Brand New It’s Magic
Chapter 9 part 8
Thia bersorak, “wow… thanks ge untuk acara
nonton yang asyik ini.”
“Yah, kalau kau suka, aku juga suka, Thia,” ujar Aaron.
“Sekarang lebih baik aku cepat masuk rumah.
Sebelum fans-fans gege menggosipkan
aku dengan kejam.”
“Iya.”
Thia tersenyum pada Aaron sebelum turun
dari mobil. Dia berjalan mantap membuka gerbang rumahnya.
“Ah, Thia. Aku akan mengajakmu nonton lagi
lain kali. Atau ke tempat
lain yang kau suka.”
“Wah, asyiiik. Janji yah ge?”
“Iya. Wan an…”
“Wan an…”
Thia memandang Honda Aaron yang menghilang
di tikungan. Thia bergegas masuk ke rumahnya. Dia duduk dengan lemas di sofa
ruang tamu yang empuk. Dia merasa sangat senang hari ini. Jangan-jangan dia benar-benar punya peluang jadi seseorang yang berarti untuk
Aaron?
Mama Thia menyapa, “hai Thia. Darimana?”
“Ah mama,” balas Thia, “tadi Thia habis pergi nonton.”
“Oh, Thia kelihatan sangat senang. Nonton dengan siapa? Jiro?”
“Ah, Jiro ge…”
“Loh? Mama pikir Thia suka dengannya?”
“Yah eh…”
“Dia
calon menantu yang mama suka loh. Makanya dari dulu mama selalu membantu
keluarga Wang itu. sekarang Jiro sudah dewasa dan menjadi andalan keluarga. Thia juga sudah dewasa. Hubungan kalian harusnya meningkat
kan?”
“Hah?”
“Mama akan mengundang Jiro makan malam di
rumah kita nanti. Kebetulan papamu juga sudah mau pulang ke Taipei untuk
beberapa hari. Thia harus tampil cantik yah.”
Thia memalingkan wajahnya dari wajah
mamanya. Dia menelan ludah dengan susah payah. NO WAY!!
***
Hari ini giliran Ryeowook yang patroli lagi. Sebenernya dia tak keberatan. Pertama, karena dia hari ini
tidak ada kuliah. Yang kedua,
dia toh tidak punya keluarga
di dunia manusia ini. Dia dianggap anak kost-an yang kerja paruh waktu di sore
hari di studio musik. Disitu Ryeowook jadi salah seorang kru yang mengedit lagu-lagu. karena hanya part time, Ryeowook tidak perlu ke studio tiap hari. Hari ini jadwalnya
sangat luang. Ryeowook sudah mengecek rumah Thia dan Aaron, dan
rumah mereka aman, dan karena kebetulan dia ada di kompleks rumah Thia, dia
memutuskan mengunjungi May. Beberapa kali dia datang patroli, dia selalu
melihat May lagi tidur. Lagian terlalu riskan membiarkan May sendirian selama
Rin pergi sekolah. Ada Jiro sih, tapi Jiro kan tidak bisa bertempur. Ryeowook Teleport tepat ke depan kamar Jiro, karena dia
tadi melihat Jiro di dalam kamar. Ryeowook mengetuk pintu kamar.
Jiro berkata, “ah, kau, Ryeowook. Buat
kaget.”
“Aku akan berjaga sampai Rin pulang,”
putus Ryeowook, “May mana ge?”
“Di kamar. Huh… kau coba bujuk dia deh Ryeowook. Sudah dua hari dia seperti mayat hidup. Aku khawatir.”
“Aku akan coba.”
“Ah, aku akan ke rumah Julie yah. Aku serahkan
May padamu.”
“Yap. Mau kuantar?”
“Tak perlu, aku pergi sendiri saja. Thanks bro~”
“Gwaenchana.”
Jiro bergegas turun ke bawah. Itu berarti sudah
dua hari juga Julie menjalani masa “tidur panjangnya”… dua hari May telah
menjadi mayat hidup… dua hari setelah Yunhwa pergi dari dunia ini… Ryeowook menghela nafas panjang. Meski merasa
kehilangan, dia tidak boleh
cengeng. Ini benar-benar tidak disukainya, tapi dia tau dia harus
kuat. Ryeowook masuk ke kamar
May setelah mengetuk pintu cukup lama. Dia udah gak kaget melihat May hanya
duduk bersandar di ranjang. Ryeowook menghampirinya.
Ryeowook menyapa, “hai May, sudah dua hari tak bertemu…”
May diam saja. Bukan reaksi yang diharapkan Ryeowook.
“Kupikir Yesung hyung belum sempat menemuimu. Dia sedang
menyusun strategi. Dia bilang mungkin Bella bekerjasama dengan kaki tangan
iblis. Jadi dia mau mengatur jadwal latihan dengan kita semua. Dia berpendapat
kita semua harus cukup tangguh sebelum membantu kudeta keluarga Lavrenty
kembali ke tahta mereka. Plus lagi, setelah itu kita baru bisa menyerang
Pangeran iblis dan kaki tangannya yang hebat-hebat itu.”
May masih tetap mematung.
“May,
sebenarnya… aku… tak mau kau
begini. Dengar, ini semua tidak ada gunanya. Lagipula Youngsaeng hyung pasti akan sangat terluka melihatmu begini. Aku yakin aku
memahami perasaannya.”
May menoleh pada Ryeowook, tapi tetap tidak bereaksi. Karena Ryeowook juga mencintai
May, makanya dia sangat memahami perasaan Youngsaeng. Tapi Ryeowook hanya ingin mendukung May,
sejauh ini, bukan malah membingungkannya dengan capek-capek mengungkapkan perasaannya ke May. Tapi
melihat keadaan May yang seperti ini, mau tidak mau hati Ryeowook terusik. Dalam hati dia
berpikir Yunhwa terlalu kejam
untuk meninggalkan May, sebelum semua misteri masa lalu terungkap. Itu hal yang
belum disampaikan Yunhwa pada
mereka semua. Puzzle perasaan antara May, Yunhwa dan Julie. Ryeowook menghela nafas lagi dan
menarik May ke pelukannya.
“Bahkan kau tidak beraksi saat kupeluk, May… tolong… please…
kembalilah jadi May yang ceria. Kami membutuhkanmu sangat, May. Please…”
Tapi May bergeming.
“Kau tak akan sedih lagi. Aku bersumpah kau tidak akan kehilangan siapapun lagi. Aku akan
melindungi Youngsaeng hyung
walaupun nyawa taruhannya. Tapi tolong kembalilah kau ke May yang dulu. Please
May, please…”
Ryeowook masih memeluk May, sekarang
dengan lebih erat.
“Yunhwa hyung… dia pasti juga akan sedih kalau melihatmu begini. Aku juga akan membawanya
kembali asalkan kau bisa kembali seperti dulu, May. Alangkah baiknya kalau
akulah yang mati, bukan Yunhwa hyung.”
Air mata mengalir dari kedua mata Ryeowook
yang indah, begitu juga dari mata May. Dia menangis… mereka menangis… Menangisi
Yunhwa yang takkan mungkin kembali lagi, seberapapun mereka mengharapkannya
kembali…
***
Fennie baru pulang dari kampus. Dia baru saja mau masuk ke rumah…
Yesung menyapa, “Fennie.”
Karena selalu berteman dengan teman-teman yang aneh, Fennie tau dia harus siap kalau ada teman yang muncul tiba-tiba. dia menoleh ke belakang dan melihat
wajah Yesung yang cakep
dihiasi senyum yang ramah. Benar-benar persis Junki.
“Yesung oppa,” sahut Fennie.
“Keadaan aman? Bisa izinkan aku mengecek
rumahmu?”
“Ah
ya, tentu, oppa.”
Fennie membuka pintu rumah dan membiarkan Yesung
masuk. Begitu masuk, Yesung langsung melakukan Teleport ke lantai dua, dan
dalam dua menit dia sudah
muncul lagi di depan Fennie yang baru sempat meletakkan sepatu di tempat yang
tepat.
“Keadaan aman. Hari ini aku yang patroli. Kalau ada apa-apa, hubungi aku yah.”
Fennie melirik Yesung. Dia masih
mengenakan jubah putih khasnya.
“Oppa tinggal dimana selama di dunia manusia?”
“Aku nomaden. Kan aku terbentuk dari alam.
Waktu istirahat, aku tinggal bersatu lagi dengan alam.”
“Kupikir oppa perlu berdandan dengan sedikit
lebih tampak seperti manusia.
Maksudku jubah itu.”
“Ah yah, kau benar, Fen. Calvin sudah mengingatkan aku soal itu.”
“Dan handphone. Kami menggunakan itu untuk
berkomunikasi zaman sekarang.”
“Iya. Aku juga harus punya benda itu.”
“Mau patroli kemana setelah ini?”
“Aku baru dari rumah Calvin. Sekarang mau
mengecek Julie. Harusnya besok malam dia sudah sadar dan sembuh.”
“Ah
oppa… thanks sudah menyelamatkan papa dan mamaku.”
“No problem. Have nice day, Fen.”
“Daah oppa.”
***
Amelz dan Kimbum sekarang tengah memandang wajah Julie yang
damai dalam tidurnya. Hari sudah
malam, tapi Amelz belum berencana beranjak dari rumah Kimbum. Dia merasa perlu lebih sering menjaga Julie.
Dia dan May sama rapuhnya, tapi dia mempercayakan Annie dan Stella yang
sekarang berjaga di rumah May. Wajah Julie yang tadinya pucat sekarang sudah lebih berwarna, lebih hidup. Amelz
mengisyaratkan pada Kimbum
untuk keluar kamar. Mereka duduk di sofa empuk di ruang tamu lantai satu.
Amelz berujar, “aku yakin Julie akan sembuh. Wajahnya begitu damai. Tapi May…”
“Ada yang menjaganya?” Tanya
Kimbum.
“Stella dan Annie sekaligus. Stella kuat tapi
agak ceroboh, makanya kupikir Annie akan sangat bermanfaat disana.”
Kimbum bertanya, “gimana keadaan May?”
“Hhh… dia masih begitu, Mbum. Susah
mendeskripsikan sebenarnya siapa yang mati: Yunhwa oppa atau May. Atau kupikir
keduanya.”
“Yah, aku berusaha mengerti perasaan May.
Coba Amelz pikir… kalau
akulah yang mati…”
Amelz menoleh dan memandang tajam pada
wajah Kimbum. Kimbum tau dia salah ngomong.
“Ah… mianhae Melz…”
“Aku pasti akan mengejar Mbum walau Mbum ada
di surga sekalipun.”
“Ahh Melz… itu kata-kata yang sangat menguatkanku. Oh yah, sudah dapat jadwal latihan?”
“Ya. Aku suka Yesung oppa mengkoordinir
dengan baik sementara May tidak berfungsi.”
Amelz mengeluarkan selembar kertas dari
saku jinsnya. Kertas yang dia yakin udah disebar ke seluruh teman-temannya oleh Yesung. Soalnya Kimbum juga punya
kertas yang sama. Jadwal latihan senjata dan skill selama seminggu.
“Dimulai hari Selasa, itu berarti lusa.
Kupikir Yesung oppa menunggu Julie benar-benar pulih besok. Dengan rapi oppa itu mengatur jadwal
biar Cuma beberapa orang saja
yang latihan tiap malam, jadi dia bisa berkonsentrasi mengajari, sementara yang
lain siap berjaga.”
Keduanya memperhatikan jadwal dengan baik
kertas di tangan Amelz.
Hari: Selasa
Jam: 9 P.M – 12 P.M
Latihan: Junki – Thia – Chun – Annie – Vani
Patroli: Hyunjoong
Hari: Rabu
Jam: 9 P.M – 12 P.M
Latihan: Youngsaeng – Clara – Rin – May
Patroli: Ryeowook
Hari: Kamis
Jam: 9 P.M – 12 P.M
Latihan: Stella – Hyunjoong – Kimbum –
Amelz
Patroli: Junsu
Hari: Jumat
Jam: 9 P.M – 12 P.M
Latihan: Calvin – Junsu – Julie – Ryeowook
Patroli: Hyunjoong
Notes: Pola akan berulang, setiap empat
hari seperti di atas akan diberi tambahan libur pada hari kelima, pada hari itu
Yesung akan berpatroli. Untuk yang lain harap waspada juga. Tempat latihan
tersembunyi, jadi berkumpullah di depan aula kampus tepat jam 9, kalian akan
kubawa langsung kesana.
Kimbum berkata, “Yesung hyung mengatur banyak pasangan untuk
latihan bersama. Dia sangat baik.”
“Iya. Melihat kita akan latihan dengan
Stella dan Hyunjoong oppa, siap-siaplah itu akan selalu jadi hari yang
menyenangkan, Mbum,” ucap Amelz.
“Hahah… maksudmu Telekinetic Stella? Aku benar-benar berharap dia cepat dapat senjata, atau dia akan melempar kita kalau kehabisan
senjata.”
“Mudah-mudahan tak begitu deh.”
Amelz ikut tertawa bersama Kimbum.
Mustahil merasa khawatir berlebihan pada apa yang akan mereka hadapi ke depan
kalau sedang bersama Kimbum
sekarang. Amelz tau Kimbum selalu ingin membuatnya tertawa dari tadi.
“Fire Warrior tidak dituntut selalu serius kan?”
Amelz membalas senyuman Kimbum dengan
senyum terbaiknya. Terima kasih yang sebesarnya pada Yesung yang telah membawa Kimbum
kembali ke sisinya. Kimbum memandang wajah Amelz dengan perasaan rindu yang
mendalam. Dia meraih wajah Amelz dengan kedua tangannya, memegang pipi Amelz.
Amelz merasa jantungnya nyaris copot. Dia sangat gugup. Tapi Kimbum sendiri
juga gugup, dan kini tengah mengatasi rasa gugupnya sendiri. Dia mencintai
Amelz. Masa percobaan yang dia setujui dengan Amelz pada masa awal mereka
pacaran udah lama lewat tanpa sempat Kimbum sampaikan pada Amelz. Perlahan dan
pasti, Kimbum mencintai Amelz dan makin tak ingin kehilangannya. Kimbum memajukan wajahnya dan mencium Amelz tepat
di bibirnya. Amelz merasakan kegembiraan yang luar biasa dan membalas ciuman Kimbum
dengan lembut. Akhirnya… benar-benar akhir yang indah… Kimbum mendorong wajah
Amelz perlahan.
“Melz… ada suara…”
Amelz bertanya, “apa?”
“Dengar.”
Amelz mendengarkan dengan seksama. Debaran
jantungnya… eh, ada yang lain! Suara terseret-seret… ada yang menyeret rerumputan
di luar… banyak langkah…
“Bau…”
“Mbum, Julie! Cepat lindungi dia! Itu zombie!”
Kimbum dan Amelz berdiri dengan cepat dan
berlari ke kamar Julie di lantai dua. Nyaris saja mereka terlambat. Di balkon kamar sudah berdiri 6 zombie… mereka sudah nyaris masuk melalui pintu balkon!
“Dawn Sword!”
Kimbum berteriak, “Honor Bow!”
Pasangan ini langsung menerjang para
zombie yang akhirnya mundur karena dirangsek begitu tangguh oleh mereka berdua.
Amelz maju dengan gagah berani, sementara Kimbum ada di sisi Julie, memanah
dari jarak yang cukup.
“Mbum,
cari bantuan! Ada 17 zombie disini!”
“Tidak usah,” sergah Yesung, “aku disini…”
Amelz, lega luar biasa melihat Yesung
datang. Dia menoleh pada Julie yang masih tetap jadi putri tidur.
“Wuah… aku benci zombie. Mereka banyak juga
rupanya. Mungkin kita butuh 2 vampire bantuan biar ini cepat selesai.”
Yesung tengah memejamkan mata melakukan
Telepathy.
Amelz menjerit, “Attacking Shield!”
Zombie-zombie yang mengira Yesung lengah ingin menyerangnya,
tapi Amelz telah memberikan perlindungan yang cukup padanya.
“Ahh Amelz, thanks. Ini benar-benar asyik. Olahraga malam.”
Baru saja Yesung merobohkan satu zombie,
Amelz melihat dua sosok hitam muncul dengan suara letupan di balkon. Itu Junsu dan Hyunjoong.
“Ah… thanks sudah ajak kami
pemanasan, hyung,” sorak
Junsu sambil mengejar satu zombie.
“Yah… kupikir kalian perlu menggerakkan otot-otot kalian juga.”
Amelz tertawa dan merasa ringan menghadapi
musuh-musuh menjijikkan ini.
Dan hasilnya bisa ditebak: Amelz menghabisi 3 zombie, Yesung 5, Junsu 4, Hyunjoong
4, dan Kimbum kebagian satu zombie.
Hyunjoong bersorak, “benar-benar mengasyikkan.
Ini sih kurang namanya.”
“Ahh Julie. Gimana keadaannya?”
“Untung
Mbum mendengarkan langkah-langkah zombie-zombie itu,” jawab Amelz, “kalau tidak
mereka pasti sudah masuk ke kamar Julie.”
Mereka berlima memandang wajah Julie yang
damai saat tertidur.
“Iya. Besok malam tepat empat hari setelah
Julie menelan obat itu, dia akan terbangun. Kemampuannya juga akan langsung
pulih.”
Junsu berujar, “syukurlah.”
“Jangan lupa datang latihan lusa nanti.”
“Beres, hyung,” setuju Hyunjoong, “aku tau hyung begitu semangat. Kan jadwalnya sudah disebar.”
“Melz, pulanglah, ini sudah malam,” pinta Kimbum.
Amelz berargumen, “tapi Julie… bukankah tadi nyaris saja dia diserang? Kalau Cuma Mbum sendirian, aku khawatir…”
“Aku akan berjaga disini malam ini, Amelz,
jangan khawatir,” ujar Yesung, “kau juga butuh istirahat kan?”
Amelz melirik Yesung dan merasa lumayan
aman kalau Yesung yang berjaga dengan Kimbum.
Amelz setuju, “baiklah. Besok aku akan ke sini lagi, Mbum.”
“Iya. Junsu, bisa antarkan Amelz pulang?” pinta
Kimbum.
Junsu setuju, “tentu. Dia akan selamat sampai di rumah.”
Junsu menggandeng Amelz dan mereka menghilang. Hyunjoong juga pamitan, dan
menghilang setelah terdengar lecutan ringan Teleport mereka.
***
No comments:
Post a Comment