(Special
Part)
No
Other The Story behind the story chapter 3 (NC 21)
Aku sangat menyesal. Aku tidak bisa menghadiri konser hari
terakhir KRYSD di Seoul. Konser itu sendiri berlangsung selama tiga hari
berturut-turut dan akhirnya karena aku sibuk syuting, aku sama sekali tidak
bisa menghadiri barang sekali konser itu. aku hanya mendapat report ringkas
dari yang lainnya. Mimi janji akan memberikan rekaman konser itu secara
eksklusif untukku, tapi dia bilang itu mungkin akan memakan waktu 10 hari
setelah konser berakhir. Aku mendesahkan nafas… aku harus menunggu lama sekali
kalau begitu. Aku sudah mengirimi Yesungie oppa SMS dan bilang akan menunggunya
di apartemenku. Apartemenku kosong hari ini. Manshi, Xili dan Aqian mengikuti
acara training camp yang diadakan kampus. Aku tidak bisa ikut karena, sekali
lagi, jadwal syutingku sangat tidak memungkinkan.
Aku baru saja mengecek penampilanku kembali setelah habis
mandi ketika bel pintu berbunyi. Ahh, itu pasti orang yang kutunggu. Aku
menyambar buket bunga yang besar dan cantik, lalu membuka pintu. Wajah lelah
Yesungie oppa tampak disana, bahkan keringat masih menetes dari wajahnya yang
sempurna. Tapi bagaimanapun, dia tersenyum padaku. Aku langsung menyodorkan
bunga itu.
“Ini untukku?” Tanya Yesungie oppa.
“Ne, ucapan selamat untuk suksesnya konser dan… permohonan
maaf karena aku tidak bisa menghadirinya.”
“Tidak perlu minta maaf, aku cukup mengerti Yifang. Aku bisa
masuk?”
“Tentu saja.”
Dia mengambil bunga itu dan kami masuk ke apartemen. Aku
tidak tau harus membawanya kemana, tidak yakin kami akan mengobrol dimana.
“Apakah yang lain ikut training camp?”
“Ne, aku sendirian. Oppa… belum sempat berganti baju atau
apalah begitu setelah konser?”
“Belum sempat, aku buru-buru kesini. Aku tidak mau kau
menungguku.”
“Sebenarnya jangan berpikiran begitu, oppa… kalau begitu
mandi saja disini. Kurasa masih ada beberapa pakaian oppa yang tertinggal di
kamarku.”
“Boleh. Kalau aku tidur disini bagaimana? Rasanya lelah
sekali kalau mau pulang apartemen,” jelas Yesungie oppa.
“Dasar… padahal tinggal naik lift. Tak apa sih, oppa.”
Dia memelukku sejenak sebelum masuk ke kamarku. Aku
menunggunya mandi sambil memanggang beberapa tumpuk roti berselai, lalu
mengotak-atik laptopku yang sudah tidak menyala selama tiga hari belakangan.
Aku tidak perlu menoleh untuk tau Yesungie oppa sudah masuk kamarku karena aku
mencium bau yang sangat wangi dan pintu kamarku tertutup. Lalu Yesungie oppa
meletakkan dagunya di bahu kananku. Aku menoleh dan melihat wajahnya yang lebih
segar, tapi rambutnya masih basah.
“Oppa lapar tidak? Mau makan dulu sebelum tidur?”
“Boleh juga.”
Sembari makan, kami mengobrol tentang konser mereka. Dari
ceritanya, kutau konser itu sukses besar. Hanya dalam tiga hari, konser itu
berhasil meraup lebih dari 160.000 penonton. Dalam hati aku merasa kagum
Yesungie oppa tidak gugup bernyanyi di depan orang banyak.
“Aku benar-benar menyesal tidak menontonnya. Lain kali aku
akan minta…” aku menoleh dari layar laptopku dan melihat Yesungie oppa
berbaring di ranjangku, matanya tertutup, “cuti… oppa? yesungie oppa?”
Dia tidak bergerak. Aku mendekatinya dan melihatnya sudah
tertidur. Aku tersenyum tipis, aku tau dia sangat lelah. Akupun menguap lebar.
Kuputuskan untuk mematikan laptopku dan ikut tidur bersamanya.
Aku terbangun dan melihat wajah Yesungie oppa yang berbaring
menghadapku. Kelopak matanya yang sipit, hidungnya yang kecil, bibirnya yang
imut… diapun tampak tampan saat tidur. Aku merapikan poni panjangnya. Dia
memang tampak sempurna. Di wajahnya masih tersirat raut kelelahan, dan aku jadi
bertanya apakah bernyanyi dan menari jauh lebih melelahkan dibanding proses
syuting. Kasihan oppa-ku… andaikan aku bisa mengurangi kelelahannya… aku kaget
setengah mati ketika dia membuka matanya. Dia menguap lebar-lebar.
“Oppa, mianhae… apakah aku membangunkan oppa?”
“Hah? Aniyo… Yifang tidak melakukan apa-apa, kan?”
“Aku merapikan poni oppa,” aku mengakui.
“Kurasa bukan karena itu. apakah sekarang sudah pagi?”
“Belum, sekarang masih jam dua. Oppa… kasihan sekali. Oppa
benar-benar lelah ya?”
“Apakah aku masih terlihat lelah? Aigo… aku pasti tadi
tertidur begitu saja ketika mengobrol denganmu. Mianhae, Yifang…”
“Aniyo, oppa… aku mengerti koq. Aku juga tidur tadi, aku
lelah juga karena proses syuting.”
“Kurasa aku tau cara yang baik untuk melepaskan rasa lelah.”
“Hah? Mwo? Kupikir tidur yang panjang…”
“Berlawanan sekali dengan itu.”
Tiba-tiba Yesungie oppa langsung mencium bibirku. Aku
dibuatnya kaget lagi.
“O… oppa… bukannya oppa lelah?” tanyaku tergagap.
“Tapi aku ingin melakukannya. Yifang tidak mau?”
“Aku sih… tidak masalah. Cuma kupikir oppa…”
“Yifang, apakah kau tidak tau… kalau seorang namja selalu
punya tenaga cadangan?”
Aku kebingungan, tapi kembali menerima ciumannya. Ciuman ini
sudah sangat familiar. Aku suka cara Yesungie oppa menciumku, kami jadi sering
melakukan French kiss. Terkadang, kami bisa berciuman lama sekali dan itu saja
sudah cukup membuatku bernafsu tanpa harus ada foreplay yang lain. Coba pikir,
bagaimana aku tidak bernafsu setelah berciuman begitu lama dengan seorang Kim
Jongwoon? Dan dia sudah menyingkirkan selimut kami, lalu menindihku. Dia
menghisap lidahku dan aku mengerang bahagia. Hari ini aku memutuskan untuk
tidak bergerak dan membiarkan dia yang melakukan segalanya sendirian… aku ingin
lihat seberapa liarnya dia. Tangannya mulai bergerak dari leher dan turun ke
pahaku. Dia menaikkan piyama panjangku dan langsung menyusupkan tangannya yang
imut itu menuju dadaku. Dia rupanya tidak sabar sekali. Bahkan tangan yang
satunya sudah menarik lepas celana dalamku.
“Oppa… bersabarlah sedikit,” bisikku.
“Entah kenapa, tapi aku benar-benar tidak bersabar sekarang…”
“Aku akan kesulitan tanpa foreplay yang cukup.”
“Jangan khawatir, aku tau apa yang harus kulakukan.”
Dia benar juga, aku memang tidak perlu khawatir… dia
tampaknya cukup mahir dalam urusan begini. Dia sudah melepas bra-ku tanpa
melepas piyamaku duluan. Omona…
“Yifang, duduklah… bersandarlah di ranjang…”
Aku menurutinya. Aku bangkit dan duduk bersandar di
ranjangku. Dia menyusupkan kembali tangannya ke balik piyamaku untuk meremas
buah dadaku, sementara wajahnya sudah di depan vaginaku. Dia mulai
melakukannya… mulai melakukan oral seks… aku langsung merasa geli dan beberapa
kali ingin menutup selangkanganku, tapi tangan yang satunya menahan kakiku
untuk tertutup. Kurasakan lidah, bibir dan giginya bermain di klitorisku dengan
leluasa, dan aku mulai mengerang. Akal sehatku sudah mulai terbang… dan dengan
mudahnya, aku sampai di klimaksku. Aku mengeluarkan cairan vagina yang lebih
banyak lagi… dan sekarang akupun sudah tidak sabar. Aku maju dan menarik lepas
kaosnya, membuatnya menghentikan kegiatannya untuk sementara. Dia memandangiku
ketika dia melepas celana pendeknya, langsung bersamaan dengan celana dalamnya.
Aku mendengus. Dia benar-benar sudah tidak sabar, dan juniornya sudah berdiri
kencang.
“Oppa… piyamaku juga perlu dilepas lho…” candaku.
Dia tersenyum dan melepas piyama lewat kepalaku. Lalu kami
mulai berciuman lagi. Dia mendesakku semakin mundur, tangannya menggerayangi
buah dadaku… dia menggigiti leherku… ahh, aku menginginkannya. Aku membuka
selangkanganku selebar mungkin dan mencari juniornya dengan tangan kiriku. Ahh,
ini dia… juniornya yang panjang dan besar… yang familiar sekali. Sambil
memejamkan mata menikmati dirinya yang memanjakanku, aku sendiri yang
memasukkan juniornya ke dalam vaginaku. Juniornya masuk dengan mulus, gesekan-gesekannya
agak berkurang sekarang, mungkin karena aku sudah punya cairan yang lebih dari
cukup untuk melumaskan vaginaku. Kenikmatan tiada tara mulai kurasakan, dan
nafas Yesungie oppa semakin memburu. Dia mulai memaju-mundurkan juniornya,
memberiku gesekan yang menggairahkan. Aku melihat dadanya yang bidang di
hadapanku, sementara aku mengerang… aku mendorong punggungnya maju, dan kucium nipple-nya.
Kujilat dan kugigit perlahan benda kecil itu, dan kudengar Yesungie oppa
mengerang, dia menikmatinya. Aku melakukannya dengan lebih bersemangat,
sementara aku juga masih terus mengerang… G-spot-ku mulai lelah menikmati
dorongan junior Yesungie oppa. selangkanganku otomatis menutup, tapi itu tidak
berakibat apa-apa, karena aku sama sekali tidak bisa menutupnya selama Yesungie
oppa masih berlutut di hadapanku dan menghalangi kakiku. Melihatku yang semakin
tidak karuan malah membuatnya semakin gencar memainkan juniornya di vaginaku.
“Oppa… oppa…” erangku penuh kenikmatan.
Dia menciumiku, kami melakukan French kiss lagi. Lidah kami
saling melilit sementara juniornya terus mendorong masuk vaginaku dan menyentuh
kencang G-spot-ku. Aku mencapai puncak kenikmatanku, rasanya aku ingin buang
air kecil, lalu tubuhku mulai menegang. Tapi Yesungie oppa tidak pernah
melepasku, itulah yang selalu kusuka. Dia semakin mendorong masuk juniornya,
menggoyangnya, kami sama-sama berteriak… aku mendorong pantatnya… dia semakin
menggila… dan akhirnya dia menarik keluar juniornya… cairan sperma itu
disemprotkan ke sepraiku. Kami sama-sama berkeringat sekarang… kulihat dadanya
agak basah. Dia memandangku lurus dan tersenyum.
“Ini… baru kelelahan yang menyenangkan.”
“Oppa… ternyata kalau seorang namja lelah, dia malah semakin
bernafsu untuk melakukannya ya?”
“Tergantung sih. Tapi mungkin untukku, jawabannya iya.”
Aku meletakkan kedua tanganku di pipinya dan kami tertawa.
“Oppa hebat sekali, oppa sangat hot,” pujiku.
“Senang sekali mendengarnya. Yifang juga hot… aku selalu
menginginkanmu.”
“Oppa tidak lelah?”
“Aku masih menginginkanmu.”
“M… mwo? Oppa?”
Aku kaget ketika Yesungie oppa menciumiku lagi.
“Oppa… tidakkah… sebaiknya… kita istirahat sebentar…”
“Aniyo… aku tidak sabar…”
Aku tidak berdaya menghadapi serangan keduanya. Oppa… oppa…
terima kasih untuk begini mencintaiku. Aku… juga menginginkanmu, tidak hanya
sekali… tapi selamanya…
No comments:
Post a Comment