Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Wednesday, 6 June 2012

It's A Love Story chapter 9


It’s A Love Story
Chapter 9

Menikmati makan siang, GO sengaja mengundang Taemin dan Haru untuk ikut menikmati masakannya. Sepasang manusia itu makan banyak sekali dan sekali lagi, Mugung iri melihat kekompakan mereka. Haru membantu membereskan meja sementara GO dan Taemin main game dengan ponsel mereka, berduel lewat jaringan Bluetooth.

“Sekarang pandanganmu terhadap GO oppa sudah berubah kan?” tanya Haru, menyikut Mugung.
“Yah, dia… tidak terlalu buruk,” jawab Mugung.
“Lebih baik GO dari Thunder, kan?” tanya Haru lagi.
“Karena aku tidak mengenal Thunder sebaik GO,” jawab Mugung, memberi pembelaan.
“Tapi apa kau masih ingin GO mengenalkan Thunder padamu?” selidik Haru.
“Tidak deh,” jawab Mugung cepat.
“Jangan-jangan kau jatuh cinta pada GO,” celetuk Haru.
“Jangan sembarangan. Kau sendiri, kulihat kau kompak dengan Taemin. Mungkin kau yang jatuh cinta.”

Haru hanya tertawa, tidak menjawab Mugung.

“Bagaimana kalau GO menyukaimu? Kulihat dia selalu menjagamu.”
“Mungkin hanya sebatas di acara ini saja.”
“Kalian sudah tidur seranjang?”
“Sudah, akhirnya, semalam.”
“Kuberitau, jangan sampai kau menyesal karena tidak mengatakan perasaanmu padanya. Setelah acara ini selesai, kemungkinan besar kita putus hubungan dengan mereka. Tidak ada yang pernah tau, kan?”

Mugung menerawang memandangi GO dan Taemin. Mungkin kata-kata Haru ada benarnya. Tapi… bagaimana cara mengatakannya? Bagaimana kalau ternyata GO tidak menyukainya? Dia akan mempermalukan dirinya sendiri kan? Lagipula… GO tetap terasa begitu jauh. Dia artis kan? Rasanya tidak mungkin GO akan menyukai seorang gadis biasa seperti Mugung kan? Dengan GO yang dikelilingi oleh artis atau dancer cantik… mana mungkin GO akan memperhatikan keberadaan Mugung? Apalagi setelah semua ini berakhir… Mugung yakin GO akan melupakannya.

***

Mugung sengaja menunggui GO pulang. Sudah jam 12 malam, GO belum juga pulang dari kegiatan MBLAQ-nya.

“Dia pasti capek sekali… begitu lama di maze, lalu kegiatan MBLAQ…” gumam Mugung.

Baru saja bilang begitu, GO masuk ke kamar Mugung.

“Aku pulang…” kata GO, suaranya terdengar lesu.

Wajah GO pucat dan langkahnya gontai, meski dia memaksakan senyum di wajahnya. Mugung langsung berdiri dan menarik lengan GO untuk duduk di ranjang.

“Kau kenapa, GO? Sakit?”
“Kepalaku agak pusing setelah performance tadi.”
“Berbaringlah.”

Mugung berdiri di samping GO sementara GO berbaring. Dia menempelkan punggung tangannya di dahi GO.

“Omona, GO, kau demam! Kita ke dokter saja!”
“Ani, Mugung, tidak perlu begini cemas. Mungkin aku Cuma terlalu capek. Tolong carikan kotak obat di laci meja kamarku ya.”

Mugung segera mencari kotak obat yang dimaksud. Ketika membawanya ke hadapan GO dan membuka kotaknya, di dalam sana ada berbagai macam obat.

“Omona, apa kau sering sakit, GO?”
“Ani… ini hanya persiapan kalau terjadi sesuatu.”
“Tunggu, aku ambilkan air.”

Mugung pergi lagi dan kembali sejurus kemudian dengan segelas air. GO menelan obat dan menghela nafas panjang.

“Buka dulu jasmu. Setidaknya ganti baju dulu.”
“Aku tidak bertenaga…”

Dan sepertinya GO memang tidak bercanda. Wajahnya memang sangat pucat. Mugung jadi semakin cemas. Dia memapah GO untuk duduk dan membuka jas putihnya. Mugung ke kamar GO lagi, memilih sebuah kaos yang longgar, lalu menyodorkannya pada GO.

“Bantu aku ganti baju.”

Kalau GO tidak sedang sakit, Mugung pasti akan menolak mentah-mentah melakukan ini. Tapi GO memejamkan matanya dan tampaknya tidak sanggup bergerak lagi. Akhirnya Mugung membuka satu persatu kancing kemeja GO. Tangan Mugung gemetar dan wajahnya memerah, untung GO masih memejamkan matanya sehingga tidak melihat tampang Mugung yang pasti memalukan sekarang. Untuk pertama kalinya Mugung melihat tubuh telanjang seorang namja dan ternyata… bulu-bulu halus tumbuh di sekitar dada GO, menambah kesan seksi di tubuh putih itu. Ada abs seksi terbentuk di perut GO dan dadanya tampak berisi. Mugung cepat-cepat menjebloskan kaos ke tubuh GO.

“Kau ingin membunuhku ya, Mugung?” protes GO, tiba-tiba membelalakkan matanya.
“Habisnya… aish, kau berbaring sajalah!” tukas Mugung.

GO tersenyum melihat wajah memerah Mugung dan diapun berbaring. Tangannya kini mulai melucuti celana panjangnya sendiri. Mugung kaget dan berlari keluar kamar.

“Aku pakai boxer koq. Kau tidak perlu ketakutan begitu,” ujar GO, terdengar geli.

Mendengar suara GO yang barusan, Mugung berpikir mungkin kemampuannya untuk bercanda sudah kembali merupakan pertanda dia tidak selemah tadi lagi. Mugung menggerutu sambil mengambil ember kecil dan handuk untuk mengompres GO, lalu kembali lagi ke kamar.

“Apa kau sudah baikan? Perlu kompres tidak?”

GO memandangi Mugung yang duduk di tepian ranjang, dekat dengannya. GO meletakkan tangannya di punggung tangan Mugung.

“Aku mau dirawat olehmu.”

Masih dengan wajah memerah, Mugung mulai mengompres GO. Malam ini, GO tidur terlentang, tidak memasang gaya favoritnya. Terkadang Mugung mengecek suhu tubuh GO dan suhu tubuh itu tidak pernah stabil. Mugung bahkan terlalu takut untuk tidur dan tidak memperhatikan keadaan GO. Mugung sekali lagi melihat sosok namja itu.

“GO…”

Mugung merapikan poni GO, merapikan kaos hitamnya, memperhatikan bentuk tubuhnya…

“Jung Byunghee… apakah aku… sedang… jatuh cinta padamu?”

Mugung menarik selimut dan menutupi tubuh namja itu. Wajah manis itu terpampang begitu dekat dengannya dan Mugung sungguh tergoda ingin menyentuh wajah itu… ingin mengecup bibir itu… ingin mendekap tubuh itu… ingin memiliki hatinya… tapi Mugung tidak berani. Dia takut semua ini hanya bersifat sementara. Mugung menyelipkan kedua tangannya lewat celah selimut, menggenggam tangan GO yang terasa hangat, lalu pindah untuk duduk di lantai.

“Dengan begini, aku akan selalu bisa menjagamu.”

Mugung meletakkan kepalanya di ranjang, sekali lagi memandangi sosok GO sebelum dia memejamkan matanya…

***

GO membuka matanya. Kepalanya sungguh pusing, dia mengerjapkan matanya. Ketika akan menarik tangan kanannya untuk mencengkeram kepalanya, tangannya terasa berat. GO agak bangkit dan melihat Mugung tertidur dengan posisi duduk di lantai, kepalanya terkulai di tepian ranjang, menghadap GO. GO menyibak selimut dengan tangan kirinya dan melihat Mugung menggenggam tangan GO dengan kedua tangan Mugung, sangat erat. Berbagai perasaan berkecamuk di hatinya. Cinta… ataukah perhatian ini? GO mengelus kepala Mugung.

“Mugung ah~” panggil GO lembut.

Mugung membuka matanya, menguap lebar sekali, merenggangkan badannya sambil merentangkan tangannya lebar-lebar. Seketika, mata Mugung baru menangkap sosok GO. Otomatis wajahnya memerah.

“G… GO? Sudah bangun?” tanya Mugung geragapan.
“Kenapa kau tidur di bawah begitu?” tanya GO.
“Aku… lupa pindah,” jawab Mugung asal, “bagaimana keadaanmu?”
“Aku sudah jauh lebih baik. Kurasa aku siap dengan misi hari ini. Bagaimana denganmu sendiri?”
“Tidurku cukup tenang.”
“Tapi malam ini kau harus tidur di ranjang, kalau tidak badanmu akan sakit.”

Mugung tersenyum dan bangkit.

“Biarkan aku yang menyiapkan sarapan pagi ini. Memang aku tidak bisa memasak, tapi setidaknya aku bisa membuat sup. Keahlianku adalah sup ginseng. Mau mencicipi?”

GO menganggukkan kepalanya.

“Aku mau. Dan Mugung… gomawo untuk yang semalam.”
“Asal kau sembuh, bagiku pertolongan semalam bukanlah apa-apa.”

***

Jam satu tepat, mini van membawa para peserta ke sebuah daerah perbukitan.

“Apa kita mau camping?” tanya Teph penuh harap.
“Tapi aku benci perbukitan,” jawab Mugung dengan suara bergetar.

GO melirik keadaan luar. Mini van mereka bersama beberapa mobil lainnya yang mengangkut kru Love Scandal berjalan beriringan menaiki jalan sempit dan curam ala pegunungan. Jurang yang dalam terlihat di salah satu sisi mobil dan wajah Mugung sepucat kertas.

“Mugung ah~ gwaenchana?” tanya GO khawatir.
Mugung menggenggam lengan GO dan bergumam, “kau bawa sesuatu? Minyak angin atau apalah…?”

Rupanya Taemin mendengar pembicaraan Mugung dan GO, lalu mengambil sebotol minyak angin yang baunya keras dari dalam backpack-nya.

“Teph, berikan ini pada Mugung. Mungkin dia mabuk darat,” pinta Taemin.
“Dia bukan mabuk darat, tapi dia mabuk jalan gunung. Dulu SMP dan SMA kami pernah mengadakan camping bersama dan keadaan Mugung lebih parah lagi dari ini saat perjalanan,” ujar Teph, lalu beralih pada GO, “GO oppa, ini dia minyaknya.”

GO cepat-cepat mengambil botol itu, meneteskan sedikit isinya dan mulai mengusapkannya ke dahi Mugung. Keringat dingin mulai terasa di kulit Mugung. GO menggosokkannya lagi pada leher Mugung, lalu mendorong botol itu supaya Mugung bisa membauinya.

“GO ah… aku ingin tidur sebentar. Kalau sudah sampai, bangunkan aku ya,” pinta Mugung, memejamkan matanya.
“Ne,” setuju GO.

Mugung memejamkan matanya dan kepalanya jatuh ke bahu GO. GO membiarkan saja posisi Mugung begitu, dia hanya ingin Mugung segera sehat. Begitu mobil berhenti, GO membangunkan Mugung dan mereka siap disyuting misi keenam bersama dua MC yang selalu ceria beserta para peserta yang lain.

“Ya~ Kwanghee-sshi, kita sekarang ada di daerah perbukitan. Menurutmu, apa misi para peserta kali ini?” tanya Kangin.
“Panjat gunung?” tebak Kwanghee.
“Itu dilakukan dari kaki gunung, tidak di tengah sini.”
“Camping?”
“Itu terlalu mudah, kan?”
“Melompat ke jurang?”
“YA!!!”
“Mianhae, Kangin-sshi, aku tidak tau. Karena itu, tolong beritau aku.”
“Ya sudahlah. Aku umumkan saja misi keenam ini. Misi kali ini adalah… menyeberangi jembatan gantung yang terbuat dari kayu dan tali!”

Bersamaan dengan itu, Kangin, Kwanghee dan para peserta berjalan menuju balik bukit. Dari sana mereka sungguh melihat jembatan gantung yang bergoyang-goyang mengerikan. Beberapa kru sudah bersiap di seberang bukit, melambai ceria.

“Omona! Kangin-sshi, ini menakutkan dan berbahaya!” protes Kwanghee.
“Tenang, Kwanghee-sshi. Para peserta akan berjalan menyeberang per pasangan dan di badan mereka akan dipasang alat pengaman yang akan diikatkan ke batang rantai di atas jembatan,” jelas Kangin sambil menunjuk, “kau lihat itu?”
“Apa itu cukup aman?” tanya Kwanghee sangsi.
“Kru Love Scandal sudah mengundang para ahli untuk memasang dan mencoba pengamanan itu sendiri dan dijamin, sangat aman,” jawab Kangin bangga.
“Ah, baiklah kalau begitu. Berapa panjang jembatan ini dan kedalaman jurang, kalau aku boleh tau?” tanya Kwanghee lagi.
“Panjang jembatan adalah 40 meter dan tinggi jembatan dari dasar jurang yang berupa aliran sungai adalah 92 meter.”

Mugung mencengkeram lengan GO kuat-kuat. GO memandangnya cemas.

“Penentuan pemenang misi ini adalah berdasarkan siapa yang menghabiskan waktu paling singkat untuk sampai ke seberang,” jelas Kangin.
“Kangin-sshi… bagaimana kalau ada yang tidak berani menyeberang? Biasanya peserta wanita begitu, kan?” tanya Kwanghee.
“Kalau begitu, peserta pria harus menyeberang bolak-balik dan waktu yang diambil adalah waktu rata-ratanya untuk menyeberang.”
“Tapi kalau keduanya tidak berani?”
“Mengundurkan diri saja, point-nya nol.”
“Ah, begitu… baiklah, kita mulai dari peserta pertama, dari point yang paling sedikit. Soohyun dan Raekyo, siap?”

Raekyo terlihat berdiskusi dengan Soohyun. Wajah Raekyo sangat pucat. Soohyun menganggukkan kepalanya.

“Aku akan menyeberang dua kali,” ujar Soohyun tegas.
“Omona! Demi melindungi Raekyo, Soohyun berani menyeberang dua kali!” seru Kangin heboh.

Para kru memasangkan alat pengaman yang tersambung ke rantai di atas jembatan ke badan Soohyun. Ketika peluit berbunyi, Soohyun mulai berjalan perlahan. Ketika angin berhembus, jembatan itu bergoyang dan tampak dua kali lebih mengerikan.

“Mugung, apa sebaiknya kita mengundurkan diri?” tanya GO.
“Ani, GO, ini kesempatan kita, kita tidak boleh kehilangan point,” tolak Mugung.

Setelah beberapa kali nyaris jatuh, Soohyun sampai ke seberang, lalu sekarang dia sedang berjalan balik.

“Tapi kau sangat pucat, Mugung. Kau kan bilang kau takut ketinggian?” tanya GO cemas.
“Tapi aku tidak ingin kita kalah, GO,” sanggah Mugung.

GO mengerutkan dahinya. Apa yang membuat Mugung jadi keras kepala begini?

“Rata-rata perjalanan Soohyun adalah… 5 menit 21 detik! Baiklah, Soohyun, kau boleh beristirahat,” ujar Kwanghee.
“Haru dan Taemin boleh bersiap,” pinta Kangin.

Baik Haru dan Taemin, keduanya tampak tidak berbicara dari tadi, tapi berani juga menjalankan misi bersama.

“Mugung, dengar, kita tidak akan kalah. Sekalipun Hyunjoong-sshi menang, point kita masih tetap yang tertinggi,” ucap GO.
“Tapi apa kau yakin kita bisa menang di misi terakhir yang entah apa itu?” tanya Mugung sangsi.
“Misi terakhir adalah menjawab pertanyaan seputar pasangan. Aku yakin aku bisa menjawab semua yang benar tentangmu.”

Mugung mengatupkan mulutnya. Kepalanya terasa pusing.

“Taemin-Haru menyeberang selama 4 menit 29 detik, lebih cepat dari Soohyun! Sekarang giliran Kyuhyun dan Jira!” seru Kwanghee.
“Aku akan sendirian, menggantikan Kyuhyun,” ucap Jira mantap.

Terdengar seruan kaget dimana-mana. Kyuhyun terlihat mencengkeram bahu Jira kuat-kuat.

“Di masa SMA, aku adalah anggota club pencinta alam, jadi memanjat gunung dan segala macamnya sudah biasa untukku.”

Para kru-pun memasangi perlindungan di badan Jira.

“Jangan berpikir kau sudah mengerti segalanya tentangku,” ujar Mugung dingin, “hanya karena kita hidup bersama selama seminggu.

GO menatap Mugung serius.

“Katakanlah aku tidak mengerti. Tapi, yang kutau adalah kau benci ketinggian dan kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk ikut misi ini,” balas GO.
“Tapi tidakkah kau mengerti bahwa aku ingin kita menang?” tanya Mugung frustasi.
“Dan tidakkah kau mengerti bahwa kau sakit? Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganmu di tengah sana?” tanya GO sambil menunjuk jembatan gantung, “kau pikir aku bisa tetap menyeberang dan tidak mempedulikan kau, begitu?”

Jira sudah bersiap menyeberang untuk yang kedua kalinya sekarang.

“Aku akan baik-baik saja,” sahut Mugung.
“Dan kini aku tau bahwa seorang Lee Mugung sangat keras kepala,” ucap GO.
“Aku… ini demi kita, GO,” balas Mugung, nyaris putus asa.
“Apa yang kau incar? Hadiah uang tunainya? Aku bisa memberikan jauh lebih banyak dari hadiah uang tunai itu untukmu!”
“Choi Jira menyeberang dengan rata-rata 3 menit 39 detik! Luar biasa!” seru Kangin, kaget melihat stopwatch-nya.
“Bagaimana dengan Hyunjoong dan Eunhwa? Menyeberang berdua atau…” Kwanghee membiarkan kata-katanya menggantung karena Hyunjoong dan Eunhwa masih berdiskusi.
“Aku juga akan pergi sendirian,” tegas Eunhwa.

Para kru sekali lagi berdecak kagum, tidak menyangka bahwa justru peserta wanitalah yang jauh lebih berani dari peserta pria.

“Aku tidak mengincar uang!” seru Mugung frustasi.
“Lalu apa lagi? Baiklah kalau itu yang kau mau. Aku akan menyeberang dua kali dan kau tetap disini!” seru GO tidak kalah sengit.
“Tapi kau semalam baru saja sakit!”
“Kenapa kau bisa memperhatikan kesehatanku tapi tidak dengan kesehatanmu sendiri? Kalau kau ingin menang, kalau kau ingin hadiah itu, aku akan melakukannya! Kau tunggu saja disini!”
“Tapi GO…”

Eunhwa kini bersiap melakukan penyeberangan kedua. Tidak lama lagi akan tiba giliran GO dan Mugung.

“Itu adalah keputusan final,” tegas GO.

Mugung menggelengkan kepalanya resah. GO sudah salah paham padanya, tapi apakah pantas bagi Mugung untuk menjelaskan alasannya yang sesungguhnya? Akankah GO mendengarnya? Atau… jika GO tidak memiliki perasaan apapun padanya, bukankah dengan penjelasan itu, dia malah akan mempermalukan dirinya? Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu pada GO?

“GO tolong dengarkan aku…”
“Kecepatan rata-rata Shin Eunhwa adalah… 7 menit 49 detik!” ujar Kwanghee, “nah, bagaimana dengan juara bertahan kita?”
“Aku akan pergi sendirian. Mugung tidak enak badan dan dia phobia ketinggian, maka… aku yang akan menyeberang,” ucap GO.

Ketika Mugung mengulurkan tangannya untuk menarik tangan GO, GO sudah maju untuk membiarkan alat pengaman dipasang di badannya. Mugung menggigit bibirnya dengan tegang ketika GO menyeberang. Wajah GO terlihat pucat dan keringat mengalir di wajah tampannya, tapi matanya memandang lurus dengan teguh dan dingin. Angin bertiup, membuat jembatan dan si penyeberang goyah, tapi itu seolah tidak menggoyahkan tekad GO. Ada sesuatu yang ingin dicapai GO… ada sesuatu yang membuat keinginannya sangat teguh dan bahkan dia tidak takut apapun untuk mencapai keinginan itu.

“GO… 4 menit 49 detik!” jerit Kwanghee heboh.
“Jadi perhitungan pemenang kita hari ini…”
Mugung meraih lengan GO, “GO ah… gwaen…”
“Ini kan yang kau inginkan? Semoga kita menang dan kau bisa menikmati apapun yang kau inginkan itu. Aku lelah, aku akan langsung ke mini van,” ujar GO dingin, melepaskan pegangan tangan Mugung dengan tangannya yang lain.

***

No comments:

Post a Comment