Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 22 June 2012

It's A Love Story chapter 13 (end)


It’s A Love Story
Chapter 13

Beberapa jam yang lalu…

GO bangun. Hal pertama yang disadarinya adalah Mugung sudah tidak bersamanya lagi. Perlahan, diapun ingat kejadian semalam. GO menekan wajahnya di telapak tangannya dengan kesal.

“Bagaimana kalau aku menyakitinya? Bagaimana kalau dia tidak mengerti kenapa aku menghentikan itu? Aish… kalau Mugung jadi sedih, alangkah jahatnya aku,” kutuk GO pada dirinya sendiri.

GO menimbang-nimbang sejenak sebelum memutuskan untuk mandi. Dia berusaha mempersingkat acara mandinya yang biasanya bisa hampir satu jam hingga menjadi setengah jam saja. Dia ingin bertemu Mugung, dia akan menjelaskan semuanya.

“Aku babo sekali sih… aish…” GO masih mengutuk dirinya sendiri.

GO mengetuk kamar Mugung yang berada tepat di sebelah kamarnya.

“Mugung, kau di dalam?”

Tapi tidak ada jawaban. GO mencoba mengetuk lagi, namun tetap tidak ada jawaban. Takut Mugung marah kepadanya, GO menggunakan kunci ID-nya dan membuka pintu kamar Mugung. Tidak ada sosok Mugung disana.

“Mugung?”

GO melirik kamar mandi yang pintunya terbuka. Mugung tidak ada.

“Kemana dia?”

GO menekan ponselnya dan menghubungi Mugung, namun betapa kagetnya dia ketika mendengar ada bunyi ponsel dari dalam kamar ini. GO mencari kesana kemari dan melihat ponsel Mugung tergeletak di ranjang, di samping bantal. GO mengambil ponsel Mugung itu.

“Kenapa dia meninggalkan ponselnya? Bagaimana aku mencarinya? Omona… Mugung…”

GO menyentuh layar ponsel Mugung. Wallpaper ponsel itu adalah foto dirinya. Perasaan hangat yang aneh mengaliri tubuh GO. Otomatis, bibirnya membentuk senyum. Ketika GO membuka kunci ponsel, tampak beberapa missed calls. Diliputi rasa penasaran, GO sekadar melihat siapa yang sudah mencari-cari Mugung juga. Nomornya (tertulis “Jio” – entah kenapa ini membuat GO merasa senang) lalu ada sebuah nomor lain yang sebelum ini mencoba menghubunginya dua kali.

“Nomor ini…”

Sekadar untuk mengecek nomor yang rasanya tidak asing itu, GO memindahkan nomor itu ke ponselnya dan menekan “dial” dan seketika… nama “Sanghyun” muncul. Perasaan tidak tenang meliputi seluruh tubuh GO sekarang. Thunder tadi menghubungi Mugung dua kali? Keduanya sekitar dua jam yang lalu… saat GO masih tertidur. Penasaran, GO sekadar membuka inbox ponsel Mugung yang tidak terkunci. Thunder bahkan mengirimkan SMS pada Mugung!

Mugung noona? Ini aku, Thunder MBLAQ. Aku sekarang ada di pulau Jeju. Bisakah bertemu sebentar?

Aku baru saja bangun. Err… ada apa?

Ada sesuatu yang penting yang ingin kubicarakan dengan noona. Aku menunggu noona di dekat stand banana boat sekarang.

Dan tidak ada balasan SMS lagi setelahnya. Tangan GO bergetar. Seluruh kemampuan berpikirnya macet sekarang. Thunder dan Mugung… jadi mereka… GO melirik jam di ponsel itu. Sekarang sudah 4 jam sejak pesan itu terakhir dikirim dan Mugung belum pulang. Apakah mereka berdua…? Kecewa, GO meninggalkan kamar itu dan pergi…

***

Sudah hampir jam lima sore ketika mobil Thunder mengantar Mugung kembali ke hotel tempatnya dan GO tinggal.

“Noona… hwaiting. Kami tunggu kabar baiknya,” ujar Thunder, tersenyum menyemangati Mugung.
“Gomawo, Thunder ah…” balas Mugung.

Mugung keluar dari mobil dan sebelum menutup pintu, Mugung ingat ingin mengatakan sesuatu pada namja ini.

“Thunder… aku… aku fan-mu. Aku menyukaimu sebagai… idolaku.”

Thunder tersenyum manis sekali lagi dan Mugung sangat suka memandangi sepasang mata yang indah itu.

“Noona, aku ingin menjadi namdongsaeng-nya noona. Tidak perlu mengidolakan aku, aku hanya orang biasa. Anggaplah aku namdongsaeng-nya noona.”
Mugung mengangguk, “aku akan menghubungimu lagi, dongsaeng ah~”

Thunder membalas anggukan kepala Mugung. Setelah mobil Thunder pergi, Mugung segera masuk ke hotel. Selagi mengetuk pintu kamar GO, dia berpikir… apa sekiranya yang dilakukan GO sekarang.

“Loh, kemana GO?” tanya Mugung bingung.

Mugung mencari kunci ID di tas kecil yang sempat disambarnya sebelum keluar tadi pagi, lalu membuka pintu kamar GO. Yang dicari tidak ada. Mengerutkan dahinya, Mugung menggerayangi tasnya sekali lagi, tapi seketika semakin bingung.

“Loh, ponselku? Apa ketinggalan di tempat mereka?” tanya Mugung bingung.

Berusaha keras untuk mengingat, Mugung kembali ke kamarnya sekedar untuk mengecek, dan saat itulah dia melihat ponselnya tergeletak di tengah ranjang. Mugung memiringkan kepalanya.

“Ponselku bisa ada di tengah ranjang? Aku selama ini selalu meletakkan ponsel di samping bantal… kenapa bisa ada disini?” tanya Mugung heran.

Bingung, Mugung duduk di ranjangnya dan mengambil ponselnya. Dia mengecek ponsel itu, meski tidak terlihat ada notifikasi apapun. Mugung mengecek inbox, yang terakhir adalah pesan yang dikirimkan Thunder.

“GO tidak mencariku?” tanya Mugung lagi.

Mugung merasa kecewa. Dia membuka daftar telepon dan melihat… GO mencarinya.

“Tapi kenapa tidak ada di notifikasi? Tunggu dulu!” ujar Mugung, “apakah ada yang membuka notifikasiku? Ponselku berpindah… GO mencariku… dan kunci pintu…”

Perlahan, otak Mugung mulai memberikan pengertian padanya. Matanya membelalak.

“GO kesini, berusaha menghubungiku, ponselku berbunyi, dia iseng melihatnya dan mengecek notifikasiku? Omona, GO!”

Mugung dengan tangan gemetaran berusaha menghubungi GO, tapi ponsel GO tidak aktif.

“GO… kau dimana? Andwae…”

Mugung langsung berlari keluar kamar. Dia berusaha mencari GO dimana saja. Di restoran, di kolam renang, pemandian air panas, lokasi barbeque, club, gym, sekitar hotel hingga ke daerah pantai. Mugung menoleh kesana kemari, berlari kesana kemari, tidak berani meneriakkan nama GO. Beberapa kali dia mengira dia sudah menemukan GO, tapi sosok yang dilihat dari belakang itu hanya mirip GO, bukan namja yang ingin dicarinya.

“GO… mianhae… mianhae, GO…”

Daerah pantai sudah mulai sepi sekarang setelah senja datang. Ombak bergelombang makin tinggi dan angin dingin menusuk kulit Mugung yang terbuka. Mugung menghela nafas panjang, menahan nafas, menghela nafas lagi, menahan keinginannya untuk menangis sekarang juga. Matanya memandang matahari di batas cakrawala.

“Setidaknya dia belum pulang… harusnya begitu kan? Barang-barangnya masih di kamarnya. Aku masih mungkin menemukannya. Mugung… hwaiting!”

Mugung masih berjalan di tepi pantai, tidak berhenti menolehkan kepalanya. Dilepasnya high heels putih cantik nan mewah yang dipakainya, dipegangnya dengan tangan kanannya dan dia berjalan dengan kaki telanjang, menginjak pasir putih nan halus. Liburan yang diharapkannya akan indah… akhirnya begini. Ini karena dia terlalu ceroboh meninggalkan ponselnya begitu saja. Jika memang tadinya GO mencintainya, setelah kejadian ini, akankah GO masih memiliki perasaan itu terhadapnya? Masihkah dia punya harapan? Kakinya mulai terasa lelah, hatinya terasa sakit dan mata Mugung yang memerah sudah lelah menahan air mata yang akan tumpah.

“Mir… aku akan merusak make-up indahmu. Aku… sudah mengecewakan kalian, Joon, Mir, Thunder ah~ Jeongmal mianhae… mianhae… Jung Byunghee…” bisik Mugung lelah.

Mugung duduk di pantai, langit sepenuhnya berwarna biru gelap sekarang. Beberapa bintang berkilauan di langit seakan menemani Mugung dalam kebisuan mereka. Air laut menggelitik ujung kaki Mugung. Mugung duduk memeluk lututnya, membenamkan wajahnya ke lututnya. Dia putus asa. Dia tidak akan bisa menemukan GO. Jeju begini besar… dia hanya bisa menemukan GO hanya jika GO ingin ditemui. Tapi masalahnya, GO tampaknya tidak ingin menunjukkan dirinya di hadapan Mugung sekarang. Apa yang harus dilakukan Mugung?

***

GO berjalan tanpa arah hingga tanpa sadar sedari tadi dia hanya mengitari tepian pantai. Awalnya pantai itu masih ramai, tapi sekarang, setelah malam sepenuhnya datang, tidak ada orang lagi di pantai itu. Pikirannya melayang ke Mugung.

“Sekarang kau berbahagia kan, Mugung? Kuucapkan selamat untukmu dan Sanghyun. Sanghyun… dia orang yang baik, kalian pasti akan cocok,” ucap GO pelan, “aku lega tidak melakukan apa-apa padamu semalam… kalau tidak, aku pasti akan sangat menyesal sekarang. Kaupun begitu kan? Semalam… kau dan aku berada di bawah kekuasaan nafsu. Ah bukan… kesadaranmulah yang berkurang, tapi yang kulakukan semalam… aku… Mugung, itu perasaanku yang sesungguhnya.”

GO menghela nafas panjang. Entah apa yang harus dilakukannya supaya sesak di dadanya ini bisa menghilang. Untunglah besok dia akan pulang ke Seoul karena dia yakin dia bisa sembuh jika tidak bertemu dengan Mugung. Tapi bagaimana kalau dia melihat Mugung bersama Thunder? Apakah dia rela? GO meneruskan perjalanannya, memandangi debur ombak yang kadang beriak saat angin dingin bertiup. Apakah gila jika mencoba berenang sekarang? Akan terasa sedingin apakah air laut sekarang? Dan matanya tanpa sengaja menangkap sesosok berpakaian putih duduk di tepian pantai. GO menggosok matanya, takut salah melihat, tapi sungguh ada seseorang duduk disana. Tadinya GO tidak terlalu ingin tau dan hanya sekadar lewat di belakangnya, tapi entah kenapa dia merasa sosok itu familiar. Dia pasti yeoja, soalnya yang dipakainya sekarang adalah gaun putih… rambut panjangnya yang halus dan hitam terbang lembut ditiup angin… wajah yeoja itu disembunyikan di lipatan kakinya… dan hati GO mencelos. Cara yeoja itu duduk memeluk lututnya… bukan sekali saja GO melihat itu, tapi dia pernah melihatnya saat di kamarnya ketika syuting Love Scandal!

“Mugung?”

GO berjalan mendekat, namun keraguan meliputi hatinya.

“Bukannya harusnya dia bersama Sanghyun? Bagaimana kalau itu bukan dia?” tanya GO pada dirinya sendiri, “lagipula apa yang dia lakukan disini?”

GO terpaku di tempatnya ketika yeoja itu berdiri. Tangan kanannya menenteng high heels putih dan tangan satunya membawa tas kecil yang juga, rasanya tidak asing bagi GO. Yeoja itu menundukkan kepalanya dan berjalan lunglai melewati sosok GO. Kali ini, GO bisa melihat sedikit wajah yeoja itu dari samping.

“Mugung?” panggil GO ragu.

Yeoja itu mendongakkan kepalanya lalu menoleh kesana kemari. Seketika, mereka bertemu pandang. Benar rupanya, itu Mugung. Mata Mugung membelalak besar sekali. GO terpaku, tidak mampu bergerak. Ada bekas air mata yang berkilauan di wajah Mugung, tapi itu tidak sepenuhnya menghapus make-up tipis di wajah cantik itu yang membuat Mugung terlihat makin cantik. Mugung maju selangkah mendekati GO dan GO berharap Mugung akan melangkah lebih dekat lagi, namun Mugung menghentikan langkahnya. GO memandangi Mugung, keseluruhan sosoknya dan… GO yakin dia baru saja melihat yeoja paling cantik yang pernah dilihatnya, ah bukan… tepatnya, jantungnya baru saja berdebar keras dan membuatnya tidak nyaman.

“GO… aku… aku… mau minta maaf,” ujar Mugung, suaranya serak.
“Tidak ada yang perlu dibicarakan,” tukas GO.

GO kaget sendiri karena berkata begitu ketus, tapi rasa panas menjalari hatinya. Dia tau dia sedang cemburu, tapi namja gila mana yang tidak cemburu melihat yeojanya yang ternyata tampil secantik itu untuk bertemu dengan rekan se-grup yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri? Mata Mugung tak lagi membelalak, kini sinar sedih terpancar dari matanya.

“GO… kau… membentakku?”
“Katakan saja apa yang mau kau katakan, cepat! Aku lelah dan ingin istirahat!”

Kedua mata Mugung mulai memerah dan GO sungguh menyesal sudah membentaknya.

“Kau salah paham! Tidak ada apa-apa antara aku dan Thunder! Thunder tidak menemuiku sendirian, tapi ada Joon dan Mir juga bersama kami! Mereka datang untuk… untuk…”
GO melipat tangan di dadanya, “ya? Untuk apa?”
“Untuk… sudahlah, lupakan saja! Aku sudah mengatakan apa yang mau kukatakan. Aku benci dekat dengan orang yang lagi marah.”

Mugung berjalan menjauhi GO dan membuat hati GO hancur. Tentu saja sangat mungkin kalau Thunder datang bersama Mir dan Joon. Tapi untuk apa mereka datang? Mata GO membulat kaget, seketika ingat pada suatu hal yang mungkin menjadi tujuan mereka untuk bertemu dengan Mugung. Penampilan Mugung ini… sudah jelas Mir dan Joon campur tangan, kalau tidak mana mungkin Mugung berpenampilan cantik begini tiba-tiba? GO berlari dan memeluk sosok Mugung dari belakang.

“Mugung… mianhae… mianhae aku sudah membentakmu…”
“Kau… percaya padaku?”
“Aku percaya. Mianhae, Mugung…”
“Kau bisa menelepon mereka. Mereka masih akan ada disini sampai besok pagi.”
“Tidak perlu, aku percaya.”

GO membalikkan tubuh Mugung. Dipandangnya Mugung sekali lagi lekat-lekat. Dia yakin dia tidak perlu menelepon salah satu dari Mir dan Joon. GO tertawa ringan, Mugung mengerutkan dahinya.

“Apa aku sudah membuat make-up Mir berantakan?” tanya Mugung.
“Bukan, make-up-nya masih cukup bagus koq. Aku tertawa karena… aku benar-benar tau ini teknik make-up-nya,” jawab GO di sela tawanya, “kami pernah mengerjai Seungho hyung yang tertidur, Mir memoleskan make-up yang persis sama begini, Mugung, mulai dari komposisi warnanya dan teknik sapuannya. Aku tau. Ini memang hanya Mir yang bisa mengerjakannya.”

Mugung ikut tertawa membayangkan wajah Seungho yang pasti tampak… cantik? Aneh? Entahlah…

“Mugung, mianhae… aku benar-benar tidak bermaksud membentakmu… aku sebenarnya hanya… cemburu,” aku GO.

Mugung berhenti tertawa. Sekarang dia dan GO saling berpandangan serius. Tatapan mata GO sangat lembut.

“Aku tidak akan rela kau bersama siapapun termasuk Thunder sekalipun. Mugung… saranghae…” bisik GO.

Mugung membelalakkan matanya. Dia memandangi wajah GO serius, takut hanya berkhayal mendengar kata itu keluar dari bibir GO.

“Aku serius, Mugung, aku mencintaimu. Aku mengikuti liburan ini untuk mengatakannya padamu. Makanya waktu kau bilang mereka ada disini, tiba-tiba aku ingat mereka pasti melakukan ini supaya aku bisa mengatakannya padamu,” jelas GO, “membuatmu jadi begini cantik supaya aku tidak bisa menahan perasaanku… dan mau tidak mau menyampaikannya padamu.”
“Tapi… tapi GO…”
“Kau tidak mencintai Thunder lebih daripada mencintaiku kan?”
“Aku tidak memiliki perasaan itu pada Thunder. Aku menganggapnya idolaku dan dia ingin aku menjadi noona-nya. Tidak ada masalah sama sekali tentang itu. Hanya saja…”
“Hanya saja?”
“Itu… semalam… kau… aku pikir kau tidak mencintaiku… jadi…”

GO mencengkeram pundak Mugung, sementara tangan kanannya meraih dagu Mugung untuk membuat Mugung menatapnya. Wajah Mugung memerah, dia menghindari tatapan mata GO.

“Kukira kau tidak mencintaiku, Mugung. Kukira kau semalam hanya terlalu mabuk… aku takut kalau aku melakukan sesuatu padamu dan ternyata kau tidak mencintaiku… aku takut kita akan menyesal setelahnya,” jelas GO kalut, “apakah kau tau aku membutuhkan kekuatan yang sangat besar untuk menghentikan apa yang kita lakukan semalam? Aku takut menyakitimu.”
“GO… aku sudah salah paham padamu…” sesal Mugung.
“Ani, akulah yang salah paham…” potong GO.
“Mianhae…” kata Mugung dan GO kompak.

Keduanya tertawa setelahnya. Entah siapa yang salah, namun setelah sama-sama mengucapkan maaf, hati mereka lega. Semuanya hanya salah paham. Yang penting, mereka sudah tau isi hati masing-masing. Yang penting, rasa cinta itu memang ada. GO mengunci tatapan mata Mugung dan membuat yeoja itu berhenti tertawa. Dengan matanya, GO menelusuri wajah yeoja cantik itu… dan matanya berhenti di bibir Mugung yang terlihat menggoda dengan warna pink lembut yang disapukan di sana. Perlahan… GO maju dan melumat bibir Mugung. Mugung memejamkan matanya, berusaha membuat dirinya relax dan membalas ciuman GO. Bibir Mugung berasa strawberry dan sangat lembut. Nafas GO memburu, dia ingin mencium Mugung dengan lebih bernafsu tapi dia takut menyakiti Mugung. Yang bisa dia lakukan hanya menarik Mugung lebih dekat dengan menekan punggung si yeoja. Kepala mereka dimiringkan sedemikian rupa agar ciuman mereka bisa semakin mendalam… dan Mugung mendorong dada GO pelan.

“GO… jangan disini…”

GO tersenyum lembut pada Mugung, lalu menggandeng Mugung berjalan kembali ke hotel. Tangan Mugung terasa dingin.

“Kenapa kau menungguku di luar dengan pakaian minim begini? Nanti kau bisa sakit. Harusnya kau menungguku di hotel saja.”
“Aku tak bisa menunggu. Aku khawatir, makanya aku mencarimu.”

GO menghela nafasnya sementara membuka pintu kamarnya. Mugung meletakkan high heels dan tas kecilnya di lantai, lalu duduk di ranjang GO. Kelelahan meliputi dirinya. GO membungkukkan tubuhnya di hadapan Mugung, kedua tangannya diletakkannya di sisi tubuh Mugung, sementara wajahnya disejajarkan dengan wajah Mugung.

“Mau kuberi kehangatan?”
“Yah~ apa-apaan sih kau, GO?”

Wajah Mugung memerah dan GO tertawa ringan. GO kembali melumat bibir Mugung. Rasanya bibir itu membuatnya adiktif, dia tidak ingin melepaskan tautan bibir mereka. Perlahan, Mugung kembali menekan tengkuk GO. GO tau Mugung sudah memberinya respon yang bagus. GO menggigit bibir atas Mugung dengan lembut dan Mugung membuka celah bibirnya lebih lebar. GO memasukkan lidahnya untuk menyapa lidah Mugung. Lidah mereka saling menyentuh, saling menggoda satu sama lain. Tidak ada waktu bagi mereka untuk bernafas, bahkan saliva mereka sudah saling bercampur dan keluar dari bibir mereka. Mugung menarik tengkuk GO dan mereka kini terbaring. GO menahan berat tubuhnya dengan kedua tangannya di sisi tubuh Mugung. Setelah kekurangan oksigen cukup lama, GO melepas ciuman mereka dan memandangi wajah Mugung yang sangat merah.

“Ayo kita lanjutkan yang semalam,” bisik GO di telinga Mugung.

Nafas Mugung terdengar memburu ketika GO mengecup daun telinga Mugung. Dia menurunkan bibirnya untuk menggigit kecil leher Mugung lagi.

“GO…” panggil Mugung.
“Sakitkah?” tanya GO.
“Ani… aku… aku menyukainya.”

Mendapat izin Mugung, GO kembali menggigit banyak bagian tubuh Mugung. Leher Mugung, pundak, bagian atas payudara… Selagi asyik membuat kissmark, dengan sebuah tangannya, GO menurunkan tali gaun Mugung dengan perlahan… Gaun itu mudah dilepas karena tidak ketat. Gaun itu sudah turun hingga ke batas perut Mugung. GO menjilati bagian atas payudara Mugung yang tertutup bra tanpa tali, membuat daerah itu basah.

“Hmm… aaaaaah… ah~” desah Mugung, kehilangan akal sehatnya.

GO meraba punggung Mugung dan membuka kaitan bra Mugung. Setelah melepas bra Mugung, GO sempat memandangi tubuh half naked Mugung sebelum kembali beraktivitas di payudara Mugung yang besar dan berisi. Dikecupnya payudara Mugung di setiap inchi-nya secara melingkar hingga ke puncaknya, lalu dia melakukan hal yang sama pada payudara satunya. Mugung menekan kepala GO, berharap GO akan tetap disana memanjakan daerah sensitifnya itu. GO kembali menurunkan gaun Mugung hingga gaun itu jatuh ke lantai. Tubuh Mugung terlihat mulus dan berisi, membuat GO semakin ingin melakukan hal-hal yang lebih brutal lagi. Tapi wajah Mugung… dia tidak ingin membuat Mugung ketakutan. Perlahan, digigitnya perut Mugung dan membuat yeoja itu makin melayang.

“Byunghee~” panggil Mugung manja.
“Hmm, honey?” goda GO, masih menggigiti pinggang Mugung.
“Kemarilah… aku ingin memanjakanmu juga…”

GO kembali berhadapan dengan Mugung dan Mugung menarik kaos GO terlepas dari si empunya. Mugung menyentuh bulu-bulu yang semakin banyak di daerah dada GO.

“Inilah yang menyebabkan aku tidak suka bertelanjang dada.”
“Baguslah, A+ tidak boleh melihat ini. Cuma aku yang boleh lihat.”
“Kau tidak merasa takut? Atau… jijik?”
“Kenapa? Tentu tidak… karena ini milik GO. Karena inilah Jung Byunghee yang kucintai…”

GO merasa lega ketika Mugung mendorongnya hingga terbaring dan kini Mugung duduk di atas tubuhnya. Mugung mengecup leher GO, membuat GO geli. Mugung juga menggigit nipple GO, sementara tangannya menggosok dada GO di daerah yang ditumbuhi bulu-bulu.

“Hmm… Mugung… kau… hmm… memancingku…” desah GO.
“Suara desahan GO bahkan lebih seksi kedengarannya daripada saat GO bernyanyi…” puji Mugung di sela aktivitasnya.

Gigitan Mugung pada nipple GO dan usapan tangan Mugung yang kini menggerayangi perut ber-abs-nya membuat rangsangan makin memenuhi otak GO. Kalau begini terus… dia takut sebentar lagi dia sudah tidak bisa menahan kelakuannya lagi… Mugung membuka celana panjang GO, lalu terpampanglah underwear GO yang terlihat sesak.

“Kenapa bisa begini?” tanya Mugung lugu sambil mengelus junior GO.
“Mugung! Jangan membuatku gila…” protes GO.
“Aku akan membuat GO gila…” putus Mugung.

Mugung perlahan melepas underwear GO dan hatinya girang melihat junior GO yang panjang dan besar itu sudah mengacung sempurna. Bulu-bulu halus juga tumbuh di daerah itu, menambahkan kesan seksi. Mugung sengaja duduk di atas junior GO, membungkukkan tubuhnya hingga payudaranya menyentuh tubuh GO dan melumat bibir sang namja. Selagi berciuman panas, Mugung menggesek-gesekkan tubuhnya ke tubuh telanjang GO, membuat GO menekan punggung dan pantat Mugung agar menempel seerat mungkin dengannya. Walau masih terbalut underwear, GO sudah bisa merasakan underwear Mugung itu basah.

“Kubuka ya…”

Mugung mengangguk dengan wajah memerah ketika GO membuka underwearnya, lalu GO kembali menarik tubuh Mugung untuk berada di atasnya. Mereka terus saling menggesekkan tubuh mereka. Junior GO disirami oleh cairan vagina Mugung yang banyak mengalir dan membuat juniornya basah dan tampak licin.

“Mugung… ooooh… hangat…”

Sesekali, kepala junior GO menyentuh klitoris Mugung. Mugung tersenyum menggoda GO. Dia sengaja menekannya dan terus menggosokkan alat vital mereka. Keringat mulai membasahi wajah dan tubuh keduanya…

“Aaaaaaah… GO… aku suka ini… ah… ah…” desah Mugung, memejamkan matanya.
“Kau pasti akan lebih… suka… ini…” yakin GO.

GO memegang kedua pundak Mugung dan membawa tubuh yeoja itu berbaring menyamping, membelakangi GO yang juga tidur menyamping.

“GO?” tanya Mugung bingung.

Salah satu tangan GO diselipkan di bawah ketiak Mugung, tepat di depan payudaranya. GO menekan payudara Mugung sehingga punggung yeoja itu makin menempel pada tubuh GO. GO menundukkan kepalanya untuk mengecup tengkuk Mugung setelah dia menyingkirkan rambut yang menghalangi aktivitasnya. Mugung kembali terlena oleh kecupan itu.

“Angkat dan lipat kakimu yang di atas, Mugung…”

Menuruti GO, Mugung mengangkat kaki kanannya, melipatnya hingga telapak kakinya berpijak di ranjang, di depan tubuhnya. GO menggenggam juniornya mendekati lubang vagina Mugung. Mugung merasakan dorongan junior GO itu.

“Tahan, Mugung. Percayalah padaku.”
“Ngh…”

GO melepaskan pegangan tangannya ketika kepala juniornya sudah masuk ke lubang vagina Mugung. GO menghembuskan nafas di tengkuk Mugung dan membuat yeoja itu merinding, lalu mulai mengecup pundak Mugung. Mugung sedikit melupakan keberadaan junior GO sebelum tiba-tiba GO menghentakkan juniornya dengan keras dan pasti, menembus pertahanan terakhir Mugung.

“GO!!!!!!!!!!!!!!!”

Hati GO terasa sakit ketika dia mendengar teriakan Mugung yang begitu keras, lalu nafasnya terdengar tersengal-sengal. GO memeluk tubuh Mugung erat-erat.

“Mianhae… Mugung… mianhae… apha?”
“Neomu apha…” jawab Mugung lemah.

GO menjilati belakang telinga dan punggung Mugung yang bisa dijangkaunya, merasa sangat bersalah. Namun sesungguhnya, juniornya yang di dalam vagina Mugung terasa nyaman dan hangat.

“Aku sudah tau… akan begini sakit awalnya… gwaenchana, GO-ah… aku sudah tidak apa-apa…”
“Jeongmal?”
“Ne… ayo… buat aku menyukai permainan ini…”

GO mengecup tengkuk Mugung sekali sebelum mulai menggerakkan pinggulnya. Perlahan, GO bergerak dan merasakan jepitan vagina Mugung pada juniornya. Jepitan itu sangat kuat, membuat GO harus mengeluarkan tenaga ekstra memaju-mundurkan juniornya di lubang sempit itu. Gesekan alat vital mereka terasa makin hangat dan makin lancar… GO kini menggunakan tangannya yang menganggur untuk menggosok telapak tangannya di nipple Mugung. Mugung meremas seprai sekencang mungkin, jeritan lolos dari bibirnya…

“Hmm… oh… Byunghee…” desah Mugung.
“Joha?” tanya GO, terengah.
“Aaaah… neomu… joha…” jawab Mugung.

Kesadaran Mugung makin berkurang. Kakinya yang tadinya masih berpijak sekarang sudah kehilangan kekuatannya dan jatuh lemas sehingga menjepit junior GO lebih erat. GO sengaja tidak melakukannya dengan cepat, hanya dengan tempo menengah, membuat nafasnya dan Mugung sudah tersengal-sengal.

“GO… ah… kau… menyentuhku… hmm…”
“Apakah aku… menyentuh daerah… G-spot-mu?”
“Kupikir… i… iya…”

Mugung tidak pernah mengerti dimana daerah G-spot-nya sebenarnya, tapi ada kalanya ketika GO mendorong juniornya, Mugung merasakan sengatan aliran listrik dan membuat tubuhnya menegang. Semakin disentuh, tubuh Mugung semakin tegang. Mugung mencengkeram lengan GO kuat-kuat.

“GO… aku… aku… aku bisa… gila… ooooooh… disana…”
“Disini?”
“Hmm… ahhhhh…”

GO sengaja menekan juniornya ke G-spot Mugung, mendiamkannya dan menusuknya kuat-kuat. Lama kelamaan, Mugung berusaha menutup selangkangannya dan membuat tusukan junior GO semakin mantap. Cengkeraman tangan Mugung di lengan GO makin kuat… aliran listrik itu mengalir lagi… makin lama makin membuat tubuhnya tegang…

“Mugung…” keluh GO, merasakan juniornya dijepit kuat oleh dinding vagina Mugung.
“Byunghee aaaaah~” jerit Mugung.

Seketika, vagina Mugung mengeluarkan ledakan cairan yang membasahi junior GO, diikuti oleh pijatan-pijatan lembut hasil kedutan vagina Mugung pada junior GO. GO mulai bergerak lagi, mulai memaju-mundurkan juniornya dan membuat tubuh Mugung menggelinjang.

“Ah… ah… ah…” desah Mugung setiap GO menusukkan juniornya.

GO juga merasakan juniornya berkedut, lalu seketika melepaskan kontak tubuh mereka. Dibaringkannya tubuh Mugung terlentang, lalu diciumnya bibir Mugung dengan lembut dan mesra. Mugung menggosok dada GO, menginginkan GO menyentuhnya lagi.

“GO… kita belum selesai kan?” tanya Mugung manja.
“Belum, tentu saja belum, Mugung ah~” jawab GO, tersenyum manis.

GO kembali menusukkan juniornya di lubang sempit Mugung. Mugung menggigit bibirnya, merasakan perih itu lagi sebelum kenikmatan melandanya. Setelah beberapa kali memaju-mundurkan juniornya, Mugung kembali tau junior GO sudah menusuk G-spot-nya lagi.

“GO… uh… a… andwae… ah…” jerit Mugung.

Masih dengan tempo menengah, GO giat menggerakkan pinggulnya. Tubuh mereka panas dan berkeringat, tapi sumber panas yang sesungguhnya ada di alat vital mereka yang bergesekan. GO meraih salah satu tangan Mugung, menariknya ke atas bantal, lalu menyatukan jari-jari mereka dalam genggaman erat. Dengan tangan yang bebas, Mugung mencakar punggung GO. Perasaan familiar yang menggairahkan itu mulai terasa lagi…

“GO… aku akan…”
“Membuatmu bahagia… adalah… kebahagiaanku juga… Mugung…”

GO berhenti tiba-tiba lagi, menusuk G-spot Mugung kuat. Vaginanya kembali banjir cairan dan tubuhnya menggelinjang. Mugung menarik wajah GO dan menciuminya bernafsu. GO membalas ciuman itu, menikmati pijatan pada juniornya. Mugung terengah mengatur nafasnya, GO turun untuk menggigit nipple Mugung.

“Mugung, tatap aku… terus tatap aku… lihatlah kesungguhan di mataku…”

Mugung menatap mata GO. Tatapan GO sangat lembut, membuat Mugung ingin jatuh ke dalam pesonanya selamanya. Setelah mendengar nafas Mugung yang mulai teratur, GO bergerak lagi… menekan G-spot Mugung lagi dan lagi… masuk ke kedalaman vagina Mugung hingga ke mulut rahimnya… tubuh Mugung menggelinjang. Mereka masih mempertahankan tatapan mereka, meski kadang mata mereka terpejam, tapi mereka kembali saling menatap…

“Ah… ah… Ji… O… ah… sa… saranghae… GO…”

G-spot Mugung sudah lelah menerima serangan bertubi-tubi dari junior GO. Seakan tidak lelah, seakan tenaganya tidak pernah berkurang, permainan ini belum mencapai puncaknya untuk GO. Jeritan Mugung berakhir menjadi hanya desahan setelah kekuatannya makin berkurang. Merasakan juniornya berkedut beberapa kali, GO tau sebentar lagi akhirnya dia akan mencapai klimaksnya. GO mengangkat tubuhnya, memandangi wajah Mugung yang memerah dan matanya terpejam dengan intens, focus sepenuhnya pada gerakan pinggulnya. GO menambah kecepatan pada gerakannya dan tubuh Mugung menggelinjang jauh lebih sering. Spring bed mereka berderit, suara tepukan akibat sentuhan bagian tubuh mereka, desahan nafas dan suara mereka memenuhi kamar ini. Mugung menggosokkan tangannya di dada GO, GO kembali mempercepat gerakannya…

“Mugung… aku… akan… sampai…” desah GO.
“Jung Byunghee… aaah… aku… aku… aku milikmu… Byunghee…” sahut Mugung.
“Mugung, sa… saranghae!!!” seru GO.

Junior GO telah menyemprotkan spermanya ke rahim Mugung. Setiap kedutan yang terasa, setiap sperma yang ditembakkan terasa hangat… kedutan junior GO menggoda vagina Mugung yang mulai memberikan pijatannya lagi… GO ambruk di atas tubuh Mugung sementara Mugung mengelus rambut GO yang berantakan. Setelah kedutan alat vital mereka berkurang, GO bangkit untuk mengecup bibir Mugung. Sekali, dua kali, mereka bertukar kecupan ringan diiringi senyum. Mata GO terlihat berbinar dalam keremangan cahaya kamar.

“GO… mulai sekarang, aku milikmu…” bisik Mugung.
“Mugung… maukah kau bersabar? Bersabar padaku yang sibuk? Yang mungkin akan sulit bertemu denganmu… yang mungkin… harus menyembunyikan dulu hubungan kita?” tanya GO, “aku… merasa bersalah padamu.”
Mugung meletakkan jarinya di bibir GO, “sttt… aku mau melakukan ini denganmu karena aku sudah tau resikonya. Gwaenchana, GO-ah… aku akan selalu menunggumu… aku akan berusaha mengerti keadaanmu…”
“Mugung…”
“Asal kau mencintaiku… aku akan selalu percaya padamu…”

GO tersenyum lega dan mengecup kening Mugung.

“GO… bolehkah aku tau?”
“Ya?”
“Sebenarnya sejak kapan kau mencintaiku?”

GO tampak berpikir sejenak sambil mengusap peluh di wajah Mugung.

“Kau pasti tidak percaya kalau kukatakan… aku sudah tertarik padamu sejak manager kami menyodorkan fotomu. Waktu itu hyung bilang, kau adalah pasanganku di Love Scandal.”
Mata Mugung berkaca-kaca, “oh, GO, padahal aku sendiri…”
“Gwaenchana, Mugung. Yang penting sekarang kau mencintaiku. Yang penting sekarang kau milikku.”

Mugung tersenyum lega dan memeluk GO erat. Kisah cinta yang sesungguhnya… baru akan dimulai sekarang.

THE END

No comments:

Post a Comment