It’s A Love Story
Chapter 12
Mugung
bangun keesokan harinya dengan kepala yang sangat pusing seolah dia baru saja
dihantam dengan palu seberat belasan kilogram. Lengan kekar GO masih
mendekapnya erat. Perlahan, Mugung melepaskan diri dari dekapan itu. Mugung
duduk dan melihat wajah kelelahan GO yang sedang tertidur. Perlahan, GO kembali
mengubah posisi tidurnya ke posisi 90 derajat favoritnya. Namja itu tertidur
pulas. Mugung masih merasakan sakit hati yang dari semalam memenuhi hatinya.
“GO…
aku… sepertinya berharap terlalu banyak…” bisik Mugung.
Air
mata mulai membasahi pipi Mugung. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh
wajah GO perlahan.
“Aku
menginginkanmu. Aku menginginkan cintamu, aku…”
Mugung
menghela nafas panjang, merasa bodoh berbicara pada orang yang tidur dengan
begitu pulasnya. Mugung bangkit menuju toilet dan ketika dia lewat wastafel,
dia terpaksa berjalan balik untuk benar-benar berhenti di depan wastafel dan
menghadap cermin. Rambutnya berantakan, wajahnya masih agak kemerahan dan di
lehernya ada tanda kemerahan. Tidak hanya satu, tapi beberapa… bahkan tanda itu
juga ada di daerah atas payudaranya. Mugung memandangi pantulan dirinya dengan
sedih. Selesai mencuci muka, Mugung memutuskan untuk kembali ke kamarnya, namun
ponselnya di lantai yang bergetar hebat menarik perhatiannya. Mugung mengambil
ponsel itu dan membaca pesan yang masuk. Dia tampak berpikir sejenak sebelum
membalas pesan itu. Ketika balasan berikutnya datang, Mugung bergegas keluar.
Ada hal penting yang ingin dilakukannya.
***
Mugung
masih setengah sangsi ketika mendatangi stand banana boat di dekat tepi pantai.
Mugung menoleh kesana kemari mencari seseorang.
“Anyeong,
noona!”
Mugung
nyaris terlonjak di tempatnya berdiri ketika melihat sosok tiga namja duduk di
bawah payung besar. Ketiganya sedang minum air kelapa dingin. Dua namja memakai
kacamata hitam, dan Mugung mengenali namja yang tidak berkacamata. Namja itu
Joon. Joon-lah yang tadi menyapanya.
“Lho,
Joon-sshi? Kukira tadi aku membuat janji dengan…” gagap Mugung.
“Aku
tau noona SMS-an dengan Sanghyun. Tapi apakah noona hanya mengharapkan Sanghyun
disini dan tidak menginginkan aku dan Chulyong, begitu?” tanya Joon, wajahnya
cemberut.
Mir
dan Thunder membuka kacamata hitam mereka dan tertawa. Mugung jadi merasa
bersalah pada Joon. Mugung duduk di satu lagi kursi yang tersisa di bawah
payung mereka dan menyentuh lengan Joon.
“Mianhae,
Joon-sshi, bukan maksudku begitu. Aku hanya tidak menyangka member MBLAQ punya
begitu banyak waktu luang,” kata Mugung.
Jujur
saja, dalam hatinya, Mugung merasa tenang dia tidak harus menemui Thunder
sendirian. Memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan Thunder selalu membuatnya
gugup. Thunder terlalu imut. Sekarang saja, Mugung cepat-cepat mengalihkan
pandangan matanya ke wajah Mir setelah melihat Thunder yang tersenyum begitu
manis padanya. Mugung lebih memilih memandangi Mir karena entah mengapa, dia
sedikit berpikir Mir tampak seperti sosok adik baginya.
“Seungho
hyung tetap sibuk, dia ada beberapa syuting acara personal,” jelas Mir, “bisa
apa kami tanpa lead vocal dan leader kami?”
“Kalian
bercanda. Kalian ini yang satu lead dancer, satu lagi lead rapper, yang satu
lagi sangat tampan, kalian bisa punya banyak kegiatan personal juga kan?”
Mereka
bertiga tertawa, memperdengarkan suara yang merdu. Mugung jadi was-was
kalau-kalau ada A+ berkeliaran dan akhirnya menculik mereka.
“Mana
Byunghee hyung?” tanya Joon, melongok kesana kemari.
“Dia
masih tertidur. Kan, Thunder-sshi bilang aku tidak boleh mengajak GO.”
“Memang.
Kami ingin bicara pribadi dengan noona,” kata Thunder.
Jantung
Mugung berdetak kencang. Ada apa ini?
“Noona,
sebenarnya kami disini untuk… ehm… apakah semalam terjadi sesuatu?” tanya Joon.
Seketika,
wajah Mugung terasa panas. Mugung mundur sedikit menjauhi wajah Joon yang
menatapnya intens.
“Terjadi…
apa maksudmu?” Mugung bertanya balik.
“Maksudku,
terjadi ini dan itu yang dilakukan oleh orang…”
“Ya~
hyung!” protes Thunder.
Mir
tertawa sebelum menyela, “bukan itu yang ingin kami tanyakan. Tapi… apakah kemarin
Byunghee hyung tidak mengatakan sesuatu yang… sifatnya pribadi pada noona?”
Mugung
menggelengkan kepalanya bingung.
“Kemarin
kami hanya berenang, makan barbeque…” jawab Mugung, “lalu kami main Nintendo DS
sebelum tidur.”
“Rupanya
hyung mencuri barangku!!!” ujar Mir sengit.
“Aish…
kenapa hyung tidak menyampaikannya pada noona?” tanya Thunder resah, “mau
sampai kapan sih?”
Mugung
makin bingung dibuat ketiga namja tampan ini.
“Kalau
begitu kita harus paksa hyung untuk menyampaikannya hari ini juga. Tidak ada
waktu lain. Besok kalian harus menikmati setengah hari waktu kalian,” ucap
Joon, “tampaknya kita benar-benar harus menjalankan plan B.”
Mir
dan Thunder menganggukkan kepalanya pasti, lalu menatap Mugung tajam. Mugung
jadi ketakutan sekarang.
“Ada
apa ini?” tanya Mugung, “aku tidak mengerti.”
Joon
meletakkan tangannya di lengan kanan Mugung, tangan Mir di lengan kiri Mugung.
“Noona,
ikut kami.”
“Tunggu,
kita mau kemana?”
“Noona
akan tau nanti,” jawab Mir sambil tersenyum.
Bingung
dan setengah diseret, Mugung masuk ke mobil yang dikendarai Thunder, entah mau
dibawa kemana dia.
***
Mugung
kelelahan gara-gara Joon, Mir dan Thunder. Seolah boneka manekin, Mugung
dipaksa mengganti bermacam-macam pakaian, bolak-balik kamar ganti. Ketiga namja
itu hanya dengan santai menggelengkan kepala mereka ataupun kadang berdebat
kecil mengenai penampilan Mugung.
“Kupikir
Mugung noona perlu pakaian yang seksi,” paksa Joon.
“Ani,
Byunghee hyung akan kaget, hyung! Yang seksi itu selera hyung!” protes Mir.
“Aish,
jangan bertengkar. Kita perlu mencari yang cocok untuk dipakai Mugung noona.
Itu saja,” Thunder menengahi.
“Bagaimana
dengan yang ini?” tanya Mugung lelah.
Mugung
keluar dengan memakai gaun berwarna putih. Gaun itu berpotongan seperti tank
top, lehernya tidak terlalu rendah, pita besar berkerut menghiasi bagian
dadanya, gaunnya tidak ketat, roknya jatuh mengembang hingga ke lutut, corak
bunga berwarna pink lembut menghiasi gaun berbahan lembut itu. Mulut Joon
ternganga lebar, sedangkan mata Mir dan Thunder memandangi Mugung intens.
“Ini
dia!!!” jerit Joon membuat para pekerja kaget.
“Aku
akan pergi pilihkan aksesorisnya sekarang,” putus Thunder, “Chulyong, ini.”
Thunder
melemparkan kunci mobil ke pangkuan Mir dan berlari keluar. Joon dan Mir
kembali menyeret Mugung, kali ini menuju kasir.
“Aku
ambil yang ini,” kata Joon pada si penjaga kasir.
Joon
membayarkan gaun indah itu dan menyuruh para pekerja mencopot merk secepatnya.
“Untuk
apa aku pakai gaun seperti ini? Kita mau pesta?” tanya Mugung bingung.
“Kami
akan menjelaskannya nanti, noona. Ikut saja,” jawab Mir.
“Ini
belum selesai?” tanya Mugung lelah.
***
Ketika
masuk ke sebuah kamar yang katanya dihuni ketiga namja itu, Thunder ternyata
sudah menunggu mereka disana. Mir mendudukkan Mugung di ranjang, sementara
Thunder membongkar kantong belanjaannya. Dari sana dia mengeluarkan anting,
kalung dan cincin untuk dipakaikan pada Mugung.
“Cantik
kan?” tanya Thunder, menarik Mugung menuju cermin.
Anting
bulat dengan corak spiralnya menggantung di telinga Mugung, kalung emas putih
dengan liontin bulat bermatakan permata berwarna pink dipakaikan di leher
Mugung, lalu cincin emas putih dengan emboss dua hati tersemat di jari tengah
kanannya.
“Ini…”
gagap Mugung.
“Sedikit
lagi, noona. Kami tinggal merapikan rambut noona dan memberi make-up. Itu tidak
akan makan waktu lama, noona lebih cocok tampil natural. Dan itulah,” ujar
Joon, “yang disukai Byunghee hyung.”
“Kita
luruskan sedikit rambut noona, Sanghyun hyung beli sesuatu untuk mempercantik
rambut?” tanya Mir.
Thunder
mengeluarkan jepit berbentuk kupu-kupu berkilauan, tampak sederhana namun
menarik perhatian.
“Cool!
Aku akan bekerja pada make-up, Changsun hyung, tolong yah bagian rambut.”
“Beres!”
seru Joon semangat.
“Tunggu
dulu,” pinta Mugung, menarik tangan Joon yang sudah siap menggerayangi
rambutnya, “sebenarnya untuk apa semua ini?”
“Byunghee
hyung butuh alat pancing supaya dia diingatkan tujuan utamanya ikut liburan
ini,” jawab Mir.
“Byunghee
hyung ingin menyatakan perasaannya pada noona,” sambung Thunder, “kami kira itu
sudah terjadi semalam, tapi kata noona tidak, kan?”
Mugung
duduk terhenyak. Apa-apaan ini? Mereka pasti bercanda. Dari apa yang terjadi
antara dia dan GO semalam, tidak terlihat kalau GO mencintainya.
“Aku
berhubungan dengan Hami, noona. Waktu misi terakhir itu, aku berkenalan
dengannya,” jelas Thunder, “dia bilang dia dan sahabat noona juga memaksa noona
untuk mengungkapkan perasaan noona.”
“Dan
kami, juga mereka, sudah tau noona tidak akan berani mengatakannya, iya kan?”
tebak Joon.
“Karena
itu noona tidak perlu repot. Kami tinggal mempercantik noona dan membuat
Byunghee hyung mengaku sendiri setelah melihat penampilan special noona.
Percayalah, ini akan berhasil,” sahut Mir semangat.
“Kalian
salah,” tukas Mugung, “GO tidak memiliki perasaan yang kalian katakan itu.”
“Kami
tidak salah. Hyung sendiri koq yang mengakui itu,” Mir tampak berkeras.
Mata
Mugung berair, mereka tidak mengerti.
“Noona,
uljima! Apa yang terjadi sebenarnya?”
Mugung
menceritakan kejadian semalam dengan kepala tertunduk dan wajah memerah. Dia
memang tidak menceritakan detailnya, tapi hanya mengatakan bahwa tidak ada
kelanjutan dari apa yang sudah mereka mulai semalam. Ketiga namja ini sekarang
berbisik-bisik bingung.
“Sebaiknya
kita hentikan ini. Aku sudah tau perasaannya tanpa perlu menanyakan padanya,”
pinta Mugung lesu.
“Ani,
noona! Kami yakin hyung punya alasan sendiri tidak melakukan itu semalam,”
tolak Mir.
“Alasannya
karena dia tidak mencintaiku kan?”
“Bukan
itu. Kami sangat yakin bukan itu,” jawab Thunder, “dia sendiri yang bilang dia
mencintai noona. Kami paksa dia untuk curhat. Oh, noona, percayalah.”
“Kalau
tidak begini yakin, mana mungkin kami sengaja mengambil liburan dua hari untuk
menemui noona disini? Mana mungkin kami berani memberikan harapan pada noona?”
tanya Joon.
Benar
juga, pikir Mugung. Tidak mungkin mereka datang untuk mempermainkan Mugung.
“Noona,
kami bertiga, Seungho hyung, Hami, Eunjae dan Haru, ingin kalian berdua
bahagia,” tegas Mir.
“Percayalah
pada kami. Hanya itu yang perlu noona lakukan. Selanjutnya, Byunghee hyung bisa
melanjutkannya sendiri,” pinta Thunder.
Mugung
memandangi wajah mereka satu persatu dan merasa terharu. Mereka sengaja
melakukan ini, berkorban waktu, rasa lelah dan uang mereka untuk ini?
“Noona,
uljima!” jerit Joon ketakutan.
“Aku…
aku terharu…” gagap Mugung.
“Kalau
noona menangis, make-up-ku tidak akan sempurna. Ayo, noona, kita persingkat
waktu. Sekarang sudah siang, begitu selesai, noona harus kembali ke hotel
secepatnya dan beri kejutan pada Byunghee hyung,” pinta Mir.
Mugung
diam selama wajah dan rambutnya digerayangi Joon dan Mir. Entah berapa lama
kemudian, tangan-tangan itu berhenti.
“Noona,
buka mata!” pinta Joon.
Mugung
membuka matanya dan memandang pantulan bayangannya di cermin. Dia terlalu kaget
sampai yakin yang dilihatnya bukan bayangannya. Entah teknik make-up apa yang
digunakan Mir, hanya terlihat warna-warna tipis oranye-coklat-pink yang menyapu
wajah mulusnya, tapi garis-garis wajahnya terlihat sempurna. Mata Mugung
membulat sempurna, hidungnya terlihat mancung, bibirnya tampak ranum. Dan
rambutnya! Rambut hitamnya tampak tebal dan jatuh alami, terlihat lembut dan
indah dengan pemanis jepit rambut berkilauan di sisi kanan kepalanya. Mugung
menyentuh rambutnya, memutar tubuhnya dan tidak berhenti terpana.
“Omona…
noona, noona neomu… neomu yeppo!” puji Thunder.
Wajah
Mugung sekarang tersipu. Dipuji oleh Thunder itu memang… luar biasa rasanya.
“Sudah
kubilang Mugung noona akan sempurna dengan ini,” yakin Joon.
“Nah,
sekarang pergilah temui Byunghee hyung,” pinta Mir.
“Aku…
aku tidak perlu melakukan apapun?” tanya Mugung bingung.
“Ani,
temui hyung saja, itu sudah cukup, noona,” tambah Joon.
“Ayo,
noona, aku akan mengantar noona,” ajak Thunder.
Mugung
mengikuti langkah Thunder, lalu berbalik sebelum keluar kamar. Joon dan Mir
tersenyum lebar padanya.
“Joon,
Mir… gomawo,” ujar Mugung tulus.
“Traktir
saja nanti,” pesan Mir.
Mugung
tertawa dan melanjutkan perjalanannya bersama Thunder.
***
No comments:
Post a Comment