It’s A Love Story
Chapter 11
Mugung
masuk ke kamar nomor 035-nya.
“Nona
Lee, jika ada yang Anda butuhkan, silakan menghubungi kami dan saya akan
melayani Anda,” pinta salah satu pekerja hotel yang cantik.
“Ah,
kamsahamnida Agassi. Apakah… Tuan Jung sudah datang?” tanya Mugung.
“Menurut
manager, tuan Jung akan datang beberapa jam lagi. Tuan Jung akan tinggal di
kamar sebelah jadi nona Lee akan mudah berkomunikasi dengannya nanti.”
“Oh,
kamsahamnida.”
“Saya
permisi dulu, nona Lee,” pamit sang resepsionis.
Setelah
pintu kamar ditutup, Mugung duduk di ranjangnya yang empuk dan besar. Dia sibuk
memandangi interior kamarnya. Sudah 25 tahun Mugung hidup dan besar di Seoul,
tidak pernah sekalipun keluarganya mengajaknya berlibur ke Jeju. Beruntung
sekali Mugung sudah memenangkan Love Scandal dan boleh menikmati segalanya
gratis di areal Resort paling mewah di Pulau Jeju ini. Kamarnya bernuansa
hijau, perabotannya terbuat dari keramik, jendela besar menghadap ke laut,
sinar matahari siang bersinar terang di luar sana. Mugung merebahkan tubuhnya
dan memejamkan matanya. Suara debur ombak dan bau air laut yang asin tercium di
hidungnya. Perasaan ini… membuatnya tenang. Semenjak berpisah dari GO setelah
syuting, mereka masih berhubungan lewat SMS. Jujur saja, Mugung merindukan
lebih dari itu. Dia ingin mendengar suara GO memanggil namanya, GO berada di
sampingnya… dan hari ini, keinginan itu akan terwujud.
***
Mugung
membuka matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah GO yang tersenyum
padanya. GO terlihat lelah namun tetap manis. Mugung kaget dan buru-buru
bangkit…
“GO,
bagaimana kau… ouch!” jerit Mugung.
“Argh!”
sahut GO, menggosok keningnya, “aku bukan setan kan, tidak perlu kaget begitu.
Kau selalu saja begini kaget kalau melihatku.”
GO
dan Mugung sekarang sibuk menggosok kening masing-masing akibat Mugung yang
bangun tiba-tiba dari posisi berbaringnya dan menyebabkan benturan yang cukup
keras terjadi pada kening mereka. Mata GO berair, sepertinya benturan tadi
memang cukup keras. Mugung kaget dan langsung menarik tangan GO untuk mengecek
apa kecerobohannya sudah meninggalkan bekas luka di wajah manis sang idola.
Tapi, tak ada luka.
“Syukurlah
aku tidak melukaimu,” kata Mugung lega.
“Yang
terluka itu kau. Lihat, ada benjol keunguan disini,” tunjuk GO ke kening
Mugung.
GO
mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Mugung dengan jempolnya.
“Ouch,
apha~~~”
“Tapi
ini memang salahmu sih.”
Mugung
memanyunkan bibirnya lalu mulai menggosok keningnya sendiri.
“Aku
kaget karena kau tiba-tiba bisa masuk kesini.”
“Kenapa
harus kaget? Kau sendiri tidak memperhatikan kunci ID pintumu ya? Kita
masing-masing dapat 2, aku bisa membuka pintu kamarmu dan kau bisa membuka
pintu kamarku.”
GO
mengangkat dua kartu kunci ID yang dijadikan satu ke hadapan Mugung. Mata
Mugung membelalak kaget.
“Tapi
kenapa…”
“Masih
tanya kenapa. Ini kan bagian dari service tim Love Scandal.”
Mugung
langsung memandang sekeliling kamar dengan waspada, terutama ke daerah
tersembunyi seperti di sudut ruangan.
GO
tertawa, “jangan khawatir. Tidak ada CCTV lagi koq.”
Mugung
menghela nafas lega.
“Kenapa
kau terlambat?” tuntut Mugung.
“Rekaman
kami molor tadi. Salahkan Joon,” jawab GO sengit, “dia terlalu banyak main-main
hari ini dan aku terpaksa menungguinya selesai rekaman sebelum bisa mulai
bagianku.”
“Yang
penting kau sudah datang. Tapi kau kelihatan lelah,” komentar Mugung.
“Lelahku
akan menghilang kalau pergi berenang,” yakin GO.
Mugung
dan GO memandangi keadaan di luar dan dari posisi matahari, kelihatannya sudah
sore hari sekarang. Banyak orang yang bermain di pantai, pakaian mereka
berwarna-warni dan tampak indah.
“Temani
aku berenang yuk.”
“Tapi
aku tidak bisa berenang.”
“Aku
akan mengajarimu,” ujar GO, tiba-tiba mengeluarkan wajah aegyo-nya, “masa kau
tega menyuruhku berenang sendirian?”
“Aish…
ya. Sana, tunggu aku di luar.”
GO
tampak senang dan langsung keluar kamar. Mugung memilih pakaian renang yang
kali ini sangat aman dan tidak terlalu seksi potongannya. Ketika keluar kamar,
rupanya GO sudah siap dengan kaos oranye dan celana pantainya yang berwarna
cerah.
“Kenapa
pakaian renangmu yang one piece? Mana yang two piece kemarin?”
“Aku
tidak akan pakai yang itu lagi!”
GO
tertawa melihat Mugung cemberut. Mugung langsung menarik tangan GO.
“Cepatlah,”
pinta GO.
Mugung
sangat bahagia menikmati waktunya bersama GO. Sebelum berangkat liburan ini,
baik Hami, Haru dan Eunjae, ketiganya mendesak Mugung untuk menyatakan
perasaannya pada GO.
“Bahkan orang buta tau kalian itu saling
mencintai,” ujar Haru, setengah kesal.
“Kalau dia kelak punya pacar, terlambat
bagimu untuk menyesal,” wanti Hami.
“Kesempatan terakhirmu hanya waktu liburan
ini,” kata Eunjae, “jangan ditunda lagi.”
Tapi
Mugung yang memikirkan ini jadi gugup. Sekarang dia berusaha melupakannya. Dia
masih punya dua hari lagi, tidak perlu mengatakannya sekarang. Kalau GO sampai
menolaknya, bukankah ini akan menghancurkan hari-hari liburan mereka? Hari
terakhir saja, putus Mugung. GO mengajari Mugung berenang dengan tidak serius,
jadi pelajaran mereka berakhir dengan saling ciprat air. Di malam hari, mereka
mengikuti acara barbeque yang diadakan pihak hotel. Mugung makan banyak sekali
dan membuat GO kaget.
“Kau…
tidak makan seharian ya?”
“Aku
sangat suka makanan yang dipanggang. Loh, GO hanya makan itu saja?”
Mugung
menunjuk piring kecil GO yang hanya berisi sedikit daging ikan panggang.
“Makanan
yang terlalu panas apalagi yang dipanggang tidak baik untuk tenggorokan.”
“Ah
ya, aku lupa kau itu Lead Vocal-nya MBLAQ.”
“Mugung,
ayo kita main game sambil minum whisky di kamarku. Aku punya game balapan baru
yang pasti kau suka.”
“Kau
bawa game?”
GO
tersenyum lebar, “aku bawa Nintendo DS terbaru punya Mir.”
“Ayo~
ayo!”
Mereka
meninggalkan areal barbeque dan kembali ke lorong-lorong hotel yang terlihat
agak sepi. Sebagian besar pengunjung tentunya tengah menikmati pesta barbeque.
Mereka masuk ke kamar GO. GO mulai membongkar koper kecilnya.
“Argh,
benar-benar Nintendo DS terbaru!”
Mugung
membantu GO memasang Nintendo DS itu dan setelahnya keduanya tenggelam dalam
kesibukan bermain. Seolah anak kecil, mereka saling teriak dan tidak mau
mengalah satu sama lain. Menemani permainan mereka, sebotol whisky diletakkan
di dekat Nintendo DS dan di sekitarnya ada dua gelas. Sesekali, mereka menyesap
cairan memabukkan itu, tapi Mugung-lah yang memang kuat minum dan minum lebih
banyak.
“Hasil
kita seri,” ujar Mugung, memandang GO sengit.
“Jadi
mari kita main satu kali lagi dan tentukan pemenangnya!” tantang GO.
“Aku
tidak takut denganmu!”
Keduanya
adu balap sekali lagi dan… mobil balap GO melewati mobil balap Mugung hanya
beberapa detik sebelum mencapai garis finish.
“ARGH~
TIDAK MUNGKIN AKU KALAH!” jerit Mugung kesal.
“Akui
sajalah kalau aku lebih hebat darimu,” ujar GO santai.
Mugung
mencibir dan menghabiskan isi gelasnya. GO terbelalak begitu melihat botol
whisky yang tadinya penuh, sekarang hanya tersisa 1/3 nya saja.
“Mugung,
kau minum sebanyak itu? Apa kau tidak mabuk?” tanya GO kaget.
“Mana
mungkin aku mabuk,” jawab Mugung.
Tapi
wajah Mugung sangat merah dan dia mengipas-ngipaskan tangannya di depan
wajahnya.
“Turunkan
lagi suhu pendingin ruanganmu dong,” pintanya.
GO
mengambil remote dan menurunkan suhu jadi 17 derajat. Mugung membuka kancing
kemeja tipisnya dan melemparkannya sembarangan. GO kaget dan jantungnya
berdebar keras melihat Mugung yang hanya terbalut tank top cokelat dan hot
pants jeans. Mugung melemparkan dirinya ke ranjang dan tidur terlentang.
“Omona,
panas sekali, apa pendingin ruanganmu rusak?”
“Aku
sudah menurunkan suhunya ke 17 derajat.”
GO
ikut naik ke ranjang dan duduk di samping Mugung, memasang wajah cemas.
Keringat bercucuran di wajah dan leher Mugung. Mata GO menelusuri gadis itu…
dia menelan salivanya dengan susah payah. Apakah Mugung tengah menggodanya
ataukah dia sendiri yang berpikir pervert sekarang? Wajah Mugung yang memerah,
yang tengah memejamkan mata… bibirnya yang mungil agak terbuka untuk
membantunya bernafas… keringat dari wajahnya turun menuju lehernya yang jenjang…
dan dadanya… dada itu naik turun pertanda sang empunya tubuh pernafasannya agak
terganggu sekarang… Dada itu! GO menggelengkan kepalanya panic. Gadis di
hadapannya ini sangat seksi! Lihatlah kulitnya yang mulus… tubuhnya yang
pasrah… GO memejamkan matanya dan berusaha menenangkan dirinya. Dia harus
berusaha keras untuk tidak menerkam Mugung sekarang. Ketika membuka matanya
lagi, GO memfokuskan pandangannya ke wajah Mugung.
“Ini
gara-gara kau sudah mabuk. Ayo, pulanglah ke kamarmu, aku antar.”
Mugung
tidak menjawab, namun membuka matanya dan memandang lurus ke mata GO. GO masih
berusaha keras mengenyahkan pikiran pervert-nya dan sedikit membungkuk untuk
membopong tubuh Mugung. Namun hal ini membuat jarak wajah mereka sangat dekat.
Bau nafas Mugung, meski agak berbau alcohol, tapi hembusannya hangat menyapu
wajah GO. GO tidak bergerak karena pandangan mata Mugung baru saja menguncinya
tetap di posisinya.
“Jung
Byunghee…” bisik Mugung.
Tiba-tiba,
Mugung maju dan mengecup bibir GO. GO tersentak, namun tidak berani bergerak.
Kecupan itu sangat singkat dan sekarang Mugung sudah berbaring lagi. Kecupan
itu… terasa manis dan membuat GO hilang akal. GO menempelkan bibirnya pada
bibir Mugung dan mulai melumatnya perlahan. Mugung membalas ciumannya. Mugung
menggunakan tangannya untuk mengalungkannya di leher GO dan menariknya semakin
dekat, melumat bibir sang namja dengan seluruh perasaannya. Entah berapa lama
mereka berciuman, tidak ada yang tau. Yang GO inginkan adalah terus menikmati
kehadiran Mugung disini. Kecupan bibir mereka terdengar jelas, saliva yang
tercampur sudah menetes dari sudut bibir Mugung… GO melepaskan ciumannya dan
Mugung terengah. Mugung berusaha meraup oksigen sebanyak yang dia bisa
sementara GO mengecup pipinya… menghembuskan nafasnya ke daun telinga Mugung…
“Lee
Mugung…”
Bisikan
GO terdengar rendah dan sexy, membuat tubuh Mugung merinding. GO menenggelamkan
kepalanya di leher Mugung. Disana, GO menggigit perlahan kulit leher Mugung dan
membuat Mugung makin menekan tengkuk GO, tidak membiarkan GO pergi dari sana.
GO melakukannya di berbagai tempat di leher Mugung.
“Ah~
GO… ah~”
GO
tenggelam dalam kenikmatan yang dia ciptakan sendiri. Mugung menarik tangan GO
yang dipakainya untuk menopang tubuhnya. Mugung menarik tangan itu untuk ditangkupkan
ke dadanya. Mugung mengusapkan tangan GO itu di dadanya, menggunakan tangan itu
untuk memijat payudaranya. Perlahan, Mugung tidak perlu mengarahkan tangan itu
lagi karena GO akhirnya bergerak sendiri untuk meremas dan menggosok payudara
Mugung. Tubuh GO berpindah ke atas tubuh Mugung. Tangan kanannya menurunkan
tali tank top Mugung, dia kembali menggigit daerah payudara atas Mugung. Tank
top itu kini turun hingga sebatas perut Mugung dan GO bisa melihat bra hijau
yang membalut payudara besar gadis itu. GO mengangkat wajahnya dan
memperhatikan Mugung. Mugung memejamkan matanya dan wajahnya merah sekali.
Seketika, kesadaran merayapi otak GO. Ada yang salah, pikirnya, tidak sekarang.
Tiba-tiba dia membalikkan tubuh Mugung berbaring menyamping, lalu diapun ikut
berbaring, menghadap punggung Mugung. Dia menggunakan tangannya untuk menarik
tank top Mugung dan memperbaiki penampilan sang yeoja.
“G…
O?”
“Kau
butuh istirahat. Tidurlah. Aku akan menemanimu.”
GO
menarik selimut menutupi tubuh mereka. Dia mengatur salah satu tangannya untuk
diletakkan di bawah kepala Mugung dan tangan lainnya memeluk tubuh Mugung pada
perutnya. Punggung Mugung menempel erat pada dada GO.
“Jaljayo…”
bisik GO.
GO
mengecup tengkuk Mugung sejenak sebelum memejamkan matanya. Mugung
membelalakkan matanya. Tadi bukankah mereka hampir…? Lalu, apakah GO tadi hanya
bernafsu dan bukan mencintainya? Mugung cepat-cepat menghapus air matanya
sebelum jatuh ke tangan GO yang menopangnya. Apakah dia hanya terlalu berharap?
Apakah ini saja… seharusnya sudah cukup? Tapi kenapa… hatinya terasa begitu
sakit? Dia mengharapkan lebih dari ini… dia mengharapkan cintanya terbalas.
Mungkinkah?
***
No comments:
Post a Comment