It’s A Love Story
Chapter 9
Menikmati
makan siang, GO sengaja mengundang Taemin dan Haru untuk ikut menikmati
masakannya. Sepasang manusia itu makan banyak sekali dan sekali lagi, Mugung
iri melihat kekompakan mereka. Haru membantu membereskan meja sementara GO dan
Taemin main game dengan ponsel mereka, berduel lewat jaringan Bluetooth.
“Sekarang
pandanganmu terhadap GO oppa sudah berubah kan?” tanya Haru, menyikut Mugung.
“Yah,
dia… tidak terlalu buruk,” jawab Mugung.
“Lebih
baik GO dari Thunder, kan?” tanya Haru lagi.
“Karena
aku tidak mengenal Thunder sebaik GO,” jawab Mugung, memberi pembelaan.
“Tapi
apa kau masih ingin GO mengenalkan Thunder padamu?” selidik Haru.
“Tidak
deh,” jawab Mugung cepat.
“Jangan-jangan
kau jatuh cinta pada GO,” celetuk Haru.
“Jangan
sembarangan. Kau sendiri, kulihat kau kompak dengan Taemin. Mungkin kau yang
jatuh cinta.”
Haru
hanya tertawa, tidak menjawab Mugung.
“Bagaimana
kalau GO menyukaimu? Kulihat dia selalu menjagamu.”
“Mungkin
hanya sebatas di acara ini saja.”
“Kalian
sudah tidur seranjang?”
“Sudah,
akhirnya, semalam.”
“Kuberitau,
jangan sampai kau menyesal karena tidak mengatakan perasaanmu padanya. Setelah
acara ini selesai, kemungkinan besar kita putus hubungan dengan mereka. Tidak
ada yang pernah tau, kan?”
Mugung
menerawang memandangi GO dan Taemin. Mungkin kata-kata Haru ada benarnya. Tapi…
bagaimana cara mengatakannya? Bagaimana kalau ternyata GO tidak menyukainya?
Dia akan mempermalukan dirinya sendiri kan? Lagipula… GO tetap terasa begitu
jauh. Dia artis kan? Rasanya tidak mungkin GO akan menyukai seorang gadis biasa
seperti Mugung kan? Dengan GO yang dikelilingi oleh artis atau dancer cantik…
mana mungkin GO akan memperhatikan keberadaan Mugung? Apalagi setelah semua ini
berakhir… Mugung yakin GO akan melupakannya.
***
Mugung
sengaja menunggui GO pulang. Sudah jam 12 malam, GO belum juga pulang dari
kegiatan MBLAQ-nya.
“Dia
pasti capek sekali… begitu lama di maze, lalu kegiatan MBLAQ…” gumam Mugung.
Baru
saja bilang begitu, GO masuk ke kamar Mugung.
“Aku
pulang…” kata GO, suaranya terdengar lesu.
Wajah
GO pucat dan langkahnya gontai, meski dia memaksakan senyum di wajahnya. Mugung
langsung berdiri dan menarik lengan GO untuk duduk di ranjang.
“Kau
kenapa, GO? Sakit?”
“Kepalaku
agak pusing setelah performance tadi.”
“Berbaringlah.”
Mugung
berdiri di samping GO sementara GO berbaring. Dia menempelkan punggung
tangannya di dahi GO.
“Omona,
GO, kau demam! Kita ke dokter saja!”
“Ani,
Mugung, tidak perlu begini cemas. Mungkin aku Cuma terlalu capek. Tolong
carikan kotak obat di laci meja kamarku ya.”
Mugung
segera mencari kotak obat yang dimaksud. Ketika membawanya ke hadapan GO dan
membuka kotaknya, di dalam sana ada berbagai macam obat.
“Omona,
apa kau sering sakit, GO?”
“Ani…
ini hanya persiapan kalau terjadi sesuatu.”
“Tunggu,
aku ambilkan air.”
Mugung
pergi lagi dan kembali sejurus kemudian dengan segelas air. GO menelan obat dan
menghela nafas panjang.
“Buka
dulu jasmu. Setidaknya ganti baju dulu.”
“Aku
tidak bertenaga…”
Dan
sepertinya GO memang tidak bercanda. Wajahnya memang sangat pucat. Mugung jadi
semakin cemas. Dia memapah GO untuk duduk dan membuka jas putihnya. Mugung ke
kamar GO lagi, memilih sebuah kaos yang longgar, lalu menyodorkannya pada GO.
“Bantu
aku ganti baju.”
Kalau
GO tidak sedang sakit, Mugung pasti akan menolak mentah-mentah melakukan ini.
Tapi GO memejamkan matanya dan tampaknya tidak sanggup bergerak lagi. Akhirnya
Mugung membuka satu persatu kancing kemeja GO. Tangan Mugung gemetar dan
wajahnya memerah, untung GO masih memejamkan matanya sehingga tidak melihat
tampang Mugung yang pasti memalukan sekarang. Untuk pertama kalinya Mugung
melihat tubuh telanjang seorang namja dan ternyata… bulu-bulu halus tumbuh di
sekitar dada GO, menambah kesan seksi di tubuh putih itu. Ada abs seksi
terbentuk di perut GO dan dadanya tampak berisi. Mugung cepat-cepat
menjebloskan kaos ke tubuh GO.
“Kau
ingin membunuhku ya, Mugung?” protes GO, tiba-tiba membelalakkan matanya.
“Habisnya…
aish, kau berbaring sajalah!” tukas Mugung.
GO
tersenyum melihat wajah memerah Mugung dan diapun berbaring. Tangannya kini
mulai melucuti celana panjangnya sendiri. Mugung kaget dan berlari keluar
kamar.
“Aku
pakai boxer koq. Kau tidak perlu ketakutan begitu,” ujar GO, terdengar geli.
Mendengar
suara GO yang barusan, Mugung berpikir mungkin kemampuannya untuk bercanda
sudah kembali merupakan pertanda dia tidak selemah tadi lagi. Mugung menggerutu
sambil mengambil ember kecil dan handuk untuk mengompres GO, lalu kembali lagi
ke kamar.
“Apa
kau sudah baikan? Perlu kompres tidak?”
GO
memandangi Mugung yang duduk di tepian ranjang, dekat dengannya. GO meletakkan
tangannya di punggung tangan Mugung.
“Aku
mau dirawat olehmu.”
Masih
dengan wajah memerah, Mugung mulai mengompres GO. Malam ini, GO tidur
terlentang, tidak memasang gaya favoritnya. Terkadang Mugung mengecek suhu
tubuh GO dan suhu tubuh itu tidak pernah stabil. Mugung bahkan terlalu takut
untuk tidur dan tidak memperhatikan keadaan GO. Mugung sekali lagi melihat
sosok namja itu.
“GO…”
Mugung
merapikan poni GO, merapikan kaos hitamnya, memperhatikan bentuk tubuhnya…
“Jung
Byunghee… apakah aku… sedang… jatuh cinta padamu?”
Mugung
menarik selimut dan menutupi tubuh namja itu. Wajah manis itu terpampang begitu
dekat dengannya dan Mugung sungguh tergoda ingin menyentuh wajah itu… ingin
mengecup bibir itu… ingin mendekap tubuh itu… ingin memiliki hatinya… tapi
Mugung tidak berani. Dia takut semua ini hanya bersifat sementara. Mugung
menyelipkan kedua tangannya lewat celah selimut, menggenggam tangan GO yang
terasa hangat, lalu pindah untuk duduk di lantai.
“Dengan
begini, aku akan selalu bisa menjagamu.”
Mugung
meletakkan kepalanya di ranjang, sekali lagi memandangi sosok GO sebelum dia
memejamkan matanya…
***
GO
membuka matanya. Kepalanya sungguh pusing, dia mengerjapkan matanya. Ketika
akan menarik tangan kanannya untuk mencengkeram kepalanya, tangannya terasa
berat. GO agak bangkit dan melihat Mugung tertidur dengan posisi duduk di
lantai, kepalanya terkulai di tepian ranjang, menghadap GO. GO menyibak selimut
dengan tangan kirinya dan melihat Mugung menggenggam tangan GO dengan kedua
tangan Mugung, sangat erat. Berbagai perasaan berkecamuk di hatinya. Cinta…
ataukah perhatian ini? GO mengelus kepala Mugung.
“Mugung
ah~” panggil GO lembut.
Mugung
membuka matanya, menguap lebar sekali, merenggangkan badannya sambil
merentangkan tangannya lebar-lebar. Seketika, mata Mugung baru menangkap sosok
GO. Otomatis wajahnya memerah.
“G…
GO? Sudah bangun?” tanya Mugung geragapan.
“Kenapa
kau tidur di bawah begitu?” tanya GO.
“Aku…
lupa pindah,” jawab Mugung asal, “bagaimana keadaanmu?”
“Aku
sudah jauh lebih baik. Kurasa aku siap dengan misi hari ini. Bagaimana denganmu
sendiri?”
“Tidurku
cukup tenang.”
“Tapi
malam ini kau harus tidur di ranjang, kalau tidak badanmu akan sakit.”
Mugung
tersenyum dan bangkit.
“Biarkan
aku yang menyiapkan sarapan pagi ini. Memang aku tidak bisa memasak, tapi
setidaknya aku bisa membuat sup. Keahlianku adalah sup ginseng. Mau mencicipi?”
GO
menganggukkan kepalanya.
“Aku
mau. Dan Mugung… gomawo untuk yang semalam.”
“Asal
kau sembuh, bagiku pertolongan semalam bukanlah apa-apa.”
***
Jam
satu tepat, mini van membawa para peserta ke sebuah daerah perbukitan.
“Apa
kita mau camping?” tanya Teph penuh harap.
“Tapi
aku benci perbukitan,” jawab Mugung dengan suara bergetar.
GO
melirik keadaan luar. Mini van mereka bersama beberapa mobil lainnya yang
mengangkut kru Love Scandal berjalan beriringan menaiki jalan sempit dan curam
ala pegunungan. Jurang yang dalam terlihat di salah satu sisi mobil dan wajah
Mugung sepucat kertas.
“Mugung
ah~ gwaenchana?” tanya GO khawatir.
Mugung
menggenggam lengan GO dan bergumam, “kau bawa sesuatu? Minyak angin atau
apalah…?”
Rupanya
Taemin mendengar pembicaraan Mugung dan GO, lalu mengambil sebotol minyak angin
yang baunya keras dari dalam backpack-nya.
“Teph,
berikan ini pada Mugung. Mungkin dia mabuk darat,” pinta Taemin.
“Dia
bukan mabuk darat, tapi dia mabuk jalan gunung. Dulu SMP dan SMA kami pernah
mengadakan camping bersama dan keadaan Mugung lebih parah lagi dari ini saat
perjalanan,” ujar Teph, lalu beralih pada GO, “GO oppa, ini dia minyaknya.”
GO
cepat-cepat mengambil botol itu, meneteskan sedikit isinya dan mulai
mengusapkannya ke dahi Mugung. Keringat dingin mulai terasa di kulit Mugung. GO
menggosokkannya lagi pada leher Mugung, lalu mendorong botol itu supaya Mugung
bisa membauinya.
“GO
ah… aku ingin tidur sebentar. Kalau sudah sampai, bangunkan aku ya,” pinta
Mugung, memejamkan matanya.
“Ne,”
setuju GO.
Mugung
memejamkan matanya dan kepalanya jatuh ke bahu GO. GO membiarkan saja posisi
Mugung begitu, dia hanya ingin Mugung segera sehat. Begitu mobil berhenti, GO
membangunkan Mugung dan mereka siap disyuting misi keenam bersama dua MC yang
selalu ceria beserta para peserta yang lain.
“Ya~
Kwanghee-sshi, kita sekarang ada di daerah perbukitan. Menurutmu, apa misi para
peserta kali ini?” tanya Kangin.
“Panjat
gunung?” tebak Kwanghee.
“Itu
dilakukan dari kaki gunung, tidak di tengah sini.”
“Camping?”
“Itu
terlalu mudah, kan?”
“Melompat
ke jurang?”
“YA!!!”
“Mianhae,
Kangin-sshi, aku tidak tau. Karena itu, tolong beritau aku.”
“Ya
sudahlah. Aku umumkan saja misi keenam ini. Misi kali ini adalah… menyeberangi
jembatan gantung yang terbuat dari kayu dan tali!”
Bersamaan
dengan itu, Kangin, Kwanghee dan para peserta berjalan menuju balik bukit. Dari
sana mereka sungguh melihat jembatan gantung yang bergoyang-goyang mengerikan.
Beberapa kru sudah bersiap di seberang bukit, melambai ceria.
“Omona!
Kangin-sshi, ini menakutkan dan berbahaya!” protes Kwanghee.
“Tenang,
Kwanghee-sshi. Para peserta akan berjalan menyeberang per pasangan dan di badan
mereka akan dipasang alat pengaman yang akan diikatkan ke batang rantai di atas
jembatan,” jelas Kangin sambil menunjuk, “kau lihat itu?”
“Apa
itu cukup aman?” tanya Kwanghee sangsi.
“Kru
Love Scandal sudah mengundang para ahli untuk memasang dan mencoba pengamanan
itu sendiri dan dijamin, sangat aman,” jawab Kangin bangga.
“Ah,
baiklah kalau begitu. Berapa panjang jembatan ini dan kedalaman jurang, kalau
aku boleh tau?” tanya Kwanghee lagi.
“Panjang
jembatan adalah 40 meter dan tinggi jembatan dari dasar jurang yang berupa
aliran sungai adalah 92 meter.”
Mugung
mencengkeram lengan GO kuat-kuat. GO memandangnya cemas.
“Penentuan
pemenang misi ini adalah berdasarkan siapa yang menghabiskan waktu paling
singkat untuk sampai ke seberang,” jelas Kangin.
“Kangin-sshi…
bagaimana kalau ada yang tidak berani menyeberang? Biasanya peserta wanita
begitu, kan?” tanya Kwanghee.
“Kalau
begitu, peserta pria harus menyeberang bolak-balik dan waktu yang diambil
adalah waktu rata-ratanya untuk menyeberang.”
“Tapi
kalau keduanya tidak berani?”
“Mengundurkan
diri saja, point-nya nol.”
“Ah,
begitu… baiklah, kita mulai dari peserta pertama, dari point yang paling
sedikit. Soohyun dan Raekyo, siap?”
Raekyo
terlihat berdiskusi dengan Soohyun. Wajah Raekyo sangat pucat. Soohyun
menganggukkan kepalanya.
“Aku
akan menyeberang dua kali,” ujar Soohyun tegas.
“Omona!
Demi melindungi Raekyo, Soohyun berani menyeberang dua kali!” seru Kangin
heboh.
Para
kru memasangkan alat pengaman yang tersambung ke rantai di atas jembatan ke
badan Soohyun. Ketika peluit berbunyi, Soohyun mulai berjalan perlahan. Ketika
angin berhembus, jembatan itu bergoyang dan tampak dua kali lebih mengerikan.
“Mugung,
apa sebaiknya kita mengundurkan diri?” tanya GO.
“Ani,
GO, ini kesempatan kita, kita tidak boleh kehilangan point,” tolak Mugung.
Setelah
beberapa kali nyaris jatuh, Soohyun sampai ke seberang, lalu sekarang dia
sedang berjalan balik.
“Tapi
kau sangat pucat, Mugung. Kau kan bilang kau takut ketinggian?” tanya GO cemas.
“Tapi
aku tidak ingin kita kalah, GO,” sanggah Mugung.
GO
mengerutkan dahinya. Apa yang membuat Mugung jadi keras kepala begini?
“Rata-rata
perjalanan Soohyun adalah… 5 menit 21 detik! Baiklah, Soohyun, kau boleh
beristirahat,” ujar Kwanghee.
“Haru
dan Taemin boleh bersiap,” pinta Kangin.
Baik
Haru dan Taemin, keduanya tampak tidak berbicara dari tadi, tapi berani juga
menjalankan misi bersama.
“Mugung,
dengar, kita tidak akan kalah. Sekalipun Hyunjoong-sshi menang, point kita
masih tetap yang tertinggi,” ucap GO.
“Tapi
apa kau yakin kita bisa menang di misi terakhir yang entah apa itu?” tanya
Mugung sangsi.
“Misi
terakhir adalah menjawab pertanyaan seputar pasangan. Aku yakin aku bisa
menjawab semua yang benar tentangmu.”
Mugung
mengatupkan mulutnya. Kepalanya terasa pusing.
“Taemin-Haru
menyeberang selama 4 menit 29 detik, lebih cepat dari Soohyun! Sekarang giliran
Kyuhyun dan Jira!” seru Kwanghee.
“Aku
akan sendirian, menggantikan Kyuhyun,” ucap Jira mantap.
Terdengar
seruan kaget dimana-mana. Kyuhyun terlihat mencengkeram bahu Jira kuat-kuat.
“Di
masa SMA, aku adalah anggota club pencinta alam, jadi memanjat gunung dan
segala macamnya sudah biasa untukku.”
Para
kru-pun memasangi perlindungan di badan Jira.
“Jangan
berpikir kau sudah mengerti segalanya tentangku,” ujar Mugung dingin, “hanya
karena kita hidup bersama selama seminggu.
GO
menatap Mugung serius.
“Katakanlah
aku tidak mengerti. Tapi, yang kutau adalah kau benci ketinggian dan kau tidak
perlu memaksakan dirimu untuk ikut misi ini,” balas GO.
“Tapi
tidakkah kau mengerti bahwa aku ingin kita menang?” tanya Mugung frustasi.
“Dan
tidakkah kau mengerti bahwa kau sakit? Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganmu
di tengah sana?” tanya GO sambil menunjuk jembatan gantung, “kau pikir aku bisa
tetap menyeberang dan tidak mempedulikan kau, begitu?”
Jira
sudah bersiap menyeberang untuk yang kedua kalinya sekarang.
“Aku
akan baik-baik saja,” sahut Mugung.
“Dan
kini aku tau bahwa seorang Lee Mugung sangat keras kepala,” ucap GO.
“Aku…
ini demi kita, GO,” balas Mugung, nyaris putus asa.
“Apa
yang kau incar? Hadiah uang tunainya? Aku bisa memberikan jauh lebih banyak
dari hadiah uang tunai itu untukmu!”
“Choi
Jira menyeberang dengan rata-rata 3 menit 39 detik! Luar biasa!” seru Kangin,
kaget melihat stopwatch-nya.
“Bagaimana
dengan Hyunjoong dan Eunhwa? Menyeberang berdua atau…” Kwanghee membiarkan
kata-katanya menggantung karena Hyunjoong dan Eunhwa masih berdiskusi.
“Aku
juga akan pergi sendirian,” tegas Eunhwa.
Para
kru sekali lagi berdecak kagum, tidak menyangka bahwa justru peserta wanitalah
yang jauh lebih berani dari peserta pria.
“Aku
tidak mengincar uang!” seru Mugung frustasi.
“Lalu
apa lagi? Baiklah kalau itu yang kau mau. Aku akan menyeberang dua kali dan kau
tetap disini!” seru GO tidak kalah sengit.
“Tapi
kau semalam baru saja sakit!”
“Kenapa
kau bisa memperhatikan kesehatanku tapi tidak dengan kesehatanmu sendiri? Kalau
kau ingin menang, kalau kau ingin hadiah itu, aku akan melakukannya! Kau tunggu
saja disini!”
“Tapi
GO…”
Eunhwa
kini bersiap melakukan penyeberangan kedua. Tidak lama lagi akan tiba giliran
GO dan Mugung.
“Itu
adalah keputusan final,” tegas GO.
Mugung
menggelengkan kepalanya resah. GO sudah salah paham padanya, tapi apakah pantas
bagi Mugung untuk menjelaskan alasannya yang sesungguhnya? Akankah GO
mendengarnya? Atau… jika GO tidak memiliki perasaan apapun padanya, bukankah
dengan penjelasan itu, dia malah akan mempermalukan dirinya? Tapi bagaimana
kalau terjadi sesuatu pada GO?
“GO
tolong dengarkan aku…”
“Kecepatan
rata-rata Shin Eunhwa adalah… 7 menit 49 detik!” ujar Kwanghee, “nah, bagaimana
dengan juara bertahan kita?”
“Aku
akan pergi sendirian. Mugung tidak enak badan dan dia phobia ketinggian, maka…
aku yang akan menyeberang,” ucap GO.
Ketika
Mugung mengulurkan tangannya untuk menarik tangan GO, GO sudah maju untuk
membiarkan alat pengaman dipasang di badannya. Mugung menggigit bibirnya dengan
tegang ketika GO menyeberang. Wajah GO terlihat pucat dan keringat mengalir di
wajah tampannya, tapi matanya memandang lurus dengan teguh dan dingin. Angin
bertiup, membuat jembatan dan si penyeberang goyah, tapi itu seolah tidak
menggoyahkan tekad GO. Ada sesuatu yang ingin dicapai GO… ada sesuatu yang
membuat keinginannya sangat teguh dan bahkan dia tidak takut apapun untuk
mencapai keinginan itu.
“GO…
4 menit 49 detik!” jerit Kwanghee heboh.
“Jadi
perhitungan pemenang kita hari ini…”
Mugung
meraih lengan GO, “GO ah… gwaen…”
“Ini
kan yang kau inginkan? Semoga kita menang dan kau bisa menikmati apapun yang
kau inginkan itu. Aku lelah, aku akan langsung ke mini van,” ujar GO dingin,
melepaskan pegangan tangan Mugung dengan tangannya yang lain.
***
No comments:
Post a Comment