Their Birthday Wishes
Chapter 4
Sementara itu, Clara, Maila dan
Fabian ada di lapangan kosong dekat perumahan.
“Aku liat ada yang terbang kesana,”
kata Fabian, menunjuk perumahan.
“Ayo kita maju,” ajak Maila,
“aaaaaaaah…”
“Kenapa, Maila? Aaargh!!!”
Ada tangan-tangan yang mencengkeram
kaki mereka bertiga. Tangan busuk itu muncul dari tanah dan ketiganya panik.
“Bau busuk ini pastilah zombie!
Minggir!”
Fabian menarik anak-anak panah Light
Bow-nya dan memanah tangan-tangan yang menahan kakinya. Terinspirasi Fabian,
Clara menyerang dengan Water Ribbon dan Maila dengan Thunder Sword.
Tangan-tangan itu putus, tapi baru beberapa langkah mereka berjalan,
tangan-tangan lain bermunculan.
“Sebenarnya aku kurang setuju dengan
pembagian kelompok ini.”
“Kenapa, Fab?” Tanya Clara.
“Soalnya semua kelompok yang dibagi
Fire Prince pasti ada Prince atau Princess-nya, tapi kelompok kita gak ada,”
jawab Fabian sambil memanah tangan yang mencengkeram kaki Maila.
“Jadi maksudmu, kita ini kelompok
paling lemah?” keluh Maila.
“Bisa dibilang begitu.”
“Kenapa kamu gak ngomong sama Ya Lun
tadi???”
“Terlambat, kan? Kita harus cepat…”
“Help!!!”
“Siapa itu?” Tanya Clara, melihat
tiga sosok berlarian ke arah mereka.
Setelah agak dekat, mereka bisa
melihat tiga cowok yang lagi dikejar para zombie (Clara dan Maila
menggosok-gosok mata mereka tak percaya): HyunJoong, KimBum dan KimJoon.
Sebenarnya pemandangan ini agak lucu soalnya zombie larinya gak kencang tapi
ketiganya berlarian sampai nyaris putus nafasnya.
“Menyingkir!!!”
Karena serangan Water Ribbon milik
Clara lumayan jauh, dia mengusir zombie-zombie di belakang ketiga cowok
ganteng.
“Kenapa kalian ada disini?”
Tanya Maila seolah menuntut, dalam bahasa hangul yang dipelajarinya dari les
hangul, “Taipei gak aman malam ini.”
“Kami promo BBF,” jawab
KimJoon.
“Ah… Water Stone???” Tanya Clara.
Water Stone milik Clara menduplikat
diri dan merubah KimJoon. KimJoon memegang Chain di tangannya dengan keheranan.
“Ah… ini dia Water Prince,” celetuk
Fabian, “sekarang kelompok kita lebih kuat.”
“Lebih kuat? Ini membuatku
bersemangat! HyunJoong oppa dan KimBum oppa, kalian bersembunyi di belakang
kami, biar kami bereskan mereka,” pinta Maila, mengedipkan matanya pada
KimJoon.
KimJoon maju menyerang dengan Tsunami
Chain, berperang dengan gagah berani, membuat HyunJoong dan KimBum berpandangan
keheranan…
***
Kembali ke May, Chun, Fennie dan
Lissa. Keempatnya masuk ke tengah kota. Tapi saat ini keadaan kota sudah kacau
balau. Orang-orang berlarian tanpa arah dan tampak ketakutan. Ada mumi yang
mengejar mereka. Bahkan beberapa mumi tengah membebat mangsa mereka dan siap
menghisap roh mereka.
“Minggir kalian!” teriak Fennie
marah, menyerang dengan Earth Spear.
“Potong tanduknya…” gumam May saat
mengayunkan Tornado Sword ke tanduk-tanduk mumi.
“Aaargh…”
“Chun!!!” teriak Lissa saat melihat
Chun dibebat mumi, “kalian gak boleh menyentuhnya, tau!!!”
Chun terbebas dari bebatan mumi.
“Uhuk… uhuk…” Chun terjatuh dan
batuk-batuk.
“Chun… kamu gak apa-apa?” Tanya
Lissa, menghampiri Chun.
“Aku… gak apa-apa…”
“Chun, jia you!” seru May memberi
semangat setelah membelah salah satu mumi.
“May jie!!!”
May menoleh shock saat melihat Jeje
berlarian ke arah May. Ada bekas cakaran di badan Jeje, tapi dia selamat.
“Jeje, kamu kan harusnya di Seoul?”
Tanya Fennie heran.
“Entah, begitu bangun aku ada di
sini, disergap mumi.”
“Hei kalian!!!” Thia berlarian dari
arah lainnya.
Di belakang Thia menyusul Stella, Ya
Lun, Yi Ru, Rin, YunHo dan YooChun.
“Lho? Bagaimana YunHo dan YooChun ada
bersama kalian? Dan Rin???” Tanya May keheranan.
“Jeje!!!” teriak Rin berlarian dan
memeluk Jeje, “kukira kamu hilang…”
“Tunggu sebentar…” pinta Fennie.
Earth Stone milik Lissa menduplikat
diri dua kali, Thunder Stone dan Fire Stone milik Chun dan Ya Lun juga
menduplikat diri sekali. Earth Stone menghampiri Rin dan YunHo, Thunder Stone
menghampiri YooChun, sedangkan Fire Stone menghampiri Jeje. Mereka sudah
dilengkapi senjata: Rin dengan Earthquake Bow, YunHo dengan Earthquake Magical
Stick, YooChun dengan Thunder Magic Stick, dan Jeje dengan Inferno Bow.
“Kalau melihat penampilan kalian… aku
yakin Rin dan YunHo masing-masing adalah Earth Princess dan Prince, sedangkan
Jeje adalah Fire Princess… Ya Lun, kamu menemukan pasanganmu,” kata May.
“Dengan berduabelas begini kita
semakin kuat,” kata Stella ceria.
“Apa itu?” Ya Lun menunjuk ke
belakang rombongan.
Mereka terkejut saat melihat ada
bangunan tinggi, tampaknya terbuat dari Kristal yang menjulang ke langit.
“Kita perlu Tanya Fabian. Tapi
feeling-ku gak enak tentang bangunan itu,” jawab May.
“Rin, YunHo, YooChun, Jeje, we all
must fight this,” ajak Chun, berusaha bersemangat kembali, maju untuk menyerang
mumi yang masih berkeliaran.
“Aku gak suka senjataku,”
keluh YunHo, “terlalu feminin kalau aku harus menyerang dari belakang
rombongan dengan tongkat sihir.”
“Sama,” imbuh YooChun.
“Jangan begitu,” sergah Thia
yang juga menyerang dengan Lightning Magical Stick, “setiap senjata ada
keunggulannya sendiri. Kalau semua orang menyerang dari depan, siapa yang akan
melindungi mereka? Ya gak, Yi Ru ge? Aku bilang kita yang bersenjata jauh
harus melindungi mereka yang di depan.”
“Setuju dengan pendapat Thia,” kata
Yi Ru yang mengipas dengan Water Fan, “every weapon is great…”
“Who is she? She’s so brave,” kata
YunHo, menunjuk May.
“May, our Wind Princess,” jawab Chun,
mengipasi lima mumi sekaligus yang langsung berubah menjadi onggokan perban, “her
Tornado Sword will make our enemies destroyed.”
“Cool,” puji YunHo.
“Udah ada yang punya,” celetuk
Stella.
“What did you say?” Tanya YooChun yang
gak ngerti bahasa mandarin.
Stella hanya angkat bahu.
***
“Ada yang bisa kasih tau kenapa
musuh-musuh kita aneh begini?” Tanya Da Dong, gagal menusuk kelelawar dengan
Wind Spear-nya.
Rombongan Da Dong tengah menghadapi
gerombolan besar kelelawar, yang mereka yakini sebagai vampire. Bulan purnama
di atas sana jadi tertutup kelelawar yang berkeliaran. Amelz dan Julie yang
menggunakan Sword lebih leluasa membunuh kelelawar, tapi mereka kewalahan
menghadapi begini banyak musuh.
“Aaaargh, mereka berubah menjadi
vampire!!!” keluh JunSu, menyerang vampire dengan Wind Ribbon.
“Bukankah itu bagus? Kita jadi bisa
menyerang mereka dengan tepat?” Tanya Finda, membakar vampire yang paling dekat
dengannya.
“Aaaargh!”
“JaeJoong!” teriak Amelz, menunjuk ke
angkasa saat JaeJoong diangkat oleh salah satu vampire.
“Lepaskan!!!” Julie menyerang si
vampire penculik dengan Water Sword, “aaah…”
Sekarang Julie ikutan diangkat oleh
dua vampire sekaligus.
“Julie!!! JaeJoong!!!” teriak JunSu,
tapi terlambat… keduanya dibawa pergi…
“Dasar busuk! Mereka pakai taktik
menculik sekarang! Mati kalian!” teriak Finda, membakar sekawanan kelelawar.
“JunSu!!! Tolong kami!”
“Tunggu! Aku baru saja mendengar ada
yang berteriak…” kata JunSu, mendengarkan dengan seksama di tengah hiruk
pikuknya jeritan manusia dan bunyi kepak sayap.
“Clara!!! Maila!!!”
“Siapa pula itu?” Tanya Da Dong.
“Ayo Nda, kita kesana,” ajak Amelz,
menarik Finda ke sumber suara.
Ada sekelompok vampire yang
mengerumuni sesuatu. Dari arah jauh datanglah Fabian bersama Clara.
“Ah, kita bertemu,” celetuk Fabian,
“dan mereka sepertinya mengerumuni teman kalian. Ada yang berteriak tadi.”
“Mati kalian, vampire jelek,” kutuk Finda.
Saat beberapa vampire yang
berkeliling itu musnah, mereka bisa melihat Annie dan ChangMin, keduanya terbaring
pucat dengan bekas gigitan di leher dan JunKi dan MinHo tengah berontak.
“Nah? Bagaimana ada MinHo oppa
disini?” tanya Clara, “semuanya, aku akan menyelamatkan kalian.”
Berkat kedatangan mereka, JunKi dan
MinHo selamat tepat pada waktunya. Light Stone milik Fabian membelah diri dan
merubah MinHo.
“Light Prince dan Lightning Fan…
selamat datang, Prince,” sambut Fabian.
“MinHo oppa seorang Prince?” Tanya Clara.
“Fabian, kenapa vampire ini gak bisa mati?”
Tanya Amelz setelah menyerang salah satu vampire, tapi vampire itu malah
tertawa mengerikan.
“Oh, tidak…” keluh Fabian,
“jangan-jangan yang diisap mereka berdua ini adalah roh Knight.”
“Maksudmu… Annie dan ChangMin mungkin
adalah Knight?” Tanya Finda.
“Iyah, mungkin. Cara untuk
memusnahkan vampire-vampire itu adalah melawannya dengan elemen berlawanan
dengan roh yang mereka hisap,” jawab Fabian, “karena kita gak tau elemen
ChangMin dan Annie, kita harus coba menyerang satu persatu. Clara, wanna become
the first?”
“Okey…” setuju Clara.
Water Ribbon Clara menyerang para
vampire dengan lincahnya. Tapi setiap kali sabetan Ribbon mengenai mereka,
mereka tertawa dan bersinar makin terang.
“Pertanda buruk! Mereka makin kuat
terkena Water element! Mereka elemennya pasti Water. Clara, berhenti! Kita perlu
menyerang dengan Fire element!”
“Kalau gitu aku bisa bantu,” kata
Finda girang, menggantikan posisi Clara.
“Tapi… Fab, kenapa vampire element
Water itu gak habis-habis?” Tanya Amelz keheranan.
Amelz benar, darah segar yang muncrat
dari tubuh-tubuh vampire yang kena ke vampire lainnya malah membuat vampire
lainnya kuat juga.
“Aaaah! Jangan-jangan darah itu bisa
menular! Aku tau! Nda, attack the vampire who has horns! It will avoid the
spreading!” perintah Fabian, “Amelz, coba serang vampire yang sebelah sana,
kita belum tau element yang satu lagi.”
Kembali Amelz maju dengan gagah
berani ke arah vampire lainnya. Musnah.
“Right! Itu pasti element Light! Aku
akan ke sana cari bantuan dari Maila… dia juga Thunder. Light Prince and Clara,
stay here… fight the vampire!”
“You can count on us!” seru MinHo.
Tak lama kemudian, setelah Amelz
memotong tanduk vampire dengan Light element, Fabian datang dengan dua
rombongan sekaligus: Da Dong, JunSu, Maila, HyunJoong, KimBum dan KimJoon.
JunKi kebingungan melihat mereka, tapi senang melihat makin banyak cowok Korea
yang bergabung dengannya.
“HyunJoong! KimBum! KimJoon!” seru
MinHo kegirangan.
“Nah, ada yang berubah lagi…” celetuk
Maila.
Wind Stone milik Da Dong menduplikat
diri… kali ini mengubah JunKi (Wind Spear) dan HyunJoong menjadi Wind Prince (Tornado
Bow). Fire Stone milik Finda juga menduplikat diri untuk KimBum (Fire Spear).
“Bagus… lengkaplah semuanya jadi
Knight,” Fabian berkata puas.
“He’s conscious…” celetuk HyunJoong,
menunjuk ChangMin.
ChangMin begitu bangun langsung
berubah menjadi Light Knight (Light Chain).
“JunSu!!!” teriak ChangMin, berlarian
memeluk JunSu.
“Syukurlah kami bertemu denganmu,
ChangMin. Tadi ada JaeJoong bersamaku, tapi dia diculik vampire,” keluh
JunSu, “dan kami belum melihat YunHo dan YooChun…”
“Ah, Annie! Annie udah bangun,” kata
Maila.
Annie berubah menjadi Water Princess
(Tsunami Chain). Annie tampak kebingungan sekaligus senang, karena…
“JunKi!!!!!!” teriak Annie, memeluk
JunKi.
“Fans ketemu sama idolanya?”
Tanya KimJoon.
“Tunggu sebentar… Fab, tadi
vampire-vampire itu menculik JaeJoong dan Julie. Dimana kita harus cari
mereka?” Tanya Amelz.
“Disitu-kah?” Tanya Finda, menunjuk
bangunan Kristal.
“Ah, benar… banyak roh yang berhasil
mereka hisap sepertinya… akhirnya mereka berhasil membangun Crystal Spirit…
sumber kejahatan di dalam sana. Ayo cepat, kita kesana,” ajak Fabian.
“Sebelumnya kita bereskan dulu
vampire brengsek ini,” kutuk Da Dong.
Empat belas Knight sekaligus dengan
mudah menyerang para vampire. Mereka berlarian menuju Crystal Spirit. Maila
melihat sosok-sosok yang dikenalnya di depan sana, menunggu di depan Crystal
Spirit.
“Thia! Semuanya!” panggil Maila.
“Da Dong!” sambut Yi Ru, menepuk
punggung Da Dong.
Fahrenheit reuni kembali setelah tadi
kelompok BBF reuni. TVXQ juga berkumpul, minus JaeJoong. Sekarang semua
rombongan Taipei dan Seoul sudah lengkap. Da Dong menghampiri May.
“May… kamu gak apa-apa?” Tanya Da
Dong.
“Aku… baik. Kalian semua?” May balik
bertanya.
“Baik. Tapi tidak semuanya baik.”
“Where’s JaeJoong?” Tanya YunHo.
“Dan Julie?” Tanya Fennie setelah
tidak menemukan sosok Julie di rombongan.
“They are being kidnapped. We must
rescue them,” jawab JunSu.
“Are they in this Crystal Spirit?”
Tanya ChangMin, mengetuk-ngetuk bangunan.
“I believe they are here. We must
wait for one more Knight, he will help us to come in,” jawab Fabian.
Dan Knight yang ditunggu muncul. Dia
adalah…
“Santa Claus???” Tanya Thia dan Yi Ru
barengan.
Yap, Santa muncul, masih memakai
kostum Santa-nya yang khas, membawa Ribbon.
“Semuanya sudah siap masuk?” Tanya
Santa, “hai May, semuanya aman?”
“Santa! Aku kangen,” celetuk May.
“Ayo kita selesaikan ini supaya hidup
kita lebih tenang. Masuk!”
Santa berdiri dengan gagahnya di
depan pintu masuk, menyabet pintu dengan Earth Ribbon dan pintu terbuka. Hawa
dingin keluar dari dalam pintu.
“Prince dan Princess, pimpin kami
semua masuk,” pinta Fabian.
Amelz berdiri berdampingan dengan
Chun mewakili Thunder element, Annie berdampingan dengan KimJoon mewakili Water
element, MinHo dengan Thia mewakili Light element, HyunJoong dan May mewakili
Wind element, dan Ya Lun dan Jeje mewakili Fire element, sementara Rin dan
YunHo mewakili Earth element. Dua belas Prince dan Princess ini tampak kuat
dengan senjata mereka masing-masing. Dari pintu di depan mereka, muncul pasukan
tengkorak dan Gog yang banyak sekali.
“Fight them!!!” seru YunHo,
mengacungkan Earthquake Magical Stick dan memimpin semuanya maju dengan gagah
berani.
Suara keretakan kerangka terdengar di
sana-sini (Fennie menyerang tiga tengkorak sekaligus dengan sabetan Earth
Spear, kolaborasi Electric Fan-nya Chun dan Thunder Sword-nya Maila membuat
para tengkorak tersengat aliran listrik tingkat tinggi) dan Gog
berteriak-teriak memekakkan telinga (HyunJoong mampu melesatkan lima anak panah
Tornado Bow sekaligus, KimJoon dan Annie menyerang dengan skill baru yang
disebut Tsunami Twin Chain, tak mengherankan sepuluh Gog langsung musnah).
“Aduh,” keluh Finda saat sabetan
pedang tengkorak melukai lengannya.
“Are you okey?” Tanya ChangMin care.
ChangMin langsung mencari kain bekas
pakaian Gog (???) dan membalut luka Finda. Finda terpana pada ChangMin yang
begitu baik.
“Thanks, ChangMin…”
ChangMin tersenyum manis pada Finda.
“Hey, no time for this,” hardik Thia,
melindungi keduanya dari serangan Gog.
Keduanya malu, dan berpisah untuk
berperang kembali. Lama sekali rasanya rombongan tengkorak dan Gog habis. Yi Ru
membuka pintu di seberang ruangan.
“Hah… Crystal Spirit ini berapa
lantai yah?” Tanya Yi Ru.
“Entah. Naik saja sampai ke puncaknya,”
jawab Santa.
Sampailah mereka semua di lantai dua.
Suasana tampak angker. Kelebatan-kelebatan transparan berputar cepat di
sekeliling mereka.
“Ghost!” seru YunHo.
“Aaargh!” keluh Fennie, sepasang
tangan mencekiknya.
“Lepaskan… Fennie!” teriak Chun,
mengipasi sang hantu.
“Aduh,” teriak Jeje dan Maila
bersamaan, mereka juga dicekik.
“Sial! Mereka cepat sekali, aku
gak bisa melihat gerakan mereka!” keluh HyunJoong, anak panahnya tidak
satupun mengenai hantu.
“Hi hi hi… enjoy this game…”
“They have their boss,” kata KimJoon,
menyerang dengan Tsunami Chain.
“Ah! Bisakah begini?” Tanya Amelz,
mengayunkan Electric Sword ke udara.
Saat itu listrik keluar dari Electric
Sword dan menerangi langit-langit. Sekarang wujud hantu lebih nyata meskipun
gerakan mereka masih cepat sekali.
“Sedikit bermanfaat,” puji Da Dong.
“Hei, kamu!!!” seru ChangMin,
melihat hantu yang memakai mahkota, “kamu boss-nya!”
“Hi hi hi…”
ChangMin mengejar dan menyerang
membabi-buta dengan Lightning Chain, tapi si hantu terlalu gesit.
“Kipas… kipas…” seru Stella,
menyerang dari arah berlawanan.
Si hantu mundur, tapi serangan
keduanya tidak mempan terhadapnya.
“Jangan-jangan… pengaruh element
berlawanan?” Tanya Ya Lun, “kekuatan Water atau Thunder mungkin telah diserap
mereka. Kalau dia ini Water… dia akan terpengaruh dengan seranganku!”
Ya Lun melompat dan menyerang dengan
Inferno Sword. Benar sekali, si boss hantu terluka.
“Pasti kalian sudah melukai Julie!
Mati kalian!”
Melihat Ya Lun mampu menyiksa si boss
hantu, Knight yang lain juga semangat mengejar para hantu. Meski serangan
mereka sering luput, tapi ada juga beberapa serangan yang kena sehingga setelah
lama sekali rasanya waktu berlalu, barulah hantu-hantu itu menghilang.
“Nah?” Tanya Rin, “dimana pintu
menuju lantai berikutnya?”
May menoleh kesana-kemari dan memang
tidak menemukan pintu, tangga, atau apapun yang akan membawa mereka ke Pangeran
Iblis. May merasakan dera putus asa. YooChun maju dan mengetuk-ngetuk dinding.
“Where’s the path?” Tanya YooChun,
“Fabian and Santa, can you find the path?”
“Aaaah!” seru Lissa membuat semuanya
shock.
Mereka melihat apa yang ditunjuk
Lissa. Pangeran Iblis luar biasa besar, sepertinya tiga meter atau lebih,
badannya berwarna merah dengan dua tanduk tajam, pupil matanya besar dan
berwarna merah, jubah hitam menutupi tubuhnya, yang terlihat hanyalah tangannya
yang memegang trisula, ekor setannya yang panjang dan runcing, juga seringainya
yang keji. Di kanan-kirinya ada naga; keduanya dua kali lipat lebih besar dari
Pangeran Iblis, yang di sebelah kanan berwarna hijau dan di sebelah kiri
berwarna biru, sisik mereka besar dan tampak beracun, moncong mereka panjang
dan ada taring luar biasa besar disana. Mereka semua masuk ke dalam satu
gelembung besar.
“Kamu… kamu yang sudah menjebakku!”
seru May dendam, “mati!!!”
May maju dengan sembrono, melepaskan
diri dari pegangan Da Dong dan menyerang gelembung dengan Tornado Sword, tapi
sia-sia: serangan May tak bias menembus gelembung itu.
“Ck… ck… Wind Princess… tak kusangka
kamu begitu mudah dibujuk dan lagi… sembrono. Apa kamu pikir aku akan
membiarkan kalian menghadapiku dengan mudah? Disini? Di rumahku yang kubangun
dengan roh manusia dan penuh dengan jebakan?” Tanya Pangeran Iblis, suaranya
dalam dan terdengar keji, “tidak… aku akan bermain-main dulu dengan kalian.”
“Nggak! Kami gak akan meladenimu!”
teriak Clara gagah berani.
“Aaah… Water Knight yang satu ini
cantik juga. Aku akan semakin senang bermain dengan kalian semua.”
Semuanya terkejut saat Pangeran Iblis
mengayunkan trisula-nya, mereka kira May akan mati karena ada di depan sana
sendirian, tapi ternyata yang muncul adalah sosok JaeJoong dan Julie di sebelah
naga-naga. Mereka terikat di tiang tinggi, juga ada di dalam gelembung.
“Lucifer sial! Kamu mengambil roh
mereka!” teriak Fabian marah.
“Aaaah… Cupid rupanya. Kamu ikut
rombongan ini? Light Knight… tidak buruk.”
May menoleh dengan cepat dan dia baru
teringat: Fabian memang Cupid.
Pantas aku merasa pernah melihatnya!
“Cupid? Kamu… mengapa jadi manusia?”
Tanya May.
“Karena… aku ingin jadi manusia
biasa, May,” jawab Fabian, tersenyum manis.
May tidak bisa melupakan senyum itu.
Dia memang Cupid dan May merasa senang bertemu dengannya.
“Release them! Hurry!” paksa KimBum
marah.
“Oh? Itu mau kalian? Baiklah… aku
akan membebaskan mereka. Tapi sebelum itu… hmm… banyak sekali jumlah kalian.
Nah… sentuh itu,” pinta Pangeran Iblis.
Seketika muncul telur cukup besar di
kaki mereka masing-masing. Di seberang ruangan ada enam pintu dengan
masing-masing warna: hitam, hijau, ungu, biru, merah dan kuning.
“Aaah, pintunya!” seru Annie,
berlarian ke pintu warna ungu.
“Kalau kalian sentuh itu, kalian akan
musnah.”
“Jangan, Annie,” sergah Finda,
menarik tangan Annie.
“Permainan apa lagi ini?” Tanya
JunSu, darah seakan menggelegak di kepalanya.
“Sentuh telur kalian… telur kalian
akan berubah warna sesuai pintu yang akan kalian masuki. Kalau kalian mencoba
melanggar, kalian akan musnah,” perintah Pangeran Iblis.
“And why does the color of the door
is different? Is the room behind that door not the same with the other?” Tanya
ChangMin.
“Benar, Light Knight. Satu pintu akan
membawa kalian menuju kepadaku, dua pintu akan membawa kalian menuju kedua
teman kalian, satu pintu akan membawa kalian keluar, satu pintu akan menyisakan
misteri dan satu pintu lagi akan membawa kalian menuju kematian. Tentunya
kalian tidak perlu sengsara jika kalian berhasil menghabisiku.”
“Bagaimana kami tau kami tak akan
mati setelah menyentuh telur ini?” Tanya Stella cukup bijak.
“Oh… aku tak pernah tak memegang
ucapanku. Aku menunggu kalian di balik pintu itu.”
Dan Pangeran Iblis bersama
kroni-kroninya menghilang, menyisakan para Knight berdiskusi seru.
“Gak ada pilihan lain, kan?” kata Ya
Lun pasrah, “ayo kita sentuh telur sialan dan masuk ke pintu-pintu sial itu.”
“Aku dulu,” kata Rin, menyentuh
telurnya.
Telur Rin berubah warna menjadi ungu.
“Aku gak mati dan kurasa memang kita
harus begini untuk menyelamatkan dunia ini.”
Yang lain pun mulai menyentuh telur
masing-masing. Akhirnya mereka berbaris di depan pintu yang seharusnya mereka
tuju. Di pintu berwarna biru, KimJoon memimpin Maila, Finda dan ChangMin masuk.
“Be careful,” pesan YooChun.
Setelah pintu biru tertutup, pintu
itu menghilang.
“Giliran kami,” desah Thia.
Thia memimpin Amelz, Clara dan Fabian
masuk ke pintu merah. Setelah itu Annie memimpin Yi Ru, Fennie, Lissa dan Santa
masuk ke pintu kuning. May memandang YunHo yang berdiri paling depan di pintu
hitam. May menoleh ke belakang: Da Dong, Stella dan Chun ada bersamanya.
Sedangkan di pintu hijau dan ungu, Sembilan temannya masih berbaris.
“Come on, May,” ajak YunHo.
May mengikuti YunHo masuk ke pintu
hitam dan mereka merasa masuk ke kegelapan total.
***
No comments:
Post a Comment