Welcome Here ^0^v

You can read; and then please kindly leave comment(s) so I could improve;
But don't try to STEAL a part or whole part of all post WITHOUT a proper CREDIT; you'll know the risk if you still do it;
Intro: I'm a hyper Cloudsomnia, Jung Heechul IS MINE, OFFICIAL WIFE OF KIM JONGWOON, GO is the OWNER OF MY HEART, definitely a Lively E.L.F and also a multi-fandom: ELF, ZE:A's, Triple S, A+, VIP; I'm a unique, weird and super delusional girl;
Just add my Facebook account: maymugungponks; and follow my Twitter: (hidden for some reason);
But be careful~~ I'm not as easy as you think I might be~

Friday, 8 June 2012

No Other The Story behind the story chapter 3


(Special Part)
No Other The Story behind the story chapter 3 (NC 21)

Aku sangat menyesal. Aku tidak bisa menghadiri konser hari terakhir KRYSD di Seoul. Konser itu sendiri berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan akhirnya karena aku sibuk syuting, aku sama sekali tidak bisa menghadiri barang sekali konser itu. aku hanya mendapat report ringkas dari yang lainnya. Mimi janji akan memberikan rekaman konser itu secara eksklusif untukku, tapi dia bilang itu mungkin akan memakan waktu 10 hari setelah konser berakhir. Aku mendesahkan nafas… aku harus menunggu lama sekali kalau begitu. Aku sudah mengirimi Yesungie oppa SMS dan bilang akan menunggunya di apartemenku. Apartemenku kosong hari ini. Manshi, Xili dan Aqian mengikuti acara training camp yang diadakan kampus. Aku tidak bisa ikut karena, sekali lagi, jadwal syutingku sangat tidak memungkinkan.

Aku baru saja mengecek penampilanku kembali setelah habis mandi ketika bel pintu berbunyi. Ahh, itu pasti orang yang kutunggu. Aku menyambar buket bunga yang besar dan cantik, lalu membuka pintu. Wajah lelah Yesungie oppa tampak disana, bahkan keringat masih menetes dari wajahnya yang sempurna. Tapi bagaimanapun, dia tersenyum padaku. Aku langsung menyodorkan bunga itu.

“Ini untukku?” Tanya Yesungie oppa.
“Ne, ucapan selamat untuk suksesnya konser dan… permohonan maaf karena aku tidak bisa menghadirinya.”
“Tidak perlu minta maaf, aku cukup mengerti Yifang. Aku bisa masuk?”
“Tentu saja.”

Dia mengambil bunga itu dan kami masuk ke apartemen. Aku tidak tau harus membawanya kemana, tidak yakin kami akan mengobrol dimana.

“Apakah yang lain ikut training camp?”
“Ne, aku sendirian. Oppa… belum sempat berganti baju atau apalah begitu setelah konser?”
“Belum sempat, aku buru-buru kesini. Aku tidak mau kau menungguku.”
“Sebenarnya jangan berpikiran begitu, oppa… kalau begitu mandi saja disini. Kurasa masih ada beberapa pakaian oppa yang tertinggal di kamarku.”
“Boleh. Kalau aku tidur disini bagaimana? Rasanya lelah sekali kalau mau pulang apartemen,” jelas Yesungie oppa.
“Dasar… padahal tinggal naik lift. Tak apa sih, oppa.”

Dia memelukku sejenak sebelum masuk ke kamarku. Aku menunggunya mandi sambil memanggang beberapa tumpuk roti berselai, lalu mengotak-atik laptopku yang sudah tidak menyala selama tiga hari belakangan. Aku tidak perlu menoleh untuk tau Yesungie oppa sudah masuk kamarku karena aku mencium bau yang sangat wangi dan pintu kamarku tertutup. Lalu Yesungie oppa meletakkan dagunya di bahu kananku. Aku menoleh dan melihat wajahnya yang lebih segar, tapi rambutnya masih basah.

“Oppa lapar tidak? Mau makan dulu sebelum tidur?”
“Boleh juga.”

Sembari makan, kami mengobrol tentang konser mereka. Dari ceritanya, kutau konser itu sukses besar. Hanya dalam tiga hari, konser itu berhasil meraup lebih dari 160.000 penonton. Dalam hati aku merasa kagum Yesungie oppa tidak gugup bernyanyi di depan orang banyak.

“Aku benar-benar menyesal tidak menontonnya. Lain kali aku akan minta…” aku menoleh dari layar laptopku dan melihat Yesungie oppa berbaring di ranjangku, matanya tertutup, “cuti… oppa? yesungie oppa?”

Dia tidak bergerak. Aku mendekatinya dan melihatnya sudah tertidur. Aku tersenyum tipis, aku tau dia sangat lelah. Akupun menguap lebar. Kuputuskan untuk mematikan laptopku dan ikut tidur bersamanya.

Aku terbangun dan melihat wajah Yesungie oppa yang berbaring menghadapku. Kelopak matanya yang sipit, hidungnya yang kecil, bibirnya yang imut… diapun tampak tampan saat tidur. Aku merapikan poni panjangnya. Dia memang tampak sempurna. Di wajahnya masih tersirat raut kelelahan, dan aku jadi bertanya apakah bernyanyi dan menari jauh lebih melelahkan dibanding proses syuting. Kasihan oppa-ku… andaikan aku bisa mengurangi kelelahannya… aku kaget setengah mati ketika dia membuka matanya. Dia menguap lebar-lebar.

“Oppa, mianhae… apakah aku membangunkan oppa?”
“Hah? Aniyo… Yifang tidak melakukan apa-apa, kan?”
“Aku merapikan poni oppa,” aku mengakui.
“Kurasa bukan karena itu. apakah sekarang sudah pagi?”
“Belum, sekarang masih jam dua. Oppa… kasihan sekali. Oppa benar-benar lelah ya?”
“Apakah aku masih terlihat lelah? Aigo… aku pasti tadi tertidur begitu saja ketika mengobrol denganmu. Mianhae, Yifang…”
“Aniyo, oppa… aku mengerti koq. Aku juga tidur tadi, aku lelah juga karena proses syuting.”
“Kurasa aku tau cara yang baik untuk melepaskan rasa lelah.”
“Hah? Mwo? Kupikir tidur yang panjang…”
“Berlawanan sekali dengan itu.”

Tiba-tiba Yesungie oppa langsung mencium bibirku. Aku dibuatnya kaget lagi.

“O… oppa… bukannya oppa lelah?” tanyaku tergagap.
“Tapi aku ingin melakukannya. Yifang tidak mau?”
“Aku sih… tidak masalah. Cuma kupikir oppa…”
“Yifang, apakah kau tidak tau… kalau seorang namja selalu punya tenaga cadangan?”

Aku kebingungan, tapi kembali menerima ciumannya. Ciuman ini sudah sangat familiar. Aku suka cara Yesungie oppa menciumku, kami jadi sering melakukan French kiss. Terkadang, kami bisa berciuman lama sekali dan itu saja sudah cukup membuatku bernafsu tanpa harus ada foreplay yang lain. Coba pikir, bagaimana aku tidak bernafsu setelah berciuman begitu lama dengan seorang Kim Jongwoon? Dan dia sudah menyingkirkan selimut kami, lalu menindihku. Dia menghisap lidahku dan aku mengerang bahagia. Hari ini aku memutuskan untuk tidak bergerak dan membiarkan dia yang melakukan segalanya sendirian… aku ingin lihat seberapa liarnya dia. Tangannya mulai bergerak dari leher dan turun ke pahaku. Dia menaikkan piyama panjangku dan langsung menyusupkan tangannya yang imut itu menuju dadaku. Dia rupanya tidak sabar sekali. Bahkan tangan yang satunya sudah menarik lepas celana dalamku.

“Oppa… bersabarlah sedikit,” bisikku.
“Entah kenapa, tapi aku benar-benar tidak bersabar sekarang…”
“Aku akan kesulitan tanpa foreplay yang cukup.”
“Jangan khawatir, aku tau apa yang harus kulakukan.”

Dia benar juga, aku memang tidak perlu khawatir… dia tampaknya cukup mahir dalam urusan begini. Dia sudah melepas bra-ku tanpa melepas piyamaku duluan. Omona…

“Yifang, duduklah… bersandarlah di ranjang…”

Aku menurutinya. Aku bangkit dan duduk bersandar di ranjangku. Dia menyusupkan kembali tangannya ke balik piyamaku untuk meremas buah dadaku, sementara wajahnya sudah di depan vaginaku. Dia mulai melakukannya… mulai melakukan oral seks… aku langsung merasa geli dan beberapa kali ingin menutup selangkanganku, tapi tangan yang satunya menahan kakiku untuk tertutup. Kurasakan lidah, bibir dan giginya bermain di klitorisku dengan leluasa, dan aku mulai mengerang. Akal sehatku sudah mulai terbang… dan dengan mudahnya, aku sampai di klimaksku. Aku mengeluarkan cairan vagina yang lebih banyak lagi… dan sekarang akupun sudah tidak sabar. Aku maju dan menarik lepas kaosnya, membuatnya menghentikan kegiatannya untuk sementara. Dia memandangiku ketika dia melepas celana pendeknya, langsung bersamaan dengan celana dalamnya. Aku mendengus. Dia benar-benar sudah tidak sabar, dan juniornya sudah berdiri kencang.

“Oppa… piyamaku juga perlu dilepas lho…” candaku.

Dia tersenyum dan melepas piyama lewat kepalaku. Lalu kami mulai berciuman lagi. Dia mendesakku semakin mundur, tangannya menggerayangi buah dadaku… dia menggigiti leherku… ahh, aku menginginkannya. Aku membuka selangkanganku selebar mungkin dan mencari juniornya dengan tangan kiriku. Ahh, ini dia… juniornya yang panjang dan besar… yang familiar sekali. Sambil memejamkan mata menikmati dirinya yang memanjakanku, aku sendiri yang memasukkan juniornya ke dalam vaginaku. Juniornya masuk dengan mulus, gesekan-gesekannya agak berkurang sekarang, mungkin karena aku sudah punya cairan yang lebih dari cukup untuk melumaskan vaginaku. Kenikmatan tiada tara mulai kurasakan, dan nafas Yesungie oppa semakin memburu. Dia mulai memaju-mundurkan juniornya, memberiku gesekan yang menggairahkan. Aku melihat dadanya yang bidang di hadapanku, sementara aku mengerang… aku mendorong punggungnya maju, dan kucium nipple-nya. Kujilat dan kugigit perlahan benda kecil itu, dan kudengar Yesungie oppa mengerang, dia menikmatinya. Aku melakukannya dengan lebih bersemangat, sementara aku juga masih terus mengerang… G-spot-ku mulai lelah menikmati dorongan junior Yesungie oppa. selangkanganku otomatis menutup, tapi itu tidak berakibat apa-apa, karena aku sama sekali tidak bisa menutupnya selama Yesungie oppa masih berlutut di hadapanku dan menghalangi kakiku. Melihatku yang semakin tidak karuan malah membuatnya semakin gencar memainkan juniornya di vaginaku.

“Oppa… oppa…” erangku penuh kenikmatan.

Dia menciumiku, kami melakukan French kiss lagi. Lidah kami saling melilit sementara juniornya terus mendorong masuk vaginaku dan menyentuh kencang G-spot-ku. Aku mencapai puncak kenikmatanku, rasanya aku ingin buang air kecil, lalu tubuhku mulai menegang. Tapi Yesungie oppa tidak pernah melepasku, itulah yang selalu kusuka. Dia semakin mendorong masuk juniornya, menggoyangnya, kami sama-sama berteriak… aku mendorong pantatnya… dia semakin menggila… dan akhirnya dia menarik keluar juniornya… cairan sperma itu disemprotkan ke sepraiku. Kami sama-sama berkeringat sekarang… kulihat dadanya agak basah. Dia memandangku lurus dan tersenyum.

“Ini… baru kelelahan yang menyenangkan.”
“Oppa… ternyata kalau seorang namja lelah, dia malah semakin bernafsu untuk melakukannya ya?”
“Tergantung sih. Tapi mungkin untukku, jawabannya iya.”

Aku meletakkan kedua tanganku di pipinya dan kami tertawa.

“Oppa hebat sekali, oppa sangat hot,” pujiku.
“Senang sekali mendengarnya. Yifang juga hot… aku selalu menginginkanmu.”
“Oppa tidak lelah?”
“Aku masih menginginkanmu.”
“M… mwo? Oppa?”

Aku kaget ketika Yesungie oppa menciumiku lagi.

“Oppa… tidakkah… sebaiknya… kita istirahat sebentar…”
“Aniyo… aku tidak sabar…”

Aku tidak berdaya menghadapi serangan keduanya. Oppa… oppa… terima kasih untuk begini mencintaiku. Aku… juga menginginkanmu, tidak hanya sekali… tapi selamanya…

No comments:

Post a Comment