Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 15 June 2012

It's A Love Story chapter 11

It’s A Love Story
Chapter 11

Mugung masuk ke kamar nomor 035-nya.

“Nona Lee, jika ada yang Anda butuhkan, silakan menghubungi kami dan saya akan melayani Anda,” pinta salah satu pekerja hotel yang cantik.
“Ah, kamsahamnida Agassi. Apakah… Tuan Jung sudah datang?” tanya Mugung.
“Menurut manager, tuan Jung akan datang beberapa jam lagi. Tuan Jung akan tinggal di kamar sebelah jadi nona Lee akan mudah berkomunikasi dengannya nanti.”
“Oh, kamsahamnida.”
“Saya permisi dulu, nona Lee,” pamit sang resepsionis.

Setelah pintu kamar ditutup, Mugung duduk di ranjangnya yang empuk dan besar. Dia sibuk memandangi interior kamarnya. Sudah 25 tahun Mugung hidup dan besar di Seoul, tidak pernah sekalipun keluarganya mengajaknya berlibur ke Jeju. Beruntung sekali Mugung sudah memenangkan Love Scandal dan boleh menikmati segalanya gratis di areal Resort paling mewah di Pulau Jeju ini. Kamarnya bernuansa hijau, perabotannya terbuat dari keramik, jendela besar menghadap ke laut, sinar matahari siang bersinar terang di luar sana. Mugung merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Suara debur ombak dan bau air laut yang asin tercium di hidungnya. Perasaan ini… membuatnya tenang. Semenjak berpisah dari GO setelah syuting, mereka masih berhubungan lewat SMS. Jujur saja, Mugung merindukan lebih dari itu. Dia ingin mendengar suara GO memanggil namanya, GO berada di sampingnya… dan hari ini, keinginan itu akan terwujud.

***

Mugung membuka matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah GO yang tersenyum padanya. GO terlihat lelah namun tetap manis. Mugung kaget dan buru-buru bangkit…

“GO, bagaimana kau… ouch!” jerit Mugung.
“Argh!” sahut GO, menggosok keningnya, “aku bukan setan kan, tidak perlu kaget begitu. Kau selalu saja begini kaget kalau melihatku.”

GO dan Mugung sekarang sibuk menggosok kening masing-masing akibat Mugung yang bangun tiba-tiba dari posisi berbaringnya dan menyebabkan benturan yang cukup keras terjadi pada kening mereka. Mata GO berair, sepertinya benturan tadi memang cukup keras. Mugung kaget dan langsung menarik tangan GO untuk mengecek apa kecerobohannya sudah meninggalkan bekas luka di wajah manis sang idola. Tapi, tak ada luka.

“Syukurlah aku tidak melukaimu,” kata Mugung lega.
“Yang terluka itu kau. Lihat, ada benjol keunguan disini,” tunjuk GO ke kening Mugung.

GO mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Mugung dengan jempolnya.

“Ouch, apha~~~”
“Tapi ini memang salahmu sih.”

Mugung memanyunkan bibirnya lalu mulai menggosok keningnya sendiri.

“Aku kaget karena kau tiba-tiba bisa masuk kesini.”
“Kenapa harus kaget? Kau sendiri tidak memperhatikan kunci ID pintumu ya? Kita masing-masing dapat 2, aku bisa membuka pintu kamarmu dan kau bisa membuka pintu kamarku.”

GO mengangkat dua kartu kunci ID yang dijadikan satu ke hadapan Mugung. Mata Mugung membelalak kaget.

“Tapi kenapa…”
“Masih tanya kenapa. Ini kan bagian dari service tim Love Scandal.”

Mugung langsung memandang sekeliling kamar dengan waspada, terutama ke daerah tersembunyi seperti di sudut ruangan.

GO tertawa, “jangan khawatir. Tidak ada CCTV lagi koq.”

Mugung menghela nafas lega.

“Kenapa kau terlambat?” tuntut Mugung.
“Rekaman kami molor tadi. Salahkan Joon,” jawab GO sengit, “dia terlalu banyak main-main hari ini dan aku terpaksa menungguinya selesai rekaman sebelum bisa mulai bagianku.”
“Yang penting kau sudah datang. Tapi kau kelihatan lelah,” komentar Mugung.
“Lelahku akan menghilang kalau pergi berenang,” yakin GO.

Mugung dan GO memandangi keadaan di luar dan dari posisi matahari, kelihatannya sudah sore hari sekarang. Banyak orang yang bermain di pantai, pakaian mereka berwarna-warni dan tampak indah.

“Temani aku berenang yuk.”
“Tapi aku tidak bisa berenang.”
“Aku akan mengajarimu,” ujar GO, tiba-tiba mengeluarkan wajah aegyo-nya, “masa kau tega menyuruhku berenang sendirian?”
“Aish… ya. Sana, tunggu aku di luar.”

GO tampak senang dan langsung keluar kamar. Mugung memilih pakaian renang yang kali ini sangat aman dan tidak terlalu seksi potongannya. Ketika keluar kamar, rupanya GO sudah siap dengan kaos oranye dan celana pantainya yang berwarna cerah.

“Kenapa pakaian renangmu yang one piece? Mana yang two piece kemarin?”
“Aku tidak akan pakai yang itu lagi!”

GO tertawa melihat Mugung cemberut. Mugung langsung menarik tangan GO.

“Cepatlah,” pinta GO.

Mugung sangat bahagia menikmati waktunya bersama GO. Sebelum berangkat liburan ini, baik Hami, Haru dan Eunjae, ketiganya mendesak Mugung untuk menyatakan perasaannya pada GO.

“Bahkan orang buta tau kalian itu saling mencintai,” ujar Haru, setengah kesal.
“Kalau dia kelak punya pacar, terlambat bagimu untuk menyesal,” wanti Hami.
“Kesempatan terakhirmu hanya waktu liburan ini,” kata Eunjae, “jangan ditunda lagi.”

Tapi Mugung yang memikirkan ini jadi gugup. Sekarang dia berusaha melupakannya. Dia masih punya dua hari lagi, tidak perlu mengatakannya sekarang. Kalau GO sampai menolaknya, bukankah ini akan menghancurkan hari-hari liburan mereka? Hari terakhir saja, putus Mugung. GO mengajari Mugung berenang dengan tidak serius, jadi pelajaran mereka berakhir dengan saling ciprat air. Di malam hari, mereka mengikuti acara barbeque yang diadakan pihak hotel. Mugung makan banyak sekali dan membuat GO kaget.

“Kau… tidak makan seharian ya?”
“Aku sangat suka makanan yang dipanggang. Loh, GO hanya makan itu saja?”

Mugung menunjuk piring kecil GO yang hanya berisi sedikit daging ikan panggang.

“Makanan yang terlalu panas apalagi yang dipanggang tidak baik untuk tenggorokan.”
“Ah ya, aku lupa kau itu Lead Vocal-nya MBLAQ.”
“Mugung, ayo kita main game sambil minum whisky di kamarku. Aku punya game balapan baru yang pasti kau suka.”
“Kau bawa game?”
GO tersenyum lebar, “aku bawa Nintendo DS terbaru punya Mir.”
“Ayo~ ayo!”

Mereka meninggalkan areal barbeque dan kembali ke lorong-lorong hotel yang terlihat agak sepi. Sebagian besar pengunjung tentunya tengah menikmati pesta barbeque. Mereka masuk ke kamar GO. GO mulai membongkar koper kecilnya.

“Argh, benar-benar Nintendo DS terbaru!”

Mugung membantu GO memasang Nintendo DS itu dan setelahnya keduanya tenggelam dalam kesibukan bermain. Seolah anak kecil, mereka saling teriak dan tidak mau mengalah satu sama lain. Menemani permainan mereka, sebotol whisky diletakkan di dekat Nintendo DS dan di sekitarnya ada dua gelas. Sesekali, mereka menyesap cairan memabukkan itu, tapi Mugung-lah yang memang kuat minum dan minum lebih banyak.

“Hasil kita seri,” ujar Mugung, memandang GO sengit.
“Jadi mari kita main satu kali lagi dan tentukan pemenangnya!” tantang GO.
“Aku tidak takut denganmu!”

Keduanya adu balap sekali lagi dan… mobil balap GO melewati mobil balap Mugung hanya beberapa detik sebelum mencapai garis finish.

“ARGH~ TIDAK MUNGKIN AKU KALAH!” jerit Mugung kesal.
“Akui sajalah kalau aku lebih hebat darimu,” ujar GO santai.

Mugung mencibir dan menghabiskan isi gelasnya. GO terbelalak begitu melihat botol whisky yang tadinya penuh, sekarang hanya tersisa 1/3 nya saja.

“Mugung, kau minum sebanyak itu? Apa kau tidak mabuk?” tanya GO kaget.
“Mana mungkin aku mabuk,” jawab Mugung.

Tapi wajah Mugung sangat merah dan dia mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajahnya.

“Turunkan lagi suhu pendingin ruanganmu dong,” pintanya.

GO mengambil remote dan menurunkan suhu jadi 17 derajat. Mugung membuka kancing kemeja tipisnya dan melemparkannya sembarangan. GO kaget dan jantungnya berdebar keras melihat Mugung yang hanya terbalut tank top cokelat dan hot pants jeans. Mugung melemparkan dirinya ke ranjang dan tidur terlentang.

“Omona, panas sekali, apa pendingin ruanganmu rusak?”
“Aku sudah menurunkan suhunya ke 17 derajat.”

GO ikut naik ke ranjang dan duduk di samping Mugung, memasang wajah cemas. Keringat bercucuran di wajah dan leher Mugung. Mata GO menelusuri gadis itu… dia menelan salivanya dengan susah payah. Apakah Mugung tengah menggodanya ataukah dia sendiri yang berpikir pervert sekarang? Wajah Mugung yang memerah, yang tengah memejamkan mata… bibirnya yang mungil agak terbuka untuk membantunya bernafas… keringat dari wajahnya turun menuju lehernya yang jenjang… dan dadanya… dada itu naik turun pertanda sang empunya tubuh pernafasannya agak terganggu sekarang… Dada itu! GO menggelengkan kepalanya panic. Gadis di hadapannya ini sangat seksi! Lihatlah kulitnya yang mulus… tubuhnya yang pasrah… GO memejamkan matanya dan berusaha menenangkan dirinya. Dia harus berusaha keras untuk tidak menerkam Mugung sekarang. Ketika membuka matanya lagi, GO memfokuskan pandangannya ke wajah Mugung.

“Ini gara-gara kau sudah mabuk. Ayo, pulanglah ke kamarmu, aku antar.”

Mugung tidak menjawab, namun membuka matanya dan memandang lurus ke mata GO. GO masih berusaha keras mengenyahkan pikiran pervert-nya dan sedikit membungkuk untuk membopong tubuh Mugung. Namun hal ini membuat jarak wajah mereka sangat dekat. Bau nafas Mugung, meski agak berbau alcohol, tapi hembusannya hangat menyapu wajah GO. GO tidak bergerak karena pandangan mata Mugung baru saja menguncinya tetap di posisinya.

“Jung Byunghee…” bisik Mugung.

Tiba-tiba, Mugung maju dan mengecup bibir GO. GO tersentak, namun tidak berani bergerak. Kecupan itu sangat singkat dan sekarang Mugung sudah berbaring lagi. Kecupan itu… terasa manis dan membuat GO hilang akal. GO menempelkan bibirnya pada bibir Mugung dan mulai melumatnya perlahan. Mugung membalas ciumannya. Mugung menggunakan tangannya untuk mengalungkannya di leher GO dan menariknya semakin dekat, melumat bibir sang namja dengan seluruh perasaannya. Entah berapa lama mereka berciuman, tidak ada yang tau. Yang GO inginkan adalah terus menikmati kehadiran Mugung disini. Kecupan bibir mereka terdengar jelas, saliva yang tercampur sudah menetes dari sudut bibir Mugung… GO melepaskan ciumannya dan Mugung terengah. Mugung berusaha meraup oksigen sebanyak yang dia bisa sementara GO mengecup pipinya… menghembuskan nafasnya ke daun telinga Mugung…

“Lee Mugung…”

Bisikan GO terdengar rendah dan sexy, membuat tubuh Mugung merinding. GO menenggelamkan kepalanya di leher Mugung. Disana, GO menggigit perlahan kulit leher Mugung dan membuat Mugung makin menekan tengkuk GO, tidak membiarkan GO pergi dari sana. GO melakukannya di berbagai tempat di leher Mugung.

“Ah~ GO… ah~”

GO tenggelam dalam kenikmatan yang dia ciptakan sendiri. Mugung menarik tangan GO yang dipakainya untuk menopang tubuhnya. Mugung menarik tangan itu untuk ditangkupkan ke dadanya. Mugung mengusapkan tangan GO itu di dadanya, menggunakan tangan itu untuk memijat payudaranya. Perlahan, Mugung tidak perlu mengarahkan tangan itu lagi karena GO akhirnya bergerak sendiri untuk meremas dan menggosok payudara Mugung. Tubuh GO berpindah ke atas tubuh Mugung. Tangan kanannya menurunkan tali tank top Mugung, dia kembali menggigit daerah payudara atas Mugung. Tank top itu kini turun hingga sebatas perut Mugung dan GO bisa melihat bra hijau yang membalut payudara besar gadis itu. GO mengangkat wajahnya dan memperhatikan Mugung. Mugung memejamkan matanya dan wajahnya merah sekali. Seketika, kesadaran merayapi otak GO. Ada yang salah, pikirnya, tidak sekarang. Tiba-tiba dia membalikkan tubuh Mugung berbaring menyamping, lalu diapun ikut berbaring, menghadap punggung Mugung. Dia menggunakan tangannya untuk menarik tank top Mugung dan memperbaiki penampilan sang yeoja.

“G… O?”
“Kau butuh istirahat. Tidurlah. Aku akan menemanimu.”

GO menarik selimut menutupi tubuh mereka. Dia mengatur salah satu tangannya untuk diletakkan di bawah kepala Mugung dan tangan lainnya memeluk tubuh Mugung pada perutnya. Punggung Mugung menempel erat pada dada GO.

“Jaljayo…” bisik GO.

GO mengecup tengkuk Mugung sejenak sebelum memejamkan matanya. Mugung membelalakkan matanya. Tadi bukankah mereka hampir…? Lalu, apakah GO tadi hanya bernafsu dan bukan mencintainya? Mugung cepat-cepat menghapus air matanya sebelum jatuh ke tangan GO yang menopangnya. Apakah dia hanya terlalu berharap? Apakah ini saja… seharusnya sudah cukup? Tapi kenapa… hatinya terasa begitu sakit? Dia mengharapkan lebih dari ini… dia mengharapkan cintanya terbalas. Mungkinkah?

***

No comments:

Post a Comment