It’s A Love Story
Chapter 13
Beberapa jam yang lalu…
GO
bangun. Hal pertama yang disadarinya adalah Mugung sudah tidak bersamanya lagi.
Perlahan, diapun ingat kejadian semalam. GO menekan wajahnya di telapak
tangannya dengan kesal.
“Bagaimana
kalau aku menyakitinya? Bagaimana kalau dia tidak mengerti kenapa aku menghentikan
itu? Aish… kalau Mugung jadi sedih, alangkah jahatnya aku,” kutuk GO pada
dirinya sendiri.
GO
menimbang-nimbang sejenak sebelum memutuskan untuk mandi. Dia berusaha
mempersingkat acara mandinya yang biasanya bisa hampir satu jam hingga menjadi
setengah jam saja. Dia ingin bertemu Mugung, dia akan menjelaskan semuanya.
“Aku
babo sekali sih… aish…” GO masih mengutuk dirinya sendiri.
GO
mengetuk kamar Mugung yang berada tepat di sebelah kamarnya.
“Mugung,
kau di dalam?”
Tapi
tidak ada jawaban. GO mencoba mengetuk lagi, namun tetap tidak ada jawaban.
Takut Mugung marah kepadanya, GO menggunakan kunci ID-nya dan membuka pintu
kamar Mugung. Tidak ada sosok Mugung disana.
“Mugung?”
GO
melirik kamar mandi yang pintunya terbuka. Mugung tidak ada.
“Kemana
dia?”
GO
menekan ponselnya dan menghubungi Mugung, namun betapa kagetnya dia ketika
mendengar ada bunyi ponsel dari dalam kamar ini. GO mencari kesana kemari dan
melihat ponsel Mugung tergeletak di ranjang, di samping bantal. GO mengambil
ponsel Mugung itu.
“Kenapa
dia meninggalkan ponselnya? Bagaimana aku mencarinya? Omona… Mugung…”
GO
menyentuh layar ponsel Mugung. Wallpaper ponsel itu adalah foto dirinya.
Perasaan hangat yang aneh mengaliri tubuh GO. Otomatis, bibirnya membentuk
senyum. Ketika GO membuka kunci ponsel, tampak beberapa missed calls. Diliputi
rasa penasaran, GO sekadar melihat siapa yang sudah mencari-cari Mugung juga.
Nomornya (tertulis “Jio” – entah kenapa ini membuat GO merasa senang) lalu ada
sebuah nomor lain yang sebelum ini mencoba menghubunginya dua kali.
“Nomor
ini…”
Sekadar
untuk mengecek nomor yang rasanya tidak asing itu, GO memindahkan nomor itu ke
ponselnya dan menekan “dial” dan seketika… nama “Sanghyun” muncul. Perasaan
tidak tenang meliputi seluruh tubuh GO sekarang. Thunder tadi menghubungi
Mugung dua kali? Keduanya sekitar dua jam yang lalu… saat GO masih tertidur.
Penasaran, GO sekadar membuka inbox ponsel Mugung yang tidak terkunci. Thunder
bahkan mengirimkan SMS pada Mugung!
Mugung
noona? Ini aku, Thunder MBLAQ. Aku sekarang ada di pulau Jeju. Bisakah bertemu
sebentar?
Aku
baru saja bangun. Err… ada apa?
Ada
sesuatu yang penting yang ingin kubicarakan dengan noona. Aku menunggu noona di
dekat stand banana boat sekarang.
Dan
tidak ada balasan SMS lagi setelahnya. Tangan GO bergetar. Seluruh kemampuan
berpikirnya macet sekarang. Thunder dan Mugung… jadi mereka… GO melirik jam di
ponsel itu. Sekarang sudah 4 jam sejak pesan itu terakhir dikirim dan Mugung
belum pulang. Apakah mereka berdua…? Kecewa, GO meninggalkan kamar itu dan
pergi…
***
Sudah
hampir jam lima sore ketika mobil Thunder mengantar Mugung kembali ke hotel
tempatnya dan GO tinggal.
“Noona…
hwaiting. Kami tunggu kabar baiknya,” ujar Thunder, tersenyum menyemangati
Mugung.
“Gomawo,
Thunder ah…” balas Mugung.
Mugung
keluar dari mobil dan sebelum menutup pintu, Mugung ingat ingin mengatakan
sesuatu pada namja ini.
“Thunder…
aku… aku fan-mu. Aku menyukaimu sebagai… idolaku.”
Thunder
tersenyum manis sekali lagi dan Mugung sangat suka memandangi sepasang mata
yang indah itu.
“Noona,
aku ingin menjadi namdongsaeng-nya noona. Tidak perlu mengidolakan aku, aku
hanya orang biasa. Anggaplah aku namdongsaeng-nya noona.”
Mugung
mengangguk, “aku akan menghubungimu lagi, dongsaeng ah~”
Thunder
membalas anggukan kepala Mugung. Setelah mobil Thunder pergi, Mugung segera
masuk ke hotel. Selagi mengetuk pintu kamar GO, dia berpikir… apa sekiranya
yang dilakukan GO sekarang.
“Loh,
kemana GO?” tanya Mugung bingung.
Mugung
mencari kunci ID di tas kecil yang sempat disambarnya sebelum keluar tadi pagi,
lalu membuka pintu kamar GO. Yang dicari tidak ada. Mengerutkan dahinya, Mugung
menggerayangi tasnya sekali lagi, tapi seketika semakin bingung.
“Loh,
ponselku? Apa ketinggalan di tempat mereka?” tanya Mugung bingung.
Berusaha
keras untuk mengingat, Mugung kembali ke kamarnya sekedar untuk mengecek, dan
saat itulah dia melihat ponselnya tergeletak di tengah ranjang. Mugung
memiringkan kepalanya.
“Ponselku
bisa ada di tengah ranjang? Aku selama ini selalu meletakkan ponsel di samping
bantal… kenapa bisa ada disini?” tanya Mugung heran.
Bingung,
Mugung duduk di ranjangnya dan mengambil ponselnya. Dia mengecek ponsel itu,
meski tidak terlihat ada notifikasi apapun. Mugung mengecek inbox, yang
terakhir adalah pesan yang dikirimkan Thunder.
“GO
tidak mencariku?” tanya Mugung lagi.
Mugung
merasa kecewa. Dia membuka daftar telepon dan melihat… GO mencarinya.
“Tapi
kenapa tidak ada di notifikasi? Tunggu dulu!” ujar Mugung, “apakah ada yang
membuka notifikasiku? Ponselku berpindah… GO mencariku… dan kunci pintu…”
Perlahan,
otak Mugung mulai memberikan pengertian padanya. Matanya membelalak.
“GO
kesini, berusaha menghubungiku, ponselku berbunyi, dia iseng melihatnya dan
mengecek notifikasiku? Omona, GO!”
Mugung
dengan tangan gemetaran berusaha menghubungi GO, tapi ponsel GO tidak aktif.
“GO…
kau dimana? Andwae…”
Mugung
langsung berlari keluar kamar. Dia berusaha mencari GO dimana saja. Di
restoran, di kolam renang, pemandian air panas, lokasi barbeque, club, gym,
sekitar hotel hingga ke daerah pantai. Mugung menoleh kesana kemari, berlari
kesana kemari, tidak berani meneriakkan nama GO. Beberapa kali dia mengira dia
sudah menemukan GO, tapi sosok yang dilihat dari belakang itu hanya mirip GO,
bukan namja yang ingin dicarinya.
“GO…
mianhae… mianhae, GO…”
Daerah
pantai sudah mulai sepi sekarang setelah senja datang. Ombak bergelombang makin
tinggi dan angin dingin menusuk kulit Mugung yang terbuka. Mugung menghela
nafas panjang, menahan nafas, menghela nafas lagi, menahan keinginannya untuk
menangis sekarang juga. Matanya memandang matahari di batas cakrawala.
“Setidaknya
dia belum pulang… harusnya begitu kan? Barang-barangnya masih di kamarnya. Aku
masih mungkin menemukannya. Mugung… hwaiting!”
Mugung
masih berjalan di tepi pantai, tidak berhenti menolehkan kepalanya. Dilepasnya
high heels putih cantik nan mewah yang dipakainya, dipegangnya dengan tangan
kanannya dan dia berjalan dengan kaki telanjang, menginjak pasir putih nan
halus. Liburan yang diharapkannya akan indah… akhirnya begini. Ini karena dia
terlalu ceroboh meninggalkan ponselnya begitu saja. Jika memang tadinya GO
mencintainya, setelah kejadian ini, akankah GO masih memiliki perasaan itu
terhadapnya? Masihkah dia punya harapan? Kakinya mulai terasa lelah, hatinya
terasa sakit dan mata Mugung yang memerah sudah lelah menahan air mata yang
akan tumpah.
“Mir…
aku akan merusak make-up indahmu. Aku… sudah mengecewakan kalian, Joon, Mir,
Thunder ah~ Jeongmal mianhae… mianhae… Jung Byunghee…” bisik Mugung lelah.
Mugung
duduk di pantai, langit sepenuhnya berwarna biru gelap sekarang. Beberapa
bintang berkilauan di langit seakan menemani Mugung dalam kebisuan mereka. Air
laut menggelitik ujung kaki Mugung. Mugung duduk memeluk lututnya, membenamkan
wajahnya ke lututnya. Dia putus asa. Dia tidak akan bisa menemukan GO. Jeju
begini besar… dia hanya bisa menemukan GO hanya jika GO ingin ditemui. Tapi
masalahnya, GO tampaknya tidak ingin menunjukkan dirinya di hadapan Mugung
sekarang. Apa yang harus dilakukan Mugung?
***
GO
berjalan tanpa arah hingga tanpa sadar sedari tadi dia hanya mengitari tepian
pantai. Awalnya pantai itu masih ramai, tapi sekarang, setelah malam sepenuhnya
datang, tidak ada orang lagi di pantai itu. Pikirannya melayang ke Mugung.
“Sekarang
kau berbahagia kan, Mugung? Kuucapkan selamat untukmu dan Sanghyun. Sanghyun…
dia orang yang baik, kalian pasti akan cocok,” ucap GO pelan, “aku lega tidak
melakukan apa-apa padamu semalam… kalau tidak, aku pasti akan sangat menyesal
sekarang. Kaupun begitu kan? Semalam… kau dan aku berada di bawah kekuasaan
nafsu. Ah bukan… kesadaranmulah yang berkurang, tapi yang kulakukan semalam…
aku… Mugung, itu perasaanku yang sesungguhnya.”
GO
menghela nafas panjang. Entah apa yang harus dilakukannya supaya sesak di
dadanya ini bisa menghilang. Untunglah besok dia akan pulang ke Seoul karena
dia yakin dia bisa sembuh jika tidak bertemu dengan Mugung. Tapi bagaimana
kalau dia melihat Mugung bersama Thunder? Apakah dia rela? GO meneruskan
perjalanannya, memandangi debur ombak yang kadang beriak saat angin dingin
bertiup. Apakah gila jika mencoba berenang sekarang? Akan terasa sedingin
apakah air laut sekarang? Dan matanya tanpa sengaja menangkap sesosok
berpakaian putih duduk di tepian pantai. GO menggosok matanya, takut salah
melihat, tapi sungguh ada seseorang duduk disana. Tadinya GO tidak terlalu
ingin tau dan hanya sekadar lewat di belakangnya, tapi entah kenapa dia merasa
sosok itu familiar. Dia pasti yeoja, soalnya yang dipakainya sekarang adalah
gaun putih… rambut panjangnya yang halus dan hitam terbang lembut ditiup angin…
wajah yeoja itu disembunyikan di lipatan kakinya… dan hati GO mencelos. Cara
yeoja itu duduk memeluk lututnya… bukan sekali saja GO melihat itu, tapi dia
pernah melihatnya saat di kamarnya ketika syuting Love Scandal!
“Mugung?”
GO
berjalan mendekat, namun keraguan meliputi hatinya.
“Bukannya
harusnya dia bersama Sanghyun? Bagaimana kalau itu bukan dia?” tanya GO pada
dirinya sendiri, “lagipula apa yang dia lakukan disini?”
GO
terpaku di tempatnya ketika yeoja itu berdiri. Tangan kanannya menenteng high
heels putih dan tangan satunya membawa tas kecil yang juga, rasanya tidak asing
bagi GO. Yeoja itu menundukkan kepalanya dan berjalan lunglai melewati sosok
GO. Kali ini, GO bisa melihat sedikit wajah yeoja itu dari samping.
“Mugung?”
panggil GO ragu.
Yeoja
itu mendongakkan kepalanya lalu menoleh kesana kemari. Seketika, mereka bertemu
pandang. Benar rupanya, itu Mugung. Mata Mugung membelalak besar sekali. GO
terpaku, tidak mampu bergerak. Ada bekas air mata yang berkilauan di wajah
Mugung, tapi itu tidak sepenuhnya menghapus make-up tipis di wajah cantik itu
yang membuat Mugung terlihat makin cantik. Mugung maju selangkah mendekati GO
dan GO berharap Mugung akan melangkah lebih dekat lagi, namun Mugung
menghentikan langkahnya. GO memandangi Mugung, keseluruhan sosoknya dan… GO
yakin dia baru saja melihat yeoja paling cantik yang pernah dilihatnya, ah
bukan… tepatnya, jantungnya baru saja berdebar keras dan membuatnya tidak
nyaman.
“GO…
aku… aku… mau minta maaf,” ujar Mugung, suaranya serak.
“Tidak
ada yang perlu dibicarakan,” tukas GO.
GO
kaget sendiri karena berkata begitu ketus, tapi rasa panas menjalari hatinya.
Dia tau dia sedang cemburu, tapi namja gila mana yang tidak cemburu melihat
yeojanya yang ternyata tampil secantik itu untuk bertemu dengan rekan se-grup
yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri? Mata Mugung tak lagi membelalak,
kini sinar sedih terpancar dari matanya.
“GO…
kau… membentakku?”
“Katakan
saja apa yang mau kau katakan, cepat! Aku lelah dan ingin istirahat!”
Kedua
mata Mugung mulai memerah dan GO sungguh menyesal sudah membentaknya.
“Kau
salah paham! Tidak ada apa-apa antara aku dan Thunder! Thunder tidak menemuiku
sendirian, tapi ada Joon dan Mir juga bersama kami! Mereka datang untuk…
untuk…”
GO
melipat tangan di dadanya, “ya? Untuk apa?”
“Untuk…
sudahlah, lupakan saja! Aku sudah mengatakan apa yang mau kukatakan. Aku benci
dekat dengan orang yang lagi marah.”
Mugung
berjalan menjauhi GO dan membuat hati GO hancur. Tentu saja sangat mungkin
kalau Thunder datang bersama Mir dan Joon. Tapi untuk apa mereka datang? Mata
GO membulat kaget, seketika ingat pada suatu hal yang mungkin menjadi tujuan
mereka untuk bertemu dengan Mugung. Penampilan Mugung ini… sudah jelas Mir dan
Joon campur tangan, kalau tidak mana mungkin Mugung berpenampilan cantik begini
tiba-tiba? GO berlari dan memeluk sosok Mugung dari belakang.
“Mugung…
mianhae… mianhae aku sudah membentakmu…”
“Kau…
percaya padaku?”
“Aku
percaya. Mianhae, Mugung…”
“Kau
bisa menelepon mereka. Mereka masih akan ada disini sampai besok pagi.”
“Tidak
perlu, aku percaya.”
GO
membalikkan tubuh Mugung. Dipandangnya Mugung sekali lagi lekat-lekat. Dia
yakin dia tidak perlu menelepon salah satu dari Mir dan Joon. GO tertawa
ringan, Mugung mengerutkan dahinya.
“Apa
aku sudah membuat make-up Mir berantakan?” tanya Mugung.
“Bukan,
make-up-nya masih cukup bagus koq. Aku tertawa karena… aku benar-benar tau ini
teknik make-up-nya,” jawab GO di sela tawanya, “kami pernah mengerjai Seungho hyung
yang tertidur, Mir memoleskan make-up yang persis sama begini, Mugung, mulai
dari komposisi warnanya dan teknik sapuannya. Aku tau. Ini memang hanya Mir
yang bisa mengerjakannya.”
Mugung
ikut tertawa membayangkan wajah Seungho yang pasti tampak… cantik? Aneh?
Entahlah…
“Mugung,
mianhae… aku benar-benar tidak bermaksud membentakmu… aku sebenarnya hanya…
cemburu,” aku GO.
Mugung
berhenti tertawa. Sekarang dia dan GO saling berpandangan serius. Tatapan mata
GO sangat lembut.
“Aku
tidak akan rela kau bersama siapapun termasuk Thunder sekalipun. Mugung…
saranghae…” bisik GO.
Mugung
membelalakkan matanya. Dia memandangi wajah GO serius, takut hanya berkhayal
mendengar kata itu keluar dari bibir GO.
“Aku
serius, Mugung, aku mencintaimu. Aku mengikuti liburan ini untuk mengatakannya
padamu. Makanya waktu kau bilang mereka ada disini, tiba-tiba aku ingat mereka
pasti melakukan ini supaya aku bisa mengatakannya padamu,” jelas GO, “membuatmu
jadi begini cantik supaya aku tidak bisa menahan perasaanku… dan mau tidak mau
menyampaikannya padamu.”
“Tapi…
tapi GO…”
“Kau
tidak mencintai Thunder lebih daripada mencintaiku kan?”
“Aku
tidak memiliki perasaan itu pada Thunder. Aku menganggapnya idolaku dan dia
ingin aku menjadi noona-nya. Tidak ada masalah sama sekali tentang itu. Hanya
saja…”
“Hanya
saja?”
“Itu…
semalam… kau… aku pikir kau tidak mencintaiku… jadi…”
GO
mencengkeram pundak Mugung, sementara tangan kanannya meraih dagu Mugung untuk
membuat Mugung menatapnya. Wajah Mugung memerah, dia menghindari tatapan mata
GO.
“Kukira
kau tidak mencintaiku, Mugung. Kukira kau semalam hanya terlalu mabuk… aku
takut kalau aku melakukan sesuatu padamu dan ternyata kau tidak mencintaiku…
aku takut kita akan menyesal setelahnya,” jelas GO kalut, “apakah kau tau aku
membutuhkan kekuatan yang sangat besar untuk menghentikan apa yang kita lakukan
semalam? Aku takut menyakitimu.”
“GO…
aku sudah salah paham padamu…” sesal Mugung.
“Ani,
akulah yang salah paham…” potong GO.
“Mianhae…”
kata Mugung dan GO kompak.
Keduanya
tertawa setelahnya. Entah siapa yang salah, namun setelah sama-sama mengucapkan
maaf, hati mereka lega. Semuanya hanya salah paham. Yang penting, mereka sudah
tau isi hati masing-masing. Yang penting, rasa cinta itu memang ada. GO
mengunci tatapan mata Mugung dan membuat yeoja itu berhenti tertawa. Dengan
matanya, GO menelusuri wajah yeoja cantik itu… dan matanya berhenti di bibir
Mugung yang terlihat menggoda dengan warna pink lembut yang disapukan di sana.
Perlahan… GO maju dan melumat bibir Mugung. Mugung memejamkan matanya, berusaha
membuat dirinya relax dan membalas ciuman GO. Bibir Mugung berasa strawberry
dan sangat lembut. Nafas GO memburu, dia ingin mencium Mugung dengan lebih
bernafsu tapi dia takut menyakiti Mugung. Yang bisa dia lakukan hanya menarik Mugung
lebih dekat dengan menekan punggung si yeoja. Kepala mereka dimiringkan
sedemikian rupa agar ciuman mereka bisa semakin mendalam… dan Mugung mendorong
dada GO pelan.
“GO…
jangan disini…”
GO
tersenyum lembut pada Mugung, lalu menggandeng Mugung berjalan kembali ke
hotel. Tangan Mugung terasa dingin.
“Kenapa
kau menungguku di luar dengan pakaian minim begini? Nanti kau bisa sakit.
Harusnya kau menungguku di hotel saja.”
“Aku
tak bisa menunggu. Aku khawatir, makanya aku mencarimu.”
GO
menghela nafasnya sementara membuka pintu kamarnya. Mugung meletakkan high
heels dan tas kecilnya di lantai, lalu duduk di ranjang GO. Kelelahan meliputi
dirinya. GO membungkukkan tubuhnya di hadapan Mugung, kedua tangannya
diletakkannya di sisi tubuh Mugung, sementara wajahnya disejajarkan dengan
wajah Mugung.
“Mau
kuberi kehangatan?”
“Yah~
apa-apaan sih kau, GO?”
Wajah
Mugung memerah dan GO tertawa ringan. GO kembali melumat bibir Mugung. Rasanya
bibir itu membuatnya adiktif, dia tidak ingin melepaskan tautan bibir mereka.
Perlahan, Mugung kembali menekan tengkuk GO. GO tau Mugung sudah memberinya
respon yang bagus. GO menggigit bibir atas Mugung dengan lembut dan Mugung
membuka celah bibirnya lebih lebar. GO memasukkan lidahnya untuk menyapa lidah
Mugung. Lidah mereka saling menyentuh, saling menggoda satu sama lain. Tidak
ada waktu bagi mereka untuk bernafas, bahkan saliva mereka sudah saling
bercampur dan keluar dari bibir mereka. Mugung menarik tengkuk GO dan mereka
kini terbaring. GO menahan berat tubuhnya dengan kedua tangannya di sisi tubuh
Mugung. Setelah kekurangan oksigen cukup lama, GO melepas ciuman mereka dan
memandangi wajah Mugung yang sangat merah.
“Ayo
kita lanjutkan yang semalam,” bisik GO di telinga Mugung.
Nafas
Mugung terdengar memburu ketika GO mengecup daun telinga Mugung. Dia menurunkan
bibirnya untuk menggigit kecil leher Mugung lagi.
“GO…”
panggil Mugung.
“Sakitkah?”
tanya GO.
“Ani…
aku… aku menyukainya.”
Mendapat
izin Mugung, GO kembali menggigit banyak bagian tubuh Mugung. Leher Mugung, pundak,
bagian atas payudara… Selagi asyik membuat kissmark, dengan sebuah tangannya,
GO menurunkan tali gaun Mugung dengan perlahan… Gaun itu mudah dilepas karena
tidak ketat. Gaun itu sudah turun hingga ke batas perut Mugung. GO menjilati
bagian atas payudara Mugung yang tertutup bra tanpa tali, membuat daerah itu
basah.
“Hmm…
aaaaaah… ah~” desah Mugung, kehilangan akal sehatnya.
GO
meraba punggung Mugung dan membuka kaitan bra Mugung. Setelah melepas bra
Mugung, GO sempat memandangi tubuh half naked Mugung sebelum kembali
beraktivitas di payudara Mugung yang besar dan berisi. Dikecupnya payudara
Mugung di setiap inchi-nya secara melingkar hingga ke puncaknya, lalu dia
melakukan hal yang sama pada payudara satunya. Mugung menekan kepala GO,
berharap GO akan tetap disana memanjakan daerah sensitifnya itu. GO kembali
menurunkan gaun Mugung hingga gaun itu jatuh ke lantai. Tubuh Mugung terlihat
mulus dan berisi, membuat GO semakin ingin melakukan hal-hal yang lebih brutal
lagi. Tapi wajah Mugung… dia tidak ingin membuat Mugung ketakutan. Perlahan,
digigitnya perut Mugung dan membuat yeoja itu makin melayang.
“Byunghee~”
panggil Mugung manja.
“Hmm,
honey?” goda GO, masih menggigiti pinggang Mugung.
“Kemarilah…
aku ingin memanjakanmu juga…”
GO
kembali berhadapan dengan Mugung dan Mugung menarik kaos GO terlepas dari si
empunya. Mugung menyentuh bulu-bulu yang semakin banyak di daerah dada GO.
“Inilah
yang menyebabkan aku tidak suka bertelanjang dada.”
“Baguslah,
A+ tidak boleh melihat ini. Cuma aku yang boleh lihat.”
“Kau
tidak merasa takut? Atau… jijik?”
“Kenapa?
Tentu tidak… karena ini milik GO. Karena inilah Jung Byunghee yang kucintai…”
GO
merasa lega ketika Mugung mendorongnya hingga terbaring dan kini Mugung duduk
di atas tubuhnya. Mugung mengecup leher GO, membuat GO geli. Mugung juga
menggigit nipple GO, sementara tangannya menggosok dada GO di daerah yang
ditumbuhi bulu-bulu.
“Hmm…
Mugung… kau… hmm… memancingku…” desah GO.
“Suara
desahan GO bahkan lebih seksi kedengarannya daripada saat GO bernyanyi…” puji
Mugung di sela aktivitasnya.
Gigitan
Mugung pada nipple GO dan usapan tangan Mugung yang kini menggerayangi perut
ber-abs-nya membuat rangsangan makin memenuhi otak GO. Kalau begini terus… dia
takut sebentar lagi dia sudah tidak bisa menahan kelakuannya lagi… Mugung
membuka celana panjang GO, lalu terpampanglah underwear GO yang terlihat sesak.
“Kenapa
bisa begini?” tanya Mugung lugu sambil mengelus junior GO.
“Mugung!
Jangan membuatku gila…” protes GO.
“Aku
akan membuat GO gila…” putus Mugung.
Mugung
perlahan melepas underwear GO dan hatinya girang melihat junior GO yang panjang
dan besar itu sudah mengacung sempurna. Bulu-bulu halus juga tumbuh di daerah
itu, menambahkan kesan seksi. Mugung sengaja duduk di atas junior GO,
membungkukkan tubuhnya hingga payudaranya menyentuh tubuh GO dan melumat bibir
sang namja. Selagi berciuman panas, Mugung menggesek-gesekkan tubuhnya ke tubuh
telanjang GO, membuat GO menekan punggung dan pantat Mugung agar menempel
seerat mungkin dengannya. Walau masih terbalut underwear, GO sudah bisa
merasakan underwear Mugung itu basah.
“Kubuka
ya…”
Mugung
mengangguk dengan wajah memerah ketika GO membuka underwearnya, lalu GO kembali
menarik tubuh Mugung untuk berada di atasnya. Mereka terus saling menggesekkan
tubuh mereka. Junior GO disirami oleh cairan vagina Mugung yang banyak mengalir
dan membuat juniornya basah dan tampak licin.
“Mugung…
ooooh… hangat…”
Sesekali,
kepala junior GO menyentuh klitoris Mugung. Mugung tersenyum menggoda GO. Dia
sengaja menekannya dan terus menggosokkan alat vital mereka. Keringat mulai
membasahi wajah dan tubuh keduanya…
“Aaaaaaah…
GO… aku suka ini… ah… ah…” desah Mugung, memejamkan matanya.
“Kau
pasti akan lebih… suka… ini…” yakin GO.
GO
memegang kedua pundak Mugung dan membawa tubuh yeoja itu berbaring menyamping,
membelakangi GO yang juga tidur menyamping.
“GO?”
tanya Mugung bingung.
Salah
satu tangan GO diselipkan di bawah ketiak Mugung, tepat di depan payudaranya.
GO menekan payudara Mugung sehingga punggung yeoja itu makin menempel pada
tubuh GO. GO menundukkan kepalanya untuk mengecup tengkuk Mugung setelah dia
menyingkirkan rambut yang menghalangi aktivitasnya. Mugung kembali terlena oleh
kecupan itu.
“Angkat
dan lipat kakimu yang di atas, Mugung…”
Menuruti
GO, Mugung mengangkat kaki kanannya, melipatnya hingga telapak kakinya berpijak
di ranjang, di depan tubuhnya. GO menggenggam juniornya mendekati lubang vagina
Mugung. Mugung merasakan dorongan junior GO itu.
“Tahan,
Mugung. Percayalah padaku.”
“Ngh…”
GO
melepaskan pegangan tangannya ketika kepala juniornya sudah masuk ke lubang
vagina Mugung. GO menghembuskan nafas di tengkuk Mugung dan membuat yeoja itu
merinding, lalu mulai mengecup pundak Mugung. Mugung sedikit melupakan
keberadaan junior GO sebelum tiba-tiba GO menghentakkan juniornya dengan keras
dan pasti, menembus pertahanan terakhir Mugung.
“GO!!!!!!!!!!!!!!!”
Hati
GO terasa sakit ketika dia mendengar teriakan Mugung yang begitu keras, lalu
nafasnya terdengar tersengal-sengal. GO memeluk tubuh Mugung erat-erat.
“Mianhae…
Mugung… mianhae… apha?”
“Neomu
apha…” jawab Mugung lemah.
GO
menjilati belakang telinga dan punggung Mugung yang bisa dijangkaunya, merasa
sangat bersalah. Namun sesungguhnya, juniornya yang di dalam vagina Mugung
terasa nyaman dan hangat.
“Aku
sudah tau… akan begini sakit awalnya… gwaenchana, GO-ah… aku sudah tidak
apa-apa…”
“Jeongmal?”
“Ne…
ayo… buat aku menyukai permainan ini…”
GO
mengecup tengkuk Mugung sekali sebelum mulai menggerakkan pinggulnya. Perlahan,
GO bergerak dan merasakan jepitan vagina Mugung pada juniornya. Jepitan itu
sangat kuat, membuat GO harus mengeluarkan tenaga ekstra memaju-mundurkan
juniornya di lubang sempit itu. Gesekan alat vital mereka terasa makin hangat
dan makin lancar… GO kini menggunakan tangannya yang menganggur untuk menggosok
telapak tangannya di nipple Mugung. Mugung meremas seprai sekencang mungkin,
jeritan lolos dari bibirnya…
“Hmm…
oh… Byunghee…” desah Mugung.
“Joha?”
tanya GO, terengah.
“Aaaah…
neomu… joha…” jawab Mugung.
Kesadaran
Mugung makin berkurang. Kakinya yang tadinya masih berpijak sekarang sudah
kehilangan kekuatannya dan jatuh lemas sehingga menjepit junior GO lebih erat.
GO sengaja tidak melakukannya dengan cepat, hanya dengan tempo menengah,
membuat nafasnya dan Mugung sudah tersengal-sengal.
“GO…
ah… kau… menyentuhku… hmm…”
“Apakah
aku… menyentuh daerah… G-spot-mu?”
“Kupikir…
i… iya…”
Mugung
tidak pernah mengerti dimana daerah G-spot-nya sebenarnya, tapi ada kalanya
ketika GO mendorong juniornya, Mugung merasakan sengatan aliran listrik dan
membuat tubuhnya menegang. Semakin disentuh, tubuh Mugung semakin tegang.
Mugung mencengkeram lengan GO kuat-kuat.
“GO…
aku… aku… aku bisa… gila… ooooooh… disana…”
“Disini?”
“Hmm…
ahhhhh…”
GO
sengaja menekan juniornya ke G-spot Mugung, mendiamkannya dan menusuknya
kuat-kuat. Lama kelamaan, Mugung berusaha menutup selangkangannya dan membuat
tusukan junior GO semakin mantap. Cengkeraman tangan Mugung di lengan GO makin
kuat… aliran listrik itu mengalir lagi… makin lama makin membuat tubuhnya tegang…
“Mugung…”
keluh GO, merasakan juniornya dijepit kuat oleh dinding vagina Mugung.
“Byunghee
aaaaah~” jerit Mugung.
Seketika,
vagina Mugung mengeluarkan ledakan cairan yang membasahi junior GO, diikuti
oleh pijatan-pijatan lembut hasil kedutan vagina Mugung pada junior GO. GO
mulai bergerak lagi, mulai memaju-mundurkan juniornya dan membuat tubuh Mugung
menggelinjang.
“Ah…
ah… ah…” desah Mugung setiap GO menusukkan juniornya.
GO
juga merasakan juniornya berkedut, lalu seketika melepaskan kontak tubuh mereka.
Dibaringkannya tubuh Mugung terlentang, lalu diciumnya bibir Mugung dengan
lembut dan mesra. Mugung menggosok dada GO, menginginkan GO menyentuhnya lagi.
“GO…
kita belum selesai kan?” tanya Mugung manja.
“Belum,
tentu saja belum, Mugung ah~” jawab GO, tersenyum manis.
GO
kembali menusukkan juniornya di lubang sempit Mugung. Mugung menggigit
bibirnya, merasakan perih itu lagi sebelum kenikmatan melandanya. Setelah
beberapa kali memaju-mundurkan juniornya, Mugung kembali tau junior GO sudah
menusuk G-spot-nya lagi.
“GO…
uh… a… andwae… ah…” jerit Mugung.
Masih
dengan tempo menengah, GO giat menggerakkan pinggulnya. Tubuh mereka panas dan
berkeringat, tapi sumber panas yang sesungguhnya ada di alat vital mereka yang
bergesekan. GO meraih salah satu tangan Mugung, menariknya ke atas bantal, lalu
menyatukan jari-jari mereka dalam genggaman erat. Dengan tangan yang bebas,
Mugung mencakar punggung GO. Perasaan familiar yang menggairahkan itu mulai
terasa lagi…
“GO…
aku akan…”
“Membuatmu
bahagia… adalah… kebahagiaanku juga… Mugung…”
GO
berhenti tiba-tiba lagi, menusuk G-spot Mugung kuat. Vaginanya kembali banjir
cairan dan tubuhnya menggelinjang. Mugung menarik wajah GO dan menciuminya
bernafsu. GO membalas ciuman itu, menikmati pijatan pada juniornya. Mugung
terengah mengatur nafasnya, GO turun untuk menggigit nipple Mugung.
“Mugung,
tatap aku… terus tatap aku… lihatlah kesungguhan di mataku…”
Mugung
menatap mata GO. Tatapan GO sangat lembut, membuat Mugung ingin jatuh ke dalam
pesonanya selamanya. Setelah mendengar nafas Mugung yang mulai teratur, GO
bergerak lagi… menekan G-spot Mugung lagi dan lagi… masuk ke kedalaman vagina
Mugung hingga ke mulut rahimnya… tubuh Mugung menggelinjang. Mereka masih
mempertahankan tatapan mereka, meski kadang mata mereka terpejam, tapi mereka
kembali saling menatap…
“Ah…
ah… Ji… O… ah… sa… saranghae… GO…”
G-spot
Mugung sudah lelah menerima serangan bertubi-tubi dari junior GO. Seakan tidak
lelah, seakan tenaganya tidak pernah berkurang, permainan ini belum mencapai puncaknya
untuk GO. Jeritan Mugung berakhir menjadi hanya desahan setelah kekuatannya
makin berkurang. Merasakan juniornya berkedut beberapa kali, GO tau sebentar
lagi akhirnya dia akan mencapai klimaksnya. GO mengangkat tubuhnya, memandangi
wajah Mugung yang memerah dan matanya terpejam dengan intens, focus sepenuhnya
pada gerakan pinggulnya. GO menambah kecepatan pada gerakannya dan tubuh Mugung
menggelinjang jauh lebih sering. Spring bed mereka berderit, suara tepukan
akibat sentuhan bagian tubuh mereka, desahan nafas dan suara mereka memenuhi
kamar ini. Mugung menggosokkan tangannya di dada GO, GO kembali mempercepat
gerakannya…
“Mugung…
aku… akan… sampai…” desah GO.
“Jung
Byunghee… aaah… aku… aku… aku milikmu… Byunghee…” sahut Mugung.
“Mugung,
sa… saranghae!!!” seru GO.
Junior
GO telah menyemprotkan spermanya ke rahim Mugung. Setiap kedutan yang terasa,
setiap sperma yang ditembakkan terasa hangat… kedutan junior GO menggoda vagina
Mugung yang mulai memberikan pijatannya lagi… GO ambruk di atas tubuh Mugung
sementara Mugung mengelus rambut GO yang berantakan. Setelah kedutan alat vital
mereka berkurang, GO bangkit untuk mengecup bibir Mugung. Sekali, dua kali,
mereka bertukar kecupan ringan diiringi senyum. Mata GO terlihat berbinar dalam
keremangan cahaya kamar.
“GO…
mulai sekarang, aku milikmu…” bisik Mugung.
“Mugung…
maukah kau bersabar? Bersabar padaku yang sibuk? Yang mungkin akan sulit
bertemu denganmu… yang mungkin… harus menyembunyikan dulu hubungan kita?” tanya
GO, “aku… merasa bersalah padamu.”
Mugung
meletakkan jarinya di bibir GO, “sttt… aku mau melakukan ini denganmu karena
aku sudah tau resikonya. Gwaenchana, GO-ah… aku akan selalu menunggumu… aku
akan berusaha mengerti keadaanmu…”
“Mugung…”
“Asal
kau mencintaiku… aku akan selalu percaya padamu…”
GO
tersenyum lega dan mengecup kening Mugung.
“GO…
bolehkah aku tau?”
“Ya?”
“Sebenarnya
sejak kapan kau mencintaiku?”
GO
tampak berpikir sejenak sambil mengusap peluh di wajah Mugung.
“Kau
pasti tidak percaya kalau kukatakan… aku sudah tertarik padamu sejak manager
kami menyodorkan fotomu. Waktu itu hyung bilang, kau adalah pasanganku di Love
Scandal.”
Mata
Mugung berkaca-kaca, “oh, GO, padahal aku sendiri…”
“Gwaenchana,
Mugung. Yang penting sekarang kau mencintaiku. Yang penting sekarang kau milikku.”
Mugung
tersenyum lega dan memeluk GO erat. Kisah cinta yang sesungguhnya… baru akan
dimulai sekarang.
THE END
No comments:
Post a Comment