Because We're Yesung's Pets
Disclaimer: I don't own Yesung, Kim Ryeowook and Leeteuk, they're belong to their family and SME; I don't own Ddangkoma, Ddangkomi, Ddangkoming and Kkoming, they're belong to Yesung; but I do own Mugunghwa; don't sue me, I don't earn money from this story. Anyone who want to read this story in Chinese, you can contact me and I'll post the Chinese version of this story. Happy reading ^0^v
“Ddangkoma, Ddangkomi, bangun, cepat bangun!”
Mendengar teriakan Ddangkoming, kedua kura-kura yang tidur satu aquarium dengannya yaitu Ddangkoma si kura-kura besar dan Ddangkomi yang paling kecil bangun dari tidur pulas mereka. Dan tanpa penjelasan lebih lanjut, ketiganya bisa melihat Yesung dengan bahagia menggendong seekor anjing hitam berbulu yang ukurannya tidak lebih besar dari aquarium mereka. Ryeowook menyusul di belakang Yesung, mengelus kepala si anjing berkali-kali.
“Bagaimana kalau namanya Kkoming, hyung1)? Itu kedengaran manis, kan?”
Ketiga kura-kura di dalam aquarium tertegun memandang teman baru yang lebih besar dari mereka.
“Kalian tau, aku punya perasaan tidak enak tentang kedatangan si raksasa itu,” celetuk Ddangkoma.
“Aku juga sih. Begini lho, anjing kan lebih enak diajak main, dan dia punya akses lebih enak untuk dekat dengan Yesung,” ujar Ddangkomi, “tidak seperti kita yang dikurung.”
“Bagaimana kalau Yesung melupakan kita dan membiarkan kita kelaparan?”
Dan hari itu, ketiga kura-kura itu memang tidak disentuh sama sekali, berhubung Ryeowook dan Yesung sibuk dengan Kkoming.
“Cih, bagus, ini tanda yang jelas kalau kita sudah mulai disingkirkan,” ucap Ddangkoma.
***
Suatu pagi, Ddangkoming merasa ada yang menggoyang-goyangkan tubuhnya, jadi dia membuka matanya.
“Ya, kalian ketiga kura-kura yang tidur, ayo kita foto keluarga. Aku akan membingkai foto kita,” ajak Yesung.
Tidak lama kemudian, ketiga kura-kura yang pasrah sudah disusun berjajar bersama Kkoming yang kelihatan kebingungan melihat ketiga kura-kura itu. ketiga kura-kura berusaha memandang Kkoming segalak mungkin.
“Ayo… semua lihat sini,” pinta Ryeowook, memegang kamera.
Ryeowook mengambil tiga sampai empat lembar foto dengan berbagai pose foto keluarga ketiga bersaudara Ddangko, Kkoming dan Yesung.
“Wookie, ada foto-foto yang bagus? Yang mana yang harus dicuci besar dan dibingkai?” Tanya Yesungie semangat, mendekati Ryeowook.
“Yang ini bagus, hyung… yang ini juga,” jawab Ryeowook, menunjuk ke kamera digitalnya.
“Kupikir semenjak ada Kkoming, Yesung jadi kelihatan senang ya,” kata Ddangkoming, suaranya terdengar menerawang.
“Ne. Kupikir kita terkadang membosankan untuknya,” Ddangkomi menyetujui.
Ddangkoma yang dalam usahanya untuk menarik perhatian Yesung, membalikkan tubuh besarnya. Akibatnya, si kura-kura pacific raksasa itu benar-benar terbalik, dan tidak mampu berdiri lagi setelahnya karena terlalu berat. Kedua saudaranya jadi berteriak panic, tapi toh suara teriakan mereka tidak dimengerti oleh Yesung dan Ryeowook.
“Yaaaaaaah, Ddangkoma, apa yang kau lakukan? Jangan bunuh diri,” hardik Yesung.
“Ah, hyung, apa kau yakin tentang… eh… yang kita bicarakan kemarin?” Tanya Ryeowook.
Yesung menganggukkan kepalanya pasti.
“Err… tapi… hyung…” mata Ryeowook melirik ke ketiga kura-kura yang baru dikembalikan ke aquarium, “Mugung baru saja sampai di rumahnya. Apakah…”
Yesung berjalan ke pojokan ruangan dan mengambil kotak besar, lalu menggendong Ddangkoma dengan kedua tangannya.
“Nah, Ddangkoma, ucapkan salam perpisahan pada Ddangkoming dan Ddangkomi.”
“Apa?” teriak ketiga kura-kura kompak.
“Apa maksudnya salam perpisahan? Kau mau kemana, Ddangkoma?” Tanya Ddangkoming panic.
“Kau pikir aku tau aku mau dibawa kemana? Apa maksudnya salam perpisahan? Apa-apaan ini? Yesung, mau dibawa kemana aku? Aku mau disini dengan teman-temanku, jangan pisahkan aku!” teriak Ddangkoma, berontak dalam pelukan Yesung.
“Sudah mengucapkan salam perpisahan? Oke, kita berangkat,” putus Yesung.
“Yesung!!! Jangan bawa Ddangkoma pergi!” teriak Ddangkomi.
“Ddangkoming… Ddangkomi… tolong aku!” seru Ddangkoma panic, suaranya makin menjauh.
Akan dibawa kemana Ddangkoma yang malang? Apakah mereka tidak akan melihatnya lagi?
“Yesung! Dengarkan kami! Tolonglah kali ini, mengertilah bahasa kami meski hanya sekali!” seru Ddangkoming putus asa.
***
Ternyata sejak hari itu Ddangkoming dan Ddangkomi memang tidak melihat Ddangkoma pulang lagi. Mereka sedih, kesepian, tapi tidak tau harus berbuat apa. Yesung dan Ryeowook sekarang sedang di dalam kamar melihat Kkoming yang semakin hari semakin besar dan tampan, yang sekarang sedang bermain bola kecil dengan kaki-kakinya.
“Cih! Dasar Yesung jahat, Yesung sial! Tega-teganya dia menyingkirkan Ddangkoma begitu saja! Sekarang dia jauh lebih peduli pada Kkoming daripada kita!” teriak Ddangkomi marah, “kau lihat saja, Yesung, kalau kau belum kembalikan Ddangkoma, aku tidak akan makan!”
Dalam usaha protes bisu Ddangkomi dan Ddangkoming, mereka tidak makan sama sekali selama tiga hari belakangan. Mereka berharap Yesung bisa menebak sebab ngambeknya mereka ini.
“Hmm… Ddangkoming, Ddangkomi, kenapa kalian belakangan ini ribut sekali? Kalian mengetuk aquarium terus-terusan. Oh ya ngomong-ngomong, kenapa kalian tidak makan sih?” Tanya Ryeowook yang mendekati aquarium para kura-kura, “kalian bisa sakit kalau begini terus.”
“Bilang pada Yesung untuk kembalikan Ddangkoma, baru kami akan makan.”
“Oh, coba kutebak… Apakah kalian kesepian karena tidak ada Ddangkoma disini? Kalian harus terbiasa, oke? Yesungie hyung membawanya pergi karena dia sudah terlalu besar dan tidak sesuai lagi hidup disini.”
“Kami mana bisa terbiasa begitu saja, Wookie! Aku sudah dua tahun hidup bersama Ddangkoma! Lagian, jangan bilang Ddangkoma besar dong, padahal si raksasa itu bisa tumbuh lebih besar lagi dari Ddangkoma!” sergah Ddangkoming resah.
“Yah… tapi tidak ada gunanya kalian tidak makan, bagaimanapun kalian harus makan, oke? Aku akan belikan makanan yang lain kalau kalian bosan dengan makanan ini. Tunggu ya, besok aku akan memberikannya pada kalian.”
“Percuma saja, dia tidak mengerti apa yang kita bicarakan, dia kan tidak bisa mendengar kita,” ujar Ddangkomi sambil mendesahkan nafas putus asa, “sekarang kita sudah tau alasannya kenapa Ddangkoma dibawa pergi. Aku tidak menyangka Yesung begitu tega membuang Ddangkoma.”
“Kau tau, Ddangkomi, kurasa nasib kita akhirnya akan sama seperti Ddangkoma… kita akan dibuang kalau sudah terlalu besar,” kata Ddangkoming mengutarakan pendapatnya.
“Mulai sekarang kita harus pikirkan jalan untuk mengusir raksasa berbulu itu.”
***
Suatu malam, Leeteuk muncul di ambang pintu kamar Yesung, berpakaian rapi bak seorang pangeran.
“Ah, ayo kita pergi hyung, aku sudah selesai mencatok rambutku,” ajak Yesung yang meletakkan alat catoknya dan langsung berdiri dari ranjang.
Yesung tidak kalah tampannya dengan Leeteuk, dia juga memakai setelan jas berwarna kuning lembut bak pangeran abad pertengahan.
“Aku pergi dulu, Kkoming, tunggu aku pulang ya,” pamit Yesung pada Kkoming.
“Sial, dia sudah tidak pernah pamitan lagi sama kita seolah-olah kita sudah mati. Ya~ Kim Jongwoon, kau pilih kasih,” kutuk Ddangkomi.
Lalu suasana apartemen berubah sunyi. Kedua kura-kura ini cukup tau bahwa pastilah semuanya pergi untuk kegiatan Super Junior, mereka semua memang sangat sibuk. Ddangkoming memandangi Kkoming dengan kebencian yang memenuhi seluruh indranya. Sepuluh menit kemudian, Ddangkoming dan Ddangkomi masih juga mondar-mandir dan memikirkan banyak ide jahat yang tidak masuk akal seperti memasak Kkoming hidup-hidup atau menggigitnya sampai mati.
“Dasar si raksasa berbulu sial, malah tidur dia,” kutuk Ddangkomi.
“Eh? Bau gosong apa ini? Apa Wookie memasak dan lupa mematikan kompor?” Tanya Ddangkoming.
“Tapi kalau soal ceroboh begini… rasanya tidak mungkin, Ddangkoming… bukannya Wookie tidak pernah berlaku ceroboh?” Ddangkomi balik bertanya.
Kedua kura-kura sibuk berpikir dan tiba-tiba tersadar bahwa bau gosong itu berasal dari alat catok yang diletakkan Yesung di ranjangnya begitu saja. Alat itu berasap, juga selimut Yesung. Mata mereka akhirnya terpancang pada cahaya yang keluar dari kabel alat itu.
“Kalau tidak salah itu yang namanya listrik, kita pernah melihat Yesung tersetrum dan Wookie panic bukan main waktu itu kan?”
“Kalau begitu… listrik itu bisa menyebabkan sesuatu yang berbahaya? Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada kita semua?”
“Si raksasa itu malah tidur di ranjangnya Yesung…” tunjuk Ddangkomi dengan kaki-kaki mungilnya.
“Dia bisa mati tidak ya?” Tanya Ddangkoming, “apa kita biarkan saja?”
Keduanya sudah memutuskan untuk membiarkan Kkoming mati begitu saja, tapi hati mereka tidak tenang. Mereka melihat kabel alat catok itu semakin berasap, membuat gosong karpet merah di lantai Yesung, dan lubang di selimut Yesung sepertinya semakin besar… bau gosongnya semakin menusuk hidung…
“Tidak! Sekarang setelah Ddangkoma tidak ada, akulah yang paling dewasa disini, aku harus bisa jadi leader! Andaikan Ddangkoma disini, dia pasti tidak ingin kita membiarkan si berbulu itu mati!” seru Ddangkoming, “panjat dan bangunkan si bodoh itu! Ayo, Ddangkomi, panjat tempurungku, keluar dari aquarium sial ini dan bangunkan dia!”
“Gyaaah… Ddangkoming, aquariumnya terlalu tinggi!” protes Ddangkomi.
Ddangkomi nyaris jatuh beberapa kali, tapi pada usahanya yang ketiga, dia berhasil keluar dari aquarium.
“Huaaaaaa… Ddangkomi!” teriak Ddangkoming panic ketika Ddangkomi jatuh terbalik, “bisakah kau…”
Tapi Ddangkomi berhasil membalikkan tubuhnya yang kecil dengan lincah. Tanpa banyak bicara lagi, Ddangkomi langsung berlari secepat yang kura-kura bisa menuju ranjang yang berasap. Kkoming masih tertidur pulas di ranjang. Ddangkomi panic karena tidak bisa memanjati ranjang Yesung. Ddangkomi berusaha menarik selimut yang tidak kunjung sampai, ujung selimut terlalu tinggi untuknya.
“Cepatlah, Ddangkomi, percikan listrik itu dekat sekali dengan badanmu! Bisa-bisa kau terpanggang!”
Dan akhirnya usaha Ddangkomi membuahkan hasil, dia berhasil menarik ujung selimut dengan mulutnya, membuat selimut jatuh, sekaligus Kkoming bangun dengan kaget. Dia turun dan berdiri di samping Ddangkomi dengan wajah bingung.
“Hei bodoh, apa kau ini tidak tau apa-apa, tidak tau ada bahaya di dekatmu? Sekarang kita bisa mati sesak atau apalah karena asap dan bau ini! Cepat bantu aku keluarkan Ddangkoming, dan kita kabur!”
Kkoming langsung berlarian menuju aquarium, memasukkan kakinya yang kecil untuk mengais Ddangkoming.
“Aku… tidak… bisa… mengambilmu, Ddangkoming…” erang Kkoming.
“Uhuk… uhuk… kita… akan mati…” ucap Ddangkoming, terbatuk.
“Aku… harus bisa… mengajak kalian… lari…” putus Kkoming.
“Tapi kita… tidak ada harapan…” sesal Ddangkomi.
“Aaaaargh!!! Kkoming, Ddangkoming, Ddangkomi, maafkan aku, aku nyaris membunuh kalian!”
Ketiganya kaget ketika pintu kamar Yesung terbuka tiba-tiba dan dia muncul bersama Ryeowook. Yesung langsung mencabut kabel alat catok dan membungkus alat catok itu dengan selimutnya. Ryeowook langsung menghampiri ketiga peliharaan Yesung, mengecek keadaan mereka. Yesung langsung menghampiri Ryeowook tak lama kemudian.
“Yesungie hyung lupa mematikan alat catok sih… aigo hyung, untung kita belum pergi terlalu jauh. Kalau tidak, aku sama sekali tidak berani membayangkan keadaan mereka bertiga,” keluh Ryeowook, memgangkat Kkoming.
“Syukurlah… kalian tidak apa-apa… maafkan aku…”
Yesung memeluk Ddangkoming dan Ddangkomi pada masing-masing tangannya, memeluk mereka lama sekali, bahkan menangis karena takut kehilangan mereka. Melihat ini mereka tau, Yesung masih menyayangi mereka.
“Yesung ah~ kau masih menyayangi kami?” Tanya Ddangkomi.
“Tentu saja Yesung menyayangi kalian, Ddangkomi, Ddangkoming. Aku juga sayang kalian, hanya saja aku takut kalian tidak menyukaiku karena… karena kehadiranku… membuat Ddangkoma pergi,” sesal Kkoming.
“Sudahlah, Kkoming, itu kan keputusan Yesung.”
“Maafkan aku ya.”
Ddangkoming menyenggol kaki kecil Kkoming dengan kaki depannya yang mungil.
“Kami memaafkanmu koq,” kata Ddangkoming tulus.
***
“Kita mau kemana ini?” Tanya Kkoming.
Sekarang Ddangkomi dan Ddangkoming yang di dalam aquarium, dibawa dalam pelukan Ryeowook, sedangkan Kkoming dalam pelukan Yesung. Mereka semua ada di mobil yang dibawa Donghae. Mereka bertiga kebingungan, tidak ad aide akan dibawa kemana. Akhirnya mobil berhenti di depan sebuah rumah yang besar. Ketiga peliharaan Yesung hanya bisa kagum melihat betapa luas dan indahnya rumah ini.
“Ngomong-ngomong, siapa gadis yang berlarian dari dalam rumah itu?” Tanya Ddangkomi, “aku tidak pernah diajak menemui teman gadis Yesung, apalagi yang imut seperti itu.”
Si gadis yang muncul langsung bergelanyut manja di lengan Ryeowook.
“Oppa2), inikah Ddangkoming, Ddangkomi dan Kkoming? Ya ampun, mereka manis sekali,” ucap si gadis langsung mengambil aquarium dari tangan Ryeowook, “hai manis~ aku Mugunghwa.”
“Aku membawa mereka untuk bertemu Ddangkoma,” ujar Yesung.
“Tentu. Ayo ke belakang.”
Rombongan berjalan ke belakang rumah, menuju taman luas disana, mendekati sebuah kolam yang besar sekali. Mata Ddangkoming, Ddangkomi dan Kkoming terpancang pada tempurung coklat yang muncul di permukaan kolam. Mugung mendekati tempurung itu dan menyenggolnya beberapa kali.
“Ddangkoma… lihat, siapa yang datang mengunjungimu,” panggil Mugung.
“Ddangkoming! Ddangkomi! Kkoming! Aku senang kalian datang ke rumah baruku!” seru Ddangkoma, “aku bahagia sekali hidup disini! Kalian tau, Mugung adalah pacar Wookie, dan dia adalah penggemar kura-kura! Ketika Yesung bilang aku terlalu besar untuk hidup di kamarnya, Mugung bilang dia menginginkanku!”
“Mugung, pacar Wookie? Jadi kami bisa sering-sering main kesini, Ddangkoma?” Tanya Kkoming, “kau tidak dibuang?”
“Tentu saja tidak! Ayo, sering kunjungi aku disini!”
“Oppa, lihat… mereka kelihatan senang, kan? Sering-sering bawa mereka kesini ya, supaya Ddangkoma tidak kesepian,” pinta Mugung sambil tersenyum.
Ddangkoma tidak pergi, dia tidak dibuang, dia Cuma pindah rumah. Dan satu hal yang kini diingat Ddangkoma, Ddangkoming, Ddangkomi dan Kkoming adalah: sesama peliharaan Yesung memang seharusnya saling menyayangi, kan? Karena kita adalah peliharaan Yesung!
No comments:
Post a Comment