Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Monday, 18 June 2012

It's A Love Story chapter 12


It’s A Love Story
Chapter 12

Mugung bangun keesokan harinya dengan kepala yang sangat pusing seolah dia baru saja dihantam dengan palu seberat belasan kilogram. Lengan kekar GO masih mendekapnya erat. Perlahan, Mugung melepaskan diri dari dekapan itu. Mugung duduk dan melihat wajah kelelahan GO yang sedang tertidur. Perlahan, GO kembali mengubah posisi tidurnya ke posisi 90 derajat favoritnya. Namja itu tertidur pulas. Mugung masih merasakan sakit hati yang dari semalam memenuhi hatinya.

“GO… aku… sepertinya berharap terlalu banyak…” bisik Mugung.

Air mata mulai membasahi pipi Mugung. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah GO perlahan.

“Aku menginginkanmu. Aku menginginkan cintamu, aku…”

Mugung menghela nafas panjang, merasa bodoh berbicara pada orang yang tidur dengan begitu pulasnya. Mugung bangkit menuju toilet dan ketika dia lewat wastafel, dia terpaksa berjalan balik untuk benar-benar berhenti di depan wastafel dan menghadap cermin. Rambutnya berantakan, wajahnya masih agak kemerahan dan di lehernya ada tanda kemerahan. Tidak hanya satu, tapi beberapa… bahkan tanda itu juga ada di daerah atas payudaranya. Mugung memandangi pantulan dirinya dengan sedih. Selesai mencuci muka, Mugung memutuskan untuk kembali ke kamarnya, namun ponselnya di lantai yang bergetar hebat menarik perhatiannya. Mugung mengambil ponsel itu dan membaca pesan yang masuk. Dia tampak berpikir sejenak sebelum membalas pesan itu. Ketika balasan berikutnya datang, Mugung bergegas keluar. Ada hal penting yang ingin dilakukannya.

***

Mugung masih setengah sangsi ketika mendatangi stand banana boat di dekat tepi pantai. Mugung menoleh kesana kemari mencari seseorang.

“Anyeong, noona!”

Mugung nyaris terlonjak di tempatnya berdiri ketika melihat sosok tiga namja duduk di bawah payung besar. Ketiganya sedang minum air kelapa dingin. Dua namja memakai kacamata hitam, dan Mugung mengenali namja yang tidak berkacamata. Namja itu Joon. Joon-lah yang tadi menyapanya.

“Lho, Joon-sshi? Kukira tadi aku membuat janji dengan…” gagap Mugung.
“Aku tau noona SMS-an dengan Sanghyun. Tapi apakah noona hanya mengharapkan Sanghyun disini dan tidak menginginkan aku dan Chulyong, begitu?” tanya Joon, wajahnya cemberut.

Mir dan Thunder membuka kacamata hitam mereka dan tertawa. Mugung jadi merasa bersalah pada Joon. Mugung duduk di satu lagi kursi yang tersisa di bawah payung mereka dan menyentuh lengan Joon.

“Mianhae, Joon-sshi, bukan maksudku begitu. Aku hanya tidak menyangka member MBLAQ punya begitu banyak waktu luang,” kata Mugung.

Jujur saja, dalam hatinya, Mugung merasa tenang dia tidak harus menemui Thunder sendirian. Memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan Thunder selalu membuatnya gugup. Thunder terlalu imut. Sekarang saja, Mugung cepat-cepat mengalihkan pandangan matanya ke wajah Mir setelah melihat Thunder yang tersenyum begitu manis padanya. Mugung lebih memilih memandangi Mir karena entah mengapa, dia sedikit berpikir Mir tampak seperti sosok adik baginya.

“Seungho hyung tetap sibuk, dia ada beberapa syuting acara personal,” jelas Mir, “bisa apa kami tanpa lead vocal dan leader kami?”
“Kalian bercanda. Kalian ini yang satu lead dancer, satu lagi lead rapper, yang satu lagi sangat tampan, kalian bisa punya banyak kegiatan personal juga kan?”

Mereka bertiga tertawa, memperdengarkan suara yang merdu. Mugung jadi was-was kalau-kalau ada A+ berkeliaran dan akhirnya menculik mereka.

“Mana Byunghee hyung?” tanya Joon, melongok kesana kemari.
“Dia masih tertidur. Kan, Thunder-sshi bilang aku tidak boleh mengajak GO.”
“Memang. Kami ingin bicara pribadi dengan noona,” kata Thunder.

Jantung Mugung berdetak kencang. Ada apa ini?

“Noona, sebenarnya kami disini untuk… ehm… apakah semalam terjadi sesuatu?” tanya Joon.

Seketika, wajah Mugung terasa panas. Mugung mundur sedikit menjauhi wajah Joon yang menatapnya intens.

“Terjadi… apa maksudmu?” Mugung bertanya balik.
“Maksudku, terjadi ini dan itu yang dilakukan oleh orang…”
“Ya~ hyung!” protes Thunder.
Mir tertawa sebelum menyela, “bukan itu yang ingin kami tanyakan. Tapi… apakah kemarin Byunghee hyung tidak mengatakan sesuatu yang… sifatnya pribadi pada noona?”

Mugung menggelengkan kepalanya bingung.

“Kemarin kami hanya berenang, makan barbeque…” jawab Mugung, “lalu kami main Nintendo DS sebelum tidur.”
“Rupanya hyung mencuri barangku!!!” ujar Mir sengit.
“Aish… kenapa hyung tidak menyampaikannya pada noona?” tanya Thunder resah, “mau sampai kapan sih?”

Mugung makin bingung dibuat ketiga namja tampan ini.

“Kalau begitu kita harus paksa hyung untuk menyampaikannya hari ini juga. Tidak ada waktu lain. Besok kalian harus menikmati setengah hari waktu kalian,” ucap Joon, “tampaknya kita benar-benar harus menjalankan plan B.”

Mir dan Thunder menganggukkan kepalanya pasti, lalu menatap Mugung tajam. Mugung jadi ketakutan sekarang.

“Ada apa ini?” tanya Mugung, “aku tidak mengerti.”

Joon meletakkan tangannya di lengan kanan Mugung, tangan Mir di lengan kiri Mugung.

“Noona, ikut kami.”
“Tunggu, kita mau kemana?”
“Noona akan tau nanti,” jawab Mir sambil tersenyum.

Bingung dan setengah diseret, Mugung masuk ke mobil yang dikendarai Thunder, entah mau dibawa kemana dia.

***

Mugung kelelahan gara-gara Joon, Mir dan Thunder. Seolah boneka manekin, Mugung dipaksa mengganti bermacam-macam pakaian, bolak-balik kamar ganti. Ketiga namja itu hanya dengan santai menggelengkan kepala mereka ataupun kadang berdebat kecil mengenai penampilan Mugung.

“Kupikir Mugung noona perlu pakaian yang seksi,” paksa Joon.
“Ani, Byunghee hyung akan kaget, hyung! Yang seksi itu selera hyung!” protes Mir.
“Aish, jangan bertengkar. Kita perlu mencari yang cocok untuk dipakai Mugung noona. Itu saja,” Thunder menengahi.
“Bagaimana dengan yang ini?” tanya Mugung lelah.

Mugung keluar dengan memakai gaun berwarna putih. Gaun itu berpotongan seperti tank top, lehernya tidak terlalu rendah, pita besar berkerut menghiasi bagian dadanya, gaunnya tidak ketat, roknya jatuh mengembang hingga ke lutut, corak bunga berwarna pink lembut menghiasi gaun berbahan lembut itu. Mulut Joon ternganga lebar, sedangkan mata Mir dan Thunder memandangi Mugung intens.

“Ini dia!!!” jerit Joon membuat para pekerja kaget.
“Aku akan pergi pilihkan aksesorisnya sekarang,” putus Thunder, “Chulyong, ini.”

Thunder melemparkan kunci mobil ke pangkuan Mir dan berlari keluar. Joon dan Mir kembali menyeret Mugung, kali ini menuju kasir.

“Aku ambil yang ini,” kata Joon pada si penjaga kasir.

Joon membayarkan gaun indah itu dan menyuruh para pekerja mencopot merk secepatnya.

“Untuk apa aku pakai gaun seperti ini? Kita mau pesta?” tanya Mugung bingung.
“Kami akan menjelaskannya nanti, noona. Ikut saja,” jawab Mir.
“Ini belum selesai?” tanya Mugung lelah.

***

Ketika masuk ke sebuah kamar yang katanya dihuni ketiga namja itu, Thunder ternyata sudah menunggu mereka disana. Mir mendudukkan Mugung di ranjang, sementara Thunder membongkar kantong belanjaannya. Dari sana dia mengeluarkan anting, kalung dan cincin untuk dipakaikan pada Mugung.

“Cantik kan?” tanya Thunder, menarik Mugung menuju cermin.

Anting bulat dengan corak spiralnya menggantung di telinga Mugung, kalung emas putih dengan liontin bulat bermatakan permata berwarna pink dipakaikan di leher Mugung, lalu cincin emas putih dengan emboss dua hati tersemat di jari tengah kanannya.

“Ini…” gagap Mugung.
“Sedikit lagi, noona. Kami tinggal merapikan rambut noona dan memberi make-up. Itu tidak akan makan waktu lama, noona lebih cocok tampil natural. Dan itulah,” ujar Joon, “yang disukai Byunghee hyung.”
“Kita luruskan sedikit rambut noona, Sanghyun hyung beli sesuatu untuk mempercantik rambut?” tanya Mir.

Thunder mengeluarkan jepit berbentuk kupu-kupu berkilauan, tampak sederhana namun menarik perhatian.

“Cool! Aku akan bekerja pada make-up, Changsun hyung, tolong yah bagian rambut.”
“Beres!” seru Joon semangat.
“Tunggu dulu,” pinta Mugung, menarik tangan Joon yang sudah siap menggerayangi rambutnya, “sebenarnya untuk apa semua ini?”
“Byunghee hyung butuh alat pancing supaya dia diingatkan tujuan utamanya ikut liburan ini,” jawab Mir.
“Byunghee hyung ingin menyatakan perasaannya pada noona,” sambung Thunder, “kami kira itu sudah terjadi semalam, tapi kata noona tidak, kan?”

Mugung duduk terhenyak. Apa-apaan ini? Mereka pasti bercanda. Dari apa yang terjadi antara dia dan GO semalam, tidak terlihat kalau GO mencintainya.

“Aku berhubungan dengan Hami, noona. Waktu misi terakhir itu, aku berkenalan dengannya,” jelas Thunder, “dia bilang dia dan sahabat noona juga memaksa noona untuk mengungkapkan perasaan noona.”
“Dan kami, juga mereka, sudah tau noona tidak akan berani mengatakannya, iya kan?” tebak Joon.
“Karena itu noona tidak perlu repot. Kami tinggal mempercantik noona dan membuat Byunghee hyung mengaku sendiri setelah melihat penampilan special noona. Percayalah, ini akan berhasil,” sahut Mir semangat.
“Kalian salah,” tukas Mugung, “GO tidak memiliki perasaan yang kalian katakan itu.”
“Kami tidak salah. Hyung sendiri koq yang mengakui itu,” Mir tampak berkeras.

Mata Mugung berair, mereka tidak mengerti.

“Noona, uljima! Apa yang terjadi sebenarnya?”

Mugung menceritakan kejadian semalam dengan kepala tertunduk dan wajah memerah. Dia memang tidak menceritakan detailnya, tapi hanya mengatakan bahwa tidak ada kelanjutan dari apa yang sudah mereka mulai semalam. Ketiga namja ini sekarang berbisik-bisik bingung.

“Sebaiknya kita hentikan ini. Aku sudah tau perasaannya tanpa perlu menanyakan padanya,” pinta Mugung lesu.
“Ani, noona! Kami yakin hyung punya alasan sendiri tidak melakukan itu semalam,” tolak Mir.
“Alasannya karena dia tidak mencintaiku kan?”
“Bukan itu. Kami sangat yakin bukan itu,” jawab Thunder, “dia sendiri yang bilang dia mencintai noona. Kami paksa dia untuk curhat. Oh, noona, percayalah.”
“Kalau tidak begini yakin, mana mungkin kami sengaja mengambil liburan dua hari untuk menemui noona disini? Mana mungkin kami berani memberikan harapan pada noona?” tanya Joon.

Benar juga, pikir Mugung. Tidak mungkin mereka datang untuk mempermainkan Mugung.

“Noona, kami bertiga, Seungho hyung, Hami, Eunjae dan Haru, ingin kalian berdua bahagia,” tegas Mir.
“Percayalah pada kami. Hanya itu yang perlu noona lakukan. Selanjutnya, Byunghee hyung bisa melanjutkannya sendiri,” pinta Thunder.

Mugung memandangi wajah mereka satu persatu dan merasa terharu. Mereka sengaja melakukan ini, berkorban waktu, rasa lelah dan uang mereka untuk ini?

“Noona, uljima!” jerit Joon ketakutan.
“Aku… aku terharu…” gagap Mugung.
“Kalau noona menangis, make-up-ku tidak akan sempurna. Ayo, noona, kita persingkat waktu. Sekarang sudah siang, begitu selesai, noona harus kembali ke hotel secepatnya dan beri kejutan pada Byunghee hyung,” pinta Mir.

Mugung diam selama wajah dan rambutnya digerayangi Joon dan Mir. Entah berapa lama kemudian, tangan-tangan itu berhenti.

“Noona, buka mata!” pinta Joon.

Mugung membuka matanya dan memandang pantulan bayangannya di cermin. Dia terlalu kaget sampai yakin yang dilihatnya bukan bayangannya. Entah teknik make-up apa yang digunakan Mir, hanya terlihat warna-warna tipis oranye-coklat-pink yang menyapu wajah mulusnya, tapi garis-garis wajahnya terlihat sempurna. Mata Mugung membulat sempurna, hidungnya terlihat mancung, bibirnya tampak ranum. Dan rambutnya! Rambut hitamnya tampak tebal dan jatuh alami, terlihat lembut dan indah dengan pemanis jepit rambut berkilauan di sisi kanan kepalanya. Mugung menyentuh rambutnya, memutar tubuhnya dan tidak berhenti terpana.

“Omona… noona, noona neomu… neomu yeppo!” puji Thunder.

Wajah Mugung sekarang tersipu. Dipuji oleh Thunder itu memang… luar biasa rasanya.

“Sudah kubilang Mugung noona akan sempurna dengan ini,” yakin Joon.
“Nah, sekarang pergilah temui Byunghee hyung,” pinta Mir.
“Aku… aku tidak perlu melakukan apapun?” tanya Mugung bingung.
“Ani, temui hyung saja, itu sudah cukup, noona,” tambah Joon.
“Ayo, noona, aku akan mengantar noona,” ajak Thunder.

Mugung mengikuti langkah Thunder, lalu berbalik sebelum keluar kamar. Joon dan Mir tersenyum lebar padanya.

“Joon, Mir… gomawo,” ujar Mugung tulus.
“Traktir saja nanti,” pesan Mir.

Mugung tertawa dan melanjutkan perjalanannya bersama Thunder.

***

No comments:

Post a Comment