Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 1 June 2012

Their Birthday Wishes chapter 3


Their Birthday Wishes
Chapter 3

Inilah kelompok Chun, Fennie, Lissa dan May. Mereka baru saja keluar dari dalam hutan.

“Chun, kenalkan… aku Lissa, ini Fennie dan…”
“Aku tau. Dia May,” kata Chun sambil tersenyum.
“Sebenarnya ini aneh sekali,” keluh Fennie, “tadinya kami datang untuk menghadiri acara jumpa fans kalian tapi kenapa akhirnya kita malah jadi ksatria?”
“Nasib…”
“Tunggu sebentar,” pinta May yang berjalan paling depan.

May mendengar suara berkeretak yang bisa membuat bulu kuduk berdiri. Itu dia: tak jauh di depan mereka ada pasukan tengkorak. Tidak tahu ada berapa banyak, yang pasti mereka benar-benar kerangka utuh yang berjalan, membawa pedang sebagai senjata mereka.

“Arrrrrrrrrgh!” teriak Lissa seru.
“Ambil posisi!” perintah Chun dan May pada saat yang bersamaan.

May yang membawa Tornado Sword dengan gagah berani maju, disusul di belakang Fennie dengan Earth Spear dan Lissa dengan Earth Chain, dan Chun dengan Electric Fan beraksi paling belakang.

Ini aneh dan mengerikan… tapi entah mengapa rasanya aku memang harus melakukan ini…

May menyabet pasukan tengkorak dengan gagah berani, membuat para tengkorak jadi onggokan tulang tak berguna. Fennie menusuk kesana-kemari, senang karena senjatanya panjang jadi tidak perlu terlalu dekat dengan musuh.

“Ah! Yang itu ada tanduknya!” seru Lissa saat melihat musuhnya.
“Ingat, potong tanduknya dulu!” pinta Chun.
“Senjataku sulit mengena tepat di tanduknya…”
“Biar aku aja,” ucap May gak sabaran.

May maju dan memotong tanduk tengkorak yang dimaksud Lissa. Begitu tanduknya dipotong, mereka bias melihat sekelebat bayangan putih keluar. Itu pastilah roh yang sudah dihisap sebelumnya.

“Bantai mereka!!!” seru Fennie, tampak perkasa setelah mahir menggunakan Earth Spear.

***

Sedangkan di kelompok lainnya, ada Thia, Stella, Ya Lun dan Yi Ru. Mereka kini ada di jalanan yang sepi dan gelap.

“Apa itu yang terang di ujung?” Tanya Yi Ru, matanya sulit melihat terlalu jauh.
“Minggir cepat!!!” teriak Ya Lun.

Keempatnya merapat ke tepian jalan tepat pada waktunya, karena barusan ada bola-bola api yang dilempar ke arah mereka.

“Aku tau mereka itu!” seru Thia, “namanya Gog, mereka iblis yang melempar api!”

Thia benar. Iblis itu berukuran setengah meter, mereka berwarna kuning dan memiliki ekor, dan tangan mereka memproduksi api yang tak ada habisnya. Tawa mereka terdengar mengerikan.

“Hoho… gak semudah itu kalian bisa melukai kami!” seru Stella, mengambil posisi dan mulai mengipasi kumpulan Gog dengan Light Fan.

Melihat Stella maju dengan gagah berani, Yi Ru mengambil posisi di sampingnya dan mengipas juga dengan Water Fan. Thia tau posisinya haruslah di sebelah mereka karena Lightning Magical Stick bisa menyerang jarak jauh. Melihat dia yang satu-satunya punya senjata jarak dekat, Ya Lun maju menyerang dengan Inferno Sword.

“Kipasi api-api yang akan mengenai Ya Lun! Kita harus melindunginya!” perintah Yi Ru.

Kipasan Water Fan-nya Yi Ru lebih bermanfaat karena api-api yang dilemparkan Gog langsung padam begitu terkena serangan Yi Ru. Lagi asyik-asyiknya menyerang rombongan Gog, ada yang berteriak dari belakang rombongan Gog.

“Tolong!!!”
“Selamatkan cewek itu dulu, Ya Lun!” pinta Thia.

Ya Lun melompati beberapa Gog dengan lincahnya, sejenak menghilang dari pandangan, lalu kembali dengan menggendong seorang cewek. Dia meletakkannya dengan aman di belakang rombongan. Stella dan Thia mengenali sosoknya.

“Rin???” mereka bertanya bersamaan.
“Stella? Thia?” Tanya Rin kebingungan.
“Bukannya kamu di Seoul?” Tanya Stella, mengipasi rombongan Gog dengan masa bodoh.

Tapi beberapa Gog terpental terkena kipasan itu.

“Aku gak tau juga… begitu bangun tidur, aku muncul di tengah jalan,” cerita Rin, “siapa mereka?”
“Ya Tuhan, kamu gak mengenalnya? Mereka ini personel Fahrenheit: Ya Lun dan Yi Ru,” jawab Thia gak sabaran.
“Nanti aja ngobrolnya, selesaikan dulu mereka!” seru Ya Lun yang sudah kembali maju ke depan.

***

Beralih ke Da Dong, Amelz, Finda dan Julie. Mereka masuk ke tengah kota. Kota tampak sepi, tapi suasananya terasa angker.

“Bulu kudukku berdiri,” keluh Julie, merapat ke Da Dong.
“Ada yang gak beres,” tegas Amelz.
“Hi… hi… hi…”
“Jangan bilang… itu… hantu…” sendat Da Dong.

Namun Da Dong benar. Dari dalam toko-toko yang gelap, berseliweranlah bayangan-bayangan abu-abu, mereka hantu pria ataupun wanita, dengan leleran darah di wajah ataupun tubuh mereka, transparan, melayang-layang sepanjang jalanan. Beberapa bertanduk.

“Kalian membuatku naik darah!!!” seru Finda, menyerang dengan Fire Magic Stick.
“Aaaargh!” seru Julie, tanpa sengaja menyabetkan Water Sword ke hantu yang mendekatinya.

Setelah melihat sang hantu musnah, Julie baru percaya bahwa seharusnya dia maju melawan, bukannya ketakutan. Da Dong mulai maju menyerang dengan Wind Spear. Amelz juga menyerang dengan Electric Sword dan maju paling depan bersama Julie. Hantu yang bertanduk mereka hancurkan tanduknya terlebih dahulu sebelum dimusnahkan. Da Dong menyerang rombongan hantu sampai ke jalan yang agak jauh. Saat itu dia melihat dua sosok terbaring di jalan, beberapa hantu sedang mengerumuni mereka.

“Hei! Pergi sana jauh-jauh!” hardik Da Dong dengan Wind Spear.

Syukurlah tampaknya para hantu belum sempat menghisap roh mereka. Da Dong menepuk pipi kedua cowok yang rasanya pernah dilihatnya entah dimana.

“Hei… kalian gak apa-apa?”

Cowok pertama yang tampak cantik membuka matanya dan terkejut melihat Da Dong.

Dimana aku?” tanyanya bingung.

Tapi Da Dong tidak mengerti kata yang diucapkannya.

“Hangul? Kamu ngomong hangul ya? I am the one who must ask you, why are you lying here? Those ghost almost kill you and your friend!”
“My friend?”

Si cowok menoleh dan menyadari ada temannya di sampingnya.

JunSu, bangun! Aku perlu Tanya ke kamu, kita ini dimana?

Tapi betapa mengherankannya mereka, begitu cowok yang dipanggil JunSu itu membuka matanya, Wind Stone yang ada di Wind Spear menduplikat diri dan merubah JunSu menjadi Wind Knight, dengan senjata Ribbon.

Kenapa bisa begini?
Tunggu! Aku tau kamu! Jiro Fahrenheit, kan?” tebak JunSu, merubah bahasanya dari hangul ke mandarin.
“Ah, benar… aku Da Dong. Siapa kalian?” Tanya Da Dong keheranan.
“Aku Xiah JunSu dan ini Hero JaeJoong dari TVXQ.”
“Oh, pantas… rasanya aku kenal kalian. Kenapa kalian ada disini?”
“Aku juga gak tau.”
Tolong!!!” teriak JaeJoong ketika beberapa hantu melesat ke arah mereka.
“JunSu, serang mereka dengan Wind Ribbon-mu itu!” seru Da Dong.

Da Dong dan JunSu berperang dengan gagah berani. JaeJoong yang menonton bertepuk tangan kagum.

“Ayo, kubawa kalian ke tiga temanku yang lainnya sambil menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Kurasa kalian akan menyukai temanku ini. Mereka semua cewek.”

Da Dong membawa JunSu dan JaeJoong menemui ketiga cewek yang sedang bertempur dengan gagah berani.

“Aku membawa teman baru. Mereka ini…”
“Aku tau!” seru Amelz, “JunSu dan JaeJoong, kan? Annyonghaseo…”
“Annyong…” sapa JaeJoong yang merasa bodoh.

Tapi seketika Thunder Stone milik Amelz juga menduplikat diri dan merubah JaeJoong menjadi Thunder Knight dan memberinya senjata Ribbon.

“Nah… sekarang aku merasa lebih berguna juga.”
“Fabian bilang kita semua ada 29 Knight,” ingat Finda, “kehadiran JunSu dan JaeJoong menambah jumlah kita.”
“Ah, benar…” kata Amelz, “ayo kita jelaskan pada dua teman baru kita ini, apa yang harus mereka lakukan…”

***

No comments:

Post a Comment