Brand New It’s Magic
Chapter 9 part 9
Vani, sekarang lebih cocok jadi pewarta
kabar gembira. Dia kembali ke gubuk kecil dimana Royal Family Lavrenty-nya
menunggu dengan sabar untuk melakukan kudeta. Mereka selama ini berlatih supaya
menjadi lebih kuat. Vani menemui King Lavrenty dan Queen Lavrenty, kedua
ortunya, Jane Feodosiy sepupunya, Princess Ariella Lavrenty bibinya dan ommanya
Jane, Grace Yaroslava ommanya Junsu, Jeffry Feodosiy appanya Ryeowook, Lisette
Alekseev bibinya sekaligus ommanya Yunhwa, dan Leo Miroslava yang bisa dibilang
“father” Vani selama Vani pisah dengan kedua ortunya.
Jane menyapa, “Vani!”
“Jane!” sahut Vani.
Jane langsung masuk ke dalam gubuk kecil,
dimana orang-orang dewasa
berkumpul.
“Vani sudah kembali!”
“Semuanya! Appa… omma…”
King Lavrenty bertanya, “ada kabar apa, Vani? Apakah para tawanan yang Vani ceritakan itu selamat?”
Semuanya menghadap ke Vani yang sekarang
duduk di antara appa dan ommanya. Mata Vani berbinar sedih saat bertatapan
wajah dengan Lisette.
Lisette berucap, “katanya Yunhwa akan kesini…
kenapa Vani tidak datang bersamanya?”
Seketika tangis Vani pecah.
“Yunhwa oppa… Yunhwa oppa…”
gagap Vani.
Ariella menenangkan, “jangan menangis, Vani. Sebenarnya ada masalah apa?”
“Oppa… Yunhwa oppa… dia…”
“Tidak,” tolak Lisette.
“Bella Rotislav! Dia membunuh oppa! Mereka…
melakukan Death Promise. Itulah sebabnya Vani tak menemukan manusia-manusia yang katanya ditawan! Waktu Vani masuk ke kastil
tempat tawanan, saat itu tabir pecah dan Yunhwa oppa sudah…”
Vani terisak. Mereka semua tau apa itu
Death Promise. Mereka sudah
tau resikonya. Queen Lavrenty membelai punggung putrinya. Lisette terduduk
lemas, wajahnya tanpa ekspresi. Ariella menghampirinya dan duduk
menenangkannya.
“A…
ada Junsu… Junsu …”
Grace mengejang, “apa? Ada apa dengan Junsu?”
“Junsu yang menggantikan Yunhwa
oppa… dan dia menang.”
“Ahh syukurlah…”
“Waktu Vani mau menyelamatkan tawanan, selain
bertemu dengan Warriors’ Helper, Kimbum, yang terkurung disana, Vani juga
bertemu dengan Yesung oppa. Dia bilang dia Rainbow Guardian. Ada yang tau siapa
dia sebenarnya?”
“Rainbow Guardian… apa dia di pihak kita?”
Tanya Jeffry.
“Ah
ya, uncle. Yesung oppa bukan vampire, dia bilang dia terbentuk dari alam. Dia
punya kekuatan yang jauh… di atas… Yunhwa oppa… dan dia sangat tampan. Selain itu dia juga maha tau. Dia mengejar
Bella yang kabur, tapi berhasil mendapatkan penawar untuk racun di tubuh Light
Warrior.”
Jeffry kini sibuk berpikir. Bisa dibilang
selama ini keluarga Feodosiy sangat cerdas. Vani kembali bercerita dengan
bersemangat.
“Jadi kami semua membantu Junsu, walau Bella
kabur pada akhirnya. Light Warrior akan sembuh malam ini. Dan Yesung oppa punya
rencana… dia tengah melatih kami, supaya kami semua siap untuk kudeta. Oppa
berpendapat kudeta akan sangat membantu sebelum kita menyerang Pangeran Iblis.
Setelah kami semua siap, kita akan kudeta. Para Element Warriors dan Warriors’
Helper akan membantu kita.”
Queen Lavrenty bertanya, “mana Hyunjoong?”
“Ahh oppa sangat sibuk, omma. Tapi Vani
akan membawanya kesini secepatnya.”
“Jadi Junsu, Ryeowook dan Prince Oliver
sudah bertemu dengan Yunhwa?”
Tanya Jeffry.
“Iya, mereka sempat bertemu beberapa
lama.”
Vani memandang iba pada Lisette yang mulai
menangis. Vani menghampirinya.
“Lisette ahjumma… meski Vani hanya sempat
bertemu sebentar dengan Yunhwa
oppa… Vani yakin pergi dengan cara ini adalah satu-satunya cara yang dipilih Yunhwa oppa. Dia sangat kuat, sangat pemberani, dan
dia rela melakukan semua ini untuk sahabat-sahabatnya. Kita tak boleh terus bersedih karena pengorbanannya ini… ya kan, ahjumma?”
Lisette memandang Vani dengan mata merah.
“Vani yakin Yunhwa oppa pasti saat ini bahagia… dan mungkin,
sangat mungkin, kedatangan Yesung oppa yang tiba-tiba ini justru karena kepergian Yunhwa oppa… Vani yakin pasti ada sesuatu di
balik semua ini. Kita harus tetap bertahan, demi Yunhwa oppa yang telah berkorban. Ya, ahjumma?”
Lisette memeluk Vani, berusaha merelakan
kepergian putra pertamanya itu…
***
Yesung kembali berpatroli hari ini. Dia
toh tak pernah merasa cape
meski harus disuruh patroli sebulan penuh. Kekuatannya tidak pernah berkurang, selama kekuatan alam tidak goyah. Dia sudah membulatkan tekad untuk menemui May. May
harus memahami semua ini. Bukan hanya dia, tapi semuanya membutuhkan May. Yesung
telah mengirim Telepathy pada Stella dan Annie supaya mereka kuliah saja, dan biarkan dia yang menemani May
hari ini. Rin juga sekarang sekolah, dan Jiro kembali sibuk dengan anggota
D’Sky lainnya, Kyujong, Aaron
dan Calvin. Yesung melakukan Teleport tepat di balkon kamar May. Tidak seperti para vampire ato Annie,
Teleport Yesung sangat halus dengan hanya terlihat warna-warni indah dalam
pusaran sebelum dia muncul. Dia melihat May duduk bersandar di ranjang dengan
wajah tanpa ekspresi. Sungguh membahayakan dan memprihatinkan keadaannya ini. Yesung
masuk melalui pintu balkon.
Yesung menyapa, “hai May…”
May menoleh untuk melihat sosok Yesung,
namun kemudian kembali memandang kosong ke depan. Tapi selang tiga detik
kemudian dia kembali menghadap ke Yesung. Seolah-olah tadi dia salah lihat, dan
kali ini benar-benar tertarik
pada Yesung. Yesung tersenyum sangat manis dan duduk di tepian ranjang May.
“May… taukah kau keadaanmu yang begini telah
membuat semuanya khawatir? Bangkitlah, kami membutuhkan seorang leader.”
May mengedipkan matanya sekali. Yesung yakin
May mendengarnya, meskipun tak
ada yang dipikirkan May, begitu menurut ilmu Reading Mind Yesung. Yesung
mengulurkan tangannya dan membelai kedua bahu May.
Yesung menyampaikan, “Julie sudah akan bangun malam ini. Bisa-bisa dia sedih kalau
melihatmu sendiri yang belum pulih. Aku tau ini berat untukmu, tapi kalau kau begini terus, juga tidak akan ada hasilnya. Benar tidak?”
Yesung mendengar May menyebutkan “Yesung
oppa” di dalam pikirannya. Yesung tersenyum lagi.
“Ada baiknya kau tidak membuat Youngsaeng khawatir, oke? Mau kusenandungkan satu lagu? Aku
akan menenangkan hatimu…”
Yesung menyandungkan satu lagu yang tidak
pernah didengar May, tapi seketika May merasa ada di alam bebas, dengan udara
yang begitu menyejukkan, hamparan padang, sungai dan gunung di kejauhan ada di
depan matanya, dia bisa mendengar para burung bercicit senang, melihat bunga-bunga
yang indah, mencium baunya yang wangi… langit tampak cerah, matahari bersinar
ramah, awan-awan putih menghiasi langit biru itu. dan dia melihat tiga sosok cowok.
Mereka bertiga tersenyum padanya. “Aku baik-baik saja,” kata yang
pertama, yang berdiri paling kanan. “Jangan menangis lagi,” kata yang berdiri
paling kiri. Dan yang berdiri di tengah berkata, “Teman-temanmu membutuhkanmu.” May terkesiap, dan air
matanya mengalir.
Yesung berucap, “air mata yang sehat. Menangislah May, akan kubuat kau bersama mereka lebih
lama.”
Yesung masih menyandungkan lagu alam itu
kepada May, dengan suaranya yang lembut. Kini ada liriknya. Yesung menyanyi
dalam bahasa Korea. May yakin jika Yesung bernyanyi bersama Youngsaeng, pasti akan terjadi perpaduan suara
yang sangat indah. Dan melihat sosok cowok pertama, May masih
menangis, kini semakin sesenggukan.
“Ada satu hal yang perlu kau sadari, May.
Vampire mati… meninggalkan abu kan? Mana abu Yunhwa kalau dia sudah mati?”
May terkesiap. Dia memfokuskan matanya
yang basah pada wajah Yesung. Dia membelalakkan matanya.
“Yunhwa oppa…” panggil May.
Suara May terdengar aneh, setelah sekian
lama tak dipakainya
berbicara. Yesung tersenyum.
Yesung berkata, “mungkin Yunhwa belum mati, dugaan kita selama ini mungkin salah. Dia Cuma
pergi… entah, mungkin dia menunggu waktu yang tepat untuk kembali. Kau harus
percaya padanya, May. Jangan lemah.”
May mencengkeram erat kedua lengan Yesung.
“Ah
ya… lebih baik jangan terlalu sedih lagi, kau akan membuat Youngsaeng kalut. Aku merasa dia… ahh. Aku akan
menemanimu sekarang, May, sampai setidaknya Rin pulang.”
May mengangguk.
“Beristirahatlah sekarang… Wind…”
Yesung menyanyikan lagu nina bobo yang lembut,
dalam bahasa Korea, dan May merasa sangat mengantuk…
***
Yunhwa belum mati… alangkah menyenangkannya kenyataan ini ketika May
mengetahuinya… tapi kenapa dia tak mau kembali? May berpikir…
harusnya Yunhwa tau betapa dia begitu
merindukan dan mengkhawatirkannya. Yunhwa… Dan May
membuka matanya. Seketika dia teringat pada sosok Yesung, yang ternyata tak ada
di sampingnya. Langit sudah gelap sepenuhnya. May ingat Julie akan bangun malam
ini.
Annie tersentak melihat May turun dari tangga,
duduk di sofa ruang tamu, “ah, May…”
May
melihat sosok Annie, Rin dan Stella, dan dia tau mereka bertiga tengah
menjaganya.
“Julie…” ujar May.
Stella memandang May cemas, “dia akan bangun malam ini. Semuanya berkumpul disana. May, kau tidak
apa-apa?”
“Tidak apa-apa. Ayo kita juga ke tempat Julie.”
“Jiejie yakin akan kesana?” Tanya
Rin.
“Tentu.”
May
bingung tiga orang itu begitu mengkhawatirkannya. Menurutnya, dirinya sendiri
dalam keadaan yang baik. May bertekad menjadi May yang seperti dulu lagi. Dia
ingin lebih kuat. Dia yakin suatu hari Yunhwa akan kembali… dia berharap
kerinduannya bisa menjadi kekuatannya juga.
Annie mengajak, “ayo kita Teleport. Ini akan menghemat waktu kita. Yuk, May.”
Begitu menggandeng tangan Annie, May merasakan sensasi seakan masuk dalam
pusaran waktu sekali lagi, perasaan yang membuatnya resah. Tapi begitu mampu memfokuskan pandangannya, May ternyata ada di depan pintu rumah Julie. May langsung bertemu Yesung. Dia berjaga di depan pintu.
“Iya, aku berjaga di depan pintu,”
setuju Yesung, “istilah yang bagus. Pikiranmu penuh, May.”
“Oppa… siapa saja yang sudah datang?” Tanya May.
“Semua teman-temanmu. Alend dan Vani juga ada loh. Cuma Youngsaeng yang tak datang…”
“Oppa bisa jemput Saengie oppa?”
“Oh, tentu. Akan kulakukan untukmu, May.”
Yesung menghilang dalam pusaran warna indah. May yakin hati Yesung juga seindah warna-warna itu. berikutnya Stella yang dibawa Annie.
Stella bertanya, “May? Tak langsung ke kamar Julie?”
“Aku menunggu Yesung oppa,” jawab May, “kau naik dulu saja, Stel.”
Stella
memandang May penuh selidik.
“Jangan takut, Stel. Aku tidak akan apa-apa. aku akan kembali jadi May yang dulu, oke?”
“Ah, ya… baiklah.”
May memandang punggung Stella yang berjalan
menjauh… dan detik berikutnya Annie telah muncul bersama Rin. Yesung
tampaknya lama sekali belum muncul.
Rin bertanya, “May jie, tak naik?”
“Kalian duluan,” jawab May, “aku nunggu Yesung oppa.”
“Oke, May,” setuju Annie.
Sekarang mereka sudah ke kamar Julie juga. May tengah
berharap Yesung tidak mendapat kesulitan ketika tiba-tiba pusaran warna
terbentuk di depan May. Yesung
datang bersama Youngsaeng. May
merasa bersalah sudah lama tidak memperhatikan Youngsaeng, padahal Youngsaeng
hampir setiap hari menjaganya. May
khawatir dia sudah membuat Youngsaeng sakit hati.
Yesung berucap, “nah, sesuai permintaanmu, May. Aku telah
membujuk Youngsaeng kesini.
Aku naik duluan, dan jangan lupa… kira-kira lima menit lagi Julie akan bangun.”
May tau Yesung memberi mereka privasi. Untuk itu, May sangat
berterimakasih pada Yesung. Andaikan
May juga bisa Reading Mind, dia akan tau apa yang ada di pikiran Youngsaeng saat ini. Ekspresinya sangat datar. May takut benar-benar sudah menyakiti hatinya. Padahal May mencintainya. Sangat mencintainya.
“May… May baik-baik saja?” Tanya Youngsaeng.
May
tersentuh pada Youngsaeng yang selalu mengkhawatirkannya. May merasa bersalah karena tidak pernah
berlaku adil padanya. May merasa dirinya sangat jahat. May berlari dan memeluk
Youngsaeng, membuatnya kaget.
“Loh May? Kenapa?”
May menyesal, “oppa… mianhae…”
“Untuk apa? May tak berbuat salah koq…”
“Peluk saja aku, oppa.”
May senang merasakan kedua lengan Youngsaeng melingkar di punggung dan pinggangnya. May senang Youngsaeng masih mencintainya juga.
“Oppa… apakah aku sudah menyakiti hati oppa?”
Youngsaeng menjawab, “ah… tak begitu, May. Oppa
ngerti koq. Oppa akan menjadi lebih pengertian lagi, semuanya untuk May…”
May
merasa Youngsaeng sangat baik padanya, tapi dia malah merindukan orang lain…
“May jangan nangis… please, May… oppa tidak mau jadi orang yang membuatmu menangis
juga… please…”
“Aku Cuma merasa…”
Jari telunjuk Youngsaeng telah menempel di bibirnya. Youngsaeng menarik May menjauh, dan dengan jari-jarinya yang panjang dan indah dia menghapus air mata May. May sekali lagi memandang wajah Youngsaeng. Dia tau Youngsaeng tidak pernah berubah. May tidak tau apa yang akan terjadi
padanya andaikan tidak ada Youngsaeng. Youngsaeng masih begitu lembut pada May. Dan senyum Youngsaeng… bagi May inilah
anugerah untuknya.
Youngsaeng berujar, “nah, kalau May memutuskan untuk balik lagi jadi diri May
yang dulu, berjanjilah pada oppa jangan pernah menangis lagi. Oke?”
“Ehm…” deham May.
“Atau oppa tak akan meninggalkan May walau Cuma sedetikpun.
Oppa akan jadi penguntit May…”
“Itu mengerikan, oppa.”
“Makanya harus janji.”
“Tapi
aku mau koq oppa menguntitku…”
“
May tau itu tak mungkin kan?
Tapi jangan nangis lagi yah…”
“Baiklah. Aku janji.”
“Nah… ayo kita temui si putri tidur. Julie
pasti akan senang melihat May yang juga pulih seperti dia.”
Youngsaeng menggandeng tangan May dan May tau
inilah yang dia inginkan. Mereka naik ke lantai dua, langsung masuk ke
kamar Julie. May kaget.
Semuanya ada disini, mulai dari Jiro sampai Yesung. Kamar Julie jadi begitu
sesak. Jiro duduk di tepian ranjang Julie. Julie masih tidur.
May bertanya, “Julie belum bangun?”
“Harusnya sih bentar lagi May…” jawab
Stella, tampak tegang.
May
menyadari sesuatu yang aneh tengah terjadi. Tak biasanya Stella berdiri berjauhan dengan
Hyunjoong seperti ini. Hyunjoong
hanya bersedekap di pojok ruangan. May jadi bertanya apakah ada hal yang
sedang terjadi antara Hyunjoong dan Stella.
Jiro memanggil, “Julie… Julie…”
May terbang beberapa senti untuk melihat
melewati kepala Aaron yang berdiri di depannya. Mata Julie terbuka, menatap langit-langit kamarnya, lalu memandang Jiro.
Julie membalas, “Jiro ge…”
“Wah, Julie sudah bangun,” sorak Aaron.
“Teman-teman… ah… May!”
Begitu melihat May, Julie langsung duduk tegak dan merentangkan
kedua tangannya.
“May…”
May tau, Julie ingin memeluknya. May melayang melewati kerumunan dan menghempaskan
dirinya di tubuh Julie yang
hangat. Mereka berpelukan
erat. May tau. Julie adalah
salah seorang yang menderita juga dalam hal ini. Tentang kepergian Yunhwa. Supaya Julie tak sedih lagi, May bertekad harus kuat. May
menyadari dirinya yang seorang
Leader.
May berkata, “welcome back, Julie.”
“Senang melihat semuanya disini,” ucap Julie.
Yesung meminta, “bisa pinjam tangan kirimu, Jul?”
Julie menjulurkan tangan kirinya pada Yesung.
Yesung mengambil tangan Julie dengan tangan kanannya, dan pada telapak tangan
Julie yang terbuka ke atas, dia meletakkan tangan kirinya. Dia memejamkan matanya sejenak. Ada aura
berwarna-warni terpancar dari seluruh tubuh Yesung. Lalu Yesung kembali membuka matanya.
“Kau sudah sembuh, Julie. Kau telah kembali jadi Light Warrior.”
“Asyiiik…”
Semuanya bergiliran mengerumuni Julie. May kembali ke samping Youngsaeng yang merangkulnya. Youngsaeng juga tampak senang. Setelah 10 menit penuh keriuhan, akhirnya mereka bisa tenang dan mencari tempat untuk
duduk nyaman. Jiro tak pernah
lepas dari samping Julie dan menggandeng tangannya. Yesung duduk di ambang
pintu kaca balkon. Dia mengeluarkan selembar kertas kecil.
“Vani, sudah menyampaikan kabar pada orang-orang di dunia vampire?”
“Sudah. Appa dan omma menganggap kudeta itu
usul yang baik,” jawab Vani, “yang lain juga sudah siap kapan saja kudeta itu
kita lakukan.”
“Baiklah kalau begitu. Ah, Julie, kau perlu melihat jadwal itu juga.”
Julie mengambil kertas yang disodorkan
Jiro.
Julie bertanya, “jadwal latihan?”
“Iya. Rencananya kita akan melakukan
kudeta di dunia vampire. Aku khawatir bukan hanya vampire yang akan kita lawan,
tapi makhluk kegelapan sekaligus. Karena itu kita perlu latihan. Aku akan
melatih kalian sesuai jadwal itu. ada pertanyaan, Julie?”
“Well, aku suka jadwalnya. Sangat rapi, oppa.
Aku akan datang tepat waktu.”
“Baiklah, kalau begitu. Aku perlu
patroli lagi malam ini. Julie, welcome back. Juga May, welcome back. Aku tak akan meragukan kekuatan kita karena kau
sudah kembali.”
“Tentu, oppa,” yakin May.
“Sampai
ketemu lagi, semuanya.”
Yesung kembali menghilang dalam pusaran
warna. May sudah siap berjuang
dan mencegah si sialan Pangeran Iblis itu lepas dari segelnya
bersama teman-temannya. Segalanya
akan baik-baik saja, begitu
yang May yakini.
***
No comments:
Post a Comment