Chapter 3 part 2
Viona berdiri dengan ragu di depan pintu kamar 791 diikuti Chaterine dan Lydia. Viona mengetuk pintu tiga kali.
“Silahkan masuk,” kata Nathan sambil membukakan pintu.
Ketiganya terkejut setengah mati, tapi rupanya Viona yang paling cepat menguasai dirinya. Mereka masuk dan memandang dengan rasa takjub. Albert, Alex dan Michael duduk di sofa, di meja di hadapan mereka tampak penuh dengan makanan, semuanya makanan khas Indonesia, Mr. Shu dan Mrs. Yan yang tidak dikenali mereka duduk di tepian ranjang dan sahabat mereka Gisela duduk di tengah-tengah ranjang, meneliti setumpuk kertas. Mereka semua merasa Gisela sangat cantik, meski tampak juga wajahnya yang agak lelah dan mengantuk. gisela tampak senang melihat sahabatnya.
“Gis, kok kau bisa ada disini?” tanya Viona, “kami panik setengah mati.”
“Waktu terpisah dengan kalian di mall, aku ketemu Shu ge yang menculikku dan membawaku ke salon untuk di make over,” jawab Gisela, “inilah hasilnya seperti yang sekarang kalian lihat.”
“Siapa itu Shu ge?” tanya Chaterine.
“Lebih baik kita bicara bahasa mandarin atau Inggris supaya mereka semua mengerti. Inilah Shu ge.”
Mr. Shu bersalaman dengan Chaterine, Lydia dan Viona.
“Nah, Shu ge rupanya mau menjadikanku artis, dia bilang aku… unik.”
“Kau memang unik,” celetuk Alex.
Keempatnya menoleh kepada Alex.
“Oh, almost forget to introduce you all with… LI LIANG. I knew you all have known them. Albert Zhang Wen Chun, Alex Zhou Xiang Chen, Michael Wu Jie Wei and Nathan Lin Ming Jun.”
Keempatnya tersenyum manis kepada Chaterine, Lydia dan Viona. Mau nggak mau wajah Lydia jadi semburat merah.
“Jadi, disinilah aku, setuju dengan usul Shu ge dan menandatangani kontrak, kertas-kertas ini… Yan jie (nah, ini panggilan untuk kakak perempuan-red) akan menjadi managerku,” lanjut Gisela, mengenalkan Mrs. Yan juga.
Mrs. Yan mengangguk kepada mereka.
“Kau… akan ke Taiwan, ya?” tanya Lydia, rupanya cepat paham situasi.
“Dui… (benar) sepertinya kita akan berpisah…” ucap Gisela, sebenarnya merasa agak sedih.
“Ni zen ben le! (Kau ini bodoh sekali!)” hardik Chaterine, “berpisah dengan kami itu bukan apa-apa kalau kau bisa meraih impianmu!”
“Oh, Cat…”
Gisela memeluk Chaterine, mata Gisela berkaca-kaca.
“I’ll be the junior of LI LIANG,” jelas Gisela.
“Oh, hampir lupa. Kau juga menjadi junior HUA XIANG,” jelas Mr. Shu.
Keempatnya terbelalak.
“HUA XIANG, trio cewek yang lagunya keren-keren itu?” tanya Viona tanpa bisa menyembunyikan shock-nya.
“Dui, shi ta men (benar, memang mereka).”
Wah, senang sekali…
“Ni shen me shi hou yao qu Tai Wan? (Kapan kau akan berangkat ke Taiwan?)” tanya Chaterine.
“Hari Senin, setelah konser LI LIANG,” jawab Gisela.
Viona memicingkan matanya.
“Gimana dengan papamu, Gis?” tanya Viona, “dia pasti nggak setuju soal ini.”
Chaterine dan Lydia berpandangan.
“Tapi, Vi… ini impianku…” ucap Gisela perlahan.
“Aku tau, Gis…” kata Viona.
“Mama dan koko (nah, ini panggilan untuk kakak laki-laki, seperti ge ge, tapi karena penyesuaian bahasa mandarin di Indonesia, beberapa menyebut dengan koko sebagai pengganti ge ge-red) pasti mendukung…”
“Ya, mereka mengerti kamu. Tapi papamu…”
“Vi… kau dukung aku, kan?”
Viona terdiam.
“Kau ini ngomong apa! Tentu saja aku mendukungmu!” teriak Viona.
“Kau mau kan membelaku di hadapan papaku?” tanya Gisela.
“Tentu…”
“Kau mau kan mengirimkan barang-barang lain yang belum sempat kuambil di rumah?”
“Iya, bodoh!”
Gisela memeluk Viona. Nathan berdeham.
“Girl, please speak in Chinesse or English… we are not understand what are you talking about,” Albert ngomong bahasa Inggris dengan lancar.
“Sorry…” kata Gisela.
“Hei, kau belum mengenalkan teman-temanmu yang cantik ini, Mei-Mei,” sela Mrs. Yan.
“Sorry, almost forget. This is Chaterine Chen, she live in Jakarta now, student semester 3 in one university here. And then, this is Lydia Huang, she is my former classmate. This is Viona Huang Mo Li, she is my neighbour, student semester 3 in one university in Palembang. They all my best friends.”
“Senang kenalan sama kalian,” kata Nathan, bersahabat.
“Nah, Gis… no, mereka memanggil kamu Mei-Mei, ya… nah, Mei-Mei, kau mau ikut kami pulang atau nginap disini?” tanya Chaterine.
“Dan ran gen zhe ni men hui jia… zhe shi LI LIANG de fang jian (tentu saja ikut kalian pulang… ini kamarnya LI LIANG),” jawab Gisela cepat, “Shu ge, Yan jie, wo ke yi gen ta men hui jia ma? (boleh tidak aku pulang dengan mereka?)”
“Tentu saja,” jawab Mr. Shu, “kenapa kalian mau pulang cepat sekali? Tidak mau ngobrol dengan LI LIANG dulu?”
Viona menoleh kepada personel LI LIANG, dia menelan ludah dengan susah payah (Alex tersenyum), sepertinya Viona mengalami pergulatan batin juga. Jangan-jangan Viona udah jadi fans-nya LI LIANG juga… tebak Gisela. Viona melirik arlojinya. Jam setengah dua belas malam.
“Udah malam. Kami takut nggak ada taksi lagi,” jelas Viona.
“Kami bisa mengantar kalian dengan van,” tawar Mrs. Yan.
“Thanks for your kindness, but we need to rest. We want to go to LI LIANG concert tomorrow,” kata Chaterine, ratunya berbahasa Inggris.
“Hah? Kalian juga mau nonton konser kami?” tanya Alex, terkejut, “kalian udah beli tiketnya?”
“Yang VIP,” jawab Lydia.
“Sini, kasih kami tiketnya. Kami akan kembalikan kepada penyelenggara, uang kalian akan kami kembalikan juga,” kata Mr. Shu, “kalian akan duduk bersama Mei-Mei di tempat VVIP, juga bersama kami.”
Chaterine berpandangan dengan Viona. Gisela mengangguk, tapi mengerutkan dahinya. Cat, jangan serahkan yang bagianku… mereka nggak tau aku fans mereka… Chaterine menyerahkan tiga tiket pada Mr. Shu yang langsung mengembalikan tujuh ratus lima puluh ribu rupiah, cash, kepada Chaterine.
“Nah, ming tian zai jian (sampai ketemu besok),” kata Michael.
“Benar kalian tidak mau diantar?” tanya Mr. Shu.
“Tidak. Xie xie (terima kasih)… nah, kami pulang dulu,” jawab Gisela, menumpuk kertas-kertas dan memeluk si penyu, “sampai ketemu…”
Setelah berpamitan, mereka menyusuri lorong-lorong hotel tanpa berbicara sedikitpun, sampai mereka masuk ke dalam taxi. Chaterine duduk di sebelah abang sopir, tiga cewek lainnya duduk di kursi belakang.
“Gila bener, Gis… tadi itu nggak bohong, kan? Bukan mimpi, kan?” tanya Chaterine.
“Aku aja sempet nggak percaya, Cat… lihat, aku ketemu beneran sama Alex!” teriak Gisela, senang rasa histerisnya bisa dilampiaskan akhirnya.
“Jadi, kau menciumnya?” tanya Lydia.
Gisela menggeleng, wajahnya bersemu merah. Mana mungkin, lah… saking gantengnya dia… aku nggak bisa bernafas…
“Memeluknya?” usul Chaterine.
Gisela menggeleng lagi.
“Jangan jangan kau… pingsan?” tanya Viona, alis mata kanannya sedikit naik.
Gisela mengangguk.
“Aduh… malu-maluin sekali, Gis…” cela Chaterine.
“Ya, abis, waktu itu aku lagi ribut-ribut sama Shu ge soal dia itu pembohong, trus aku mau buka pintu, mau kabur, tiba-tiba pintu udah terbuka dari luar dan yang aku liat itu langsung Alex! Bayangin, aku terkejut sekali!” jelas Gisela mendetail.
“Jadi kau pingsan ke dadanya Alex?” tanya Lydia.
Gisela menggosok-gosok hidungnya. Agak sakit.
“Sepertinya aku jatuh ke lantai,” jawab Gisela.
“Kau pasti dibaringkan di ranjang, kan? Siapa yang menggendongmu?” tanya Chaterine lagi, sepertinya sesi wawancara belum selesai.
“Entah… waktu aku bangun, yang di sampingku Michael…”
“Mungkin Michael yang menggendongmu,” tebak Viona.
“Menurutku bukan. Lebih mungkin Nathan,” tebak Chaterine, “kan badannya kekar.”
“Alex kelihatannya orang yang cuek, deh… jangan jangan Albert,” tebak Lydia.
“Aku kan maunya Alex!!!” teriak Gisela sengit.
“Ngomong-ngomong, penyu apaan, nih?” tanya Chaterine, merebut penyu dari pelukan Gisela.
“Kembalikan! Itu saksi bisu perjalananku… dan ceritanya panjang, deh…”
*******
Empat sekawan berdiri di pintu backstage dengan gelisah. Mereka belum ketemu dengan LI LIANG ataupun Mr. Shu dan Mrs. Yan. Padahal mereka nggak punya akses untuk masuk ke bangku VVIP. Kru-kru konser udah memandang mereka dengan sengit, menyangka mereka fans yang menunggui LI LIANG. Akhirnya ada dua cewek muda yang menghampiri mereka. Kru konser pastinya, soalnya ada ID card yang digantungkan di dada mereka: CREW LI LIANG CONCERT.
“Hei, kalian ngapain berdiri di sini? Nggak punya tiket?” tanya si cewek cantik, agak angkuh.
Huh, jangan kirain kamu kru, ya, jadi berani seenaknya sama kami, gerutu Gisela dalam hatinya. Viona rupanya cemberut juga.
“Enak aja! Kami mau masuk ke bangku VVIP!” jawab Gisela sengit.
“Mikir dong… mana mungkin cewek biasa seperti kalian bisa masuk bangku VVIP,” kata cewek satunya, “yang bisa masuk sana hanya undangan khusus dari manager LI LIANG atau LI LIANG sendiri.”
“Jangan-jangan kalian mau nungguin LI LIANG ya? Sana nyingkir,” usir si cewek cantik, mendorong Chaterine, “mereka bentar lagi mau datang.”
“Heh! Jangan sembarangan!” seru Chaterine, “kami diundang Shu ge dan baguslah kalo sebentar lagi mereka datang.”
“Iya, soalnya kalian ntar jadi iri. Emang kalian bisa masuk ke bangku VVIP juga?” Viona balik bertanya, “kalian itu Cuma kru bagian luar, tahu!”
“Undangan Shu ge? Siapa dia?” tanya si cewek satunya, yang lebih pendek.
“Oh… kalian ini kru tapi nggak tahu nama manager-nya LI LIANG ya? Shu ge itu manager mereka,” tukas Chaterine, makin galak.
“Oh ya… lupa mengenalkan kalian pada Gisela, cewek ini bakal jadi artis terkenal juga,” kata Lydia, menunjuk Gisela.
“Dia? Artis terkenal?” tanya si cewek cantik, “mana mungkin. Dia ndut begitu. Aku yang cantik aja belum jadi artis.”
“Tau nggak kenapa kamu nggak jadi artis? Karena sifatmu buruk, bego!” serang Chaterine.
“Kalian! Pergi!” usir cewek yang pendek, “atau kami panggil sekuriti!”
“Hey, what happened?”
Gisela yakin itu suara Mr. Shu dan benar rupanya, Mr. Shu muncul bersama Mrs. Yan.
“Who…”
“I’m LI LIANG manager, Mr. Shu. Mei-Mei, Xiao Li, Chaterine and Lydia… welcome. Sorry, I’m too late to meet you, we had trouble.”
“Oh, never mind, Mr. Shu,” kata Gisela, “where’s LI LIANG?”
“They will come here in a minute. Just… open the backstage door first.”
Mr. Shu membuka pintu backstage, diikuti Chaterine dan Viona, berikut Mrs. Yan yang mengobrol santai dengan Gisela dan Lydia menyusul di belakang. Chaterine sempat menoleh kepada dua cewek tadi yang kini terbengong-bengong.
“Mikir dong…” ejek Chaterine.
Baru saja Gisela menengok keadaan backstage dimana kamar ganti dan kamar rias pasti di ruangan ini juga dan ada banyak pakaian yang mungkin akan dipakai LI LIANG, suasana hiruk pikuk terdengar di luar pintu. Gisela dan Viona berdiri di kanan-kiri pintu. LI LIANG keluar dari van, dikejar ratusan fans. Para sekuriti menghalangi fans, LI LIANG berlari secepat kilat, Nathan sempat tertinggal dan terjepit di antara fans dan yang terakhir mendekati pintu backstage. Gisela dan Viona merapat ke dinding untuk memberi ruang mereka masuk, kemudian menutup pintu backstage.
“Tian ah… wo cha yi dian she le… (Tuhan… sedikit lagi aku mati…)” komentar Nathan, keringat bercucuran dari wajahnya.
“Oh, halo Mei-Mei dan teman-teman… kami nggak tahu kalian udah nunggu di sini,” Alex menyapa empat sekawan.
“Ayo, Mei-Mei, Xiao Li, Chaterine dan Lydia, kita ke bangku VVIP. Dekat kok, paling pinggir dekat panggung,” ajak Mrs. Yan.
Gisela sebenarnya agak enggan pergi dari backstage, dia pengen liat LI LIANG di make-up. Tapi dia menyusul Viona juga.
“Eh, Mei-Mei…” panggil Albert, “coba liat deh, aku cocok pakai warna merah ato abu-abu?”
Gisela menoleh dan rupanya Albert kebingungan memilih pakaian. Albert mengangkat kaos berwarna merah di tangan kanan dan yang abu-abu di tangan kiri. Gisela meneliti dandanan Albert dengan seksama.
“Kayaknya yang abu-abu deh, biar cocokan sama Ming Jun ge. Dia kan pakai warna putih,” tunjuk Gisela pada Nathan yang udah berpakaian.
“Thanks. Enjoy our performance, ok?”
“Of course we will.”
Gisela duduk di kursi VVIP yang dekat sekali dengan panggung, letaknya di kiri panggung. Ketiga sahabatnya bersama Mr. Shu dan Mrs. Yan sudah duduk di deretan paling depan. Gisela disediakan tempat duduk di antara Chaterine dan Viona. Beberapa menit kemudian LI LIANG keluar dari balik panggung. Penonton yang sudah memenuhi gedung jadi histeris dan ramai sekali. Rasanya gedung akan roboh. Mereka meneriakkan nama keempat personel LI LIANG dan tampaknya yang paling banyak mendapat sambutan adalah Nathan. Mereka membuka konser dengan lagu nge-beat yang membuat para fans menjerit kencang. Senang sih aku bisa ada di bangku VVIP… tapi aku jadi harus jaim terus… kalau aku di bawah sana, aku bisa ikut gila-gilaan dengan fans lainnya… huh… keluh Gisela.
“Kenapa, Mei-Mei?” tanya Mr. Shu yang melihat Gisela diam saja dari tadi.
“Nggak apa-apa. Aku terpana sama LI LIANG,” jawab Gisela bohong.
“Oh ya, Mei-Mei… kau tidak akan ikut kami pulang hari Senin nanti, kau perlu siap-siap dulu kan, minimal membereskan barang-barang apa aja yang bakal kau bawa. Jadi bulan depan tanggal satu, kami akan ke Palembang untuk menjemputmu. Tulis nomor handphone dan alamat rumahmu di kertas ini.”
Gisela menulis dengan patuh. Tanggal satu… nggak lama juga lah… kan Cuma seminggu aja… abis itu aku bisa bersenang-senang dengan LI LIANG di Taipei! Duh… enak sekali… Tapi mau tidak mau dia agak ragu juga karena harus memikirkan alasan menghadapi papanya yang nggak mungkin setuju dia menekuni karir di dunia entertainment. Gisela memandang Alex yang sedang jingkrak-jingkrak di panggung… apakah kau tujuanku, Xiang Chen ge?
Looh?? ini sampai sini aja eonn?
ReplyDeleteSAMPAI SINI AJA??
KOK NANGGUNG SEEEEH? *ga nyante* *caplock rusak*
bagus kok eonn. alur ceritanya menarik
lucu, si Gisela bener-bener polos ya? bikin ak ngakak. Hahaha
PS : tapi kayaknya ntar kalo ak ketemu Ryeowook bakal pingsan juga deh
ya nggaklah Rin...
ReplyDeleteini panjangnya kayak novel ^^
haha... pingsan bareng yok XD