
“My friend?”
Si cowok menoleh dan menyadari ada
temannya di sampingnya.
“JunSu, bangun! Aku perlu Tanya ke
kamu, kita ini dimana?”
Tapi betapa mengherankannya mereka,
begitu cowok yang dipanggil JunSu itu membuka matanya, Wind Stone yang ada di
Wind Spear menduplikat diri dan merubah JunSu menjadi Wind Knight, dengan
senjata Ribbon.
“Kenapa bisa begini?”
“Tunggu! Aku tau kamu! Jiro
Fahrenheit, kan?” tebak JunSu, merubah bahasanya dari hangul ke mandarin.
“Ah, benar… aku Da Dong. Siapa
kalian?” Tanya Da Dong keheranan.
“Aku Xiah JunSu dan ini Hero JaeJoong
dari TVXQ.”
“Oh, pantas… rasanya aku kenal
kalian. Kenapa kalian ada disini?”
“Aku juga gak tau.”
“Tolong!!!” teriak JaeJoong
ketika beberapa hantu melesat ke arah mereka.
“JunSu, serang mereka dengan Wind
Ribbon-mu itu!” seru Da Dong.
Da Dong dan JunSu berperang dengan
gagah berani. JaeJoong yang menonton bertepuk tangan kagum.
“Ayo, kubawa kalian ke tiga temanku
yang lainnya sambil menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Kurasa kalian akan
menyukai temanku ini. Mereka semua cewek.”
Da Dong membawa JunSu dan JaeJoong
menemui ketiga cewek yang sedang bertempur dengan gagah berani.
“Aku membawa teman baru. Mereka ini…”
“Aku tau!” seru Amelz, “JunSu dan JaeJoong,
kan? Annyonghaseo…”
“Annyong…” sapa JaeJoong yang merasa
bodoh.
Tapi seketika Thunder Stone milik
Amelz juga menduplikat diri dan merubah JaeJoong menjadi Thunder Knight dan
memberinya senjata Ribbon.
“Nah… sekarang aku merasa lebih
berguna juga.”
“Fabian bilang kita semua ada 29
Knight,” ingat Finda, “kehadiran JunSu dan JaeJoong menambah jumlah kita.”
“Ah, benar…” kata Amelz, “ayo kita
jelaskan pada dua teman baru kita ini, apa yang harus mereka lakukan…”
***
No comments:
Post a Comment